• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA

Dalam dokumen Vol.11 No.4 Des 2010 (Halaman 91-109)

Iskandar Wahyuddin

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuitata cara penyusunan APBD Kabupaten Aceh Utara periode tahun 2006 sudah sesuai dengan Kepmendagri nomor 13 tahun 2006. Data yang digunakan adalah data sekunder dengan menggunakan teknik dokumentasi dan wawancara para pihak yang terlibat dalam penyususnan APBD Aceh Utara.

Dari hasil penelitian dapat disimpilkan bahwa Pemerintah Kabupaten Aceh Utara dalam menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) perlu menyelenggarakan Forum Musrenbang secara berjenjang mulai dari desa / kelurahan, kecamatan, kabupaten/ kota dan forum SKPD. Perencanaan kerja aparatur daerah terhadap program dan kegiatan kerja daerah menyangkut kepentingan pelayanan terhadap publik belum optimal, dikarenakan tidak transparannya program hasil musyawarah perencanaan pembangunan dan penganggaran yang ditetapkan pemerintah. Perencanaan dan anggaran merupakan hasil kolusi antara birokrasi dan DPRD karena adanya proses politik sehingga anggaran mengandung unsur kolusi dimana pihak parlemen dan pemerintah secara bersama-sama mempertahankan kepentingannya. Untuk itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Utara dalam membuat perencanaan pembangunan daerah harus didasarkan pada hasil musrenbang desa/kelurahan, kecamatan dan kabupaten sehingga perencanaan pembangunan lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan terlaksana secara efektif dan efisien. Pemerintah daerah dalam hal ini Kepala Daerah lebih meningkatkan kinerja aparatur pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Kata Kunci:anggaran, pelayanan publik, perencanaan pembangunan

Wahyuddin adalah Dosen Fakultas Ekonomi Unimal Lhokseumawe

Pendahuluan

Penerapan otonomi akan berdampak pada semakin luasnya kewenangan dan tanggung jawab yang didelegasikan kepada daerah. Salah satu wewenang dan tanggung jawab tersebut adalah pengelolaan pembangunan dan keuangan di daerahnya masing-masing. Dengan adanya pendelegasian wewenang dan tanggung jawab tersebut, maka pemerintah daerah semakin dituntut untuk mewujudkan suatu bentuk akuntabilitas dan transparansi publik yang merupakan bentuk pertanggungjawaban pemerintah daerah.

Perubahan paradigma baru yang merubah konsep dan kewenangan daerah yang semula ditujukan atas dasar kebijakan pusat yang dominan dalam kewenangan pusat dan daerah selanjutnya diarahkan menjadi kemandirian daerah dalam mengelola daerahnya, termasuk kebijakan-kebijakan pembangunan di daerah. Perubahan ini menuntut kemandirian daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri dengan menempuh berbagai strategi, alokasi dan perioritas pengeluaran sesuai dengan aspirasi yang berkembang dalam masyarakat, dalam hal ini daerah harus mampu menghilangkan kesan terjadinya pemborosan dan kebocoran anggaran daerah. Proses penyusunan dan pengalokasian anggaran daerah yang selama ini mengunakan pendekatan top down planning dan bottom up planning yang terkesan dominannya pemerintah pusat harus dihilangkan.

Keberhasilan dalam pengelolaan keuangan daerah sangat ditentukan oleh proses awal perencanaannya. Semakin baik perencanaannya akan memberi dampak semakin baik pula implementasinya dilapangan. Keterlibatan berbagai lembaga instansi dalam proses perencanaan diperlukan kesatuan misi, visi dan tujuan dari setiap lembaga tersebut. Dalam menentukan alokasi dana anggaran untuk setiap kegiatan biasanya digunakan metode incrementalism yang didasarkan pada pembahasan satu atau lebih variabel yang bersifat umum, seperti tingkat inflasi dan jumlah penduduk. Pendekatan lain yang umum dipergunakan adalah line-itembudget yaitu perencanaan anggaran yang didasarkan atas item-item yang ada dimasa lalu misalnya penetapan mata anggaran yang harus didasarkan pada Kepmendagri No. 903-937 tahun 1987 tentang penggunaan sistem digit dalam pelaksanaan APBD serta petunjuk teknis tata usaha keuangan daerah.

