• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum SMPN 6 Salatiga - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Salatiga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum SMPN 6 Salatiga - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Salatiga"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

63 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum SMPN 6 Salatiga 4.1.1.Sejarah Berdirinya

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Salatiga

merupakan SMP Negeri ke-6 yang didirikan di Kota

Salatiga. SMPN 6 didirikan pada tahun 1982 tepatnya

bulan Agustus 1982.Sebelum berdirinya bangunan SMP

Negeri 6 Salatiga menginduk pada SMP Negeri 3 Salatiga

dengan Kepala sekolah dijabat oleh Suhardi, BA.Pada

saat itu akses menuju ke SMP Negeri 6 Salatiga sangat

sulit, karena jalannya masih makadam.Akan tetapi, SMP

Negeri 6 Salatiga berkembang seiring dengan

perkembangan sosial dan budaya masyarakat Kota

Salatiga yang cukup pesat.

Era tahun 1985 jumlah rombongan belajar

masing-masing Kelas I, kelas II dan kelas III masing-masing-masing-masing

hanya ada 3 (tiga) Rombongan Belajar (Rombel).Pada

tahun 1996 jumlah kelas mulai mengalami penambahan

1 rombongan belajar, dan teruas berkembang hingga

tahun 2017 sekarang ini menjadi 24 rombongan belajar.

Dilihat prestasi akademis maupun non akademis

hampir setiap tahun masuk nominasi pada tingkat

(2)

64 SMP Negeri 6 Salatiga ditetapkan oleh Direktorat

Jenderal.Pendidikan Dasar dan Menengah Sebagai

Sekolah Standar Nasional (SSN). Dengan penetapan

tersebut sudah tentu menjadi prestasi, tuntutan, dan

tantangan bagi kemajuan SMP Negeri 6 Salatiga itu

sendiri, baik di tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi bahkan

tingkat Nasional.

10.Jalan dan Nomor : Jalan Tegalrejo Raya 11.Kode Pos : 50733

12.Telepon : (0298) 323851

13.Email : smpn6@salatigakota.go.id 14.Status Sekolah: SMP SSN

15.Akreditasi : “A” Tahun 2006 16.Tahun Berdiri : 1982

17.No.Register : 0299/O/1982, Tgl, 9-10-1982 18.Kegiatan KBM : Pagi

19.Status Tanah dan Bangunan: Hak Milik Sekolah 20.Luas Tanah : 14.100 M2

21.Luas Bangunan : 3.213 M2

22.Lokasi Sekolah : Tegalrejo Argomulyo 23.Jarak Ke Kecamatan : 3 KM

24.Jarak Ke Pusat Kota : 2,5 KM

25.Organisasi Penyelenggara : Pemerintah

(3)

65 4.1.3. Visi, Misi dan Tujuan SMPN 6 Salatiga

Visi SMPN 6 Salatiga adalah unggul dalam Mutu,

berpijak pada iman dan taqwa, yang berwawasan

lingkungan dengan motto ”EKSIS BERSAHABAT”, yang

merupakan akronim dari Edukasi, Kreatif, Santun,

Iman-Taqwa, Sukses, Bersih, Sehat, Asri, Harmonis, Aman dan

Berbudaya Tertib.

Sedangkan Misi SMPN 6 difokuskan pada 5 (lima)

misi utama, yaitu Meningkatkan disiplin belajar dan

mengajar secara berkelanjutan, Meningkatkan prestasi

akademis dan non-akademis, Mewujudkan lingkungan

belajar yang kondusif, Merealisasikan penghayatan,

pengamalan keimanan dan ketaqwaan melalui kegiatan

ibadah di sekolah sesuai dengan agama dan keyakinan

masing-masing, serta mewujudkan sekolah adiwiyata.

Keberadaa SMPN 6 Salatiga saat sekarang dan

dimasa mendatang adalah untuk mewujudkan tujuan

yang hendak dicapai. Tujuan tersebut telah dirumuskan,

yaitu Unggul dalam kegiatan keagamaan dan kepedulian

sekolah, Unggul dalam perolehan nilai Ujian Nasional,

Unggul dalam persaingan memasuki jenjang pendidikan

selanjutnya, Unggul dalam penerapan Iptek utamanya

dalam bidang komunikasi, sains dan matematika, Unggul

dalam Lomba Olah raga, KIR, Kesenian, PMR, Paskibra

dan Pramuka, Unggul dalam kebersihan dan penghijauan

(4)

66 4.1.4. Sumber Daya Manusia Guru SMPN 6 Salatiga

Kondisi Sumber Daya Tenaga Pengajar/Guru

SMPN 6 Salatiga, dapat dikemukakan bahwa kondisis

Sumber Daya Manusia bidang tenaga pendidik (Guru) di

SMPN 6 Salatiga sudah terpenuhi baik dari segi jumlah

maupun kualifikasi jenjang pendidikannya. Jumlahnya

seluruh tenaga Pendidik/Guru sebanyak 45 Orang. Dari

jumlah tersebut 6 Guru berpendidikan Strata 2 (12%),

dan sisanya sebanyak 39 Guru berpendidikan Strata-1,

sehingga apabila dilihat dari faktor pendidikan, SDM

Guru di SMPN 6 Salatiga sudah memenuhi kualitas dan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dilihat dari Status kepegawaian dan golongan

kepangkatan, dapat digambarkan bahwa dari 45 Guru

yang ada, 41 Guru telah berstatus sebagai PNS (92 %)

dan 4Guru lainya (8 %) masih berstatus Wiyata Bhakti

atau Honorer. Dari segi Pangkat dan Golongan, terdapat

25 Guru berpangkat Pembina atau memiliki Golongan IV,

dan 15 Guru berpangkat Penata atau Golongan III,

sisanya adalah Non PNS yang berijazah Strata 1 atau

Sarjana. Hal ini menunjukkan bahwa SDM Guru di SMPN

6 sebagian besar adalah Guru senior yang memiliki

Golongan IV (55 %) dan hanya sebagian kecil lainnya

bergolongan III (30 %). Bila dilihat dari masa kerja atau

pengalaman kerjanya maka para guru SMPN 6 sebagian

besar telah memiliki masa kerja lebih dari sepuluh.

(5)

67 kurang dari sepuluh tahun. Untuk masa kerja terendah

adalah 7 tahun, sedang masa kerja terlama adalah 36

Tahun.

Untuk dapat melihat gambaran keadaan SDM

Guru SMPN 6 secara lebih lengkap dapat dilihat dalam

tabel5sebagaimana tersaji dalam lampiran.

4.1.5.SDM Tenaga Kependidikan

Hasil pengumpulan data yang berasal dari

Dokumen dapat digambarkan, bahwakondisi Tenaga

Kependidikan di SMPN 6 Salatiga tidak semua karyawan

atau tenaga administrasu SMPN 6 telah menyandang

status PNS. Hanya sebagian kecil saja dari tenaga

administrasi tersebut yang telah diangkat sebagai PNS.

Jumlah SDM Tenaga Kependidikan SMPN 6

Salatiga seluruhnya berjumlah 15 Orang.Dari jumlah 15

orang tersebut hanya 5 orang yang berstatus PNS (33 %),

sedang sisanya sebanyak 10 orang (66 %) masih

berstatus Wiyata Bhakti atau honorer.Dilihat dari tingkat

pendidikannya, 2 orang menyandang gelar Sarjana (S1), 1

orang bergelar Ahli Madya dan sisanya 12 orang

menyandang pendidikan SLTA atau sederajad.

