• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi atas Penilaian Risiko pada Bank Tabungan Negara Cabang Surakarta

Dalam dokumen EVI PRATIWI F3309045 (Halaman 56-66)

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

2. Evaluasi atas Penilaian Risiko pada Bank Tabungan Negara Cabang Surakarta

Menurut Surat Edaran Direksi No. 06/DIR/DK/2007, Bank Tabungan Negara Cabang Surakarta melaksanakan penerapan manajemen risiko dengan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko serta sistem informasi manajemen risiko dengan cara membangun data base risiko untuk mendukung proses identifikasi, pengukuran dan pengendalian risiko serta sistem informasi manajemen risiko yang lebih komprehensif.

Penilaian risiko terhadap pemberian Kredit Perumahan Rakyat (KPR) Bank Tabungan Negara Cabang Surakarta dapat dievaluasi dari kejadian berisiko yang terjadi pada organisasi perkreditan pemilikan perumahan rakyat. Seluruh staff Kredit Perumahan Rakyat (KPR) yang ada di PT Bank Tabungan Negara merupakan bagian dari pengawasan BRCO (Bra nch Risk Control a nd Officer). BRCO (Branch Risk Control

a nd Officer) merupakan pengawas dari kantor pusat yang ditempatkan

pada kantor cabang. Bertugas untuk mengontrol seluruh kegiatan pada kantor cabang yang mengandung risiko, yang wajib mengelola dan memiliki tanggung jawab dalam meminimalkan setiap risiko dari suatu

commit to user

transaksi Kredit Perumahan Rakyat (KPR) pada PT Bank Tabungan Negara. Apabila BRCO menemukan kejadian berisiko segera melaporkan hal tersebut agar dapat dieskalasikan.

Jadi dalam mengelola berbagai risiko yang berkaitan dengan kredit perumahan rakyat sudah dilaksanakan dengan baik dengan adanya peraturan Surat Edaran Direksi dan adanya penetapan fungsi BRCO sebagai pengawasan aktif pengelolaan risiko.

3. Evaluasi atas Pengawasan pada Bank Tabungan Negara Cabang

Surakarta.

Pada Bank Tabungan Negara Cabang Surakarta sudah menetapkan fungsi pengawasan KPR sudah sesuai job description yang ditetapkan Pengawasan kredit dilakukan oleh fungsi Collection Work Out (CWO). Pada bagian Collection Work Out (CWO) hanya melakukan pengawasan pasif dan pengawasan akif. Pengawasan pasif dapat dilaksanakan dengan melakukan pemantauan debitur melalui sistem aplikasi online E-ca ll, yang di gunakan untuk memantau perkembangan kredit debitur. Sedangkan pengawasan aktif, petugas collection sta ff melakukan on the spot atau pemantauan ke luar lapangan atau kantor. Petugas menagih langsung kepada debitur yang berkaitan. Namun untuk petugas yang melakukan pengawasan kredit on the spot masih belum maksimal karena dengan jumlah debitur yang banyak tetapi pegawai pada divisi tersebut kurang. Jadi penagihan tidak terselesaikan secara maksimal.

commit to user

4. Evaluasi atas Aktivitas Pengendalian pada Bank Tabungan Negara

Cabang Surakarta.

Aktivitas Pengendalian Internal yang dilaksanakan PT. Bank Tabungan Negara (persero) Tbk. Cabang Surakarta adalah sebagai berikut ini.

a. Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan.

Sistem otorisasi yang baik akan menjamin dihasilkannya dokumen pembukuan yang dapat dipercaya, sehingga menjadi masukan yang dapat dipercaya bagi proses akuntansi. Pada Bank Tabungan Negara Cabang Surakarta sudah menerapkan sistem otorisasi yang wewenangnya di berikan kepada bagian Mortgage and

Cunsomer Lending Unit (MCLU). Meskipun demikian, dalam

pelaksanaan otorisasi mengalami masalah dengan tidak adanya otorisasi pihak yang berwenang pada Laporan Hasil Peninjauan. sehingga bisa saja menyebabkan kecurangan.

b.Praktik yang Sehat Dalam Melaksanakan Tugas dan Fungsi Setiap Organisasi

Praktik yang sehat dapat ditinjau dari dokumen yang digunakan. Dokumen yang digunakan sudah memenuhi syarat pengendalian internal karena dokumen sudah bernomor urut tercetak. Selain itu dapat ditinjau juga dari interna l checking. Seperti fungsi loa n a na lyst melakukan penelitian ulang terhadap data yang diolah sebelum diinjak lanjuti oleh fungsi DBM commersia l dan Bra nch Manager. Interna l checking

commit to user

dilakukan dengan cara pencocokan data dengan fungsi loa n service.

