HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripisi Lokasi Penelitian
2. Evaluasi Program Sertifikasi Guru di MAN Sukoharjo
Dalam rangka meningkatkan kualitas guru sehingga mampu menghasilkan sumber daya manusia yang juga berkualitas maka pemerintah mengadakan program sertifikasi guru yang telah dilaksanakan mulai tahun 2007. Secara rinci tujuan daripada program sertifikasi ini antara lain pertama, menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik profesional, kedua, meningkatkan proses dan hasil pembelajaran kemudian ketiga, meningkatkan kesejahteraan guru serta keempat meningkatkan martabat guru; dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.
Mulai dari tahun 2007 hingga saat ini sudah banyak guru-guru yang telah menerima sertifikasi beserta tunjangan profesionalnya, sejak tahun itu pula bermunculan anggapan masyarakat akan banyaknya guru bersertifikasi yang tidak meningkat kompetensinya atau bahkan menurun. Oleh karena hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk menilai dan mengukur sejauh mana sertifikasi guru dapat mencapai tujuannya yaitu dengan menilai kelayakan guru yang telah bersertifikasi, proses dan hasil pembelajaran guru bersertifikasi serta mengukur kesejahteraan guru itu sendiri. Dalam penelitian ini akan mengevaluasi dampak atau hasil program sertifikasi guru yang telah diberikan oleh guru yang bersangkutan.
Pembahasan mengenai evaluasi dampak sertifikasi guru ini akan diukur dengan menggunakan enam (6) indikator sertifikasi guru. Adapun
commit to user
ke enam indikator tersebut antara lain ketrampilan mengajar, kompetensi profesional, penguasaan teknologi, menjadi teladan bagi peserta didik, kualitas dan kuantitas lulusan, dan terakhir kesejahteraan.
a. Ketrampilan Mengajar
Ketrampilan mengajar guru meliputi cara penyampaian guru dalam menyajikan bahan pembelajaran dan juga kemampuan guru dalam mengorganisir atau menyusun rencama kegiatan pembelajaran. 1) Presentasi dan Penyajian
Sebagai langkah awal untuk mengetahui apakah guru itu berkualitas atau tidak, maka dilihat dari cara mengajarnya ketika proses kegiatan belajar-mengajar berlangsung. Guru yang mempunyai kualitas mengajar yang baik cenderung bisa memilih metode pembelajaran yang paling sesuai dan paling dapat diterima oleh peserta didiknya mengingat kemampuan atau daya serap peserta didik yang berbeda-beda. Dalam hal ini guru diharapkan mampu menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan silabus yang ada pada mata pelajaran tetapi juga sesuai dengan karakteristik peserta didik itu sendiri. Mengingat kemampuan peserta didik yang berbeda-beda maka guru sudah seharusnya menerapkan metode pembelajaran yang tepat sehingga tujuan pembelajaran maupun standar hasil pembelajaran yang telah ditentukan menjadi tercapai dalam arti guru tidak sia-sia dalam
menyampaikan pelajaran oleh karena ketidakmampuan peserta didik dalam menerima setiap materi yang diberikan.
Melihat situasi dan kondisi di lapangan yang menunjukkan bahwa peserta didik MAN Sukoharjo tergolong memiliki tingkat sumber daya manusia yang menengah ke bawah dalam arti memiliki kemampuan yang berada dibawah sekolah-sekolah negeri maupun terfavorit lainnya di Sukoharjo, maka menjadikan guru di MAN Sukoharjo terlebih guru yang telah menerima sertifikasi harus berusaha keras agar peserta didik bisa mencapai standar pembelajaran yang telah ditentukan. Hal ini disebabkan karena guru yang telah menerima sertifikasi ini mempunyai tanggungjawab lebih untuk memberikan seluruh kemampuan dan kompetensinya untuk peserta didiknya.