4.1.6. Data Kesiswaan SMPN 6 Salatiga

Data Kesiswaan SMPN 6 Salatiga selama kurun

waktu lima tahun terakhir, yang meliputi jumlah

(6)

68 siswa, dan jumlah Rombel yang ada di SMPN 6 Salatiga,

dapat dilihat pada Tabel 6 berikut dibawah ini.

Tabel 6

DATA SISWA SMPN 6 SALATIGA 5 TAHUN TERAKHIR

Sumber : Profil SMPN 6 Salatiga 2017

Dengan melihat tabel 6 di atas dapat dijelaskan

bahwa komposisi jumlah siswa SMPN 6 pada tahun ajaran

2016-2017 sebanyak 690 anak, dengan jumlah Rombel

24. Selama kurun waktu lima tahun terakhir, Jumlah

Siswa SMPN 6 selalu mengalami peningkatan yang

signifikan. Pada tahun Ajaran 2013-2013 jumlah siswa

sebanyak 633 Siswa, selanjutnya pada tahun ajaran

2013-2014 mendapatkan tambahan sebanyak 30 Anak

sehingga jumlahnya menjadi 663 Siswa.Namun di tahun

ajaran berikutnya, yakni tahun ajaran 2014-2015 jumlah

siswa justeru berkurang 2 siswa karena karena pindah

sekolah sehingga menjadi 661 siswa.Pada Tahun ajaran

selanjutnya jumlah siswa kembali mengalami

penambahan sebanyak 7 siswa sehingga totalnya menjadi

(7)

2016-69 2017 masih mengalami penambahan sehingga berjumlah

690 Siswa. .

4.1.7.Sarana dan Prasarana Gedung

Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan

melalui studi dokumentasi dan observasi diperoleh data

tentang sarana dan prasarana yang dimiliki oleh SMPN 6.

Dalam hal Sarana dan Prasarana khususnya

gedung dan bangunan, dapat dikatakan bahwa SMPN 6

Salatiga sudah memiliki Sarana bangunan yang lengkap

dan bagus. Selain ruang kelas, SMPN 6 Salatiga juga

memiliki Ruang Laboratorium IPA, Laboratorium Biologi,

Komputer, Laboratorium Multi Media, Ruang UKS,

Perpustakaan, Ruang Agama Kristen dan Agama Katholik.

Bahkan SMPN 6 Salatiga memiliki ruang khusus yang

jarang dimiliki oleh sekolah lain yaitu Ruang Penyiaran

Radio, yaitu ruangan yang difungsikan untuk penyiaran

pengumunan dan menyimpan piranti serta alat-alat

penyiaran. Dari ruangan ini disiarkan

pengumuman-pengumunan yang berkaitan dengan kegiatan dan proses

Belajar mengajar, baik yang bersifat kurikuler maupun

ekstra kulikuler.

4.1.8.Sarana Perpustakaan

SMPN 6 Salatiga juga sudah memiliki sebuah

perpustakaan yang cukup representative dan

nyaman.Perpustakaan tersebut memiliki bangunan yang

cukup luas dan berdiri di atas tanah seluas 7m X

(8)

70 sebelah kiri kompleks bangunan sekolahan atau persis di

belakang gerbang masuk SMPN 6 Salatiga.

Koleksi dan isi perpustakaan SMPN 6 Salatiga

dapat digambarkan, bahwa perpustakaan ini memeiliki

Buku Non Pelajaran sebanyak 1.871 Buku (fiksi dan

non-fiksi), buku Referensi sebanyak 624 buku, ini akan

disajikan dalam Tabel 7 berikut di bawah ini. Buku Paket

16.970 Buku, Laporan Penelitian sebanyak 187 laporan,

Peta sebanyak 21 peta, Klipping sebanyak 25, Lukisan 2

buah, Skripsi 8 naskah, Foto Album ada 25, Brosur 3,

Surat Kabar 3 media, Kaset Pita 50 buah, Compac Disk

sebanyak 83 keping, E-Book sebanyak 7.989, Media

Pembelajaran 10 set/perangkat, dan Arsip Soal dari 11

bidang studi. Untuk melihat gambaran secara rinci dapat

dilihat pada tabel 7 yang tersedia dalam lampiran.

4.2. HASIL PENELITIAN

4.2.1. Perencanaan Program Gerakan Literasi Sekolah. Berdasarkan data yang dikumpulkan selama

penelitian dapat digambarkan, bahwa dalam hal

perencanaan GLS, SMPN 6 Salatiga telah berhasil

menyusun perencanaan dengan cukup matang. Hal ini

dapat dibuktikan dengan telah disusunnya Rencana

Kegiatan dan Jadwal Kegiatan GLS yang cukup lengkap.

Buku Panduan dan Pedoman Pelaksanaan GLS juga telah

disiapkan dengan cara menggandakan naskah Buku

Panduan yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan

(9)

71 Demikian pula halnya dengan Penyiapan Sarana

dan Prasarana Fisik, seperti penyiapan Sudut Baca Kelas,

Tempat Buku, Teras Baca Perpustakaan, Pembuatan

Gazebo Baca, Serta penyediaan Media Tempel Dinding

Depan ruang kelas. serta upaya Revitalisasi

Perpustakaan. Masalah yang dihadapi dalam hal

penyiapan sarana fisik ini adalah terbatasnya sumber

daya dan dana yang tersedia. Untuk menyiasati hal

tersebut, pihak sekolah berusaha keras agar sarana dan

prasarana fisik yang ada dimafaatkan secara efisien dan

efektif. Masalah riil yang dihadapi sekolah adalah

terbatasnya jumlah buku di perpustakaan, sementara

kebutuhan akan buku-buku baru yang berkualitas

dirasakan sangat mendesak.

Untuk mengatasi hal tersebut, pihak sekolah telah

menyiapkan suatu strategi yang akan diterapkan guna

menambah jumlah buku di Perpustakaan SMPN 6

Salatiga Strategi tersebut adalah kegiatan hibah buku

yang ternyata terbukti efektif untuk menambah jumlah

buku bacaan. Melalui kegiatan ini berhasil diterima

sumbangan buku dari berbagai pihak seperti Orang Tua

Peserta didik, Alumni, Kalangan Pengusaha, dan

beberapa Perguruan Tinggi

Sesuai dengan Rencana yang telah disusun,

Implementasi GLS di SMPN 6 Salatiga bersifat

komprehensif dalam rangka menumbuhkembangkan

(10)

72 Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang

Pengembangan Budi Pekerti. Oleh karena itu, Gerakan

Literasi Sekolah meliputi kegiatan Literasi Umum yaitu

kegiatan 15 menit membaca sebelum jam pelajaran

dimulai, dipadukan dengan Kegiatan Literasi Religi, yaitu

kegiatan literasi yang bertujuan untuk memperdalam

pemahaman, penghayatan dan pengamalan nilai-nilai

keagamaan, serta Literasi Lingkungan dan Literasi Etika

Moral.

Sebagai motor penggerak Kegiatan Literasi, Sekolah

juga sudah membentuk Tim Literasi Sekolah dengan

Penangungjawab Kepala Sekolah dengan melibatkan

beberapa Guru dan Kepala Perpustakaan sebagai anggota

tim. Tim Literasi inilah yang menjadi inti penggerak dari

kegiatan Literasi sekolah di SMPN 6 Salatiga.

