• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENUTUP

B. Saran

Pelaksanaan penatausahaan barang milik negara mutlak memerlukan sarana dan prasarana yang menunjang pencapaian tujuan penatausahaan barang milik negara. Oleh karena itu, Sub Bagian Inventaris dan Kekayaan Negara dilengkapi dengan sarana dan prasarana sebagai berikut :

1) Kantor hanya terdiri dari 1 ruangan, yaitu ruang kasubag perlengkapan, operator dan penanggungjawab ruangan.

2) Perlengkapan kantor terdiri dari sebagai berikut : a) Komputer : 1 unit;

b) Laptop : 1 unit; c) Printer : 1 unit; d) Almari : 2 unit; e) Meja kantor : 4 unit; f) Meja komputer : 1 unit; g) Filling Cabinet : 10 unit.

III. Rencana Kerja Sub Bagian Inventaris dan Kekayaan Negara Tahun 2010

Pada tahun 2009 Sub Bagian Inventaris dan Kekayaan Negara memiliki berbagai agenda kerja. Yang paling utama adalah mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 yaitu menjalankan tugas pokok dan fungsinya untuk melaksanakan SIMAK-BMN di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Rencana kerja Sub Bagian Inventaris dan Kekayaan Negara tahun 2010 dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Menyelenggarakan sistem manajemen informasi barang milik negara, b. Menyelenggarakan sistem akuntansi barang milik negara,

c. Menyelenggarakan inventarisasi barang milik negara,

d. Melakukan pencatatan pembelian barang-barang dan membuat laporan dalam bentuk sub copy dan copian.

e. Membuat perencanaan pembelian yang mendapat tembusan dari Dekan ke Pembantu Dekan II ke Perlengkapan ke Operator.

f. Menyimpan Laporan Barang Milik Negara (LBMN) serta Arsip Data Komputer (ADK) barang milik negara,

g. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Sub Bagian Inventaris dan Kekayaan Negara.

IV. Pelaksanaan Penatausahaan Barang Milik Negara di Fakultas Ekonomi Sumatera Utara TAhun 2009

Pelaksanaan penatausahaan barang milik negara yang dilakukan oleh Sub Bagian Inventaris dan Kekayaan Negara di Fakultas Ekonomi Sumatera Utara telah menggunakan SIMAK-BMN yang berdasar pada Peraturan Menteri Keuangan No. 171/PMK.05/2007.

Pelaporan barang milik negara di Fakultas Ekonomi Sumatera Utara saat ini mengacu pada aplikasi SIMAK-BMN. Oleh karena itu, segala pelaporan atau output disesuaikan dengan aplikasi SIMAK-BMN tersebut.

1. Dasar Hukum Penatausahaan Barang Milik Negara

Pelaksanaan penatausahaan barang milik negara harus selalu dilandaskan pada peraturan perundang-undangan untuk menjamin tertib administrasi dan tertib pengelolaan barang milik negara. Demikian juga pada Sub Bagian Inventaris dan Kekayaan Negara Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara selalu melandaskan pelaksanaan penatausahaan barang milik negara pada peraturan perundang-undangan. Peraturan perundang-undangan yang dijadikan landasan pelaksanaan penatausahaan barang milik negara tersebut mulai dari hierarki

tertinggi sampai pada peraturan setingkat menteri. Peraturan perundang-undangan yang digunakan oleh Sub Bagian Inventaris dan Kekayaan Negara Fakultas Ekonomi Sumatera Utara dalam pelaksanaan penatausahaan barang milik negara adalah sebagai berikut :

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,

c. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah,

d. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah,

e. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah,

f. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.06/2007 tentang Bagan Akun Standar,

g. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara,

h. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 97/PMK.06/2007 tentang Penggolongan dan Kodefikasi Barang Milik Negara,

i. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 120/PMK.06/2007 tentang Penatausahaan Barang Milik Negara,

j. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.

