• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sesuai dengan prinsip-prinsip menejemen, sebuah program agar dapat berjalan dengan baik memerlukan sebuah perencanaan yang baik pula. Suatu perencanaan yang baik perlu mempertimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan fungsi-fungsi menejemen yang akan digunakan dalam implementasikan program guna mencapai Tujuan (goal) yang telah ditetapkan. Hal ini berarti bahwa dalam menyusun perencanaan GLS di SMPN 6 Salatiga perlu terlebih dahulu menetapkan tujuan yang hendak dicapai, dengan memperhitungkan ketersediaan dana, sarana dan prasarana, serta membentuk organisasi yang akan bertugas melaksanakan rencana tersebut. Selain itu, dalam

84 sebuah perencanaan juga sudah harus dirumuskan metode, strategi dan tata cara yang akan dijalankan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Agar pelaksanaan program GLS tidak melenceng dari tujuan serta dapat diukur derajad pencapaiannya, maka perencanaan tersebut juga harus dilengkapi perangkat monitoring serta indikator pencapaian tujuan. Dengan demikian dalam pelaksanaan program akan dapat dikontrol, baik prosesnya maupun pencapaian tujuannya.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, dapat digambarkan bahwa dalam hal perencanaan GLS SMPN 6 Salatiga telah menyusun perencanaan dengan baik dan cukup matang. Hal ini dapat dilihat dengan telah disusunnya Tujuan GLS, Rencana Kegiatan dan Jadwal Kegiatan GLS yang cukup lengkap.Sesuai dengan kebijakan pemerintah, acuan bagi pelaksanaan GLS di Sekolah Menengah Pertama adalah Buku Panduan dan Buku Pedoman Pelaksanaan GLS yang diterbitkan oleh Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah, Kemendikbud RI tahun 2015.

Untuk mendukung pelaksanaan GLS, pihak SMPN 6 Salatiga telah menyiapan Sarana dan Prasarana Fisik, seperti menyiapkan Sudut Baca Kelas, Tempat/rak Buku, Teras Baca Perpustakaan, Pembuatan Gazebo Baca, Serta penyediaan Media

85 Tempel Dinding Depan ruang kelas. Selain itu sekolah juga telah melakukan upaya Revitalisasi Perpustakaan guna mendukung kegiatan GLS.

Sebagai implementasi dari Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti, maka pelaksanaan program GLS di SMPN 6 Salatiga bersifat komprehensif dalam rangka menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik. Oleh karena itu, Gerakan Literasi Sekolah di SMPN 6 Salatiga direncanakan dan disusun sebagai satu kesatuan dan terpadu dari beberapa kegiatan literasi, yang meliputi kegiatan Literasi Umum yaitu kegiatan 15 menit membaca sebelum Jam Pelajaran dimulai, yang dipadukan dengan Kegiatan Literasi Religi, yaitu kegiatan literasi yang bertujuan untuk memperdalam pemahaman, penghyatan dan pengamalan nilai-nilai agama, serta Literasi Lingkungan dan Literasi Etika Moral.

Sebagai motor penggerak dari Gerakan Literasi di SMPN 6 Salatiga telah dibentuk Tim Literasi Sekolah, dengan Penanggungjawab Kepala Sekolah dan melibatkan beberapa Guru sertaKepala Perpustakaan sebagai anggota tim. Tim Literasi inilah yang menjadi inti penggerak dari program GLS.

Masalah yang dihadapi dalam hal penyiapan sarana fisik ini adalah terbatasnya sumber daya dan

86 dana yang tersedia. Untuk menyiasati hal tersebut, pihak sekolah berusaha keras agar sarana dan prasarana fisik yang ada dimafaatkan secara efisien dan efektif. Masalah riil yang dihadapi sekolah adalah terbatasnya jumlah buku di perpustakaan, sementara kebutuhan akan buku-buku baru yang berkualitas dirasakan sangat mendesak.

Untuk mengatasi hal tersebut, pihak sekolah telah menyiapkan suatu strategi yang akan diterapkan guna menambah jumlah buku di Perpustakaan sekolah. Strategi tersebut adalah kegiatan hibah buku yang ternyata terbukti efektif untuk menambah jumlah buku bacaan. Melalui kegiatan ini berhasil diterima sumbangan buku dari berbagai pihak seperti Orang Tua/Wali murid, Alumni, Kalangan Pengusaha, dan beberapa Perguruan Tinggi. 4.3.2. Evaluasi Pelaksanaan GLS

a. Evaluasi Tahap Pembiasaan

Sejalan dengan tujuan utama dari penelitian ini, yakni untuk mengevaluasi ketercapain tujuan program, maka ketercapaian tujuan Gerakan Literasi di SMPN 6 Salatiga perlu dievaluasi dengan Indikator-indikator yang sudah baku bagi pengukuran ketercapaian tujuan GLS.