Studi Kepustakaan Pengertian APBD

Anggaran pendapatan dan belanja daerah disusun dalam satu tahun anggaran yang dimulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember. APBD merupakan pedoman kerja bagi daerah untuk melaksanakan kegiatan aparatur pemerintah dan kegiatan publik yang menyentuh aspek kehidupan ekonomi masyarakat.Menurut Permendagri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah APBD adalah : ”APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah dan kemampuan pendapatan daerah. Penyusunan APBD ini berpedoman kepada RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah) dalam rangka mewujudkan pelayanan kepada masyarakat untuk tercapainya tujuan bernegara”.

Dalam proses penyusunan anggaran agar diperoleh akuntabilitas yang baik 1

Iskandar & Wahyuddin, Evaluasi Penyusunan Anggaran Pendapatan dan…………. 331

telah ditetapkan sistem akuntansi keuangan daerah baik oleh Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten maupun Kota, hal ini berkaitan dengan dikeluarkan PP 105/2000 tentang pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah. PP tersebut mewajibkan Pemda untuk memenuhi Laporan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah yang terdiri atas laporan perhitungan APBD, Nota Perhitungan APBD, Laporan Aliran Kas, dan Neraca Daerah, sehingga diperoleh akuntabilitas pemerataan dalam pembangunan.

Lembaga pemerintahan yang dimaksud dalam keseimbangan yang saling mengawasi adalah eksekutif, yudikatif serta legislatif, ditambah dengan peranan pers yang semakin penting dalam fungsi pengawasan ini menempatkannya sebagai pilar keempat. Peter (2002:45) menyebutkan adanya 3 (tiga) tipe akuntabilitas yaitu: (1) akuntabilitas keuangan, (2) akuntabilitas administratif, dan (3) akuntabilitas kebijakan publik. Ketiga indikator ini dihubungkan dalam bidang pelayanan publik maupun administrasi publik. Dengan demikian terjamin suatu prinsip pada tiap kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dan kegiatan tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada publik. Sehingga prinsip akuntabilitas publik menjadi suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan dengan ukuran nilai nilai atau norma-norma eksternal yang dimiliki oleh para stakeholders yang berkepentingan dengan pelayanan tersebut.

Penyusunan anggaran tidak bisa dilepaskan dari karakteristik suatu daerah, untuk dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam pengalokasian anggaran. Dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 menyatakan bahwa APBD disusun berdasarkan pendekatan kinerja, yaitu suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dan perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Selanjutnya dikatakan bahwa Pemerintah daerah bersama-sama DPRD menyusun Arah dan Kebijakan Umum APBD yang memuat petunjuk dan ketentuan umum yang disepakati sebagi pedoman dalam penyusunan APBD.

Arah dan kebijakan umum APBD memuat komponen-komponen pelayanan dan tingkat pencapaian yang diharapkan pada setiap bidang dan kewenangan Pemerintah Daerah yang akan dilaksanakan dalam satu tahun anggaran. Komponen pelayanan dan tingkat pencapaian yang diharapkan 16 disusun berdasarkan aspirasi masyarakat dengan mempertimbangkan kondisi dan kemampuan daerah, termasuk kinerja pelayanan yang telah dicapai dalam tahun-tahun anggaran sebelumnya.