2. Pelaksanaan Pembukuan Barang Milik Negara

Sub Bagian Inventaris dan Kekayaan Negara Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara telah melaksanakan pendaftaran, pencatatan, dan pembukuan barang milik negara. Pelaksanaan pembukuan barang milik negara oleh Sub Bagian Inventaris dan Kekayaan Negara mengacu pada SIMAK-BMN yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007.

Sub Inventaris dan Kekayaan Negara melakukan penyimpanan laporan atau dokumen penatausahaan barang milik negara dalam bentuk Arsip Data Komputer (ADK) maupun dalam almari atau filling cabinet. Apabila akan dilaksanakan pelaporan barang milik negara, maka Arsip Data Komputer (ADK) tersebut akan dicetak sesuai dengan laporan yang akan dilaporkan. Sub Bagian Inventaris dan Kekayaan Negara juga melakukan back up data pada setiap akhir tahun.

3. Pelaksanaan Inventarisasi Barang Milik Negara

Dalam pelaksanaan kodefikasi dan klasifikasi atau penggolongan barang milik negara, Sub Inventaris dan Kekayaan Negara bekerja sama dengan Bagian Administrasi Umum untuk menentukan penggolongan atau klasifikasi dan kodefikasi barang milik negara yang tepat. Kemudian melakukan pencatatan atas klasifikasi atau penggolongan tersebut serta melakukan penempelan kode registrasi pada barang milik negara tersebut berdasarkan SIMAK-BMN.

Selain itu untuk barang yang sudah rusak berat, Sub Bagian Inventaris dan Kekayaan Negara tidak memberikan kode registrasi maupun melakukan penempelan kode registrasi pada barang yang telah rusak tersebut. Barang yang telah rusak tersebut dikumpulkan untuk kemudian dilakukan penghapusan.

4. Pelaksanaan Pelaporan Barang Milik Negara

Pelaksanaan pelaporan barang milik negara di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara tahun 2009 mengacu pada SIMAK-BMN pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 yang dilaksanakan tiap semester. Pembukuan yang telah dilaksanakan akan mencatat dan membukukan transaksi ke dalam Buku Barang Intrakomptabel (lampiran 2) dan Buku Barang Ekstrakomptabel (lampiran 3). Inventarisasi yang telah dilaksanakan digunakan untuk membuat dan atau memutakhirkan (update) Kartu Identitas Barang (KIB) (lampiran 12, 13, dan 14), Daftar Barang Ruangan (DBR) (lampiran 15), Rekap Daftar Barang Ruangan (lampiran 16), Daftar Barang Lainnya (DBL) (lampiran 17), Laporan Kondisi Barang (LKB) (lampiran 18), Laporan Rincian Saldo Awal Barang Milik Negara (lampiran 19), serta Laporan Daftar Barang Milik Negara (lampiran 20). Laporan atau dokumen yang telah dibuat tersebut digunakan sebagai dasar penyusunan Laporan Barang Kuasa Pengguna (LBKP). Laporan Barang Kuasa Pengguna (LBKP) yang telah disusun tersebut bersama dengan Laporan Kondisi Barang (LKB) dan Arsip Data Komputer (ADK) akan dilaporkan oleh Sub Bagian Inventaris dan Kekayaan Negara setiap semesteran dan tahunan.

5. Kendala-kendala dalam Penatausahaan Barang Milik Negara

Pelaksanaan penatausahaan barang milik negara di Fakultas Ekonomi Sumatera Utara yang dilaksanakan oleh Sub Bagian Inventaris dan Kekayaan Negara dalam penerapannya tak luput dari kendala-kendala serta hambatan. Kendala serta hambatan yang dialami dalam penatausahaan barang milik negara adalah sebagai berikut :

a. Kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM).