Sesuai dengan Panduan Gerakan Literasi Sekolah yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2015,17) Ketercapaian tujuan

87 Gerakan Literasi di SMPN 6 Salatiga dapat dievaluasi dengan menggunakan Indikator Ketercapaian Program. Indikator yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tersebut menjelaskan apabila semua kegiatan yang ditetapkan dalam Tahap Pembiasaan itu telah dilaksanakan, maka pelaksanaan tujuan gerakan literasi sekolah pada Tahap ini dapat dinyatakan berhasil.

Untuk itu, Pelaksanaan GLS di SMPN 6 Salatiga akan dievaluasi dengan menggunakan Indikator Ketercapaian Gerakan Literasi Sekolah sesuai dengan Buku Panduan Kemendikbud 2015.

Berdasarkan evaluasi dengan menggunakan indikator diatas, kiranya dapat disimpulkan. bahwa pelaksanaan kegiatan gerakan literasi sekolah pada tahap pembiasaan di SMPN 6 Salatiga dapat dikatakan sudah memenuhi target pencapaian tujuan. Persentase pencapaian masing-masing indikator bervariasi antara 80 % sampai dengan 100 %, dengan persentase rata-rata pencapaian tiap indikator 91,8 %. Presentasi pencapaian ini termasuk kategori pencapaian yang sangat tinggi.

Presentase 100 % dicapai untuk Indikator ketercapaian tujuan terlaksananya kegiatan 15 menit membaca yang berlangsung setiap hari dan tepat waktu sesuai jadwal; Indikator Indikator terpenuhinya durasi waktu pelaksanaan membaca 15 menit selama

88 satu semester, Indikator terpenuhinya kepemilikan jurnal harian membaca pada semua peserta didik, serta Indikator Pada tiga indikator tersebut semuanya sudah tercapai sepenuhnya. Bahkan untuk pemenuhan durasi waktu pelaksanaan membaca 15 menit minimal satu semester, para peserta didik di SMPN 6 untuk tahun ajaran 2016-2017 ini sudah melaksanakan melebihi satu semester atau tepatnya sudah lebih dari 10 bulan..

b.Evaluasi Tahap Pengembangan

Tahap Pengembangan merupakan tindak lanjut dari Tahap Pembiasaan, dimana pada tahap Pengembangan ini kegiatan 15 menit membaca diperkuat oleh berbagai kegiatan tindak lanjut yang bertujuan untuk mengasah kemampuan Peserta didik dalam menanggapi buku pengayaan secara lisan dan tulisan, membangun interaksi antar peserta didik dan antara peserta didik dengan guru, mengasah kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis, analitis, kreatif, dan inovatif, serta mendorong peserta didik untuk selalu mencari keterkaitan antar buku yang dibaca dengan diri sendiri dan lingkungan sekitarnya.

Untuk mengukur ketercapaian tujuan program pada Tahap Pengembangan program akan digunakan Indikator Ketercapaian yang telah disusun oleh Kemendikbud RI.

89 Untuk Indikator ketercapaian terlaksananya kegiatan 15 menit membaca, baik membaca dalam hati dan/atau membaca nyaring, yang dilakukan setiap hari, maka kegiatan tersebut sudah berhasil diwujudkan sepenuhnya (100 %) dan telah berjalan rutin setiap hari sebagaimana yang telah dijadwalkan. Pelaksanaan kegiatan membaca 15 menit ini dilaksanakan sebelum jam pelajaran dimulai.

Demikian pula halnya pengukuran pencapaian indikator Adanya berbagai kegiatan tindak lanjut dalam bentuk menghasilkan tanggapan secara lisan maupun tertulis kegiatan inipu sudah berhasil dilaksanakan di SMPN 6 Salatiga. Dalam pelaksanaannya bentuk tanggapan peserta didik dituangkan dalam Jurnal membaca harian. Apabila dilihat dari keharusan membuat jurnal, maka setiap peserta didik sudah melaksanakannya, namun apabila dilihat dari kemampuan memberikan tanggapan lisan, nampak bahwa kemampuan anak dalam membuat tanggapan lisan belum merata.. Secara umum memang sebagian besar peserta didik sudah mampu membuat tanggapan lisan dengan baik, namun ada beberapa peserta didik yang belum mampu melakukan dengan baik. Olah karena itu presentasi pencapaian tujuan untuk indikator ini adalah tidak sepenuhnya atau hanya sekitar 80 %.

