63 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum SMPN 6 Salatiga 4.1.1.Sejarah Berdirinya
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Salatiga
merupakan SMP Negeri ke-6 yang didirikan di Kota
Salatiga. SMPN 6 didirikan pada tahun 1982 tepatnya
bulan Agustus 1982.Sebelum berdirinya bangunan SMP
Negeri 6 Salatiga menginduk pada SMP Negeri 3 Salatiga
dengan Kepala sekolah dijabat oleh Suhardi, BA.Pada
saat itu akses menuju ke SMP Negeri 6 Salatiga sangat
sulit, karena jalannya masih makadam.Akan tetapi, SMP
Negeri 6 Salatiga berkembang seiring dengan
perkembangan sosial dan budaya masyarakat Kota
Salatiga yang cukup pesat.
Era tahun 1985 jumlah rombongan belajar
masing-masing Kelas I, kelas II dan kelas III masing-masing-masing-masing
hanya ada 3 (tiga) Rombongan Belajar (Rombel).Pada
tahun 1996 jumlah kelas mulai mengalami penambahan
1 rombongan belajar, dan teruas berkembang hingga
tahun 2017 sekarang ini menjadi 24 rombongan belajar.
Dilihat prestasi akademis maupun non akademis
hampir setiap tahun masuk nominasi pada tingkat
64 SMP Negeri 6 Salatiga ditetapkan oleh Direktorat
Jenderal.Pendidikan Dasar dan Menengah Sebagai
Sekolah Standar Nasional (SSN). Dengan penetapan
tersebut sudah tentu menjadi prestasi, tuntutan, dan
tantangan bagi kemajuan SMP Negeri 6 Salatiga itu
sendiri, baik di tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi bahkan
tingkat Nasional.
10.Jalan dan Nomor : Jalan Tegalrejo Raya 11.Kode Pos : 50733
12.Telepon : (0298) 323851
13.Email : smpn6@salatigakota.go.id 14.Status Sekolah: SMP SSN
15.Akreditasi : “A” Tahun 2006 16.Tahun Berdiri : 1982
17.No.Register : 0299/O/1982, Tgl, 9-10-1982 18.Kegiatan KBM : Pagi
19.Status Tanah dan Bangunan: Hak Milik Sekolah 20.Luas Tanah : 14.100 M2
21.Luas Bangunan : 3.213 M2
22.Lokasi Sekolah : Tegalrejo Argomulyo 23.Jarak Ke Kecamatan : 3 KM
24.Jarak Ke Pusat Kota : 2,5 KM
25.Organisasi Penyelenggara : Pemerintah
65 4.1.3. Visi, Misi dan Tujuan SMPN 6 Salatiga
Visi SMPN 6 Salatiga adalah unggul dalam Mutu,
berpijak pada iman dan taqwa, yang berwawasan
lingkungan dengan motto ”EKSIS BERSAHABAT”, yang
merupakan akronim dari Edukasi, Kreatif, Santun,
Iman-Taqwa, Sukses, Bersih, Sehat, Asri, Harmonis, Aman dan
Berbudaya Tertib.
Sedangkan Misi SMPN 6 difokuskan pada 5 (lima)
misi utama, yaitu Meningkatkan disiplin belajar dan
mengajar secara berkelanjutan, Meningkatkan prestasi
akademis dan non-akademis, Mewujudkan lingkungan
belajar yang kondusif, Merealisasikan penghayatan,
pengamalan keimanan dan ketaqwaan melalui kegiatan
ibadah di sekolah sesuai dengan agama dan keyakinan
masing-masing, serta mewujudkan sekolah adiwiyata.
Keberadaa SMPN 6 Salatiga saat sekarang dan
dimasa mendatang adalah untuk mewujudkan tujuan
yang hendak dicapai. Tujuan tersebut telah dirumuskan,
yaitu Unggul dalam kegiatan keagamaan dan kepedulian
sekolah, Unggul dalam perolehan nilai Ujian Nasional,
Unggul dalam persaingan memasuki jenjang pendidikan
selanjutnya, Unggul dalam penerapan Iptek utamanya
dalam bidang komunikasi, sains dan matematika, Unggul
dalam Lomba Olah raga, KIR, Kesenian, PMR, Paskibra
dan Pramuka, Unggul dalam kebersihan dan penghijauan
66 4.1.4. Sumber Daya Manusia Guru SMPN 6 Salatiga
Kondisi Sumber Daya Tenaga Pengajar/Guru
SMPN 6 Salatiga, dapat dikemukakan bahwa kondisis
Sumber Daya Manusia bidang tenaga pendidik (Guru) di
SMPN 6 Salatiga sudah terpenuhi baik dari segi jumlah
maupun kualifikasi jenjang pendidikannya. Jumlahnya
seluruh tenaga Pendidik/Guru sebanyak 45 Orang. Dari
jumlah tersebut 6 Guru berpendidikan Strata 2 (12%),
dan sisanya sebanyak 39 Guru berpendidikan Strata-1,
sehingga apabila dilihat dari faktor pendidikan, SDM
Guru di SMPN 6 Salatiga sudah memenuhi kualitas dan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dilihat dari Status kepegawaian dan golongan
kepangkatan, dapat digambarkan bahwa dari 45 Guru
yang ada, 41 Guru telah berstatus sebagai PNS (92 %)
dan 4Guru lainya (8 %) masih berstatus Wiyata Bhakti
atau Honorer. Dari segi Pangkat dan Golongan, terdapat
25 Guru berpangkat Pembina atau memiliki Golongan IV,
dan 15 Guru berpangkat Penata atau Golongan III,
sisanya adalah Non PNS yang berijazah Strata 1 atau
Sarjana. Hal ini menunjukkan bahwa SDM Guru di SMPN
6 sebagian besar adalah Guru senior yang memiliki
Golongan IV (55 %) dan hanya sebagian kecil lainnya
bergolongan III (30 %). Bila dilihat dari masa kerja atau
pengalaman kerjanya maka para guru SMPN 6 sebagian
besar telah memiliki masa kerja lebih dari sepuluh.
67 kurang dari sepuluh tahun. Untuk masa kerja terendah
adalah 7 tahun, sedang masa kerja terlama adalah 36
Tahun.
Untuk dapat melihat gambaran keadaan SDM
Guru SMPN 6 secara lebih lengkap dapat dilihat dalam
tabel5sebagaimana tersaji dalam lampiran.
4.1.5.SDM Tenaga Kependidikan
Hasil pengumpulan data yang berasal dari
Dokumen dapat digambarkan, bahwakondisi Tenaga
Kependidikan di SMPN 6 Salatiga tidak semua karyawan
atau tenaga administrasu SMPN 6 telah menyandang
status PNS. Hanya sebagian kecil saja dari tenaga
administrasi tersebut yang telah diangkat sebagai PNS.
Jumlah SDM Tenaga Kependidikan SMPN 6
Salatiga seluruhnya berjumlah 15 Orang.Dari jumlah 15
orang tersebut hanya 5 orang yang berstatus PNS (33 %),
sedang sisanya sebanyak 10 orang (66 %) masih
berstatus Wiyata Bhakti atau honorer.Dilihat dari tingkat
pendidikannya, 2 orang menyandang gelar Sarjana (S1), 1
orang bergelar Ahli Madya dan sisanya 12 orang
menyandang pendidikan SLTA atau sederajad.