4.2.2. Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah a. Tahap Pembiasaan

Pada Tahap Pembiasaan ini, penelitian

difokuskan pada tiga hal, yaitu kegiatan pada saat

sebelum kegiatan membaca 15 menit, kegiatan pada

saat membaca dan kegiatan Setelah membaca. Ketiga

kegiatan tersebut merupakan kegiatan inti dari tahap

Pembiasaan, yang diharapkan dapat menumbuhkan

kebiasaan, pola sikap dan perilaku siswa kepada

(11)

73 Dari penelitian yang telah dilakukan pada

kegiatan Sebelum Membaca, Pada Saat Membaca dan

Setelah Membaca menunjukkan hasil sebagai berikut:

1).Sebelum Membaca

Sebelum Kegiatan membaca 15 menit dimulai,

Guru terlebih dahulu menjelaskan, bahwa para siswa

diperbolehkan memilih buku yang disukainya. Guru

juga menjelaskan bahwa buku tersebut akan dibaca

sampai selesai dalam jangka waktu tertentu sesuai

agihan waktu yang ditentukan. Oleh karena itu,

kepada siswa juga dipersilahkan mengganti buku yang

dibacanya apabila dianggap kurang menarik isinya.

Dalam hal ini Guru juga menjelaskan bahwa

kegiatan membaca akan dilakukan dengan dua cara

yaitu membaca dalam hati dan membaca secara

nyaring. Dan setelah kegiatan membaca ini selesai

para siswa diminta untuk membuat jurnal membaca

harian, yang bentuk dan formatnya sudah disiapkan

oleh sekolah.

2).Saat Membaca.

Pada awalnya kegiatan membaca dilakukan

secara sunyi atau membaca dalam hati.Pada Saat

membaca ini para siswa telah melakukan dengan baik,

Para siswa telah membaca buku yang dipilihnya

dengan tenang dan tertib. Para siswa juga kelihatan

santai tenang dan tidak ada yang melakukan aktifitas

(12)

74 Pada sessi berikutnya, pada saat dilakukan

membaca nyaring, Guru telah memberikan contoh

membaca nyaring dengan suara dan intonasi yang

jelas dengan tempo yang tidak terlalu cepat. Selama

membaca itu bebarapa kali Guru mengajukan

pertanyaan tentang isi buku yang dibacanya. Hal itu

dilakukan untuk menarik minat dan perhatian siswa

terhadap buku yang sedang dibaca.

3). Setelah Membaca.

Berdasarkan pengamatan langsung pada saat

pelaksanaan kegiatan, dapat digambarkan bahwa

setelah kegiatan membaca 15 menit selesai

dilaksanakan para peserta didik telah menulis di buku

jurnal harian membaca (bukunya telah disediakan

oleh pihak sekolah). Para siswa menuliskan judul

buku, nama pengarang dan jumlah halaman yang

telah dibacanya. Namun dalam hal ini, pencapaian

jumlah halaman yang telah dibaca adalah

berbeda-beda pada setiap Peserta didik sebab hal itu sangat

tergantung pada tingkat kecepatan membaca

masing-masing peserta didik.Beberapa siswa dapat melakukan

membaca dengan cepat, namun ada pula yang

membaca dengan lambat-lambat.Pada umumnya

kecepatan membaca peserta didik selama 15 menit

rata-rata berkisar antara 5 sampai 7 halaman buku.

Selain itu para peserta didik juga selalu

(13)

75 semula. Peserta didik yang membaca buku miliknya

sendiri segera menyimpan kembali bukunya ke dalam

tas setelah memberikan tanda pada halaman terakhir

yang tadi telah dibacanya. Pada akhir kegiatan

membaca tersebut, Beberapa Guru telah menanyakan

kepada peserta didik tentang apa yang telah

dibacanya, serta mengingatkan siswa untuk

melanjutkan membaca buku yang sama pada

kesempatan berikutnya. Namun tidak semua guru

mengajukan pertanyaan tersebut kepada peserta

didik, karena adapula Guru yang lupa melakukannya.

Kegiatan 15 menit membaca di SMPN 6 salatiga telah

dilaksanakan sejak tahun ajaran 2016, dan

pelaksanaan di tahun ajaran 2017 ini sudah

berlangsung lebih dari satu semester.

b. Tahap Pengembangan

Tahap Pengembangan merupakan tindak lanjut

dari Tahap Pembiasaan, dimana pada tahap

Pengembangan ini kegiatan 15 menit membaca

diperkuat oleh berbagai kegiatan tindak lanjut yang

bertujuan untuk mengasah kemampuan Peserta didik

dalam menanggapi buku pengayaan secara lisan dan

tulisan, membangun interaksi antar peserta didik dan

antara peserta didik dengan guru, mengasah

kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis,

analitis, kreatif, dan inovatif, serta mendorong peserta

(14)

76 yang dibaca dengan diri sendiri dan lingkungan

sekitarnya

Berdasarkan wawancara dan pengamatan

langsung di lapangan, kegiatan menanggapi isi buku

baik secara lisan maupun tulisan sudah dilakukan

oleh peserta didik sesuai dengan buku panduan. Isi

tanggapan para peserta didik meliputi kesan dari

peserta didik apakah dia menyukai atau tidak

menyukai buku yang dibacanya, tema atau topik,

pokok-pokok pikiran dari buku, serta memahami

elemen cerita.

Dalam memberikan tanggapan lisan, Nampak

bahwa belum semua peserta didik mampu

memberikan tanggapannya dengan baik. Selain

kurang memahami pokok pikiran yang ada dalam

buku, Nampak pula bahwa banyak siswa yang belum

lancer danbelum memiliki kepercayaan diri untuk

berbicara di depan kelas.

Pada Tahap Pengembangan ini para peserta

didik juga telah membuat Jurnal tanggapan terhadap

buku yang berisi catatan pikiran dan perasaan peserta

didik tentang buku yang dibaca dan proses

pembacaannya. Pada kegiatan ini Nampak bahwa

peserta didik didorong untuk mengeksplorasi idenya

lebih dalam daripada memberikan tanggapan atau

(15)

77 Kegiatan lain yang dilakukan pada tahap

Pengembangan ini adalah menggunakan Graphic

Organizers (Peta Konsep) sebagai alat menulis

tanggapan.Pada umumnya peta konsep memberikan

perhatian kepada tokoh, struktur teks, atau

pengetahuan peserta didik tentang topik dalam

buku.Dalam prakteknya, hamper semua peserta didik

telah mampu menggunakan peta konsep ini untuk

menyusun tanggapannya.Peta konsep yang mereka

gunakan adalah Jaring Tokoh Perbandingan Dua

Tokoh serta Aksi Tokoh.

Yang menarik dalam Tahap Pengembangan ini

adalah adanya kegiatan dan usaha sekolah untuk

mengembangkan iklim literasi di SMPN 6 Salatiga.

Apabila dalam Tahap Pembiasaan sekolah

mengutamakan pembenahan pada lingkungan fisik,

pada Tahap Pengembangan ini sekolah berupaya

mengembangkan lingkungan sosial dan afektif.

Pengembangan social dan afektif dalam iklim literasi

sekolah dilakukan antara lain dengan mendorong

sekolah untuk memberikan apresiasi dan

penghargaan terhadap prestasi non akademis peserta

didik.Dalam hal ini sekolah memberikan penghargaan

kepada peserta didik yang menunjukkan pencapaian

baik dalam kegiatan literasi seperti pemberian

penghargaan “Best Reader Tahun ini”.Yaitu sebuah

(16)

78 menyelesaikan berbagai buku bacaan nonpelajaran

dengan pemahanan terbaik.

Selain itu, sekolah juga telah menyelenggarakan

kegiatan yang bersifat membangun suasana

kolaboratif dan apresiatif terhadap program Literasi

dengan mengundang Perpustakaan Keliling secara

berkala, Kegiatan Pameran Buku, Kegiatan Hibah

Buku, Pembuatan Gazebo Baca, Penyediaan Teras

Baca Perpustakaan, serta kegiatan Lomba bertema

Literasi seperti Lomba membuat Resensi Buku dan

Lomba Menulis.

