• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Input Sasaran Informasi (Market) dalam Pelaksanaan Surveilans DBD di Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal

METODE PENELITIAN

DBD: - Pedoman

1. Data Petugas Surveilans DBD Daftar Nominatif Kepegawaian tahun

5.1. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

5.1.1. Evaluasi Input Sistem Surveilans Demam Berdarah Dengue di Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal

5.1.1.3. Evaluasi Input Sasaran Informasi (Market) dalam Pelaksanaan Surveilans DBD di Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal

Evaluasi terhadap sasaran informasi dalam pelaksanaan surveilans DBD di Dinas Kesehatan Kab. Tegal meliputi: evaluasi pengguna informasi dan evaluasi informasi hasil surveilans DBD.

5.1.1.3.1.Pengguna Informasi Hasil Surveilans DBD

Salah satu komponen dari surveilans epidemiologi adalah penyebarluasan informasi (Depkes, 2003). Penggunaan informasi hasil surveilans DBD dimaksudkan agar dapat dilakukan tindakan pemecahan masalah kesehatan oleh pengguna informasi yang bersangkutan. Menurut Amirudin (2012) Informasi hasil pelaksanaa surveilans DBD akan bermanfaat bila dikomunikasikan dengan instansi atau pihak lain dalam bentuk yang mudah dipahami. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pengguna informasi hasil surveilans DBD terbagi menjadi 2 bagian. Bagian pertama adalah pengguna informasi internal Dinas Kesehatan Kab. Tegal yang meliputi: Subbag Perencanaan dan Keuangan, Bidang Promkes dan Penyehatan Lingkungan, dan UPTD Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal. Bagian kedua adalah pengguna informasi eksternal yang meliputi BAPPEDA Kabupaten Tegal, rumah sakit, Komisi IV DPRD Kabupaten Tegal, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, dan wartawan. Menurut Dirjen PP dan PL tahun 2003 tentang Surveilans Epidemiologi Penyakit (PEP), salah satu

kegiatan dalam surveilans epidemiologi adalah penyebarluasan informasi hasil pelaksanaan surveilans ke instansi yang membutuhkan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan pengguna infomasi hasil surveilans sudah sesuai. Pengguna yang paling berkepentingan dengan informasi hasil surveilans bervariasi, mulai dari administrator, pengambil kebijakan paling atas, akademisi, manajer tingkat menengah, petugas lapangan dan pengguna pelayanan kesehatan (Amirudin, 2012: 16). Hal yang sama juga disampaikan oleh Kartiawan (2009) bahwa penyebarluasan informasi yang dimaksud adalah menyebarkan data yang sudah diolah menjadi informasi kepada pengambil kebijakan di lingkungan Dinas Kesehatan yang nantinya akan digunakan sebagai bahan pendukung keputusan dan kegiatan perencanaan. Penyebarluasan informasi juga dilakukan kelintas program dan lintas sektor, atau orang-orang yang membutuhkan.Secara rinci perbandingan tataran ideal pengguna informasi surveilans dengan kenyataan di Dinas Kesehatan Kab. Tegal dapat dilihat pada Tabel 5.7 berikut ini:

Tabel 5.8. Matrik Perbandingan antara Tataran Ideal Pengguna Informasi Surveilans dengan Kenyataan di Tempat Penelitian

Tataran Ideal Pengguna Informasi Surveilans

Kenyataan di Tempat Penelitian

Kesesuaian

Menurut Dirjen PP dan PL tahun 2003 tentang Surveilans Epidemiologi Penyakit (PEP), salah satu kegiatan dalam surveilans epidemiologi adalah instansi surveilans epidemiologi memiliki sasaran dalam kegiatan penyebarluasan informasi

a. Pengguna informasi internal meliputi:

- Subbag Perencanaan dan Keuangan,

- Bidang Promkes dan Penyehatan

Lingkungan, dan

- UPTD Dinas

Kesehatan Kabupaten

Sudah sesuai karena

data hasil

pelaksanaan

surveilans DBD sudah memiliki dan menyebarluaskan ke pengguna/sasaran informasi surveilans DBD

hasil pelaksanaan surveilans Tegal. b. Pengguna informasi eksternal meliputi: - BAPPEDA Kabupaten Tegal, - Rumah Sakit - Komisi IV DPRD Kabupaten Tegal, - Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, dan - Wartawan.