Oleh karena itu keberhasilan peserta didik dalam mencapai standar pembelajaran yang telah ditentukan pada kenyataannya pertama kali memang bergantung pada guru yang bersangkutan. Apabila guru yang bersangkutan mampu menerapkan metode pembelajaran yang efektif bagi peserta didiknya, maka selanjutnya peserta didik akan mampu mengikuti pembelajaran dan bahkan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga akan lebih terlihat hasil dan manfaat dari pembelajaran tersebut.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lokasi penelitian, ternyata metode pembelajaran yang digunakan oleh guru yang
commit to user
bersangkutan sebagian besar menggunakan metode ceramah, yakni guru menerangkan dan menjelaskan terlebih dahulu terhadap materi yang ada sehingga peserta didik akhirnya dapat memahaminya. Terlebih lagi pada bidang mata pelajaran yang memang memerlukan penjelasan lebih dari guru yang bersangkutan seperti pada bidang mata pelajaran sejarah, aqidah akhlak, bahasa arab, bahasa Indonesia, kimia, matematika. Kelima guru mata pelajaran tersebut lebih sering menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi dengan alasan cara tersebut adalah cara yang dianggap tepat untuk siwa di MAN Sukoharjo sendiri.
Mengingat kemampuan sumber daya manusia peserta didik yang relatif masih kurang dalam mengikuti pelajaran maka metode ceramah dirasa merupakan metode yang paling tepat digunakan di sekolah ini. Akan tetapi metode ceramah juga tidak selamanya hanya menerangkan saja selama waktu pembelajaran berlangsung, akan tetapi ada kalanya juga guru yang bersangkutan memberikan stimulan bagi anak agar anak itu mau untuk bertanya maupun mengajukan pendapatnya. Namun prosentase anak yang aktif di kelas masih sedikit bahkan jarang. Jadi para guru di MAN Sukoharjo menganggap bahwa metode pembelajaran ceramah menjadi metode yang paling cocok untuk digunakan di MAN Sukoharjo. Hal tersebut sebagaimana yang diungkapkan oleh Wakil
commit to user
Kepala Sekolah bidang Kurikulum MAN Sukoharjo, Ibu Siti Solikhah, M.Pd :
“Iya nu, disesuaikan juga, nek model sing paling luwes yo
ceramah kuwi, kalo yang cocok diterapkan disini ya
kebanyakan masih pake ceramah kan ceramah juga sebenarnya masih penting tho, tapi kadang juga diselingi diskusi juga... nah kalo nanti disitu anak udah menthok kan baru dibantu, karena kadang-kadang anak itu kan harus dirangsang tho, nah kalo tidak dicoba seperti itu ya gimana bisa mengerti tho, beda kalo msdm nya itu seperti anak-anak sma 1 sma 2 kan ya disini masih kalah walaupun tujuan nasional itu kan pada dasarnya dimana-mana sama tho menuntut anak lebih aktif diskusi daripada ndengerin thok gitu, tapi kan ya lihat-lihat kondisi juga, kalo mungkin kita sodori materi yang anak itu belum ngerti kan ya nggak bisa tho jadi ya akhirnya tetap harus dipresentasikan dulu materinya.” (Wawancara, 8 Maret 2012) Pernyataan yang serupa juga disampaikan oleh salah satu siswa kelas XI IPA, Dinda yang juga termasuk salah satu anggota OSIS berikut ini :
“Kebanyakan sih teori mbak, ya ada yang ceramah, ada yang jelasin, kalau yang pake komputer ya guru TIK gitu terus kalau bahasa inggris itu sekarang juga ke lab terus ke lab bahasa, tapi kalau yang pake ceramah ya lebih banyak kayak agama, fiqih, bahasa arab, sejarah, terus kalau kayak kimia sama matematika itu ya dijelasin, misalnya ada guru matematika, kalau nulis materinya itu suku banyak itu tuh ditulis dulu semuanya itu dari awal sampai contohnya itu ditulis, tapi jelasinnya juga sambil nulis cuma jelujur ngomong aja jadinya pada nggak mudheng udah habis ditulis sendiri langsung disuruh nyatet aja gitu tapi kalau kimia suka ada latihan-latihan gitu jadi kita mending lah kalau kimia pada mudheng semuanya..”