90 Tujuan kegiatan GLS dalam mewujudkan setiap Peserta didik memiliki portofolio yang berisi kumpulan jurnal tanggapan membaca, dalam pelaksanaanya belum dapat diwujudkan sepenuhnya. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik yang telah memiliki portofolio tersebut adalah sekitar 90 %. Sekitar 10 % peserta didik lainnya belum memiliki porto folio dimaksud.

Untuk pencapaian tujuan Guru menjadi model dalam kegiatan 15 menit membaca dengan ikut membaca selama kegiatan berlangsung persentasenya mencapai 90 %. Hal itu berdasarkan hasil pengamatan langsung yang menunjukkan bahwa dari sepuluh guru mata pelajaran yang menjalankan tugas,membaca, masih terdapat seorang guru yang belum berlaku sebagai model yakni tidak ikut membaca buku pada saat kegiatan membaca dilaksanakan. Guru tersebut hanya memberikan petunjuk kepada peserta didik untuk mulai membaca, namun sang guru kemudian keluar kelas untuk suatu keperluan.

Tagihan lisan dan tulisan yang digunakan sebagai penilaian non akademis oleh guru Mata pelajaran sudah dipenuhi oleh Peserta didik. Berdasarkan jumlahnya dari 15 Peserta didik yang di wawancarai, 13 anak sudah memenuhi kewajiban tersebut, namun masih ada 2 orang anak yang belum

91 memenuhinya. Sehingga kalau dipersenatasi pencapaian untuk indikator ini mencapai 86,6 %.

Persentasi pencapaian tujuan pemasangan Jurnal tanggapan membaca peserta didik yang dipajang di kelas dan/atau koridor sekolah telah mencapai 80%. Persentase ini didapat dari pengukuran jumlah dan ragam dan kualitas jurnal tanggapan peserta didik yang dipajang di tiap-tiap kelas dan koridor sekolah. Sedangkan untuk mewujudkan lingkungan yang mendukung program literasi, dimana ruang-baca Perpustakaan, sudut baca kelas, dan area baca yang nyaman dengan koleksi buku non pelajaran yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan literasi,berhasil diwujudkan dengan presentase 90%.

Adanya penghargaan terhadap pencapaian peserta didik dalam kegiatan literasi secara berkala sudah terlaksana secara terbatas. Bila diukur secara persentasi, pencapaiannya berkisar 80%. Penghargaan yang diberikan oleh sekolah kepada Peserta didik yang memenangkan kategori “Best Reader”, yaitu predikat bagi. Peserta didik yang paling banyak membaca buku, dengan tolok ukur paling banyak berkunjung ke perpustakaan dan meminjam buku, serta paling banyak portofolia jumlah tanggapan tertulisnya.Selain itu penghargaan juga diberikan kepada pemenang lomba membuat resensi buku, dan menulis. Pengahargaan lain biasanya diperoleh peserta didik

92 yang memenangkan lomba di luar sekolah, seperti lomba baca puisi, lomba membuat kaligrafi, melukis.

Untuk pencapaian indikator adanya poster-poster kampanye membaca sudah bisa tercapai 80%.Pada setiap ruangan kelas sudah terpasang poster-poster kampanye tersebut, tetapi bila dilihat dari desain dan kontensnya terlihat belum kreatif dan masih monoton.Poster-poster Kampanye yang menarik dapat dihasilkan dari kreatifitas peserta didik yang diberikan kebesasan untuk mengekspresikan perasaan dan imajinasinya.

Adanya Bahan kaya teks yang terpampang di tiap kelas, koridor dan area lain di sekolah telah tercapai dengan persentase 90%. Dari 10 sampel kelas yang diteliti semuanya sudah terpampang bahan kaya teks seperti Poster, teks slogan/semboyan, lukisan dan kaligrafi. Hanya saja belum semua koridor, perpustakaan dan area lain sekolah terpampang bahan kaya teks tersebut.