Sub Bagian Inventaris dan Kekayaan Negara memiliki pegawai yang berjumlah tiga orang terdiri dari satu orang Kepala Sub Bagian Inventaris dan Kekayaan Negara beserta dua orang staf. Jumlah sumber daya manusia yang minim tersebut harus mengemban tugas yang cukup berat yaitu melakukan penatausahaan barang milik negara dalam satu satker yang besar yaitu seluruh barang milik negara di lingkungan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Hal ini berdampak pada belum maksimalnya penatausahaan barang milik negara di lingkungan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, sebagai contoh banyak dokumen-dokumen atau laporan yang seharusnya dibuat tapi belum dilaksanakan oleh bagian inventaris dan kekayaan negara.

b. Tidak Adanya Dokumen Sumber Barang Milik Negara.

Dokumen sumber yang digunakan dalam penatausahaan barang milik negara sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 antara lain : kuitansi, faktur pembelian, serta dokumen lain yang sah. Salah satu kendala yang dihadapi Sub Bagian Inventaris dan Kekayaan Negara adalah tidak adanya dokumen sumber atau data sumber pada sebagian barang milik negara. Hal ini sangat menyulitkan Sub Bagian Inventaris dan Kekayaan Negara dalam melakukan pencatatan nilai dari barang milik negara tersebut. Karena nilai dari barang milik negara sangat penting dalam penyusunan Buku Barang.

Sub Bagian Inventaris dan Kekayaan Negara juga menghadapi kendala bahwa banyak barang milik negara yang hilang dan tidak ada di tempat yang sebagaimana mestinya. Hal ini sangat menyulitkan bagi penatausahaan barang milik negara karena dalam Laporan Barang Milik Negara (LBMN) barang yang dimaksud masih tercatat namun dalam kenyataan di lapangan barang tersebut sudah tidak ada.

d. Banyaknya Barang Milik Negara Bernilai Kecil yang Rusak.

Kendala yang juga dihadapi Sub Bagian Inventaris dan Kekayaan Negara adalah banyaknya barang milik negara bernilai kecil yang rusak. Hal ini cukup menyulitkan bagi Sub Bagian Inventaris dan Kekayaan Negara untuk melakukan pencatatan barang-barang yang rusak tersebut karena jumlahnya yang sangat banyak. Selain itu, kesulitan yang lain adalah sulitnya dalam penyimpanan maupun penghapusan barang-barang yang rusak.

BAB III

LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN

A. Landasan Teori Pelaksanaan Penatausahaan Barang Milik Negara di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

1. Pengertian Penatausahaan Barang Milik Negara

Dalam bab I pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara disebutkan bahwa keuangan negara adalah “Semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut”. Kemudian pada bab I pasal 2 huruf g Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 pengertian keuangan negara diperjelas kembali sebagai berikut:

Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah.

Pengertian barang milik negara dapat dijelaskan pada bab I pasal 2 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Pengertian barang milik negara pada bab I pasal 2 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang perubahan atas Peraturan

Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah diperjelas kembali pada bab 1 pasal 2 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 yang berbunyi sebagai berikut :

Barang sebagaimana pengertian barang milik negara yang dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi :

a. barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis;

b. barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak;

c. barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan; atau

d. barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Pengertian barang milik negara selain dari peraturan perundang-undangan juga dapat dijelaskan dari beberapa literatur buku atau sumber pustaka. Patricia P. Douglas (1991, 239) mendefinisikan pengertian barang milik negara sebagai berikut: “General fixed assets are all assets used for general governmental purpose including land, equipment, buildings and improvements, infrastructure assets”. Robert J. Freeman dan Craig D. Shoulders (2003, 342) memberikan pengertian barang milik negara sebagai berikut: “The GASB Codification defines general capital asset as all capital assets other than those accounted for in proprietary funds or trust funds”. Kemudian Leon E. Hay, Ph.D., CPA. (1985, 149) memberikan definisi pada barang milik negara sebagai berikut: “General fixed

assets are acquired for the production of general governmental services, however, not for the production of services that are sold”.