Pada Tahap Pengembangan ini sekolah juga

merasa perlu untuk melakukan pengembangan

program melalui kegiatan-kegiatan literasi lain, tetapi

masih merupakan satu kesatuan dari Gerakan Literasi

itu sendiri. Kegiatan tersebut adalah kegiatan Literasi

Religius, Literasi Lingkungan dan Literasi Etika

Moral.yangmerupakan bagian integral dari program

Gerakan Literasi di SMPN 6 Salatiga,guna

menumbuhkembangkan budaya membaca, kesadaran

lingkungan, etika moral dan Budi Pekerti siswa secara

paripurna.

Literasi Religi adalah kegiatan penguatan

pemahaman, penhayatan dan pengamalan nilai-nilai

agama sesuai dengan agama dan keyakinan peserta

didik.Kegiatan ini dilaksanakan tiap hari Jum’at

(17)

79 masing-masing.Bentuk kegiatannya ceramah dan

diskusi gunamengkaji dan mengupas kitab suci

masing-masing agama.Kegiatan ini sudah rutin

berjalan setiap hari Jum’at dari pukul 09.00.sampai

dengan pukul 09.30.WIB.

Lierasi Lingkungan adalah kegiatan yang

bertujuan untuk meningkatkan keperdulian Pserta

didik kepada kebersihan dan kesehatan lingkungan

sekolah.Wujud kegiatan ini adalah kegiatan

membersihakan rauang kelas dan lingkungan sekolah,

seperti Taman, Toilet, Mushola, Ruang Laboratorium,

dan lain-lainnya.Durasi waktu kegiatan ini

dilaksanakan sekitar 45 menit pada setiap hari Jum’at

pagi.Kegiatan inipun sudah berjalan baik dan rutin

setiap hari Jum’at pagi.

Pengembangan lain dari Kegiatan Literasi

Sekolah adalah Literasi Etika dan Moral. Kegiatan

Literasi Etika dan Moral dilaksanakan pada jam

terakhir setiap hari Sabtu selama satu jam pelajaran.

Kegiatan ini dibimbing oleh Wali Kelas masing-masing,

dengan materi utama Etika Berbicara, Etika

Berbusana, etika bergaul dan lain sebagainya.Kegiatan

ini merupakan salah satu upaya untuk membentuk

pola sikap dan perilaku Peserta didik,baik dalam

pergaulan di sekolah maupun di lingkungan social.

Selain pengembangan kegiatan literasi di atas,

(18)

80 yang cukup menarik yang disebut dengan Kegiatan

“Perpustakaan Kejujuran”.Perpustakaan Kejujuran adalah wujud miniatur perpustakaan dimana

buku-buku disusun di suatu wadah dan diletakkan di Teras

semua kelas.Bagi Peserta didik yang ingin membaca

buku, disilahkan untuk mengambil sendiri, mencatat

sendiri dan mengembalikan sendiri di tempatnya

setelah buku tersebut selesai dibaca.Tujuan dari

Perpustakaan Kejujuran ini adalah untuk melatih

siswa untuk bersikapa dan berlaku jujur, disiplin,

mandiri, kreatif dan bertanggungjawab.

Kegiatan “Perpustakaan Kejujuran”yang

mengutamakan prinsip kepercayaan dan kejujuran

ini, ternyata dapat berjalan dengan baik. Hal itu

terbukti dari kenyataan bahwa setelah Perpustakaan

Kejujuran ini berjalan beberapa waktu ternyata tidak

ada satupun buku yang hilang, messkipun memang

ada beberapa buku yang mengalami kerusakan.

Dalam upaya mengembangkan perpustakaan

sekolah, khususnya dalam menambah jumlah buku

pihak sekolah telah bertekad untuk menambah

jumlah buku yang ada dengan menetaokan target

sampai 7000 (tujuh ribu) buku Non-pelajaran. Untuk

itu segenap warga sekolah secara kreatif telah

membuat gerakan Koin Perduli perpustakaan,

Sertifikasi Perduli perpustakaan, Alumni Perduli

(19)

81 Koin Perduli perpustakaan adalah gerakan

pengumpulan uang koin yang dilakukan oleh siswa

secara suka rela sehabis upacara bendera setiap hari

senin. Setelah koin-koin tersebut terkumpul akan

dibelikan buku guna menambah koleksi yang ada di

perpustakaan.

Sertifikasi Perduli perpustakaan adalah gerakan

yang dipelopori oleh kepala sekolah guna menyisihkan

secara sukarela sebagian kecil dari tunjangan

sertifikasi guru untuk membeli buku.Gerakan ini

ternyata mendapat sambutan baik dari para guru

penerima tunjangan sertifikasi.

Kegiatan Alumni dan masyarakat perduli

perpustakan, ternyata juga cukup efektif

menggerakkan peranserta para alumni SMPN 6

Salatiga dan masyarakat (orang tua siswa/wali murid,

pengusaha) serta kalangan Perguruan Tinggi) untuk

memberikan sumbangan buku ke perpustakaan

c. Tahap Pembelajaran.

Sebagaimana tertuang dalam Buku Panduan

Gerakan Literasi Sekolah yang dikeluarkan oleh

Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah

Kemendikbu RI (1995,37), bahwa tujuan dari kegiatan

GLS pada Tahap Pembelajaran adalah untuk

mengembangkan kemampuan memahami teks dan

mengaitkan dengan pengalaman pribadi sehingga

(20)

82 mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan

kemampuan mengolah dan mengelola kemampuan

komunikasi secara kreatif (verbal, tulisan, visual,

digital) melalui kegiatan menanggapi teks buku

bacaan dan buku pelajaran.

Dari hasil pengamatan langsung terhadap

pelaksanaan Tahap pembelajaran ini dapat diketahui

bahwa kegiatan 15 menit membaca sebelum jam pe

lajaran dimulai diisi dengan membaca buku yang

berkaitan dengan mata pelajaran tertentu. Oleh Guru

Mapel IPA dipilihkan Artikel dan bacan yang berkaitan

dengan topik ilmiah popular tentang kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi pada saat ini.Oleh Guru

Bahasa Indonesia buku bacaan yang dipilih peserta

didik diarahkan kepada topik karya sastra, baik fiksi

maupun non fiksi.Demikian pula halnya Guru Mapel

IPS dan Agama, jenis bacaannya juga telah diarahkan

kepada tema atau topik yang berkaitan dengan jenis

Mata pelajaran yang diampunya. Hal ini dilakukan

agar kegiatan membaca 15 menit sebelum jam

pelajaran dimulai masih tetap relevan dan berkaitan

dengan mata pelajaran yang hendak diikuti siswa..

Penggunaan lingkungan fisik, sosial dan afektif,

dan akademis telah diupayakan dapat ditunjang oleh

beragam bacaan (cetak, visual, audiotori, digital) diluar

buku teks pelajaran untuk memperkaya pengetahuan

(21)

83 dimaksud bisa diperoleh melalui media cetak (buku,

Koran, majalah, bulletin, dll), serta media elektronik

dan media sosial (jejaring internet). Untuk keperluan

tersebut kepada peserta didik kadang kala diberikan

penugasan untuk mencari bahan bacaan dari media

online atau jejaring internet atau media media cetak

seperti Koran, majalah dan bulletin tertentu yang

relevan topik yang menjadi bahasan peserta didik.

Semua tanggapan ini kemudian diminta tagihan baik

tagihan akademis maupun non akademis secara

berkala.

4.3. Pembahasan

4.3.1. Evaluasi Perencanaan GLS

Sesuai dengan prinsip-prinsip menejemen,

sebuah program agar dapat berjalan dengan baik

memerlukan sebuah perencanaan yang baik pula.