4.1.6. Data Kesiswaan SMPN 6 Salatiga
Data Kesiswaan SMPN 6 Salatiga selama kurun
waktu lima tahun terakhir, yang meliputi jumlah
68 siswa, dan jumlah Rombel yang ada di SMPN 6 Salatiga,
dapat dilihat pada Tabel 6 berikut dibawah ini.
Tabel 6
DATA SISWA SMPN 6 SALATIGA 5 TAHUN TERAKHIR
Sumber : Profil SMPN 6 Salatiga 2017
Dengan melihat tabel 6 di atas dapat dijelaskan
bahwa komposisi jumlah siswa SMPN 6 pada tahun ajaran
2016-2017 sebanyak 690 anak, dengan jumlah Rombel
24. Selama kurun waktu lima tahun terakhir, Jumlah
Siswa SMPN 6 selalu mengalami peningkatan yang
signifikan. Pada tahun Ajaran 2013-2013 jumlah siswa
sebanyak 633 Siswa, selanjutnya pada tahun ajaran
2013-2014 mendapatkan tambahan sebanyak 30 Anak
sehingga jumlahnya menjadi 663 Siswa.Namun di tahun
ajaran berikutnya, yakni tahun ajaran 2014-2015 jumlah
siswa justeru berkurang 2 siswa karena karena pindah
sekolah sehingga menjadi 661 siswa.Pada Tahun ajaran
selanjutnya jumlah siswa kembali mengalami
penambahan sebanyak 7 siswa sehingga totalnya menjadi
2016-69 2017 masih mengalami penambahan sehingga berjumlah
690 Siswa. .
4.1.7.Sarana dan Prasarana Gedung
Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan
melalui studi dokumentasi dan observasi diperoleh data
tentang sarana dan prasarana yang dimiliki oleh SMPN 6.
Dalam hal Sarana dan Prasarana khususnya
gedung dan bangunan, dapat dikatakan bahwa SMPN 6
Salatiga sudah memiliki Sarana bangunan yang lengkap
dan bagus. Selain ruang kelas, SMPN 6 Salatiga juga
memiliki Ruang Laboratorium IPA, Laboratorium Biologi,
Komputer, Laboratorium Multi Media, Ruang UKS,
Perpustakaan, Ruang Agama Kristen dan Agama Katholik.
Bahkan SMPN 6 Salatiga memiliki ruang khusus yang
jarang dimiliki oleh sekolah lain yaitu Ruang Penyiaran
Radio, yaitu ruangan yang difungsikan untuk penyiaran
pengumunan dan menyimpan piranti serta alat-alat
penyiaran. Dari ruangan ini disiarkan
pengumuman-pengumunan yang berkaitan dengan kegiatan dan proses
Belajar mengajar, baik yang bersifat kurikuler maupun
ekstra kulikuler.
4.1.8.Sarana Perpustakaan
SMPN 6 Salatiga juga sudah memiliki sebuah
perpustakaan yang cukup representative dan
nyaman.Perpustakaan tersebut memiliki bangunan yang
cukup luas dan berdiri di atas tanah seluas 7m X
70 sebelah kiri kompleks bangunan sekolahan atau persis di
belakang gerbang masuk SMPN 6 Salatiga.
Koleksi dan isi perpustakaan SMPN 6 Salatiga
dapat digambarkan, bahwa perpustakaan ini memeiliki
Buku Non Pelajaran sebanyak 1.871 Buku (fiksi dan
non-fiksi), buku Referensi sebanyak 624 buku, ini akan
disajikan dalam Tabel 7 berikut di bawah ini. Buku Paket
16.970 Buku, Laporan Penelitian sebanyak 187 laporan,
Peta sebanyak 21 peta, Klipping sebanyak 25, Lukisan 2
buah, Skripsi 8 naskah, Foto Album ada 25, Brosur 3,
Surat Kabar 3 media, Kaset Pita 50 buah, Compac Disk
sebanyak 83 keping, E-Book sebanyak 7.989, Media
Pembelajaran 10 set/perangkat, dan Arsip Soal dari 11
bidang studi. Untuk melihat gambaran secara rinci dapat
dilihat pada tabel 7 yang tersedia dalam lampiran.
4.2. HASIL PENELITIAN
4.2.1. Perencanaan Program Gerakan Literasi Sekolah. Berdasarkan data yang dikumpulkan selama
penelitian dapat digambarkan, bahwa dalam hal
perencanaan GLS, SMPN 6 Salatiga telah berhasil
menyusun perencanaan dengan cukup matang. Hal ini
dapat dibuktikan dengan telah disusunnya Rencana
Kegiatan dan Jadwal Kegiatan GLS yang cukup lengkap.
Buku Panduan dan Pedoman Pelaksanaan GLS juga telah
disiapkan dengan cara menggandakan naskah Buku
Panduan yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan
71 Demikian pula halnya dengan Penyiapan Sarana
dan Prasarana Fisik, seperti penyiapan Sudut Baca Kelas,
Tempat Buku, Teras Baca Perpustakaan, Pembuatan
Gazebo Baca, Serta penyediaan Media Tempel Dinding
Depan ruang kelas. serta upaya Revitalisasi
Perpustakaan. Masalah yang dihadapi dalam hal
penyiapan sarana fisik ini adalah terbatasnya sumber
daya dan dana yang tersedia. Untuk menyiasati hal
tersebut, pihak sekolah berusaha keras agar sarana dan
prasarana fisik yang ada dimafaatkan secara efisien dan
efektif. Masalah riil yang dihadapi sekolah adalah
terbatasnya jumlah buku di perpustakaan, sementara
kebutuhan akan buku-buku baru yang berkualitas
dirasakan sangat mendesak.
Untuk mengatasi hal tersebut, pihak sekolah telah
menyiapkan suatu strategi yang akan diterapkan guna
menambah jumlah buku di Perpustakaan SMPN 6
Salatiga Strategi tersebut adalah kegiatan hibah buku
yang ternyata terbukti efektif untuk menambah jumlah
buku bacaan. Melalui kegiatan ini berhasil diterima
sumbangan buku dari berbagai pihak seperti Orang Tua
Peserta didik, Alumni, Kalangan Pengusaha, dan
beberapa Perguruan Tinggi
Sesuai dengan Rencana yang telah disusun,
Implementasi GLS di SMPN 6 Salatiga bersifat
komprehensif dalam rangka menumbuhkembangkan
72 Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang
Pengembangan Budi Pekerti. Oleh karena itu, Gerakan
Literasi Sekolah meliputi kegiatan Literasi Umum yaitu
kegiatan 15 menit membaca sebelum jam pelajaran
dimulai, dipadukan dengan Kegiatan Literasi Religi, yaitu
kegiatan literasi yang bertujuan untuk memperdalam
pemahaman, penghayatan dan pengamalan nilai-nilai
keagamaan, serta Literasi Lingkungan dan Literasi Etika
Moral.
Sebagai motor penggerak Kegiatan Literasi, Sekolah
juga sudah membentuk Tim Literasi Sekolah dengan
Penangungjawab Kepala Sekolah dengan melibatkan
beberapa Guru dan Kepala Perpustakaan sebagai anggota
tim. Tim Literasi inilah yang menjadi inti penggerak dari
kegiatan Literasi sekolah di SMPN 6 Salatiga.