Untuk ketercaian tujuan terwujudnya kegiatan akademik yang mendukung budaya literasi sekolah, misalnya wisata ke perpustakaan di luar sekolah, kunjungan perpustakaan keliling, lomba menulis, sudah dapat dicapai dengan persentasi 90%. Kunjungan ke perpustakaan di luar sekolah secara formal belum pernah diacarakan secara kolektif oleh sekolah.Kunjungan ini biasa dilakukan secara pribadi

93 atau individual oleh peserta didik.Sedangkan kunjungan perpustakaan keliling sudah berlangsung secara rutin seminggu sekali ke SMPN 6 Salatiga.Lomba literasi yang telah terlaksana secara rutin setiap tahun di SMPN 6 Salatiga adalah Lomba Menulis dan Lomba membuat Resensi Buku.

Adanya kegiatan perayaan hari-hari tertentu yang bertemakan literasi sudah dapat diwujudkan oleh SMPN 6 Salatiga.Namun jumlah dan kualitasnya masih belum optimal, yakni baru mencapai 70%. Kegiatan yang sudah dilaksanakan antara lain Bursa dan Pameran buku dalam rangka Dies Natalis sekolah, lomba menulis dan baca puisi dalam rangka hari Aksara Nasional.

Indikator pencapaian terakhir yang ditentukan dalam buku Panduan adalah adanya Tim Literasi Sekolah yang dibentuk oleh Kepala Sekolah dan terdiri atas Guru Bahasa, Guru Mapel lain, dan tenaga kependidikan. Untuk eksistensi Tim Lierasi Sekolah ini sepenuhnya sudah dapat diwujudkan di SMPN 6 Salatiga (100%). Keberadaan Tim literasi sekolah bukanlah sekedar formalitas belaka, tetapi sudah berfungsi sebagai motor penggerak program GLS.

c. Evaluasi Tahap Pembelajaran

Sebagaimana tertuang dalam Buku Panduan Gerakan Literasi Sekolah yang dikeluarkan oleh Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah

94 Kemendikbu RI (1995,37), bahwa tujuan dari kegiatan GLS pada Tahap Pembelajaran adalah untuk mengembangkan kemampuan memahami teks dan mengaitkan dengan pengalaman pribadi sehingga terbentuk pribadi pembelajar sepanjang hayat, mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan mengolah dan mengelola kemampuan komunikasi secara kreatif (verbal, tulisan, visual, digital) melalui kegiatan menanggapi teks buku bacaan dan buku pelajaran.

Evaluasi pencapaian tujuan program pada Tahap pembelajaran ini dapat dilakukan melalui pengukuran pencapaian 18 indikator yang sudah ditentukan. Pengukuran pencapaian dan persentasi tiap indicator dilakukan berdasarkan hasil pengolahan data hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi, yang kemudian dianalisis dengan teknis triangulasi. Hasil Evaluasi akan disajikan pada tabel 12 di bawah ini.

Pengukuran terhadap ketercapaian tujuan program terwujudnya Kegiatan membaca pada tempatnya (selain 15 menit membaca sebelum pembelajaran) sudah dapat terpenuhi 100% di SMPN 6 Salatiga.Namun untuk mengukur apakah kegiatan tersebut sudah membudaya dan menjadi sudah menjadi kebutuhan warga sekolah, kiranyanya masih memerlukan penelitian tersendiri dan pengukuran tersendiri. Karena pengukuran tentang kebiasaan,

95 sikap dan perilaku akan berkaitan erat dengan disipilin lain seperti ilmu psikologi.

Kegiatan 15 menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran diikuti kegiatan lain dengan tagihan non-akademis atau akademis sudah terpenuhi dengan persentasi 90%. Hanya sekitar 10% saja dari kegiatan lain yang belum disertai tagihan. Kegiatan lain dimaksud antara laian kegiatan Literasi Moral etika, dan kegiatan Literasi Lingkungan.

Adanya pengembangan berbagai strategi membaca sudah mampu direalisasikan dalam pelaksanaan GLS di SMPN 6 Salatigas, meskipun

upaya dimaksud masih belum

maksimal.Pengembangan strategi membaca terkesan masih bersifat konvensional dengan teknik dan metode yang sudah tersedia.Belum ditemukan Inovasi baru dalam pengembangan strategi membaca ini.

Dalam hal kegiatan membaca buku non-pelajaran yang terkait dengan non-pelajaran dilakukan oleh peserta didik dan guru (ada tagihan akademik untuk peserta didik) sudah dapat dipenuhi. Semua peserta didik dan guru sudah melaksanakan dengan baik. Demikian pula dalam hal memenuhi tagihan akademik dan non akademik sudah dipenuhi oleh sebagian besar peserta didik. Dari 15 orang peserta didik, hanya ada satu orang peserta didk yang belum memenuhi tagihan tersebut. Selain itu ada berbagai kegiatan tindak lanjut

96 yang menghasilkan tanggapan secara lisan maupun tulisan (tagihan akademik.Kegiatan tersebut adalah kegiatan Literasi Etika moral, Literasi Lingkungan dan Kiterasi Religi yang telah dilaksanakan secara rutin.