Mardiasmo (2002:129) mengemukakan beberapa tahap yang harus dilalui dalam mekanisme penyusunan arah dan kebijakan umum APBD antara lain sebagai berikut:

1) Melakukan proses scanning lingkungan dan needs asessment untuk menentukan posisi dan kebutuhan daerah pada waktu itu;

2) Berdasarkan dokumen hasil needs asessment dan penjaringan aspirasi masyarakat, DPRD mempersiapkan draft arah dan kebijakan umum APBD serta strategi dan periontas APBD;

3) Pemerintah Daerah berdasarkan aspirasi yang diperoleh dan rakorbang, hasil evaluasi dan analisis kondisi eksisting mempersiapkan bahan bahan, untuk masukan dan pertimbangan bagi DPRD dalam pertemuan pihak eksekutif untuk

membuat kesepakatan dengan legislatif;

4) Membuat kesepakatan antara DPRD dan Pemerintah Daerah. Kesepakatan yang dibuat tersebut menghasilkan Arah dan Kebijakan Umum APBD serta Strategi dan Perioritas.

Selanjutnya Mardiasmo (2002: 163) menyatakan bahwa proses perencanaan anggaran daerah yang berorientasi pada kinerja pada dasarnya melibatkan tiga elemen penting yang saling terkait dan terintegrasi. Ketiga elemen tersebut adalah: (1) masyarakat; (2) DPRD; dan (3) Pemerintah Daerah. Dengan adanya interaksi dan keterlibatan ketiga pihak dalam proses penjaringan aspirasi masyarakat akan memberikan masukan dalam proses perencanaan anggaran daerah sehingga penentuan Arah dan Kebijakan Umum APBD sesuai dengan aspirasi murni (kebutuhan riil) masyarakat, bukan sekedar aspirasi politik.

Saleh (200 1: V-I 2) rnengemukakan suatu urutan proses penjaringan aspirasi rnasyarakat, secara urutan dapat dilakukan melalui dua mekanisme.

1. Penjaringan aspirasi melalui DPRD

a. DPRD berdasarkan tugas dan wewenangnya dapat rnelakukan berbagai rnetode penjaringan aspirasi rnasyarakat, antara lain; kuesioner, wawancara, observasi, hearing, dan lain-lain.

b. DPRD secara perorangan ataupun kelompok menjaring berbagal aspirasi yang rnuncul di masyarakat. Jika proses penjaringan informasi ini dilakukan secara tim/kelompok, pembentukan tim/kelornpok tersebut dilakukan sesuai dengan tata tertib yang berlaku di DPRD.

c. Masyarakat dapat secara langsung atau tidak langsung menyalurkan aspirasinya kepada DPRD.

d. Jika data mengenai aspirasi masyarakat dinilai belum memadai, DPRD dapat meminta masukan dari perangkat daerah atau dengan menunjuk pihak lain sebagai konsultan.

2. Penjaringan aspirasi melalui Pemerintah Daerah

a. Proses penjaringan aspirasi masyarakat dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah melalui dinas atau unit kerja yang berada dibawah lingkungan pemerintahannya. b. Penjaringan informasi dapat dilakukan melalui forum musyawarah antara Pemerintah Daerah dengan masyarakat yang diawali dengan musyawarah pada tingkat Rukun Warga (RW).

c. Hasil kesepakatan yang diperoleh di tingkat RW kemudian disampaikan oleh masing-masing ketua RW pada musyawarah tingkat Desa/Kelurahan, sehingga disepakati dan ditentukan aspirasi masyarakat pada tingkat desa dan kelurahan. d. Kepala Desa selanjutnya menyampaikan aspirasi masyarakat di desa melalui

forum musyawarah masyarakat di tingkat kecamatan.

e. Berdasarkan aspirasi masyarakat yang ada di masing-masing kecamatan bersama-sama dengan Dinas/Unit Kerja disuatu Kabupaten/Kota dilakukan musyawarah untuk menentukan dan mengkoordinasikan berbagai aspirasi masyarakat.

f. Berdasarkan aspirasi yang ada di masing masing Kabupaten/Kota bersama-sama dengan Dinas/Unit Kerja yang terkait di suatu Propinsi dilakukan musyawarah

Iskandar & Wahyuddin, Evaluasi Penyusunan Anggaran Pendapatan dan…………. 333

untuk menentukan dan mengkoordinasikan berbagai aspirasi masyarakat pakta tingkat provinsi tersebut.

g. DPRD dalam hal ini harus dilibatkan dalam forum musyawarah untuk menyampaikan berbagai aspirasi masyarakat.