Karena pada fungsi loa n ana lyst sering melakukan kesalahan dalam penganalisisan terhadap calon debitur. Pemeriksaan mendadak juga dilakukan dalam kegiatan pokoknya dengan jadwal yang tidak teratur. Pemeriksaan dilakukan oleh Akuntan publik dan Pengawas dari Kantor Pusat guna menilai kinerja operasional pada Bank Tabungan Negara Cabang Surakarta. Hal tersebut dapat mendorong kinerja karyawan untuk melaksanakan tugasnya sesuai aturan yang telah di tetapkan.

c. Karyawan yang Mutunya Sesuai dengan Tanggung Jawabnya.

Karyawan merupakan unsur yang penting dalam setiap perusahaan. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawab yang dimiliki oleh PT BTN Cabang Surakarta adalah sebagai berikut: 1) Adanya syarat pendidikan dan keterampilan tertentu untuk dapat

menjadi karyawan di PT BTN Cabang Surakarta.

Untuk menempati setiap jabatan yang ada di PT BTN Cabang Surakarta harus memiliki keterampilan serta pendidikan yang sesuai dengan tugas yang akan dijalankan. Serta juga harus memiliki kejujuran, etos kerja yang tinggi, ulet serta dapat dipercaya

2) Adanya tes seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut oleh PT BTN Cabang Surakarta.

Seleksi dilakukan sendiri oleh jajaran direksi sehingga diharapkan karyawan yang menduduki jabatan tersebut memiliki

commit to user

kredibilitas yang dibutuhkan oleh PT BTN Cabang Surakarta dan jabatannya.

5. Evaluasi atas Sistem Informasi dan Komunikasi pada Bank Tabungan

Negara Cabang Surakarta.

a. Syarat-syarat dan ketentuan permohonan kredit

Persyaratan kredit yang telah dilaksanakan oleh PT Bank Tabungan Negara kantor cabang Solo kepada calon debitur dalam permohonan kredit perumahan telah sesuai dengan surat edaran Direksi PT Bank Tabungan Negara. Kantor cabang Solo No.26/DIR/DPKK/2004 tanggal 1 September 2004 perihal tentang syarat dan ketentuan permohonan kredit.

b. Fungsi yang terkait

Dalam prosedur pemberian kredit sudah terdapat pemisahan fungsi yang sudah tegas sesuai dengan struktur organisasi yang ada. Pemisahan fungsi dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Fungsi operasi adalah fungsi yang memiliki wewenang umtuk melaksanakan kegiatan pemberian kredit KPR, fungsi tersebut dilaksanakan oleh Loan Service, Loan Ana lyst, Loan Administration, MCLU Head, DBM Comerrcia l da n Bra nch Ma na ger.

2. Fungsi penagihan adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk melakukan identifikasi terjadinya tunggakan dan melakukan pemantauan data KPR untuk kebutuhan pembinaan debitur yang

commit to user

menunggak angsuran. Fungsi penagihan dilaksanakan oleh

Collection Work out.

3. Fungsi akuntansi adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk menyiapkan laporan-laporan keuangan Bank (Neraca, R/L), menyimpan dan memelihara file-file (arsip) bukti-bukti transaksi. Fungsi akuntansi dilaksanakan oleh a ccounting a nd control unit.

Dengan pemisahan fungsi secara tegas, hal itu dapat menghindari risiko penyelewengan dalam pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

c. Dokumen yang digunakan

Pengendalian intern yang baik mensyaratkan penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang penggunaannya dipertanggungjawabkan oleh fungsi yang berwenang dan penggunaan dokumen rangkap. Perusahaan tela menerapkan sistem pengendalian intern tersebut. Dengan digunakannya formulir bernomor urut tercetak dapat memudahkan perusahaan dalam pengarsipan dan penelusuran serta pertanggung jawaban karyawan apabila terjadi penyelewengan.

commit to user

52

BAB III

TEMUAN

Dari hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka penulis menyimpulkan kelebihan dan kelemahan Sistem Pengendalian Internal pemberian fasilitas Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang diterapkan PT Bank Tabungan Cabang Surakarta, diantaranya sebagai berikut ini.

A. KELEBIHAN

1. Adanya pemisahan fungsi secara tegas sudah dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dengan adanya fungsi operasi terdiri dari Loa n Service, Loa n Ana lyst, Loa n Administration, MCLU Hea d,DBM

Comerrcia l da n Bra nch Ma na ger. Fungsi akuntansi meliputi fungsi

a ccounting a nd control unit. Pada fungsi penagihan meliputi Collection

Work Out, sehingga satu transaksi tidak dilakukan oleh satu bagian saja.

Hal ini dapat menghindari risiko kecurangan dalam pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR)..