(Wawancara, 20 Maret 2012)
Siswa lainnya, Dina yang merupakan siswa kelas XI IPS juga menyampaikan hal yang sama, “Kalau menurut saya sih banyak penjelasannya, diskusi jarang, ya paling satu-dua kali lah.” (Wawancara 25 Maret 2012)
commit to user
Hal ini dibenarkan oleh Ketua Panitia Pelaksana Sertifikasi Rayon 41 UMS, Ibu Zuhriyah M.Pd sebagai berikut :
“...selama tidak ada monitoring pasca PLPG, maka PLPG itu ya hanya dianggap satu apa namanya ya, satu kewajiban untuk mengikuti semacam penataran habis itu balik lagi ke sistem lama dia gitu, jadi balik ke cara lamanya dia, mungkin misalnya balik lagi ke metode ceramah ketika dia sudah pulang ke sekolahnya masing-masing. Sesudahnya ya balik ke cara mereka sendiri, tidak menggunakan prinsip-prinsip yang sudah diperkenalkan di dalam PLPG gitu.”
(wawancara Ibu Zuhriyah tanggal 29 Februari 2012)
Berdasarkan beberapa pernyataan tersebut menunjukkan bahwa memang hingga saat ini metode pembelajaran yang digunakan di MAN Sukoharjo adalah model ceramah atau menerangkan. Hal ini terjadi karena faktor kemampuan sumber daya manusia peserta didik sendiri yang memang sebagian besar memiliki kemampuan yang masih di bawah sekolah-sekolah negeri lainnya di Kota Sukoharjo. Melihat situasi dan kondisi tersebut membuat para guru untuk berusaha menjadikan peserta didik tetap mengerti dan mampu mencapai segala standar pembelajaran yang ditetapkan dengan kesabaran yang lebih dibandingkan dengan
mengajar di sekolah lainnya. Dengan demikian metode
pembelajaran ceramah dirasa sesuai untuk diterapkan di MAN Sukoharjo pada awal pembelajaran sebelum memberikan metode-metode pembelajaran lain seperti memberikan stimulan bagi anak, pembentukan kelompok diskusi, dan presentasi karena pemberian
penjelasan materi di awal suatu pembelajaran di sekolah ini memang masih diperlukan.
Namun demikian, ternyata tidak semua guru di MAN Sukoharjo selalu memakai metode ceramah, karena ternyata ada juga sebagian kecil guru bersangkutan yang sudah mulai menggunakan multimedia dalam menyampaikan pembelajaran. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh salah satu guru bersertifikasi di MAN Sukoharjo, Ibu Desi Murtofi’ah, S.Pd berikut ini :
“Mungkin kalau setelah sertifikasi ya, sama sudah disertifikasi ya kalau saya pakai metode pembelajaran yang memakai multimedia, ya jadi ketika ada beberapa materi-materi yang sekiranya abstrak, itu untuk diterima siswa ya kan misalnya kaya ikatan kimia itu nggak bisa kan secara prakteknya kita juga nggak bisa mengetahui untuk molekul seperti apa, tapi ketika kita apa namanya, kalau kita memberikan gambaran kepada siswa yang misalnya kita ngambil atau download dari youtube gitu ya untuk mempermudah siswa dalam memahami dan memberikan gambaran yang mudah untuk diterima oleh siswa sehingga dapat mengaktifkan suatu pembelajaran yang berbeda disitu adalah dengan menggunakan multimedia itu.”
(Wawancara, 14 Maret 2012)
Hal yang senada juga diungkapkan oleh salah satu siswa XII IPA berprestasi, Fitria yang mengatakan bahwa, “Kebanyakan sih ceramah tapi ada beberapa guru yang pakai metode penggambaran, atau pakai LCD kaya pak Widoto kadang pak Wakhid juga pakai LCD, terus bu Desi, kalau Warti itu kitanya disuruh membaca, terus nanti dipresentasikan di depan selain itu sisanya ceramah. (Wawancara, 31 Maret 2012)
commit to user
Kedua pernyataan di atas memberikan cara pandang yang berbeda dalam melihat metode pembelajaran yang digunakan di MAN Sukoharjo, dimana semua guru bersertifikasi di sekolah ini memang hanya melulu menggunakan metode ceramah saja karena memang dianggap sudah paling sesuai diterapkan. Namun setelah mengetahui pernyataan Ibu Desi tersebut memberikan cara pandang bahwa ternyata sebagian guru bersertifikasi juga mengupayakan suatu metode pembelajaran yang dirasa menjadikan peserta didik untuk lebih merasa tertarik dan menyukai pelajaran yang diberikan sehingga peserta didik menjadi lebih mudah untuk memahami materi pembelajaran serta merangsang rasa ingin tahu mereka untuk menjadi aktif bertanya dan berpartisipasi aktif dalam suatu kelas baik secara individual maupun kelompok diskusi.