Dari pendapat tersebut di atas, terlihat bahwa anggaran daerah tersebut tidak dapat berdiri sendiri, tetapi lebih merupakan unit bagian yang tidak dapat dipisahkan dari seluruh proses perencanaan dan penyusunan pembangunan daerah yang didasarkan pada prinsip-prinsip penyusunan anggaran. Sementara Elmi (2002:67) menyatakan prinsip-pnnsip penyusunan anggaran belanja daerah selain didasarkan pada peraturan perundangan yang berlaku, juga memperhatikan beberapa azas yaitu: pertama diperlukannya usaha untuk memperbandingkan dengan anggaran dan realisasi tahun anggaran sebelumnya; kedua memperhatikan periontas kegiatan yang akan dilaksanakan pada masing masing dinas sesuai dengan kemampuan keuangan daerah; dan ketiga secara efektif barns mencapai sasaran sesuai dengan tolok ukur yang diterapkan.

Selain memperhatikan ketiga prinsip tersebut di atas Elmi (2002:67), juga mengemukakan ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan anggaran belanja daerah yaitu:

1. Anggaran belanja barang disusun secara menyeluruh, mencakup semua kegiatan dalam satu-kesatuan unit organisasi sehingga tercermin suatu rencana kerja yang akan dilaksanakan;

2. Rencana kerja yang disusun dan alokasi biaya agar dirinci secara jelas dan tertib sesuai dengan unit kerjanya masing-masing;

3. Jumlah biaya yang dibebankan adalah wajar (rasional) dan hemat.

4. Transparansi dalam menyediakan anggaran belanja yang dialokasikan kepada masing-masing dinas sehingga mudah dilakukan pengawasan.

Pendapat lainnya dikemukakan oleh Sukimo (2000: 108) bahwa pada dasarnya ada tiga faktor penting yang akan menentukan dalam perencanaa untuk membiayai pengeluaran pemerintah yaitu pertama dari faktor pajak, sektor ini diharapkan dapat mendorong pembangunan yang lebih cepat. kedua pertimbangan faktor politik di dalam membangun infrastruktur kepercayaan publik yang lebih sehingga mempercepat proses pembangunan di masa depan, dan ketiga persoalan faktor ekonomi yang dihadapi harus ada peningkatan dalam rangka menghindari pengangguran yang tinggi.

Sedangkan Widodo (1990:77) lebih menekankan pada formula dalam membandingkan anggaran untuk mengkaji perkembangan dan tahun ke tahun (horizontal) APBD dan posisi masing-masing pes dalam APBD (vertikal) yang dikenal Comparative Budget Statement (CBS), secara horisontal dihitung dengan tiga ukuran, yaitu absolut, relatif, dan rasio. Sedangkan untuk membandingkan anggaran harus dilihat secara vertikal (dilihat proporsi anggaran tersebut).

Berdasarkan uraian tersebut bahwa proses penyusunan anggaran belanja daerah pada dasarnya merupakan suatu instrumen kebijakan yang utama bagi Pemerintah Daerah dalam membuat rencana kerja pemerintah daerah yang

diwujudkan dalam bentuk uang (rupiah) selama periode waktu tertentu (satu tahun). Sebagai instrumen kebijakan, anggaran daerah menduduki posisi sentral dalam upaya pengembangan kapabilitas dan. efektivitas pemerintah daerah.

Menurut Mardiasmo (2002: 177) menyatakan anggaran daerah digunakan sebagai alat untuk menentukan besarnya pendapatan dan pengeluaran, membantu pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan, otonsasi pengeluaran di masa-masa yang akan datang, sumber pengembangan ukuran-ukuran standar untuk evaluasi kinerja dan sebagai alat untuk memotivasi para pegawai dan alat koordinasi bagi semua aktivitas dari berbagai unit kerja.