Suatu perencanaan yang baik perlu

mempertimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan

fungsi-fungsi menejemen yang akan digunakan dalam

implementasikan program guna mencapai Tujuan

(goal) yang telah ditetapkan. Hal ini berarti bahwa

dalam menyusun perencanaan GLS di SMPN 6

Salatiga perlu terlebih dahulu menetapkan tujuan

yang hendak dicapai, dengan memperhitungkan

ketersediaan dana, sarana dan prasarana, serta

membentuk organisasi yang akan bertugas

(22)

84 sebuah perencanaan juga sudah harus dirumuskan

metode, strategi dan tata cara yang akan dijalankan

untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Agar pelaksanaan program GLS tidak melenceng

dari tujuan serta dapat diukur derajad pencapaiannya,

maka perencanaan tersebut juga harus dilengkapi

perangkat monitoring serta indikator pencapaian

tujuan. Dengan demikian dalam pelaksanaan program

akan dapat dikontrol, baik prosesnya maupun

pencapaian tujuannya.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, dapat

digambarkan bahwa dalam hal perencanaan GLS

SMPN 6 Salatiga telah menyusun perencanaan dengan

baik dan cukup matang. Hal ini dapat dilihat dengan

telah disusunnya Tujuan GLS, Rencana Kegiatan dan

Jadwal Kegiatan GLS yang cukup lengkap.Sesuai

dengan kebijakan pemerintah, acuan bagi

pelaksanaan GLS di Sekolah Menengah Pertama

adalah Buku Panduan dan Buku Pedoman

Pelaksanaan GLS yang diterbitkan oleh Direktorat

Pendidikan Dasar dan Menengah, Kemendikbud RI

tahun 2015.

Untuk mendukung pelaksanaan GLS, pihak

SMPN 6 Salatiga telah menyiapan Sarana dan

Prasarana Fisik, seperti menyiapkan Sudut Baca

Kelas, Tempat/rak Buku, Teras Baca Perpustakaan,

(23)

85 Tempel Dinding Depan ruang kelas. Selain itu sekolah

juga telah melakukan upaya Revitalisasi Perpustakaan

guna mendukung kegiatan GLS.

Sebagai implementasi dari Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015

tentang Penumbuhan Budi Pekerti, maka pelaksanaan

program GLS di SMPN 6 Salatiga bersifat

komprehensif dalam rangka menumbuhkembangkan

budi pekerti peserta didik. Oleh karena itu, Gerakan

Literasi Sekolah di SMPN 6 Salatiga direncanakan dan

disusun sebagai satu kesatuan dan terpadu dari

beberapa kegiatan literasi, yang meliputi kegiatan

Literasi Umum yaitu kegiatan 15 menit membaca sebelum Jam Pelajaran dimulai, yang dipadukan

dengan Kegiatan Literasi Religi, yaitu kegiatan literasi yang bertujuan untuk memperdalam

pemahaman, penghyatan dan pengamalan nilai-nilai

agama, serta Literasi Lingkungan dan Literasi Etika

Moral.

Sebagai motor penggerak dari Gerakan Literasi

di SMPN 6 Salatiga telah dibentuk Tim Literasi

Sekolah, dengan Penanggungjawab Kepala Sekolah

dan melibatkan beberapa Guru sertaKepala

Perpustakaan sebagai anggota tim. Tim Literasi inilah

yang menjadi inti penggerak dari program GLS.

Masalah yang dihadapi dalam hal penyiapan

(24)

86 dana yang tersedia. Untuk menyiasati hal tersebut,

pihak sekolah berusaha keras agar sarana dan

prasarana fisik yang ada dimafaatkan secara efisien

dan efektif. Masalah riil yang dihadapi sekolah adalah

terbatasnya jumlah buku di perpustakaan, sementara

kebutuhan akan buku-buku baru yang berkualitas

dirasakan sangat mendesak.

Untuk mengatasi hal tersebut, pihak sekolah

telah menyiapkan suatu strategi yang akan

diterapkan guna menambah jumlah buku di

Perpustakaan sekolah. Strategi tersebut adalah

kegiatan hibah buku yang ternyata terbukti efektif

untuk menambah jumlah buku bacaan. Melalui

kegiatan ini berhasil diterima sumbangan buku dari

berbagai pihak seperti Orang Tua/Wali murid, Alumni,

Kalangan Pengusaha, dan beberapa Perguruan Tinggi.

4.3.2. Evaluasi Pelaksanaan GLS a. Evaluasi Tahap Pembiasaan

Sejalan dengan tujuan utama dari penelitian ini,

yakni untuk mengevaluasi ketercapain tujuan

program, maka ketercapaian tujuan Gerakan Literasi

di SMPN 6 Salatiga perlu dievaluasi dengan

Indikator-indikator yang sudah baku bagi pengukuran

ketercapaian tujuan GLS.

Sesuai dengan Panduan Gerakan Literasi

Sekolah yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan

(25)

87 Gerakan Literasi di SMPN 6 Salatiga dapat dievaluasi

dengan menggunakan Indikator Ketercapaian

Program. Indikator yang ditetapkan oleh Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan tersebut menjelaskan

apabila semua kegiatan yang ditetapkan dalam Tahap

Pembiasaan itu telah dilaksanakan, maka

pelaksanaan tujuan gerakan literasi sekolah pada

Tahap ini dapat dinyatakan berhasil.

Untuk itu, Pelaksanaan GLS di SMPN 6 Salatiga

akan dievaluasi dengan menggunakan Indikator

Ketercapaian Gerakan Literasi Sekolah sesuai dengan

Buku Panduan Kemendikbud 2015.

Berdasarkan evaluasi dengan menggunakan

indikator diatas, kiranya dapat disimpulkan. bahwa

pelaksanaan kegiatan gerakan literasi sekolah pada

tahap pembiasaan di SMPN 6 Salatiga dapat dikatakan

sudah memenuhi target pencapaian tujuan.

Persentase pencapaian masing-masing indikator

bervariasi antara 80 % sampai dengan 100 %, dengan

persentase rata-rata pencapaian tiap indikator 91,8 %.

Presentasi pencapaian ini termasuk kategori

pencapaian yang sangat tinggi.

Presentase 100 % dicapai untuk Indikator

ketercapaian tujuan terlaksananya kegiatan 15 menit

membaca yang berlangsung setiap hari dan tepat

waktu sesuai jadwal; Indikator Indikator terpenuhinya

(26)

88 satu semester, Indikator terpenuhinya kepemilikan

jurnal harian membaca pada semua peserta didik,

serta Indikator Pada tiga indikator tersebut

semuanya sudah tercapai sepenuhnya. Bahkan untuk

pemenuhan durasi waktu pelaksanaan membaca 15

menit minimal satu semester, para peserta didik di

SMPN 6 untuk tahun ajaran 2016-2017 ini sudah

melaksanakan melebihi satu semester atau tepatnya

sudah lebih dari 10 bulan..

b.Evaluasi Tahap Pengembangan

Tahap Pengembangan merupakan tindak lanjut

dari Tahap Pembiasaan, dimana pada tahap

Pengembangan ini kegiatan 15 menit membaca

diperkuat oleh berbagai kegiatan tindak lanjut yang

bertujuan untuk mengasah kemampuan Peserta didik

dalam menanggapi buku pengayaan secara lisan dan

tulisan, membangun interaksi antar peserta didik dan

antara peserta didik dengan guru, mengasah

kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis,

analitis, kreatif, dan inovatif, serta mendorong peserta

didik untuk selalu mencari keterkaitan antar buku

yang dibaca dengan diri sendiri dan lingkungan

sekitarnya.