Metode pembelajaran multimedia, terlebih lagi apabila disajikan dalam bentuk animasi dianggap metode pembelajaran yang lebih menarik dibandingkan dengan metode ceramah karena menjadikan peserta didik lebih tertarik untuk mengikuti proses kegiatan belajar mengajar sehingga dianggap dapat memberikan feedback maupun hasil belajar seperti yang diharapkan oleh para guru pada umumnya. Namun pada kenyataannya guru bersertifikasi yang benar-benar mengupayakan suatu metode pembelajaran yang mudah untuk diterima oleh peserta didik memang masih sedikit, bisa dikatakan hal ini hanya berlaku pada guru bersertifikasi muda
seperti Ibu Desi sendiri, sedangkan untuk guru secara keseluruhan prosentasenya kecil karena memang sebagian besar guru di MAN Sukoharjo menggunakan metode ceramah.
Untuk menyesuaikan dengan kemampuan peserta didik sendiri, maka pengajar hendaknya juga menyesuaikan diri dalam menyampaikan suatu materi pembelajarannya. Untuk memberikan pengajaran pada peserta didik MAN Sukoharjo, guru yang bersangkutan dituntut untuk dapat memberikan materi pembelajaran dengan lebih sabar dan pengertian terhadap peserta didik dalam arti guru yang bersangkutan dapat menyesuaikan diri dalam menyampaikan materi pembelajaran secara jelas dan penuh pengertian terhadap peserta didiknya. Hal tersebut ternyata memang sudah diterapkan oleh sebagian besar guru di MAN Sukoharjo, dimana guru yang bersangkutan memberikan materi pembelajaran dengan cara yang jelas dan sistematis hingga dapat diterima oleh peserta didik.
Melihat kondisi di lapangan sendiri memang ternyata sebagian besar guru dapat menyampaikan materi pembelajaran secara jelas dan detail hingga dapat dimengerti oleh semua peserta didik dan bahkan banyak pula diantara mereka yang bersabar untuk mengulang penjelasan materi kembali apabila didapatkan siswa yang ternyata masih belum paham akan materi yang diberikan. Hal
commit to user
ini sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Ibu Siti Solikha sebagai berikut :
“Yang jelas kalo anak saya tadi kan seperti yang saya bilang anak kita itu kan menengah ke bawah itu ya harus pelan-pelan, harus sabar, jadi itu ya harus pinter-pinter kitanya lagi, kan waktu pembelajaran itu kan harus selesai pada waktunya tho misalnya pada KD ini kan harus selesai pada waktu ini... jadi mungkin diberikan tugas rumah, terus untuk besok siap-siap memanfaatkan waktu yang ada untuk pengajaran yang lain, karena sini kan mapelnya beda, mapelnya lebih banyak.” (Wawancara, 20 Februari 2012)
Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Ibu Desi berikut ini : “Anak-anak saya kasih waktu untuk belajar dalam kelas mau ndak mau mereka mereka itu harus ngapalin rumus kan mereka nanti harus maju satu-satu, jadi mau ndak mau mereka ya bakal kebagian, memang waktunya sebenernya jadi lebih lama ya tapi setidaknya karena kita melihat juga IQ-nya ya karena kalau saya lihat itu rata-rata menengah ke bawah gitu ya jadi kita harus setidaknya beda jadi harus memberikan celah-celah yang mereka belum mengerti.” (Wawancara, 14 Maret 2012) Pernyataan yang senada juga diungkapkan oleh Dinda, siswa kelas XI IPA 1 sebagai berikut :
“Ya standar sih mbak jadi biasa aja gitu nggak cepet nggak lambat juga, tiap pelajaran juga beda-beda juga tergantung gurunya, kalau buat fisika itu neranginnya bisa sampai berkali-kali masalahnya rumusnya kan banyak gitu jadi harus banyak contohnya juga, pak guru fisika itu kadang-kadang ya neranginnya sampai dua kali apa tiga kali gitu, tapi kalau misalnya pelajaran-pelajaran umum sih cuman diterangin dikit juga pada mudheng disambi baca-baca LKS juga, tapi kalau kebanyakan itu ya standar, jelasinnya nggak terlalu cepet nggak lama banget gitu.”