4.2.2. Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah a. Tahap Pembiasaan
Pada Tahap Pembiasaan ini, penelitian
difokuskan pada tiga hal, yaitu kegiatan pada saat
sebelum kegiatan membaca 15 menit, kegiatan pada
saat membaca dan kegiatan Setelah membaca. Ketiga
kegiatan tersebut merupakan kegiatan inti dari tahap
Pembiasaan, yang diharapkan dapat menumbuhkan
kebiasaan, pola sikap dan perilaku siswa kepada
73 Dari penelitian yang telah dilakukan pada
kegiatan Sebelum Membaca, Pada Saat Membaca dan
Setelah Membaca menunjukkan hasil sebagai berikut:
1).Sebelum Membaca
Sebelum Kegiatan membaca 15 menit dimulai,
Guru terlebih dahulu menjelaskan, bahwa para siswa
diperbolehkan memilih buku yang disukainya. Guru
juga menjelaskan bahwa buku tersebut akan dibaca
sampai selesai dalam jangka waktu tertentu sesuai
agihan waktu yang ditentukan. Oleh karena itu,
kepada siswa juga dipersilahkan mengganti buku yang
dibacanya apabila dianggap kurang menarik isinya.
Dalam hal ini Guru juga menjelaskan bahwa
kegiatan membaca akan dilakukan dengan dua cara
yaitu membaca dalam hati dan membaca secara
nyaring. Dan setelah kegiatan membaca ini selesai
para siswa diminta untuk membuat jurnal membaca
harian, yang bentuk dan formatnya sudah disiapkan
oleh sekolah.
2).Saat Membaca.
Pada awalnya kegiatan membaca dilakukan
secara sunyi atau membaca dalam hati.Pada Saat
membaca ini para siswa telah melakukan dengan baik,
Para siswa telah membaca buku yang dipilihnya
dengan tenang dan tertib. Para siswa juga kelihatan
santai tenang dan tidak ada yang melakukan aktifitas
74 Pada sessi berikutnya, pada saat dilakukan
membaca nyaring, Guru telah memberikan contoh
membaca nyaring dengan suara dan intonasi yang
jelas dengan tempo yang tidak terlalu cepat. Selama
membaca itu bebarapa kali Guru mengajukan
pertanyaan tentang isi buku yang dibacanya. Hal itu
dilakukan untuk menarik minat dan perhatian siswa
terhadap buku yang sedang dibaca.
3). Setelah Membaca.
Berdasarkan pengamatan langsung pada saat
pelaksanaan kegiatan, dapat digambarkan bahwa
setelah kegiatan membaca 15 menit selesai
dilaksanakan para peserta didik telah menulis di buku
jurnal harian membaca (bukunya telah disediakan
oleh pihak sekolah). Para siswa menuliskan judul
buku, nama pengarang dan jumlah halaman yang
telah dibacanya. Namun dalam hal ini, pencapaian
jumlah halaman yang telah dibaca adalah
berbeda-beda pada setiap Peserta didik sebab hal itu sangat
tergantung pada tingkat kecepatan membaca
masing-masing peserta didik.Beberapa siswa dapat melakukan
membaca dengan cepat, namun ada pula yang
membaca dengan lambat-lambat.Pada umumnya
kecepatan membaca peserta didik selama 15 menit
rata-rata berkisar antara 5 sampai 7 halaman buku.
Selain itu para peserta didik juga selalu
75 semula. Peserta didik yang membaca buku miliknya
sendiri segera menyimpan kembali bukunya ke dalam
tas setelah memberikan tanda pada halaman terakhir
yang tadi telah dibacanya. Pada akhir kegiatan
membaca tersebut, Beberapa Guru telah menanyakan
kepada peserta didik tentang apa yang telah
dibacanya, serta mengingatkan siswa untuk
melanjutkan membaca buku yang sama pada
kesempatan berikutnya. Namun tidak semua guru
mengajukan pertanyaan tersebut kepada peserta
didik, karena adapula Guru yang lupa melakukannya.
Kegiatan 15 menit membaca di SMPN 6 salatiga telah
dilaksanakan sejak tahun ajaran 2016, dan
pelaksanaan di tahun ajaran 2017 ini sudah
berlangsung lebih dari satu semester.
b. Tahap Pengembangan
Tahap Pengembangan merupakan tindak lanjut
dari Tahap Pembiasaan, dimana pada tahap
Pengembangan ini kegiatan 15 menit membaca
diperkuat oleh berbagai kegiatan tindak lanjut yang
bertujuan untuk mengasah kemampuan Peserta didik
dalam menanggapi buku pengayaan secara lisan dan
tulisan, membangun interaksi antar peserta didik dan
antara peserta didik dengan guru, mengasah
kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis,
analitis, kreatif, dan inovatif, serta mendorong peserta
76 yang dibaca dengan diri sendiri dan lingkungan
sekitarnya
Berdasarkan wawancara dan pengamatan
langsung di lapangan, kegiatan menanggapi isi buku
baik secara lisan maupun tulisan sudah dilakukan
oleh peserta didik sesuai dengan buku panduan. Isi
tanggapan para peserta didik meliputi kesan dari
peserta didik apakah dia menyukai atau tidak
menyukai buku yang dibacanya, tema atau topik,
pokok-pokok pikiran dari buku, serta memahami
elemen cerita.
Dalam memberikan tanggapan lisan, Nampak
bahwa belum semua peserta didik mampu
memberikan tanggapannya dengan baik. Selain
kurang memahami pokok pikiran yang ada dalam
buku, Nampak pula bahwa banyak siswa yang belum
lancer danbelum memiliki kepercayaan diri untuk
berbicara di depan kelas.
Pada Tahap Pengembangan ini para peserta
didik juga telah membuat Jurnal tanggapan terhadap
buku yang berisi catatan pikiran dan perasaan peserta
didik tentang buku yang dibaca dan proses
pembacaannya. Pada kegiatan ini Nampak bahwa
peserta didik didorong untuk mengeksplorasi idenya
lebih dalam daripada memberikan tanggapan atau
77 Kegiatan lain yang dilakukan pada tahap
Pengembangan ini adalah menggunakan Graphic
Organizers (Peta Konsep) sebagai alat menulis
tanggapan.Pada umumnya peta konsep memberikan
perhatian kepada tokoh, struktur teks, atau
pengetahuan peserta didik tentang topik dalam
buku.Dalam prakteknya, hamper semua peserta didik
telah mampu menggunakan peta konsep ini untuk
menyusun tanggapannya.Peta konsep yang mereka
gunakan adalah Jaring Tokoh Perbandingan Dua
Tokoh serta Aksi Tokoh.
Yang menarik dalam Tahap Pengembangan ini
adalah adanya kegiatan dan usaha sekolah untuk
mengembangkan iklim literasi di SMPN 6 Salatiga.
Apabila dalam Tahap Pembiasaan sekolah
mengutamakan pembenahan pada lingkungan fisik,
pada Tahap Pengembangan ini sekolah berupaya
mengembangkan lingkungan sosial dan afektif.
Pengembangan social dan afektif dalam iklim literasi
sekolah dilakukan antara lain dengan mendorong
sekolah untuk memberikan apresiasi dan
penghargaan terhadap prestasi non akademis peserta
didik.Dalam hal ini sekolah memberikan penghargaan
kepada peserta didik yang menunjukkan pencapaian
baik dalam kegiatan literasi seperti pemberian
penghargaan “Best Reader Tahun ini”.Yaitu sebuah
78 menyelesaikan berbagai buku bacaan nonpelajaran
dengan pemahanan terbaik.