Untuk mengukur ketercapaian tujuan program

pada Tahap Pengembangan program akan digunakan

Indikator Ketercapaian yang telah disusun oleh

(27)

89 Untuk Indikator ketercapaian terlaksananya

kegiatan 15 menit membaca, baik membaca dalam hati

dan/atau membaca nyaring, yang dilakukan setiap

hari, maka kegiatan tersebut sudah berhasil

diwujudkan sepenuhnya (100 %) dan telah berjalan

rutin setiap hari sebagaimana yang telah dijadwalkan.

Pelaksanaan kegiatan membaca 15 menit ini

dilaksanakan sebelum jam pelajaran dimulai.

Demikian pula halnya pengukuran pencapaian

indikator Adanya berbagai kegiatan tindak lanjut

dalam bentuk menghasilkan tanggapan secara lisan

maupun tertulis kegiatan inipu sudah berhasil

dilaksanakan di SMPN 6 Salatiga. Dalam

pelaksanaannya bentuk tanggapan peserta didik

dituangkan dalam Jurnal membaca harian. Apabila

dilihat dari keharusan membuat jurnal, maka setiap

peserta didik sudah melaksanakannya, namun apabila

dilihat dari kemampuan memberikan tanggapan

lisan, nampak bahwa kemampuan anak dalam

membuat tanggapan lisan belum merata.. Secara

umum memang sebagian besar peserta didik sudah

mampu membuat tanggapan lisan dengan baik,

namun ada beberapa peserta didik yang belum

mampu melakukan dengan baik. Olah karena itu

presentasi pencapaian tujuan untuk indikator ini

(28)

90 Tujuan kegiatan GLS dalam mewujudkan setiap

Peserta didik memiliki portofolio yang berisi kumpulan

jurnal tanggapan membaca, dalam pelaksanaanya

belum dapat diwujudkan sepenuhnya. Dari hasil

penelitian menunjukkan bahwa peserta didik yang

telah memiliki portofolio tersebut adalah sekitar 90 %.

Sekitar 10 % peserta didik lainnya belum memiliki

porto folio dimaksud.

Untuk pencapaian tujuan Guru menjadi model

dalam kegiatan 15 menit membaca dengan ikut

membaca selama kegiatan berlangsung persentasenya

mencapai 90 %. Hal itu berdasarkan hasil pengamatan

langsung yang menunjukkan bahwa dari sepuluh guru

mata pelajaran yang menjalankan tugas,membaca,

masih terdapat seorang guru yang belum berlaku

sebagai model yakni tidak ikut membaca buku pada

saat kegiatan membaca dilaksanakan. Guru tersebut

hanya memberikan petunjuk kepada peserta didik

untuk mulai membaca, namun sang guru kemudian

keluar kelas untuk suatu keperluan.

Tagihan lisan dan tulisan yang digunakan

sebagai penilaian non akademis oleh guru Mata

pelajaran sudah dipenuhi oleh Peserta didik.

Berdasarkan jumlahnya dari 15 Peserta didik yang di

wawancarai, 13 anak sudah memenuhi kewajiban

(29)

91 memenuhinya. Sehingga kalau dipersenatasi

pencapaian untuk indikator ini mencapai 86,6 %.

Persentasi pencapaian tujuan pemasangan

Jurnal tanggapan membaca peserta didik yang

dipajang di kelas dan/atau koridor sekolah telah

mencapai 80%. Persentase ini didapat dari pengukuran

jumlah dan ragam dan kualitas jurnal tanggapan

peserta didik yang dipajang di tiap-tiap kelas dan

koridor sekolah. Sedangkan untuk mewujudkan

lingkungan yang mendukung program literasi, dimana

ruang-baca Perpustakaan, sudut baca kelas, dan area

baca yang nyaman dengan koleksi buku non pelajaran

yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan

literasi,berhasil diwujudkan dengan presentase 90%.

Adanya penghargaan terhadap pencapaian

peserta didik dalam kegiatan literasi secara berkala

sudah terlaksana secara terbatas. Bila diukur secara

persentasi, pencapaiannya berkisar 80%. Penghargaan

yang diberikan oleh sekolah kepada Peserta didik yang

memenangkan kategori “Best Reader”, yaitu predikat

bagi. Peserta didik yang paling banyak membaca buku,

dengan tolok ukur paling banyak berkunjung ke

perpustakaan dan meminjam buku, serta paling

banyak portofolia jumlah tanggapan tertulisnya.Selain

itu penghargaan juga diberikan kepada pemenang

lomba membuat resensi buku, dan menulis.

(30)

92 yang memenangkan lomba di luar sekolah, seperti

lomba baca puisi, lomba membuat kaligrafi, melukis.

Untuk pencapaian indikator adanya

poster-poster kampanye membaca sudah bisa tercapai

80%.Pada setiap ruangan kelas sudah terpasang

poster-poster kampanye tersebut, tetapi bila dilihat

dari desain dan kontensnya terlihat belum kreatif dan

masih monoton.Poster-poster Kampanye yang menarik

dapat dihasilkan dari kreatifitas peserta didik yang

diberikan kebesasan untuk mengekspresikan perasaan

dan imajinasinya.

Adanya Bahan kaya teks yang terpampang di

tiap kelas, koridor dan area lain di sekolah telah

tercapai dengan persentase 90%. Dari 10 sampel kelas

yang diteliti semuanya sudah terpampang bahan kaya

teks seperti Poster, teks slogan/semboyan, lukisan dan

kaligrafi. Hanya saja belum semua koridor,

perpustakaan dan area lain sekolah terpampang bahan

kaya teks tersebut.

Untuk ketercaian tujuan terwujudnya kegiatan

akademik yang mendukung budaya literasi sekolah,

misalnya wisata ke perpustakaan di luar sekolah,

kunjungan perpustakaan keliling, lomba menulis,

sudah dapat dicapai dengan persentasi 90%.

Kunjungan ke perpustakaan di luar sekolah secara

formal belum pernah diacarakan secara kolektif oleh

(31)

93 atau individual oleh peserta didik.Sedangkan

kunjungan perpustakaan keliling sudah berlangsung

secara rutin seminggu sekali ke SMPN 6

Salatiga.Lomba literasi yang telah terlaksana secara

rutin setiap tahun di SMPN 6 Salatiga adalah Lomba

Menulis dan Lomba membuat Resensi Buku.

Adanya kegiatan perayaan hari-hari tertentu

yang bertemakan literasi sudah dapat diwujudkan oleh

SMPN 6 Salatiga.Namun jumlah dan kualitasnya

masih belum optimal, yakni baru mencapai 70%.

Kegiatan yang sudah dilaksanakan antara lain Bursa

dan Pameran buku dalam rangka Dies Natalis sekolah,

lomba menulis dan baca puisi dalam rangka hari

Aksara Nasional.

Indikator pencapaian terakhir yang ditentukan

dalam buku Panduan adalah adanya Tim Literasi

Sekolah yang dibentuk oleh Kepala Sekolah dan terdiri

atas Guru Bahasa, Guru Mapel lain, dan tenaga

kependidikan. Untuk eksistensi Tim Lierasi Sekolah ini

sepenuhnya sudah dapat diwujudkan di SMPN 6

Salatiga (100%). Keberadaan Tim literasi sekolah

bukanlah sekedar formalitas belaka, tetapi sudah

berfungsi sebagai motor penggerak program GLS.

c. Evaluasi Tahap Pembelajaran

Sebagaimana tertuang dalam Buku Panduan

Gerakan Literasi Sekolah yang dikeluarkan oleh

(32)

94 Kemendikbu RI (1995,37), bahwa tujuan dari kegiatan

GLS pada Tahap Pembelajaran adalah untuk

mengembangkan kemampuan memahami teks dan

mengaitkan dengan pengalaman pribadi sehingga

terbentuk pribadi pembelajar sepanjang hayat,

mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan

kemampuan mengolah dan mengelola kemampuan

komunikasi secara kreatif (verbal, tulisan, visual,

digital) melalui kegiatan menanggapi teks buku bacaan

dan buku pelajaran.