Mekanisme yang dilakukan oleh pemegang program P2DBD dalam menyebarluaskan informasi hasil surveilans DBD kepada pihak di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal yaitu data hasil surveilans DBD yang berasal dari seksi pemberantasan penyakit bidang P2P dikirim ke bidang promkes dan Penyehatan Lingkungan, Subbag Perencanaan dan Keuangan dan UPTD Puskesmas. Sedangkan mekanisme pemberian informasi hasil program surveilans DBD kepada instansi/lembaga di luar Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal yaitu data hasil surveilans DBD dari seksi pemberantasan penyakit bidang P2P Dinas Kesehatan Kab. Tegal dikirim langsung ke Dinkes Provinsi Jateng. Data hasil surveilans DBD yang diterima oleh Dinkes Provinsi Jateng kemudian digunakan untuk profil kesehatan Jateng. Seksi pemberantasan penyakit bidang P2P Dinas Kesehatan Kab. Tegal melakukan rapat/advokasi anggaran dengan Komisi IV DPRD Kab. Tegal dengan memaparkan hasil surveilans DBD dan mengusulkan anggaran program P2DBD. Kemudian Komisi IV DPRD Kab. Tegal memberikan persetujuan mengenai anggaran program P2DBD. Data hasil surveilans DBD

diserahkan langsung ke BAPPEDA Kabupaten Tegal oleh seksi pemberantasan penyakit bidang P2P Dinas Kesehatan Kab. Tegal. Untuk pengguna informasi hasil surveilans selanjutnya yaitu wartawan. Wartawan meminta data hasil surveilans DBD ke seksi pemberantasan penyakit bidang P2P Dinas Kesehatan Kab. Tegal, kemudian seksi pemberantasan penyakit bidang P2P meminta persetujuan ke kepala Dinas Kesehatan Kab. Tegal lalu setelah mendapat persetujuan dari kepala Dinas Kesehatan Kab. Tegal, seksi pemberantasan penyakit bidang P2P memberikan data hasil surveilans ke wartawan. Menurut Dirjen PP dan PL (2003: 21) mekanisme penyebaran informasi harus menjadi sistem yang efektif dalam pelaksanaan surveilans, terutama umpan balik yang baik kepada sumber laporan dan pihak yang dapat melakukan penanggulangan yang cepat dan tepat. Penyebarluasan informasi maupun umpan balik hasil surveilans DBD menggunakan teknologi komputerisasi, pertemuan rutin, kunjungan supervisi atau seminar terbatas.

5.1.1.3.2. Kebutuhan Informasi Hasil Surveilans DBD

Informasi hasil surveilans yang diberikan harus disesuaikan dengan pengguna informasi surveilans. Beberapa hasil mungkin lebih menarik bagi satu pihak dibandingkan dengan pihak lain. Berdasarkan hasil penelitian, data/informasi yang dibutuhkan oleh pengguna informasi surveilans DBD baik di Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal maupun lembaga/instansi di luar Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal meliputi: data jumlah kasus DBD dan data wilayah terkena DBD. Menurut Dirjen PP dan PL Kemenkes 2011, Informasi yang

didistribusikan ke sasaran informasi surveilans DBD minimal meliputi: data endemisitas dan distribusi kasus DBD per kecamatan (tabel, grafik dan mapping) dan data kecenderungan penyakit DBD.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan informasi hasil surveilans yang didistribusikan oleh pemegang program P2DBD seksi Pemberantasan sudah sesuai dengan tataran ideal. Berikut ini adalah Tabel 5.8 yang menunjukan perbandingan antara tataran ideal kebutuhan informasi surveilans DBD dengan kenyataan di Dinas Kesehatan Kab. Tegal.

Tabel 5.9. Matrik Perbandingan antara Tataran Ideal Kebutuhan Informasi Surveilans dengan Kenyataan di Tempat Penelitian

Tataran Ideal Kebutuhan Informasi Surveilans Kenyataan di Tempat Penelitian Kesesuaian Informasi yang didistribusikan ke sasaran informasi surveilans DBD minimal meliputi:

- Data endemisitas dan distribusi kasus DBD per kecamatan (tabel, grafik dan mapping)

- Data kecenderungan penyakit DBD

Data/informasi yang dibutuhkan oleh pengguna informasi surveilans DBD baik di Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal maupun lembaga/instansi di luar

Dinas Kesehatan

Kabupaten Tegal meliputi: - data jumlah kasus DBD - data wilayah terkena