Dengan demikian proses dan pengalokasian anggaran haruslah berorientasi kepada kepentingan masyarakat, jadi dalam penyusunan anggaran hendaknya melibatkan banyak pihak dimulai dari perencanaan sampai pelaksanaannya. Pengalokasian anggaran yang berorientasi kepada kepentingan masyarakat akan tergambar dalam proporsi pengalokasian anggaran yang lebih besar pada biaya pelayanan yang dapat dinikmati dan dirasakan oleh masyarakat daripada kepentingan pelayanan yang tidak langsung dinikmati oleh masyarakat.

Suatu proses perencanaan yang baik didasarkan pada tolak ukur keberhasilan implementasi dan evaluasi anggaran. Untuk mengatur dan mengalokasikan sumber- sumber yang ada pemerintah daerah haruslah berlaku adil, dalam artian pengalokasian anggaran harus sesuai dengan tujuannya dan bermanfaat bagi masyarakat sebagaimana dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam pengalokasian anggaran.

Keterlibatan berbagai lembaga instansi di dalam proses perencanaan memerlukan kesatuan visi, misi dan tujuan dari setiap lembaga tersebut. Guna menentukan alokasi dana anggaran untuk setiap kegiatan biasanya digunakan metode incrementalism yang didasarkan atas perubahan satu atau lebih variabel yang bersifat umum, seperti tingkat inflasi dan jumlah penduduk. Pendekatan lain yang umumnya dipergunakan adalah line-item budget yaitu perencanaan anggaran yang didasarkan atas item-item yang ada di masa lain misalnya penetapan mata anggaran yang harus didasarkan pada Kepmendagri No. 903-937 Tahun 1987 tentang penggunaan sistem digit dalam pelaksanaan APBD serta petunjuk teknis pengelolaan keuangan dalam penyusunan anggaran daerah.

Proses penyusunan anggaran daerah juga harus dapat meningkatkan kesejahteraan dari perekonomian, masyarakat melalui sektor-sektor atau proyek- proyek yang ada dalam APBD sehingga APBD disusun secara proporsional tanpa adanya program atau proyek titipan yang tidak berorientasi kepada kepentingan masyarakat umu dari disusun berdasarkan kebutuhan riil dari masing-masing dinas/unit kerja, dari setiap proyek yang ditampung dalam APBD dapat diketahui hasilnya dan dapat mendorong peningkatan perekonomian masyarakat. Untuk melaksanakan pembanguna daerah dari penyusunan anggaran diperlukan kualitas SDM aparatur pemerintah daerah dari DPRD untuk dapat meningkatkan perekomian dari derajat masyarakat.

Perlunya dipegang prinsip value for money di dalam pengelolaan anggaran, artinya pengelolaan anggaran yang baik harus memenuhi ukuran ekonomi, efektif dari efisien. Untuk membiayai seluruh pelayanan publik tersebut pemerintah

Iskandar & Wahyuddin, Evaluasi Penyusunan Anggaran Pendapatan dan…………. 335

memanfaatkan uang rakyat (public money) yang diterima melalui pajak dari retribusi serta penerimaan lainnya sehingga dalam pemanfaatannya pertimbangan value for money sangat diperlukan sehingga dalam proses

penyusunan anggaran dari pengimplementasian dari anggaran dapat terlaksana sebagaimana yang diharapkan.

Pengertian Sistem dan Perencanaan

Sistem banyak diartikan sebagai sebuah aturan tersendiri yang mempunyai fungsi yang beragam tentang pendapatnya. Biasanya juga diartikan sebagai rangkaian-rangkaian dari kenyataan-kenyataan, peraturan, mulai dari perencanaan hingga sampai pada fungsinya. Menurut Suardi, (2001 : 23) ”sistem adalah kelompok komponen yang masing-masing saling menunjang, saling berhubungan maupun tidak keseluruhannya merupakan sebuah kesatuan-kesatuan.