Evaluasi pencapaian tujuan program pada Tahap

pembelajaran ini dapat dilakukan melalui pengukuran

pencapaian 18 indikator yang sudah ditentukan.

Pengukuran pencapaian dan persentasi tiap indicator

dilakukan berdasarkan hasil pengolahan data hasil

wawancara, observasi dan studi dokumentasi, yang

kemudian dianalisis dengan teknis triangulasi. Hasil

Evaluasi akan disajikan pada tabel 12 di bawah ini.

Pengukuran terhadap ketercapaian tujuan

program terwujudnya Kegiatan membaca pada

tempatnya (selain 15 menit membaca sebelum

pembelajaran) sudah dapat terpenuhi 100% di SMPN 6

Salatiga.Namun untuk mengukur apakah kegiatan

tersebut sudah membudaya dan menjadi sudah

menjadi kebutuhan warga sekolah, kiranyanya masih

memerlukan penelitian tersendiri dan pengukuran

(33)

95 sikap dan perilaku akan berkaitan erat dengan

disipilin lain seperti ilmu psikologi.

Kegiatan 15 menit membaca setiap hari sebelum

jam pelajaran diikuti kegiatan lain dengan tagihan

non-akademis atau akademis sudah terpenuhi dengan

persentasi 90%. Hanya sekitar 10% saja dari kegiatan

lain yang belum disertai tagihan. Kegiatan lain

dimaksud antara laian kegiatan Literasi Moral etika,

dan kegiatan Literasi Lingkungan.

Adanya pengembangan berbagai strategi

membaca sudah mampu direalisasikan dalam

pelaksanaan GLS di SMPN 6 Salatigas, meskipun

upaya dimaksud masih belum

maksimal.Pengembangan strategi membaca terkesan

masih bersifat konvensional dengan teknik dan metode

yang sudah tersedia.Belum ditemukan Inovasi baru

dalam pengembangan strategi membaca ini.

Dalam hal kegiatan membaca buku

non-pelajaran yang terkait dengan non-pelajaran dilakukan oleh

peserta didik dan guru (ada tagihan akademik untuk

peserta didik) sudah dapat dipenuhi. Semua peserta

didik dan guru sudah melaksanakan dengan baik.

Demikian pula dalam hal memenuhi tagihan akademik

dan non akademik sudah dipenuhi oleh sebagian besar

peserta didik. Dari 15 orang peserta didik, hanya ada

satu orang peserta didk yang belum memenuhi tagihan

(34)

96 yang menghasilkan tanggapan secara lisan maupun

tulisan (tagihan akademik.Kegiatan tersebut adalah

kegiatan Literasi Etika moral, Literasi Lingkungan dan

Kiterasi Religi yang telah dilaksanakan secara rutin.

Dalam hal tercapainya indicator Peserta didik

memiliki porto folio yang berisi kumpulan jurnal

tanggapan membaca minimal 12 buku non-pelajaran,

nampaknya Peserta didik di SMPN 6 Salatiga agak

menemui kesulitan. Hal ini disebabkan adanya

perbedaan kemampuan peserta didik dalam

menyelesaikan pembacaan bukunya. Berdasarkan

analisis dapat digambarkan, bahwa dari 15 orang

peserta didik, sebanyak 9 peserta didik telah memilki

porto folio 12 Buku (100%), 4 peserta didik memiliki

porto folio 10 Buku dan sisanya 2 peserta didik

memiliki porto folio 9 buku.

Dalam hal melaksanakan berbagai strategi untuk

memahami teks dalam semua mata pelajaran

(misalnya menggunakan Peta Konsep, TIP, Tabel

perbandingan, Tangga Proses/Kronologis,dll) sudah

berhasil dipenuhi oleh peserta didik. Demikian pula

halnya dalam hal menempatkan peran Guru sebagai

model dalam kegiatan membaca buku non-pelajaran

dengan ikut membaca buku-buku pilihan

(non-pelajaran) yang dibaca siswa.

Pada pelaksanaan kegiatan tahap Pembelajaran

(35)

97 digunakan sebagai penilaian akademis.Para peserta

didik juga telah mampu menggunakan lingkungan

fisik, sosial, afektif, dan akademik disertai beragam

bacaan (cetak, visual, auditrori, digital) yang kaya

literasi di luar buku teks pelajaran untuk memperkaya

pengetahuan dalam mata pelajaran.

Sebagai bentuk apresiasi terhadap prestasi

peserta didik, Jurnal tanggapan peserta didik dari

hasil membaca buku bacaan dan buku pelajaran (hasil

tagihan akademik) yang terbaik telah dipajang di kelas

dan/atau koridor sekolah Selain itu ada penghargaan

terhadap pencapaian peserta didik dalam kegiatan

berliterasi seperti pemberian predikat “best Reader”,

pemberian piagam, diikutsertakan dalam berbagai

lomba literasi, dan lain sebagainya.

Berbagai Poster-poster kampanye membaca guna

memperluas pemahaman dan tekad warga sekolah

untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat, sudah

banyak dipajang di ruang-ruang kelas dan koridor

sekolah. Selain itu bahan kaya teks terkait dengan

mata pelajaran sudah banyak yang terpampang di tiap

kelas.Ada unjuk karya (hasil dari kemampuan berpikir

kritis dan kemampuan berkomunikasi secara kreatif,

secara verbal, tulisan, visual, atau digital) dalam

perayaan hari-hari tertentu yang bertemakan literasi.

Upaya untuk mewujudkan Perpustakaan sekolah

(36)

Non-98 pelajaran, fiksi dan non fiksi) yang diperlukan peserta

didik untuk memperluas pengetahuannya dalam

pelajaran tertentu, sudah dilakukan dengan serius

oleh pihak sekolah. Meskipun demikian upaya tersebut

masih menghadapi persoalan ternatasnya anggaran

untuk pembelian buku-buku baru. Terbatasnya

anggaran ini antara lain dipengaruhi oleh adanya

kebijakan penggunaan dana BOS, yang tadinya dapat

dipergunakan untuk pengaadaan buku baru sekarang

ini wajib dibelikan buku paket yang sudah ditentukan

oleh pemerintah.

Untuk indikator terbentuknya Tim Literasi

Sekolah bertugas melakukan perencanaan,

pelaksanaan dan asesmen program literasi sekolah

sudah berhasil diwujudkan oleh SMPN 6 Salatiga.Hal

itu dapat dievaluasi dari eksistensi Tim literasi sekolah

yang telah melaksanakan tugasnya dengan baik sejak

dibentuk oleh Kepala Sekolah.

Dalam hal Sekolah membuat jejaring dengan

pihak eksternal untuk pengembangan program literasi

sekolah dan pengembangan professional warga sekolah

tentang literasi sudah dilaksanakan dengan baik.