Selain itu, sekolah juga telah menyelenggarakan
kegiatan yang bersifat membangun suasana
kolaboratif dan apresiatif terhadap program Literasi
dengan mengundang Perpustakaan Keliling secara
berkala, Kegiatan Pameran Buku, Kegiatan Hibah
Buku, Pembuatan Gazebo Baca, Penyediaan Teras
Baca Perpustakaan, serta kegiatan Lomba bertema
Literasi seperti Lomba membuat Resensi Buku dan
Lomba Menulis.
Pada Tahap Pengembangan ini sekolah juga
merasa perlu untuk melakukan pengembangan
program melalui kegiatan-kegiatan literasi lain, tetapi
masih merupakan satu kesatuan dari Gerakan Literasi
itu sendiri. Kegiatan tersebut adalah kegiatan Literasi
Religius, Literasi Lingkungan dan Literasi Etika
Moral.yangmerupakan bagian integral dari program
Gerakan Literasi di SMPN 6 Salatiga,guna
menumbuhkembangkan budaya membaca, kesadaran
lingkungan, etika moral dan Budi Pekerti siswa secara
paripurna.
Literasi Religi adalah kegiatan penguatan
pemahaman, penhayatan dan pengamalan nilai-nilai
agama sesuai dengan agama dan keyakinan peserta
didik.Kegiatan ini dilaksanakan tiap hari Jum’at
79 masing-masing.Bentuk kegiatannya ceramah dan
diskusi gunamengkaji dan mengupas kitab suci
masing-masing agama.Kegiatan ini sudah rutin
berjalan setiap hari Jum’at dari pukul 09.00.sampai
dengan pukul 09.30.WIB.
Lierasi Lingkungan adalah kegiatan yang
bertujuan untuk meningkatkan keperdulian Pserta
didik kepada kebersihan dan kesehatan lingkungan
sekolah.Wujud kegiatan ini adalah kegiatan
membersihakan rauang kelas dan lingkungan sekolah,
seperti Taman, Toilet, Mushola, Ruang Laboratorium,
dan lain-lainnya.Durasi waktu kegiatan ini
dilaksanakan sekitar 45 menit pada setiap hari Jum’at
pagi.Kegiatan inipun sudah berjalan baik dan rutin
setiap hari Jum’at pagi.
Pengembangan lain dari Kegiatan Literasi
Sekolah adalah Literasi Etika dan Moral. Kegiatan
Literasi Etika dan Moral dilaksanakan pada jam
terakhir setiap hari Sabtu selama satu jam pelajaran.
Kegiatan ini dibimbing oleh Wali Kelas masing-masing,
dengan materi utama Etika Berbicara, Etika
Berbusana, etika bergaul dan lain sebagainya.Kegiatan
ini merupakan salah satu upaya untuk membentuk
pola sikap dan perilaku Peserta didik,baik dalam
pergaulan di sekolah maupun di lingkungan social.
Selain pengembangan kegiatan literasi di atas,
80 yang cukup menarik yang disebut dengan Kegiatan
“Perpustakaan Kejujuran”.Perpustakaan Kejujuran adalah wujud miniatur perpustakaan dimana
buku-buku disusun di suatu wadah dan diletakkan di Teras
semua kelas.Bagi Peserta didik yang ingin membaca
buku, disilahkan untuk mengambil sendiri, mencatat
sendiri dan mengembalikan sendiri di tempatnya
setelah buku tersebut selesai dibaca.Tujuan dari
Perpustakaan Kejujuran ini adalah untuk melatih
siswa untuk bersikapa dan berlaku jujur, disiplin,
mandiri, kreatif dan bertanggungjawab.
Kegiatan “Perpustakaan Kejujuran”yang
mengutamakan prinsip kepercayaan dan kejujuran
ini, ternyata dapat berjalan dengan baik. Hal itu
terbukti dari kenyataan bahwa setelah Perpustakaan
Kejujuran ini berjalan beberapa waktu ternyata tidak
ada satupun buku yang hilang, messkipun memang
ada beberapa buku yang mengalami kerusakan.
Dalam upaya mengembangkan perpustakaan
sekolah, khususnya dalam menambah jumlah buku
pihak sekolah telah bertekad untuk menambah
jumlah buku yang ada dengan menetaokan target
sampai 7000 (tujuh ribu) buku Non-pelajaran. Untuk
itu segenap warga sekolah secara kreatif telah
membuat gerakan Koin Perduli perpustakaan,
Sertifikasi Perduli perpustakaan, Alumni Perduli
81 Koin Perduli perpustakaan adalah gerakan
pengumpulan uang koin yang dilakukan oleh siswa
secara suka rela sehabis upacara bendera setiap hari
senin. Setelah koin-koin tersebut terkumpul akan
dibelikan buku guna menambah koleksi yang ada di
perpustakaan.
Sertifikasi Perduli perpustakaan adalah gerakan
yang dipelopori oleh kepala sekolah guna menyisihkan
secara sukarela sebagian kecil dari tunjangan
sertifikasi guru untuk membeli buku.Gerakan ini
ternyata mendapat sambutan baik dari para guru
penerima tunjangan sertifikasi.
Kegiatan Alumni dan masyarakat perduli
perpustakan, ternyata juga cukup efektif
menggerakkan peranserta para alumni SMPN 6
Salatiga dan masyarakat (orang tua siswa/wali murid,
pengusaha) serta kalangan Perguruan Tinggi) untuk
memberikan sumbangan buku ke perpustakaan
c. Tahap Pembelajaran.
Sebagaimana tertuang dalam Buku Panduan
Gerakan Literasi Sekolah yang dikeluarkan oleh
Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah
Kemendikbu RI (1995,37), bahwa tujuan dari kegiatan
GLS pada Tahap Pembelajaran adalah untuk
mengembangkan kemampuan memahami teks dan
mengaitkan dengan pengalaman pribadi sehingga
82 mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan
kemampuan mengolah dan mengelola kemampuan
komunikasi secara kreatif (verbal, tulisan, visual,
digital) melalui kegiatan menanggapi teks buku
bacaan dan buku pelajaran.
Dari hasil pengamatan langsung terhadap
pelaksanaan Tahap pembelajaran ini dapat diketahui
bahwa kegiatan 15 menit membaca sebelum jam pe
lajaran dimulai diisi dengan membaca buku yang
berkaitan dengan mata pelajaran tertentu. Oleh Guru
Mapel IPA dipilihkan Artikel dan bacan yang berkaitan
dengan topik ilmiah popular tentang kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi pada saat ini.Oleh Guru
Bahasa Indonesia buku bacaan yang dipilih peserta
didik diarahkan kepada topik karya sastra, baik fiksi
maupun non fiksi.Demikian pula halnya Guru Mapel
IPS dan Agama, jenis bacaannya juga telah diarahkan
kepada tema atau topik yang berkaitan dengan jenis
Mata pelajaran yang diampunya. Hal ini dilakukan
agar kegiatan membaca 15 menit sebelum jam
pelajaran dimulai masih tetap relevan dan berkaitan
dengan mata pelajaran yang hendak diikuti siswa..