(Wawancara, 20 Maret 2012)
Hal yang sama juga diungkapkan oleh siswa lainnya, Dina yakni, “Sebagian sih ada yang cepet, ada yang lama, bertele-tele
cerita panjang lebar begitu terus kalau ada yang nggak ngerti diulang lagi sampai dua-tiga kali”. (Wawancara, 25 Maret 2012)
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dapat diketahui bahwa sebagian besar guru yang bersangkutan sudah memahami dan mengerti akan kondisi siswanya sehingga mereka lebih mengutamakan agar para siswa bisa memahami dan mengikuti pembelajaran dengan mudah, yakni dengan tempo yang sedang, tidak terlalu cepat tetapi juga tidak terlalu lama karena walau bagaimanapun guru yang bersangkutan tetap harus menyelesaikan kompetensi dasar (KD) tepat pada waktunya tetapi juga tetap memperhatikan kemampuan dan kondisi siswa agar mereka bisa mengikuti KD dengan baik.
Untuk melihat ketrampilan mengajar guru bersertifikasi tentunya tidak hanya dengan melihat metode atau cara mengajar yang digunakan saja, tetapi juga harus dilihat dari bentuk umpan balik yang diberikan oleh peserta didik itu sendiri. Bentuk umpan balik peserta didik menggambarkan seberapa jauh mereka dapat menerima input yang diberikan oleh para guru yang bersangkutan. Pada umumnya peserta didik yang dapat menerima masukan-masukan materi yang diberikan oleh gurunya cenderung muncul perasaan ingin tahu ataupun juga ingin menyampaikan apa yang menjadi unek-unek dan tanggap jika ada materi pelajaran yang dirasa mengganjal di pikiran mereka.
commit to user
Hal tersebut bisa terjadi karena dua kemungkinan, yakni ada hal yang kurang dimengerti pada saat proses pembelajaran, dan juga ada sesuatu hal yang dirasa mengganjal sehingga ia merasa perlu menyampaikan atau berpartisipasi dalam suatu pembelajaran tertentu. Dalam hal ini peserta didik yang memiliki daya tanggap dan keberanian yang tinggi cenderung mempunyai prosentase keaktifan di kelas yang lebih daripada peserta didik yang cenderung pemalu. Oleh karena itu, dalam memperoleh umpan balik yang optimal sangat tergantung pula pada kemampuan guru yang bersangkutan dalam memberikan stimulan dan juga tekanan yang dapat memaksa peserta didik untuk menjadi kreatif dan berani dalam mengungkapkan pendapat.
Namun demikian, pada saat melihat kondisi di lokasi penelitian, ternyata bukan hal yang mudah bagi guru yang bersangkutan untuk memperoleh umpan balik seperti yang diharapkan. Dalam hal ini perlu dilihat juga dari kondisi peserta didiknya sendiri yakni rata-rata seberapa besar kemampuan sumber daya manusianya. Pada peserta didik di MAN Sukoharjo yang rata-rata tergolong menengah ke bawah dalam bidang akademisnya menjadikan guru yang bersangkutan harus berupaya lebih keras lagi dibandingkan dengan guru pada sekolah lainnya.