Jejaring atau hubungan yang telah terbina selama ini

menghasilkan banyak sumbangan buku dari berbagai

pihak seperti kalangan pengusaha, Perguruan Tinggi

seperti Undip, UGM, Yayasan Ashari,dll

(37)

99 Selain untuk mengevaluasi tujuan program

Gerakan Literasi Sekolah, tujuan lain penelitian adalah

untuk mengetahui faktor-faktor apa yang berpengaruh

terhadap pelaksanaan program. Faktor-faktor yang

berpengaruh tersebut dapat diketahui setelah meneliti

secara langsung jalannya proses Gerakan Literasi

Sekolah tahap demi tahap. Dalam hal ini faktor

pengaruh yang perlu diidentifikasi adalah faktor

pengaruh posistp maupun pengaruh negatif. Berikut

ini akan dijelaskan factor yang berpengaruh dalam

pelaksanaan program GLS di SMPN 6 Salatiga.

a).Pengaruh positif

1) Dukungan yang besar dari kepala sekolah, guru dan

siswa telah berpengaruh terhadap pelaksanaan dan

keberhasilan GLS. Dukungan tersebut berupa

dorongan semangat kepada peserta didik, kebijakan,

dan upaya lainnya.

2) Jalinan kerjasama dengan pihak eksternal seperti

Alumni, perguruan tinggi dan kalangan pengusaha

telah berpengaruh terhadap pengembangan

perpustakaan sekolah, khususnya dalam menambah

jumlah buku yang dibutuhkan oleh peserta didik,

terselenggaranya pameran buku, bursa buku, dan

lain sebagainya.

3) Kebijakan Pemerintah Kota Salatiga dengan

menetapkan Kotas Salatiga sebagai Kota Literasi

(38)

100 warga sekolah, khususnya kepada guru dan peserta

didik untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan

gerakan literasi sekolah dengan sebaik-baiknya.

Sejalan dengan pencanangan tersebut, pemerintah

Kota Salatiga juga telah meningkatkan status Kantor

Perpustakan menjadi Dinas Perpustakaan disertai

penambahan dan peningkatan fasilitas dan

pelayanan perpustakaan tersebut. Kebijakan ini

menarik minat peserta didik untuk lebih sering

mengunjungi Dinas Perpustakaan guna

memanfaatkan fasilitas dan pelayanan perpustakaan

yang semakin lengkap..

b).Pengaruh negatif

1).Pada Tahap Pengembangan diperlukan adanya

penambahan buku-buku baru guna memenuhi

kebutuhan peserta didik. Akan tetapi dalam

pelaksanaanya telah dipengaruhi oleh adanya

kebijakan penggunaan dana BOS yang

mengharuskan pembelian buku-buku paket,

sehingga pembelian buku-buku baru tidak bisa lagi

menggunakan dana BOS.

2).Kesibukan guru yang sangat padat karena adanya

tugas dan kewajiban mengikuti Diklat, Workshop,

Seminar dan lain sebagainya, seringkali

menyebabkan seorang guru harus meninggalkan

kewajiban mengajar. Hal ini telah mempengaruhi

(39)

101 3).Kurangnya jumlah dan keragaman buku yang

tersedia di perpustakaan menyebabkan peserta

didik kekurangan referensi untuk membuat

tanggapan, baik tanggapan lisan maupun tulisan.

4).Kurang efektif dan efisiensi penggunaan waktu

dalam kegiatan literasi di luar kegiatan 15 menit

membaca, seperti kegiatan Literasi lingkungan dan

Literasi Etika moral. Untuk kegiatan seperti ini pada

umumnya pengaturan waktunya agak longgar

sehingga seringkali tidak efien dan efektif.

4.3.4. Evaluasi Dampak Pelaksanaan GLS

Dampak positif (diharapkan)yang timbul dari

pelaksanaan GLS adalah tumbuh dan berkembangnya

budaya membaca di kalangan warga sekolah,

meningkatnya kemampuan berliterasi peserta didik,

serta tumbuhnya budi pekerti.

Untuk mengetahui dampak pelaksanaan GLS

telah dilakukan serangkaian pengumpulan data melalui

observasi dan wawancara dengan Peserta didik dan

orang tua orang/wali murid. Hasil pengumpulan data

dimaksud kemudian diolah dan dianalisis guna

menyimpulkan adanya dampak yang ditimbulkan

pelaksanaan program GLS.

1. Dampak Posistif:

1).Adanya peningkatan Prestasi Siswa di bidang

literasi dengan berhasilnya mendapatkan juara di

(40)

102 menulis/membuat karangan, Debat Bahasa (dalam

rangka Bulan Bahasa), Lomba Pidato, Baca Puisi,

Membuat Kaligrafi, MTQ, Fotografi, Menyanyi,

Pentas seni, Melukis Tembok/Mural, dan Penataan

Lingkungan.

2)Terjadi peningkatan kegiatan dan prestasi guru di

bidang literasi yang diukur dari semakin banyak

guru yang menjuarai lomba penulisan PTK,

penulisan artikel maupun jurnal ilmiah, baik

tingkat regional maupun nasional.

3).Orang Tua/wali murid menjadi paham akan arti

pentingnya GLS dan mendukung program tersebut.

4).Terjadi peningkatan kegiatan membaca di rumah

dibandingkan waktu sebelumnya..

Setelah peserta didik mengikuti program gerakan

literasi sekolah, telah terjadi peningkatan kegiatan

literasi di rumah, seperti membaca, membuat

jurnal membaca, mengakses internet (browsing dan

mengunduh)untuk mendapatkan informasi yang

diperlukan.

5) Terjadi perubahan pola sikap dan perilaku siswa,

siswa menjadi lebih santun kepada Guru danorang

tua, serta bisa memanfaatkan waktu luang dengan

membaca buku.

2.Dampak Negartif :

1) Setelah mengikuti Gerakan Lierasi Sekolah

(41)

103 Internet sehingga berimbas pada meningkatkan

pengeluaran untuk biaya pulsa internet.

2) Gerakan Literasi Sekolahtelah

memunculkantuntutan siswa agar sekolah dapat

menambah jumlah buku baru.

3) Peserta didik meminta tambahan uang saku

kepada orang tua/wali murid untuk keperluan

membeli buku baru atau membeli pulsa internet.

4) Terjadi peningkatan penggunaan jejaring internet

oleh siswa guna mengakses berbagai situs media

sosial yang sulit diawasi dan dikpntrol oleh guru

Gambar

Tabel 6 DATA SISWA SMPN 6 SALATIGA

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini adalah dengan jumlah penduduk 252 juta dari penduduk ASEAN Indonesia memiliki potensi ekonomi dengan porsi keuntungan paling besar

Form tambah mahasiswa digunakan untuk registrasi mahasiswa sehingga dapat menerima pengumuman perubahan kuliah melalui nomer handphone yang didaftarkannya... 3.2.4.7 Form

ketidakberhasilan dalam proses pembangunan. Dalam rangka realisasi kebijakan penanggulangan kemiskinan Pemerintah Kabupaten Sragen melalui Unit Pelayanan Terpadu

Peran Humas PTBA yang dijalankan oleh divisi Hubungan Eksternal dan Corporate Communication adalah untuk melakukan komunikasi program-program perusahaan ke seluruh stakeholder

Pengisian formulir WP merah oleh supervisor user sesuai dengan daftar periksa yang tertera di formulir WP merah perusahaan saat akan dilakukannya pekerjaan panas,

: Sejauh diketahui tidak ada peraturan nasional atau kedaerahan spesifik yang berlaku untuk produk ini (termasuk bahan-bahan produk tersebut).

Tabel di atas memperlihatkan bahwa tidak ada responden yang memiliki kepercayaan diri tinggi dan merasakan kecemasan tinggi saat berbicara di depan kelas, sedangkan responden

Tugas Balai Penyelidikan Kehutanan disesuaikan dengan kebutuhan pada masa Jepang yaitu informasi tentang: (a) Penyusutan dan pengembangan kayu dalam berbagai kelembaban; (b)