Penggunaan lingkungan fisik, sosial dan afektif,
dan akademis telah diupayakan dapat ditunjang oleh
beragam bacaan (cetak, visual, audiotori, digital) diluar
buku teks pelajaran untuk memperkaya pengetahuan
83 dimaksud bisa diperoleh melalui media cetak (buku,
Koran, majalah, bulletin, dll), serta media elektronik
dan media sosial (jejaring internet). Untuk keperluan
tersebut kepada peserta didik kadang kala diberikan
penugasan untuk mencari bahan bacaan dari media
online atau jejaring internet atau media media cetak
seperti Koran, majalah dan bulletin tertentu yang
relevan topik yang menjadi bahasan peserta didik.
Semua tanggapan ini kemudian diminta tagihan baik
tagihan akademis maupun non akademis secara
berkala.
4.3. Pembahasan
4.3.1. Evaluasi Perencanaan GLS
Sesuai dengan prinsip-prinsip menejemen,
sebuah program agar dapat berjalan dengan baik
memerlukan sebuah perencanaan yang baik pula.
Suatu perencanaan yang baik perlu
mempertimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan
fungsi-fungsi menejemen yang akan digunakan dalam
implementasikan program guna mencapai Tujuan
(goal) yang telah ditetapkan. Hal ini berarti bahwa
dalam menyusun perencanaan GLS di SMPN 6
Salatiga perlu terlebih dahulu menetapkan tujuan
yang hendak dicapai, dengan memperhitungkan
ketersediaan dana, sarana dan prasarana, serta
membentuk organisasi yang akan bertugas
84 sebuah perencanaan juga sudah harus dirumuskan
metode, strategi dan tata cara yang akan dijalankan
untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Agar pelaksanaan program GLS tidak melenceng
dari tujuan serta dapat diukur derajad pencapaiannya,
maka perencanaan tersebut juga harus dilengkapi
perangkat monitoring serta indikator pencapaian
tujuan. Dengan demikian dalam pelaksanaan program
akan dapat dikontrol, baik prosesnya maupun
pencapaian tujuannya.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, dapat
digambarkan bahwa dalam hal perencanaan GLS
SMPN 6 Salatiga telah menyusun perencanaan dengan
baik dan cukup matang. Hal ini dapat dilihat dengan
telah disusunnya Tujuan GLS, Rencana Kegiatan dan
Jadwal Kegiatan GLS yang cukup lengkap.Sesuai
dengan kebijakan pemerintah, acuan bagi
pelaksanaan GLS di Sekolah Menengah Pertama
adalah Buku Panduan dan Buku Pedoman
Pelaksanaan GLS yang diterbitkan oleh Direktorat
Pendidikan Dasar dan Menengah, Kemendikbud RI
tahun 2015.
Untuk mendukung pelaksanaan GLS, pihak
SMPN 6 Salatiga telah menyiapan Sarana dan
Prasarana Fisik, seperti menyiapkan Sudut Baca
Kelas, Tempat/rak Buku, Teras Baca Perpustakaan,
85 Tempel Dinding Depan ruang kelas. Selain itu sekolah
juga telah melakukan upaya Revitalisasi Perpustakaan
guna mendukung kegiatan GLS.
Sebagai implementasi dari Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015
tentang Penumbuhan Budi Pekerti, maka pelaksanaan
program GLS di SMPN 6 Salatiga bersifat
komprehensif dalam rangka menumbuhkembangkan
budi pekerti peserta didik. Oleh karena itu, Gerakan
Literasi Sekolah di SMPN 6 Salatiga direncanakan dan
disusun sebagai satu kesatuan dan terpadu dari
beberapa kegiatan literasi, yang meliputi kegiatan
Literasi Umum yaitu kegiatan 15 menit membaca sebelum Jam Pelajaran dimulai, yang dipadukan
dengan Kegiatan Literasi Religi, yaitu kegiatan literasi yang bertujuan untuk memperdalam
pemahaman, penghyatan dan pengamalan nilai-nilai
agama, serta Literasi Lingkungan dan Literasi Etika
Moral.
Sebagai motor penggerak dari Gerakan Literasi
di SMPN 6 Salatiga telah dibentuk Tim Literasi
Sekolah, dengan Penanggungjawab Kepala Sekolah
dan melibatkan beberapa Guru sertaKepala
Perpustakaan sebagai anggota tim. Tim Literasi inilah
yang menjadi inti penggerak dari program GLS.
Masalah yang dihadapi dalam hal penyiapan
86 dana yang tersedia. Untuk menyiasati hal tersebut,
pihak sekolah berusaha keras agar sarana dan
prasarana fisik yang ada dimafaatkan secara efisien
dan efektif. Masalah riil yang dihadapi sekolah adalah
terbatasnya jumlah buku di perpustakaan, sementara
kebutuhan akan buku-buku baru yang berkualitas
dirasakan sangat mendesak.
Untuk mengatasi hal tersebut, pihak sekolah
telah menyiapkan suatu strategi yang akan
diterapkan guna menambah jumlah buku di
Perpustakaan sekolah. Strategi tersebut adalah
kegiatan hibah buku yang ternyata terbukti efektif
untuk menambah jumlah buku bacaan. Melalui
kegiatan ini berhasil diterima sumbangan buku dari
berbagai pihak seperti Orang Tua/Wali murid, Alumni,
Kalangan Pengusaha, dan beberapa Perguruan Tinggi.
4.3.2. Evaluasi Pelaksanaan GLS a. Evaluasi Tahap Pembiasaan
Sejalan dengan tujuan utama dari penelitian ini,
yakni untuk mengevaluasi ketercapain tujuan
program, maka ketercapaian tujuan Gerakan Literasi
di SMPN 6 Salatiga perlu dievaluasi dengan
Indikator-indikator yang sudah baku bagi pengukuran
ketercapaian tujuan GLS.
Sesuai dengan Panduan Gerakan Literasi
Sekolah yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan
87 Gerakan Literasi di SMPN 6 Salatiga dapat dievaluasi
dengan menggunakan Indikator Ketercapaian
Program. Indikator yang ditetapkan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan tersebut menjelaskan
apabila semua kegiatan yang ditetapkan dalam Tahap
Pembiasaan itu telah dilaksanakan, maka
pelaksanaan tujuan gerakan literasi sekolah pada
Tahap ini dapat dinyatakan berhasil.
Untuk itu, Pelaksanaan GLS di SMPN 6 Salatiga
akan dievaluasi dengan menggunakan Indikator
Ketercapaian Gerakan Literasi Sekolah sesuai dengan
Buku Panduan Kemendikbud 2015.
Berdasarkan evaluasi dengan menggunakan
indikator diatas, kiranya dapat disimpulkan. bahwa
pelaksanaan kegiatan gerakan literasi sekolah pada
tahap pembiasaan di SMPN 6 Salatiga dapat dikatakan
sudah memenuhi target pencapaian tujuan.
Persentase pencapaian masing-masing indikator
bervariasi antara 80 % sampai dengan 100 %, dengan
persentase rata-rata pencapaian tiap indikator 91,8 %.
Presentasi pencapaian ini termasuk kategori
pencapaian yang sangat tinggi.