Pengaturan tentang penatausahaan barang milik negara diamanatkan dalam peraturan perundang-undangan yaitu pada bab VII pasal 44 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 yang berbunyi: “Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang wajib mengelola dan menatausahakan barang milik negara yang berada dalam penguasaannya dengan sebaik-baiknya”. Kemudian dalam pasal 42 ayat 3 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 juga diterangkan bahwa “Kepala kantor dalam lingkungan kementerian negara/lembaga adalah kuasa pengguna barang dalam lingkungan kantor yang bersangkutan”.

Selanjutnya dalam bab 1 pasal 1 ayat 20 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, diterangkan pengertian penatausahaan barang milik negara adalah sebagai berikut: “Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan barang milik negara/daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku”.

Dalam bagian ini perlu juga dijelaskan pengertian dari Sistem Informasi dan Manajemen Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN). Pengertian SIMAK-BMN sebagai berikut: “SIMAK-BMN merupakan sistem terpadu yang merupakan gabungan prosedur manual dan komputerisasi dalam rangka menghasilkan data transaksi untuk mendukung penyusunan neraca”. Dalam bagian Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 dijelaskan tujuan SIMAK-BMN sebagai berikut: “SIMAK-BMN diselenggarakan

dengan tujuan untuk menghasilkan informasi yang diperlukan sebagai alat pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN dan pelaporan manajerial (Manajerial Report)”.

2. Dasar Hukum Penatausahaan Barang Milik Negara

Sesuai dengan tujuan penatausahaan barang milik negara yaitu mewujudkan tertib administrasi dan mendukung tertib pengelolaan barang milik negara maka ketaatan pada peraturan perundang-undangan mutlak diperlukan. Hal ini mendorong para pejabat yang berwenang dalam penatausahaan barang milik negara untuk selalu melaksanakan penatausahaan barang milik negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sehingga terwujud penatausahaan barang milik negara yang transparan dan akuntabilitas.

Selain itu, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan akan membuat pelaksanaan penatausahaan barang milik negara terhindar dari kesalahan-kesalahan. Oleh karena itu, ketaatan terhadap dasar hukum yang mengatur sangat diperlukan dalam pelaksanaan penatausahaan barang milik negara.

Dasar hukum yang digunakan dalam pelaksanaan penatausahaan barang milik negara adalah sebagai berikut :

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,

3. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan,

4. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah,

5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah,

6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.06/2007 tentang Bagan Akun Standar,

7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara,

8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 97/PMK.06/2007 tentang Penggolongan dan Kodefikasi Barang Milik Negara,

9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 120/PMK.06/2007 tentang Penatausahaan Barang Milik Negara,

10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.

3. Asas-asas Pengelolaan Barang Milik Negara

Demi tercapainya tujuan penatausahaan barang milik negara yaitu mewujudkan tertib administrasi dan tertib pengelolaan barang milik negara maka diperlukan suatu penyatu gerak dan langkah dalam penatausahaan barang milik negara. Asas-asas dalam pengelolaan barang milik negara merupakan penyatu

gerak dan langkah dalam rangka penatausahaan barang milik negara sehingga dalam pelaksanaan pengelolaan barang milik negara hendaknya para pejabat yang berwenang selalu berdasar pada asas-asas pengelolaan barang milik negara yang terdapat dalam bagian Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006, yaitu sebagai berikut :

a. Asas fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah-masalah di bidang pengelolaan barang milik negara/daerah yang dilaksanakan oleh kuasa pengguna barang, pengguna barang, pengelola barang dan gubernur/bupati/walikota sesuai fungsi, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing;

b. Asas kepastian hukum, yaitu pengelolaan barang milik negara/daerah harus dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan;

c. Asas transparansi, yaitu penyelenggaraan pengelolaan barang milik negara/daerah harus transparan terhadap hak masyarakat dalam memperoleh informasi yang benar;

d. Asas efisiensi, yaitu pengelolaan barang milik negara/daerah diarahkan agar barang milik negara/daerah digunakan sesuai batasan-batasan standar kebutuhan yang diperlukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintahan secara optimal;

e. Asas akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan pengelolaan barang milik negara/daerah harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat;

f. Asas kepastian nilai, yaitu pengelolaan barang milik negara/daerah harus didukung oleh adanya ketepatan jumlah dan nilai barang dalam rangka optimalisasi pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik negara/daerah serta penyusunan Neraca Pemerintah.