Dalam hal tercapainya indicator Peserta didik memiliki porto folio yang berisi kumpulan jurnal tanggapan membaca minimal 12 buku non-pelajaran, nampaknya Peserta didik di SMPN 6 Salatiga agak menemui kesulitan. Hal ini disebabkan adanya perbedaan kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan pembacaan bukunya. Berdasarkan analisis dapat digambarkan, bahwa dari 15 orang peserta didik, sebanyak 9 peserta didik telah memilki porto folio 12 Buku (100%), 4 peserta didik memiliki porto folio 10 Buku dan sisanya 2 peserta didik memiliki porto folio 9 buku.

Dalam hal melaksanakan berbagai strategi untuk memahami teks dalam semua mata pelajaran (misalnya menggunakan Peta Konsep, TIP, Tabel perbandingan, Tangga Proses/Kronologis,dll) sudah berhasil dipenuhi oleh peserta didik. Demikian pula halnya dalam hal menempatkan peran Guru sebagai model dalam kegiatan membaca buku non-pelajaran dengan ikut membaca buku-buku pilihan (non-pelajaran) yang dibaca siswa.

Pada pelaksanaan kegiatan tahap Pembelajaran ini, Tagihan lisan dan tulisan peserta didik telah

97 digunakan sebagai penilaian akademis.Para peserta didik juga telah mampu menggunakan lingkungan fisik, sosial, afektif, dan akademik disertai beragam bacaan (cetak, visual, auditrori, digital) yang kaya literasi di luar buku teks pelajaran untuk memperkaya pengetahuan dalam mata pelajaran.

Sebagai bentuk apresiasi terhadap prestasi peserta didik, Jurnal tanggapan peserta didik dari hasil membaca buku bacaan dan buku pelajaran (hasil tagihan akademik) yang terbaik telah dipajang di kelas dan/atau koridor sekolah Selain itu ada penghargaan terhadap pencapaian peserta didik dalam kegiatan berliterasi seperti pemberian predikat “best Reader”,

pemberian piagam, diikutsertakan dalam berbagai lomba literasi, dan lain sebagainya.

Berbagai Poster-poster kampanye membaca guna memperluas pemahaman dan tekad warga sekolah untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat, sudah banyak dipajang di ruang-ruang kelas dan koridor sekolah. Selain itu bahan kaya teks terkait dengan mata pelajaran sudah banyak yang terpampang di tiap kelas.Ada unjuk karya (hasil dari kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berkomunikasi secara kreatif, secara verbal, tulisan, visual, atau digital) dalam perayaan hari-hari tertentu yang bertemakan literasi.

Upaya untuk mewujudkan Perpustakaan sekolah menyediakan beragam buku bacaan (buku

Non-98 pelajaran, fiksi dan non fiksi) yang diperlukan peserta didik untuk memperluas pengetahuannya dalam pelajaran tertentu, sudah dilakukan dengan serius oleh pihak sekolah. Meskipun demikian upaya tersebut masih menghadapi persoalan ternatasnya anggaran untuk pembelian buku-buku baru. Terbatasnya anggaran ini antara lain dipengaruhi oleh adanya kebijakan penggunaan dana BOS, yang tadinya dapat dipergunakan untuk pengaadaan buku baru sekarang ini wajib dibelikan buku paket yang sudah ditentukan oleh pemerintah.

Untuk indikator terbentuknya Tim Literasi Sekolah bertugas melakukan perencanaan, pelaksanaan dan asesmen program literasi sekolah sudah berhasil diwujudkan oleh SMPN 6 Salatiga.Hal itu dapat dievaluasi dari eksistensi Tim literasi sekolah yang telah melaksanakan tugasnya dengan baik sejak dibentuk oleh Kepala Sekolah.

Dalam hal Sekolah membuat jejaring dengan pihak eksternal untuk pengembangan program literasi sekolah dan pengembangan professional warga sekolah tentang literasi sudah dilaksanakan dengan baik. Jejaring atau hubungan yang telah terbina selama ini menghasilkan banyak sumbangan buku dari berbagai pihak seperti kalangan pengusaha, Perguruan Tinggi seperti Undip, UGM, Yayasan Ashari,dll

Dokumen terkait