Presentase 100 % dicapai untuk Indikator
ketercapaian tujuan terlaksananya kegiatan 15 menit
membaca yang berlangsung setiap hari dan tepat
waktu sesuai jadwal; Indikator Indikator terpenuhinya
88 satu semester, Indikator terpenuhinya kepemilikan
jurnal harian membaca pada semua peserta didik,
serta Indikator Pada tiga indikator tersebut
semuanya sudah tercapai sepenuhnya. Bahkan untuk
pemenuhan durasi waktu pelaksanaan membaca 15
menit minimal satu semester, para peserta didik di
SMPN 6 untuk tahun ajaran 2016-2017 ini sudah
melaksanakan melebihi satu semester atau tepatnya
sudah lebih dari 10 bulan..
b.Evaluasi Tahap Pengembangan
Tahap Pengembangan merupakan tindak lanjut
dari Tahap Pembiasaan, dimana pada tahap
Pengembangan ini kegiatan 15 menit membaca
diperkuat oleh berbagai kegiatan tindak lanjut yang
bertujuan untuk mengasah kemampuan Peserta didik
dalam menanggapi buku pengayaan secara lisan dan
tulisan, membangun interaksi antar peserta didik dan
antara peserta didik dengan guru, mengasah
kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis,
analitis, kreatif, dan inovatif, serta mendorong peserta
didik untuk selalu mencari keterkaitan antar buku
yang dibaca dengan diri sendiri dan lingkungan
sekitarnya.
Untuk mengukur ketercapaian tujuan program
pada Tahap Pengembangan program akan digunakan
Indikator Ketercapaian yang telah disusun oleh
89 Untuk Indikator ketercapaian terlaksananya
kegiatan 15 menit membaca, baik membaca dalam hati
dan/atau membaca nyaring, yang dilakukan setiap
hari, maka kegiatan tersebut sudah berhasil
diwujudkan sepenuhnya (100 %) dan telah berjalan
rutin setiap hari sebagaimana yang telah dijadwalkan.
Pelaksanaan kegiatan membaca 15 menit ini
dilaksanakan sebelum jam pelajaran dimulai.
Demikian pula halnya pengukuran pencapaian
indikator Adanya berbagai kegiatan tindak lanjut
dalam bentuk menghasilkan tanggapan secara lisan
maupun tertulis kegiatan inipu sudah berhasil
dilaksanakan di SMPN 6 Salatiga. Dalam
pelaksanaannya bentuk tanggapan peserta didik
dituangkan dalam Jurnal membaca harian. Apabila
dilihat dari keharusan membuat jurnal, maka setiap
peserta didik sudah melaksanakannya, namun apabila
dilihat dari kemampuan memberikan tanggapan
lisan, nampak bahwa kemampuan anak dalam
membuat tanggapan lisan belum merata.. Secara
umum memang sebagian besar peserta didik sudah
mampu membuat tanggapan lisan dengan baik,
namun ada beberapa peserta didik yang belum
mampu melakukan dengan baik. Olah karena itu
presentasi pencapaian tujuan untuk indikator ini
90 Tujuan kegiatan GLS dalam mewujudkan setiap
Peserta didik memiliki portofolio yang berisi kumpulan
jurnal tanggapan membaca, dalam pelaksanaanya
belum dapat diwujudkan sepenuhnya. Dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa peserta didik yang
telah memiliki portofolio tersebut adalah sekitar 90 %.
Sekitar 10 % peserta didik lainnya belum memiliki
porto folio dimaksud.
Untuk pencapaian tujuan Guru menjadi model
dalam kegiatan 15 menit membaca dengan ikut
membaca selama kegiatan berlangsung persentasenya
mencapai 90 %. Hal itu berdasarkan hasil pengamatan
langsung yang menunjukkan bahwa dari sepuluh guru
mata pelajaran yang menjalankan tugas,membaca,
masih terdapat seorang guru yang belum berlaku
sebagai model yakni tidak ikut membaca buku pada
saat kegiatan membaca dilaksanakan. Guru tersebut
hanya memberikan petunjuk kepada peserta didik
untuk mulai membaca, namun sang guru kemudian
keluar kelas untuk suatu keperluan.
Tagihan lisan dan tulisan yang digunakan
sebagai penilaian non akademis oleh guru Mata
pelajaran sudah dipenuhi oleh Peserta didik.
Berdasarkan jumlahnya dari 15 Peserta didik yang di
wawancarai, 13 anak sudah memenuhi kewajiban
91 memenuhinya. Sehingga kalau dipersenatasi
pencapaian untuk indikator ini mencapai 86,6 %.
Persentasi pencapaian tujuan pemasangan
Jurnal tanggapan membaca peserta didik yang
dipajang di kelas dan/atau koridor sekolah telah
mencapai 80%. Persentase ini didapat dari pengukuran
jumlah dan ragam dan kualitas jurnal tanggapan
peserta didik yang dipajang di tiap-tiap kelas dan
koridor sekolah. Sedangkan untuk mewujudkan
lingkungan yang mendukung program literasi, dimana
ruang-baca Perpustakaan, sudut baca kelas, dan area
baca yang nyaman dengan koleksi buku non pelajaran
yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan
literasi,berhasil diwujudkan dengan presentase 90%.
Adanya penghargaan terhadap pencapaian
peserta didik dalam kegiatan literasi secara berkala
sudah terlaksana secara terbatas. Bila diukur secara
persentasi, pencapaiannya berkisar 80%. Penghargaan
yang diberikan oleh sekolah kepada Peserta didik yang
memenangkan kategori “Best Reader”, yaitu predikat
bagi. Peserta didik yang paling banyak membaca buku,
dengan tolok ukur paling banyak berkunjung ke
perpustakaan dan meminjam buku, serta paling
banyak portofolia jumlah tanggapan tertulisnya.Selain
itu penghargaan juga diberikan kepada pemenang
lomba membuat resensi buku, dan menulis.
92 yang memenangkan lomba di luar sekolah, seperti
lomba baca puisi, lomba membuat kaligrafi, melukis.
Untuk pencapaian indikator adanya
poster-poster kampanye membaca sudah bisa tercapai
80%.Pada setiap ruangan kelas sudah terpasang
poster-poster kampanye tersebut, tetapi bila dilihat
dari desain dan kontensnya terlihat belum kreatif dan
masih monoton.Poster-poster Kampanye yang menarik
dapat dihasilkan dari kreatifitas peserta didik yang
diberikan kebesasan untuk mengekspresikan perasaan
dan imajinasinya.
Adanya Bahan kaya teks yang terpampang di
tiap kelas, koridor dan area lain di sekolah telah
tercapai dengan persentase 90%. Dari 10 sampel kelas
yang diteliti semuanya sudah terpampang bahan kaya
teks seperti Poster, teks slogan/semboyan, lukisan dan
kaligrafi. Hanya saja belum semua koridor,
perpustakaan dan area lain sekolah terpampang bahan
kaya teks tersebut.
Untuk ketercaian tujuan terwujudnya kegiatan
akademik yang mendukung budaya literasi sekolah,
misalnya wisata ke perpustakaan di luar sekolah,
kunjungan perpustakaan keliling, lomba menulis,
sudah dapat dicapai dengan persentasi 90%.
Kunjungan ke perpustakaan di luar sekolah secara
formal belum pernah diacarakan secara kolektif oleh
93 atau individual oleh peserta didik.Sedangkan
kunjungan perpustakaan keliling sudah berlangsung
secara rutin seminggu sekali ke SMPN 6
Salatiga.Lomba literasi yang telah terlaksana secara
rutin setiap tahun di SMPN 6 Salatiga adalah Lomba
Menulis dan Lomba membuat Resensi Buku.