Untuk menentukan seberapa besar umpan balik yang bisa diberikan oleh peserta didik tergantung pula pada bidang mata
pelajaran yang dipelajari. Jika materi yang dipelajari dianggap mudah untuk dimengerti seperti mata pelajaran aqidah akhlak, sejarah, bahasa Indonesia, maka secara otomatis peserta didik menjadi ikut terlibat aktif di dalam suatu pembelajaran di kelas. Berdasar pada hasil pengamatan dan pengumpulan data yang dilakukan di MAN Sukoharjo menunjukkan bahwa sebagian peserta didik di MAN Sukoharjo cenderung memiliki prosentase keaktifan yang relatif kecil. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Guru bersertifikasi, Ibu Desi Murtofi’ah sebagai berikut :
“....memang ketika di kelas itu saya kasih waktu untuk ngapalin rumus yang mau ndak mau mereka harus bisa, lewat jembatan keledai itu kan model untuk menghapalkan, kimia kan banyak hapalan ya kalau kita bandingkan dengan teori itu ada 70% hitungan, 30% hapalan, nah kalau saya itu kan nanti anak-anak mau ndak mau memang harus maju satu persatu nantinya jadi ya mereka saya tuntut untuk bisa aktif di kelas, tapi untuk selebihnya semisalkan untuk diskusi ataupun aktif bertanya sendiri itu saya lihat di sini masih sedikit.”
(Wawancara, 14 Maret 2012)
Hal tersebut senada dengan pernyataan Ibu Siti Solikha berikut ini : “Ya tergantung dari materinya juga, kalo sekiranya materinya itu anak gampang memahaminya ya aktif di kelas, tapi nek neng kene saya lihat disini ya banyak yang nggak aktifnya. Jadi seperti saya bilang tadi, metode ceramah itu perlu, ya walaupun udah nggak jamane istilahe kan gitu tapi kan masih perlu karena istilahnya untuk memancing anak yang belum bisa itu jadi ya ceramah masih banyak dipake disini. Jadi feedback yang diberikan anak itu kecil.”
(Wawancara, 20 Februari 2012)
Salah satu siswa MAN Sukoharjo, Dinda Nagari juga membenarkan hal tersebut seperti yang dipaparkan berikut ini :
commit to user
“kebanyakan itu pada diem ya paling sekelas itu yang suka nanya 2-3 orang itu juga paling pas mapel aqidah, ya itu
tergantung juga sama mapelnya, kalau udah pada mudheng ya
biasanya nggak nanya, kebanyakan sih pada pasrah gitu. Di kelas saya itu kan muridnya ada 40, ya paling yang aktif cuma 4 orang lah itu juga yang suka bertanya orangnya pasti itu-itu aja mbak ya pokoknya dikitlah jarang, paling-paling pada malu sih kebanyakan.”
(Wawancara, 20 Maret 2012)
Fitria, siswa lainnya juga mengatakan hal yang sama yakni, “Kalau yang aktif itu 20 persen aja, yang lain banyak yang diam”. (Wawancara, 31 Maret 2012)
Mendasar pada beberapa pernyataan di atas maka dapat diketahui bahwa umpan balik yang diberikan oleh peserta didik di MAN Sukoharjo relatif kecil. Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor yakni pertama, kemampuan dasar peserta didik kemudian kedua, tingkat kesulitan materi yang diajarkan dan yang ketiga, tingkat kompetensi dan kemauan guru yang bersangkutan dalam memberikan rangsangan dan juga tekanan pada peserta didik agar mereka mau berpartisipasi aktif dalam suatu proses pembelajaran. Faktor yang pertama dan ketiga menjadi penyebab utama rendahnya umpan balik yang diberikan oleh peserta didik MAN Sukoharjo.
Mengingat tingkat sumber daya manusia yang relatif kurang, ditambah lagi dengan sikap “menerima keadaan” oleh para guru yang bersangkutan yang ditunjukkan melalui tetap diberlakukannya metode ceramah ini sebenarnya hanya akan membuat peserta didik menjadi kurang kreatif dan cenderung tidak punya motivasi kuat
commit to user
untuk berprestasi. Seharusnya untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia peserta didik guru lebih berani untuk merangsang dan memberi tekanan yang membuat peserta didik mau tidak mau harus kreatif, dan peka terhadap materi pembelajaran yang disampaikan dengan begitu secara perlahan-lahan bisa meningkatkan keaktifan dan kreativitas mereka sebagai pelajar.
Sejauh ini upaya yang telah dilakukan oleh para guru