2. Dokumen yang digunakan sudah memadai. Hal ini dapat dilihat dengan adanya dokumen bernomor urut tercetak dan dokumen rangkap. Dokumen tersebut diotorisasi oleh pihak yang berwenang. Hal tersebut dilakukan agar dapat memudahkan dalam pengawasan penggunaan dokumen dan menghindari adanya dokumen fiktif atau palsu.

commit to user

3. Adanya sistem pengendalian mutu karyawan yang sudah baik. Hal ini bisa dilihat dari usaha pengembangan mutu karyawan Bank Tabungan Negara cabang Surakarta dilakukan.

4. Mutu karyawan pada Bank Tabungan Negara Cabang Surakarta sudah baik. Hal tersebut dapat dilihat bahwa adanya syarat pendidikan dan keterampilan tertentu untuk dapat menjadi karyawan di PT BTN Cabang Surakarta dan adanya tes seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut oleh PT BTN Cabang Surakarta.

B. KELEMAHAN

1. Pada Bank Tabungan Negara Caabang Surakarta memang sudah dilakukan otorisasi oleh pihak berwenang. Tetapi meskipun demikian, masih saja Mortage Cunsomer Lending Unit (MCLU) sering tidak dilakukan otorisasi tehadap Laporan Hasil Peninjauan (LHP), sehingga bisa saja terjadi kecurangan antara Loa n Administration dengan debitur. 2. Pengawasan kredit dengan on the spot pada bagian Collection Work Out

(CWO) masih mengalami kekurangan pegawai. Hal tersebut menyebabkan pembinaan kredit macet kurang maksimal.

commit to user

54

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah penulis mengadakan evaluasi sistem pengendalian internal kredit perumahan pada PT. Bank Tabungan Negara (persero) Tbk Cabang Surakarta, maka penulis menyampaikan bahwa sistem pengendalian intern pada BTN Cabang Surakarta sudah berjalan dengan baik dengan adanya pemisahan fungsi yang tegas. Hal ini dapat dilihat dari penerapan unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern berikut ini.

1. Pada Bank Tabungan Negara Cabang Surakarta sudah melakukan pemisahan fungsi berdasarkan struktur organisasi dan job descibtion yang sudah ada yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas. Hal ini dapat dilihat dari peran fungsi terkait dalam pemberian kredit perumahan dalam perusahaan.

2. Pada sistem akuntansinya sudah digunakannya dokumen bernomor urut tercetak serta penggunaan tembusan pada dokumen. Dokumen juga telah diotorisasi oleh fungsi berwenang, sehingga akan menghasilkan pencatatan akuntansi yang akurat.

3. Pada Bank Tabungan Negara Cabang Surakarta sudah melaksanakan pemeriksaan mendadak oleh dewan pengawas dari pusat. Hal ini

commit to user

mendorong karyawan untuk melaksanakan tugasnya sesuai dengan prosedur yang telah diterapkan perusahaan.

B. REKOMENDASI

Berdasarkan kelemahan-kelemahan yang terdapat pada Sistem Pengendalian Intern KPR pada PT Bank Tabungan Negara (persero) Tbk. Cabang Surakarta, maka penulis memberikan rekomendasi yang dapat dijadikan pertimbangan bagi perusahaan di masa yang akan datang antara lain.

1. Pada Bank Tabungan Negara Cabang Surakarta memang sudah dilakukan otorisasi oleh pihak berwenang. Tetapi meskipun demikian, masih saja

Mortage Cunsomer Lending Unit (MCLU) sering tidak dilakukan otorisasi

tehadap Laporan Hasil Peninjauan (LHP), sehingga bisa saja terjadi kecurangan antara Loan Administration dengan debitur. Untik menhindari kecurangan, sebaiknya Laporan Hasil Peninjauan (LHP) debitur juga harus di otorisasi oleh fungsi Mortga ge a nd Cunsomer Lending Unit (MCLU)

dan Branch Manager. Hal itu dilakukan bertujuan untuk mengantisipasi

kolusi yang dilakukan oleh loa n administration dan debitur. Misalnya, apabila terjadi kejanggalan mengenai calon debitur fungsi MCLU dan

Bra nch Ma na ger dapat mempertimbangkan keputusannya, tidak hanya

setuju saja dengan keputusan dari hasil tinjauan dari Loa nAdministration. 2. Pengawasan kredit dengan on the spot pada bagian Collection Work Out

(CWO) masih mengalami kekurangan pegawai. Hal tersebut menyebabkan

commit to user

karyawan pada bagian Collection Work Out (CWO) sebagai fungsi pengawas lapangan yang bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap pegawai bagian CWO yang melakukan on the spot atau penagihan ke luar kantor. Tanpa pengawasan, pegawai tidak bisa memanfaatkan waktu kerja secara maksimal.

Dalam dokumen EVI PRATIWI F3309045 (Halaman 56-66)

Dokumen terkait