Adanya kegiatan perayaan hari-hari tertentu
yang bertemakan literasi sudah dapat diwujudkan oleh
SMPN 6 Salatiga.Namun jumlah dan kualitasnya
masih belum optimal, yakni baru mencapai 70%.
Kegiatan yang sudah dilaksanakan antara lain Bursa
dan Pameran buku dalam rangka Dies Natalis sekolah,
lomba menulis dan baca puisi dalam rangka hari
Aksara Nasional.
Indikator pencapaian terakhir yang ditentukan
dalam buku Panduan adalah adanya Tim Literasi
Sekolah yang dibentuk oleh Kepala Sekolah dan terdiri
atas Guru Bahasa, Guru Mapel lain, dan tenaga
kependidikan. Untuk eksistensi Tim Lierasi Sekolah ini
sepenuhnya sudah dapat diwujudkan di SMPN 6
Salatiga (100%). Keberadaan Tim literasi sekolah
bukanlah sekedar formalitas belaka, tetapi sudah
berfungsi sebagai motor penggerak program GLS.
c. Evaluasi Tahap Pembelajaran
Sebagaimana tertuang dalam Buku Panduan
Gerakan Literasi Sekolah yang dikeluarkan oleh
94 Kemendikbu RI (1995,37), bahwa tujuan dari kegiatan
GLS pada Tahap Pembelajaran adalah untuk
mengembangkan kemampuan memahami teks dan
mengaitkan dengan pengalaman pribadi sehingga
terbentuk pribadi pembelajar sepanjang hayat,
mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan
kemampuan mengolah dan mengelola kemampuan
komunikasi secara kreatif (verbal, tulisan, visual,
digital) melalui kegiatan menanggapi teks buku bacaan
dan buku pelajaran.
Evaluasi pencapaian tujuan program pada Tahap
pembelajaran ini dapat dilakukan melalui pengukuran
pencapaian 18 indikator yang sudah ditentukan.
Pengukuran pencapaian dan persentasi tiap indicator
dilakukan berdasarkan hasil pengolahan data hasil
wawancara, observasi dan studi dokumentasi, yang
kemudian dianalisis dengan teknis triangulasi. Hasil
Evaluasi akan disajikan pada tabel 12 di bawah ini.
Pengukuran terhadap ketercapaian tujuan
program terwujudnya Kegiatan membaca pada
tempatnya (selain 15 menit membaca sebelum
pembelajaran) sudah dapat terpenuhi 100% di SMPN 6
Salatiga.Namun untuk mengukur apakah kegiatan
tersebut sudah membudaya dan menjadi sudah
menjadi kebutuhan warga sekolah, kiranyanya masih
memerlukan penelitian tersendiri dan pengukuran
95 sikap dan perilaku akan berkaitan erat dengan
disipilin lain seperti ilmu psikologi.
Kegiatan 15 menit membaca setiap hari sebelum
jam pelajaran diikuti kegiatan lain dengan tagihan
non-akademis atau akademis sudah terpenuhi dengan
persentasi 90%. Hanya sekitar 10% saja dari kegiatan
lain yang belum disertai tagihan. Kegiatan lain
dimaksud antara laian kegiatan Literasi Moral etika,
dan kegiatan Literasi Lingkungan.
Adanya pengembangan berbagai strategi
membaca sudah mampu direalisasikan dalam
pelaksanaan GLS di SMPN 6 Salatigas, meskipun
upaya dimaksud masih belum
maksimal.Pengembangan strategi membaca terkesan
masih bersifat konvensional dengan teknik dan metode
yang sudah tersedia.Belum ditemukan Inovasi baru
dalam pengembangan strategi membaca ini.
Dalam hal kegiatan membaca buku
non-pelajaran yang terkait dengan non-pelajaran dilakukan oleh
peserta didik dan guru (ada tagihan akademik untuk
peserta didik) sudah dapat dipenuhi. Semua peserta
didik dan guru sudah melaksanakan dengan baik.
Demikian pula dalam hal memenuhi tagihan akademik
dan non akademik sudah dipenuhi oleh sebagian besar
peserta didik. Dari 15 orang peserta didik, hanya ada
satu orang peserta didk yang belum memenuhi tagihan
96 yang menghasilkan tanggapan secara lisan maupun
tulisan (tagihan akademik.Kegiatan tersebut adalah
kegiatan Literasi Etika moral, Literasi Lingkungan dan
Kiterasi Religi yang telah dilaksanakan secara rutin.
Dalam hal tercapainya indicator Peserta didik
memiliki porto folio yang berisi kumpulan jurnal
tanggapan membaca minimal 12 buku non-pelajaran,
nampaknya Peserta didik di SMPN 6 Salatiga agak
menemui kesulitan. Hal ini disebabkan adanya
perbedaan kemampuan peserta didik dalam
menyelesaikan pembacaan bukunya. Berdasarkan
analisis dapat digambarkan, bahwa dari 15 orang
peserta didik, sebanyak 9 peserta didik telah memilki
porto folio 12 Buku (100%), 4 peserta didik memiliki
porto folio 10 Buku dan sisanya 2 peserta didik
memiliki porto folio 9 buku.
Dalam hal melaksanakan berbagai strategi untuk
memahami teks dalam semua mata pelajaran
(misalnya menggunakan Peta Konsep, TIP, Tabel
perbandingan, Tangga Proses/Kronologis,dll) sudah
berhasil dipenuhi oleh peserta didik. Demikian pula
halnya dalam hal menempatkan peran Guru sebagai
model dalam kegiatan membaca buku non-pelajaran
dengan ikut membaca buku-buku pilihan
(non-pelajaran) yang dibaca siswa.
Pada pelaksanaan kegiatan tahap Pembelajaran
97 digunakan sebagai penilaian akademis.Para peserta
didik juga telah mampu menggunakan lingkungan
fisik, sosial, afektif, dan akademik disertai beragam
bacaan (cetak, visual, auditrori, digital) yang kaya
literasi di luar buku teks pelajaran untuk memperkaya
pengetahuan dalam mata pelajaran.
Sebagai bentuk apresiasi terhadap prestasi
peserta didik, Jurnal tanggapan peserta didik dari
hasil membaca buku bacaan dan buku pelajaran (hasil
tagihan akademik) yang terbaik telah dipajang di kelas
dan/atau koridor sekolah Selain itu ada penghargaan
terhadap pencapaian peserta didik dalam kegiatan
berliterasi seperti pemberian predikat “best Reader”,
pemberian piagam, diikutsertakan dalam berbagai
lomba literasi, dan lain sebagainya.
Berbagai Poster-poster kampanye membaca guna
memperluas pemahaman dan tekad warga sekolah
untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat, sudah
banyak dipajang di ruang-ruang kelas dan koridor
sekolah. Selain itu bahan kaya teks terkait dengan
mata pelajaran sudah banyak yang terpampang di tiap
kelas.Ada unjuk karya (hasil dari kemampuan berpikir
kritis dan kemampuan berkomunikasi secara kreatif,
secara verbal, tulisan, visual, atau digital) dalam
perayaan hari-hari tertentu yang bertemakan literasi.