Menurut Lucas dalam Kumuratomo (2001 : 8) ”Sistem adalah sebagai suatu kumpulan atau himpunan dari unsur-unsur, komponen-komponen, variabel-variabel yang terorganisasi, saling berinteraksi, saling ketergantungan satu sama lain yang terpadu.” Menurut Sumantri dalam Syafi’i (1999 : 10) ”sistem adalah sekelompok bagian-bagian yang bekerja bersama-sama untuk melakukan suatu maksud” apabila sudah satu bagian rusak atau tidak dapat menjalankan tugasnya, maka maksud yang hendak dicapai tidak akan terpenuhi atau setidaknya. Sistem yang telah terwujud akan mendapat ganjaran”.

Menurut Prajudi dalam Syafi’i (1999 : 10)” sistem adalah suatu jaringan dari prosedur-prosedur yang berhubungan satu sama lain menurut skema atau pola yang bulat untuk menggerakkan suatu fungsi utama dari suatu usaha atau urusan”. Dari pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan sarana atau bagian-bagian yang saling berhubungan untuk mencapai suatu tujuan, yaitu bagaimana sistem itu diciptakan, dan dilaksanakan demi pencapaian suatu tujuan.”

Menurut Handoko (2001 : 77) ”perencanaan adalah pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi dalam penentuan strategi, kebijaksanaan proyek, prosedur, metode/sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan” sementara itu Stoner Gilbert (1996 :263) ”perencanaan adalah jenis pembuatan keputusan untuk masa depan yang spesifik yang dikehendaki oleh manajer bagi organisasi mereka.”

Gambar 2.1

Sumber: (Saleh 2001:IV-5)

Berdasarkan bagan alur di atas dapat dikemukakan suatu urutan proses penjaringan aspirasi masyarakat ada 2 (dua) tahapan yaitu:

1. Penjaringan aspirasi melalui legislatif, disini pihak legislatif atas tugas dan

wewenangnya melakukan penjaringan aspirasi dari masyarakat publik dalam bentuk; penyelenggaraan forum diskusi, heering, observasi dan lain-lain. Dari hasil penjaringan aspirasi yang muncul di masyarakat kemudian di proses penjaringan informasi ini secara tim/kelompok, pembentukan tim/kelompok tersebut dilakukan sesuai dengan tata tertib yang berlaku di DPRD. Data hasil penjaringan aspirasi masyarakat kemudian diolah dari didokumentasikan dalam suatu format laporan yang disajikan untuk bahan kajian dan pembahasan, jika aspirasi dari masyarakat dinilai belum memadai, pihak legislatif dapat meminta masukan dari perangkat

Masyarakat/Publik

Eksekutif (Pemda) Legeslatif (DPRD)

Panitia Anggaran Eksekutif (PemerintahDaerah) Komisi Anggaran Legislatif (DPRD) Pembahasan RAPBD Eksekutif Penetapan APBD

Iskandar & Wahyuddin, Evaluasi Penyusunan Anggaran Pendapatan dan…………. 337

daerah atau dengan menunjuk pihak lain sebagai konsultan, disamping itu pihak Legislatif juga menerima masukan dari pihak Eksekutif (dalam hal ini panita anggaran yang dibentuk pihak eksekutif)

2. Penjaringan aspirasi melalui Eksekutif yaitu dilakukan oleh Pemerintah Daerah

melalui dinas atau unit kerja yang berada dilingkungannya. Penjaringannya dapat dilakukan musyawarah antara Pemerintah Daerah dengan masyarakat pada tingkat Rukun Warga (RW) sehingga diperoleh hasil kesepakatan kemudian disampaikan pada musyawarah tingkat Desa/Kelurahan, basil dari kesepakatan ini dijadikan aspirasi masyarakat pada pedesaan/kota selanjutnya aspirasi ini.dibawa dalam forum musyawarah masyarakat di tingkat Kecamatan kemudian aspirasi masyarakat ini dibahas oleh panitia anggaran bersama-sama dengan Dinas/Unit Kerja Kabupaten/Kota setelah itu pihak diserahkan kepada Legislatif untuk dibahas dan disahkan menjadi Penetapan Anggaran Pendapatan dari Belanja Daerah. Tugas DPRD adalah melakukan pertemuan dengan pemerintah daerah untuk membuat kesepakatan tentang arah dan kebijakan umum APBD serta strategi dan priontas APBD dengan pertimbangan pertimbangan dari pemerintah daerah yang melaksanakan kegiatan (need assesment) melalui berbagai metode penjaringan informasi, aspirasi serta hasil evaluasi kinerja pemerintah daerah pada periode sebelumnya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Proses Penyusunan APBD

Proses penyusunan APBD dimulai dengan penyusunan rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) dan dokumen prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS). Kedua dokumen tersebut kemudian dibahas bersama DPRD untuk menghasilkan sebuah Nota Kesepakatan KUA dan PPA. Berdasarkan Nota Kesepakatan tersebut, KDH menyampaikan Surat Edaran yang berisi Pedoman Penyusunan RKA-SKPD yang kemudian ditindak lanjuti oleh SKPD-SKPD dengan melakukan penyusunan RKA-SKPD.

PPKD melakukan kompilasi RKA-SKPD menjadi Raperda APBD untuk dibahas dan memperoleh persetujuan bersama dengan DPRD sebelum diajukan dalam proses

evaluasi. Proses penetapan Perda APBD baru dapat dilakukan jika

Mendagri/Gubernur menyatakan bahwa Perda APBD tidak bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundangan yang lebih tinggi.

Dalam kasus tertentu dimana DPRD tidak mengambil keputusan bersama, KDH dapat menyusun Peraturan KDH tentang APBD

Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menyusun dokumen Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) sebagai landasan penyusunan RAPBN/RAPBD. Penyusunan Rancangan RKP dilakukan melalui proses pembahasan yang terkoordinasi antara Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ BAPPENAS dan seluruh Kementerian / Lembaga dan Pemerintah Daerah melalui penyelenggaraan Rapat Koordinasi Pusat (RAKORPUS) penyusunan RKP dan Musrenbang Nasional. Penyusunan rancangan RKPD dilakukan melalui proses pembahasan yang terkoordinasi antara Bappeda dan seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah.

Gambar 2.2. PROSES PENYUSUNAN APBD

“Sumber Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah” Proses Perencanaan RKPD Penyusunan KUA dan PPAS (A1) - Nota Kesepakatan - KUA dan PPA

Penyusunan RKA-SKPD (A3) Pedoman Penyusunan RKA-SKPD (A2) Reperda APBD (A4) RKA-SKPD Pembahasan Reperda APBD (A5) Persetujuan Bersama Reperda APBD Perda APBD (A7) Evaluasi Gubernur/ Mendagri (A6) Pembatalan Perda APBD (A8) Penyusunan Raper KHD APBD (A9) Evaluasi & Penetapan Raper KHD APBD (A10) Raper KHD APBD

Iskandar & Wahyuddin, Evaluasi Penyusunan Anggaran Pendapatan dan…………. 339

Dengan demikian jelas terlihat adanya perbedaan yang mendasar dari unsur laporan pertanggungjawaban tersebut dengan sistem laporan pertanggungjawaban yang lama, terutama mengenai diharuskannya menyajikan laporan aliran kas dan neraca daerah. Tambahan unsur mengharuskan Pemerintah Daerah menyajikan laporan pertanggungjawaban penyajikan laporan aliran kas dan neraca daerah tersebut diperlukan seiring dengan harapan masyarakat akan pertanggungjawaban yang lebih

baik untuk menuju good governance dan clean governance.

Proses penyusunan anggaran belanja daerah dengan mengikuti prosedur yang yang telah disebutkan di atas akan lebih menunjukkan keberpihakan Pemerintah Daerah yang sangat peduli dengan kebutuhan masyarakat akan transparansi pertanggungjawaban publik atas pengelolaan keuangan daerah, karena beberapa kaedah dalam sistem akuntansi memberikan jaminan ke arah pemerintah yang transparansi dan akuntabilitas.

Untuk mengatur pemerintah yang transparansi dan akuntabilitas dalam

Dalam dokumen Vol.11 No.4 Des 2010 (Halaman 91-109)

Dokumen terkait