Upaya untuk mewujudkan Perpustakaan sekolah
Non-98 pelajaran, fiksi dan non fiksi) yang diperlukan peserta
didik untuk memperluas pengetahuannya dalam
pelajaran tertentu, sudah dilakukan dengan serius
oleh pihak sekolah. Meskipun demikian upaya tersebut
masih menghadapi persoalan ternatasnya anggaran
untuk pembelian buku-buku baru. Terbatasnya
anggaran ini antara lain dipengaruhi oleh adanya
kebijakan penggunaan dana BOS, yang tadinya dapat
dipergunakan untuk pengaadaan buku baru sekarang
ini wajib dibelikan buku paket yang sudah ditentukan
oleh pemerintah.
Untuk indikator terbentuknya Tim Literasi
Sekolah bertugas melakukan perencanaan,
pelaksanaan dan asesmen program literasi sekolah
sudah berhasil diwujudkan oleh SMPN 6 Salatiga.Hal
itu dapat dievaluasi dari eksistensi Tim literasi sekolah
yang telah melaksanakan tugasnya dengan baik sejak
dibentuk oleh Kepala Sekolah.
Dalam hal Sekolah membuat jejaring dengan
pihak eksternal untuk pengembangan program literasi
sekolah dan pengembangan professional warga sekolah
tentang literasi sudah dilaksanakan dengan baik.
Jejaring atau hubungan yang telah terbina selama ini
menghasilkan banyak sumbangan buku dari berbagai
pihak seperti kalangan pengusaha, Perguruan Tinggi
seperti Undip, UGM, Yayasan Ashari,dll
99 Selain untuk mengevaluasi tujuan program
Gerakan Literasi Sekolah, tujuan lain penelitian adalah
untuk mengetahui faktor-faktor apa yang berpengaruh
terhadap pelaksanaan program. Faktor-faktor yang
berpengaruh tersebut dapat diketahui setelah meneliti
secara langsung jalannya proses Gerakan Literasi
Sekolah tahap demi tahap. Dalam hal ini faktor
pengaruh yang perlu diidentifikasi adalah faktor
pengaruh posistp maupun pengaruh negatif. Berikut
ini akan dijelaskan factor yang berpengaruh dalam
pelaksanaan program GLS di SMPN 6 Salatiga.
a).Pengaruh positif
1) Dukungan yang besar dari kepala sekolah, guru dan
siswa telah berpengaruh terhadap pelaksanaan dan
keberhasilan GLS. Dukungan tersebut berupa
dorongan semangat kepada peserta didik, kebijakan,
dan upaya lainnya.
2) Jalinan kerjasama dengan pihak eksternal seperti
Alumni, perguruan tinggi dan kalangan pengusaha
telah berpengaruh terhadap pengembangan
perpustakaan sekolah, khususnya dalam menambah
jumlah buku yang dibutuhkan oleh peserta didik,
terselenggaranya pameran buku, bursa buku, dan
lain sebagainya.
3) Kebijakan Pemerintah Kota Salatiga dengan
menetapkan Kotas Salatiga sebagai Kota Literasi
100 warga sekolah, khususnya kepada guru dan peserta
didik untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
gerakan literasi sekolah dengan sebaik-baiknya.
Sejalan dengan pencanangan tersebut, pemerintah
Kota Salatiga juga telah meningkatkan status Kantor
Perpustakan menjadi Dinas Perpustakaan disertai
penambahan dan peningkatan fasilitas dan
pelayanan perpustakaan tersebut. Kebijakan ini
menarik minat peserta didik untuk lebih sering
mengunjungi Dinas Perpustakaan guna
memanfaatkan fasilitas dan pelayanan perpustakaan
yang semakin lengkap..
b).Pengaruh negatif
1).Pada Tahap Pengembangan diperlukan adanya
penambahan buku-buku baru guna memenuhi
kebutuhan peserta didik. Akan tetapi dalam
pelaksanaanya telah dipengaruhi oleh adanya
kebijakan penggunaan dana BOS yang
mengharuskan pembelian buku-buku paket,
sehingga pembelian buku-buku baru tidak bisa lagi
menggunakan dana BOS.
2).Kesibukan guru yang sangat padat karena adanya
tugas dan kewajiban mengikuti Diklat, Workshop,
Seminar dan lain sebagainya, seringkali
menyebabkan seorang guru harus meninggalkan
kewajiban mengajar. Hal ini telah mempengaruhi
101 3).Kurangnya jumlah dan keragaman buku yang
tersedia di perpustakaan menyebabkan peserta
didik kekurangan referensi untuk membuat
tanggapan, baik tanggapan lisan maupun tulisan.
4).Kurang efektif dan efisiensi penggunaan waktu
dalam kegiatan literasi di luar kegiatan 15 menit
membaca, seperti kegiatan Literasi lingkungan dan
Literasi Etika moral. Untuk kegiatan seperti ini pada
umumnya pengaturan waktunya agak longgar
sehingga seringkali tidak efien dan efektif.
4.3.4. Evaluasi Dampak Pelaksanaan GLS
Dampak positif (diharapkan)yang timbul dari
pelaksanaan GLS adalah tumbuh dan berkembangnya
budaya membaca di kalangan warga sekolah,
meningkatnya kemampuan berliterasi peserta didik,
serta tumbuhnya budi pekerti.
Untuk mengetahui dampak pelaksanaan GLS
telah dilakukan serangkaian pengumpulan data melalui
observasi dan wawancara dengan Peserta didik dan
orang tua orang/wali murid. Hasil pengumpulan data
dimaksud kemudian diolah dan dianalisis guna
menyimpulkan adanya dampak yang ditimbulkan
pelaksanaan program GLS.
1. Dampak Posistif:
1).Adanya peningkatan Prestasi Siswa di bidang
literasi dengan berhasilnya mendapatkan juara di
102 menulis/membuat karangan, Debat Bahasa (dalam
rangka Bulan Bahasa), Lomba Pidato, Baca Puisi,
Membuat Kaligrafi, MTQ, Fotografi, Menyanyi,
Pentas seni, Melukis Tembok/Mural, dan Penataan
Lingkungan.
2)Terjadi peningkatan kegiatan dan prestasi guru di
bidang literasi yang diukur dari semakin banyak
guru yang menjuarai lomba penulisan PTK,
penulisan artikel maupun jurnal ilmiah, baik
tingkat regional maupun nasional.
3).Orang Tua/wali murid menjadi paham akan arti
pentingnya GLS dan mendukung program tersebut.
4).Terjadi peningkatan kegiatan membaca di rumah
dibandingkan waktu sebelumnya..
Setelah peserta didik mengikuti program gerakan
literasi sekolah, telah terjadi peningkatan kegiatan
literasi di rumah, seperti membaca, membuat
jurnal membaca, mengakses internet (browsing dan
mengunduh)untuk mendapatkan informasi yang
diperlukan.
5) Terjadi perubahan pola sikap dan perilaku siswa,
siswa menjadi lebih santun kepada Guru danorang
tua, serta bisa memanfaatkan waktu luang dengan
membaca buku.
2.Dampak Negartif :
1) Setelah mengikuti Gerakan Lierasi Sekolah
103 Internet sehingga berimbas pada meningkatkan
pengeluaran untuk biaya pulsa internet.
2) Gerakan Literasi Sekolahtelah
memunculkantuntutan siswa agar sekolah dapat
menambah jumlah buku baru.
3) Peserta didik meminta tambahan uang saku
kepada orang tua/wali murid untuk keperluan
membeli buku baru atau membeli pulsa internet.
4) Terjadi peningkatan penggunaan jejaring internet
oleh siswa guna mengakses berbagai situs media
sosial yang sulit diawasi dan dikpntrol oleh guru