4. Cakupan Penatausahaan Barang Milik Negara

Bab I pasal 3 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 menyebutkan sebagai berikut :

(2) Pengelolaan barang milik negara/daerah meliputi: a. perencanaan kebutuhan dan penganggaran; b. pengadaan;

c. penggunaan; d. pemanfaatan;

e. pengamanan dan pemeliharaan; f. penilaian;

g. penghapusan; h. pemindahtanganan; i. penatausahaan;

j. pembinaan, pengawasan, dan pengendalian.

barang milik negara termasuk di dalam lingkup pengelolaan barang milik Berdasarkan peraturan pemerintah di atas didapat bahwa penatausahaan negara.

Sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 1 ayat 20 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 bahwa “Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang

meliputi pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan BMN”. Maka ruang lingkup penatausahaan barang milik negara tersebut masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Pembukuan

Kegiatan pembukuan barang milik negara diatur dalam bab V pasal 8 ayat 1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 120/PMK.06/2007 yaitu : “(1) Pelaksana Penatausahaan BMN melaksanakan pembukuan”. Selain itu, menurut pasal 35 ayat 1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 mengatur pembukuan barang milik negara sebagai berikut :

UAKPB melakukan proses akuntansi atas DS BMN (Daftar Sementara Barang Milik Negara) untuk menghasilkan Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP), Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran (LKBPS), Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan (LKBPT), jurnal transaksi BMN, dan daftar/laporan manajerial lainnya termasuk yang dananya bersumber dari Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan.

Selain itu, dalam bab V pasal 8 ayat 2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 120/PMK.06/2007 mengatur sebagai berikut : “(2) Pelaksana Penatausahaan BMN harus menyimpan dokumen kepemilikan, dokumen penatausahaan dan/atau dokumen pengelolaan”. Prosedur pengarsipan dokumen barang milik negara dilaksanakan dua kali yaitu pada semesteran dan tahunan diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 sebagai berikut :

1) Prosedur Semesteran

a) Mengarsipkan Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP) dan Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran (LBKPS) secara tertib.

2) Prosedur Tahunan

a) Mengarsipkan Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP) Intrakomptabel, Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP) Ekstrakomptabel, Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP) KDP, salinan Laporan Kondisi Barang (LKB), dan salinan Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan (LBKPT) secara tertib.

b) Melakukan proses back up data dan tutup tahun.

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan 171/PMK.05/2007 dalam melaksanakan kegiatan pembukuan barang milik negara maka Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB) akan menyusun dokumen atau laporan sebagai berikut :

No. Dokumen atau Laporan Lampiran

1) Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP) Intrakomptabel 22 2) Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP) Ekstrakomptabel 23 3) Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP) Persediaan 24 4) Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP) Konstruksi dalam

Pengerjaan

25 5) Kartu Inventaris Barang (KIB) Tanah 26 6) Kartu Inventaris Barang (KIB) Bangunan Gedung 27 7) Kartu Inventaris Barang (KIB) Alat Angkutan Bermotor 28

8) Daftar Inventaris Ruangan (DIR) 29

9) Daftar Inventaris Lainnya (DIL) 30

10) Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran (LBKPS) Intrakomptabel

31 11) Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran (LBKPS)

Ekstrakomptabel

32 12) Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran (LBKPS) 33

Gabungan Intrakomptabel

13) Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran (LBKPS) Persediaan

34 14) Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran (LBKPS) atau

Pengerjaan

35 15) Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan (LBKPT)

Intrakomptabel

36 16) Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan (LBKPT)

Ekstrakomptabel

37 17) Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan (LBKPT)

Gabungan Intrakomptabel

38

18) Laporan Kondisi Barang (LKB) 39

19) Laporan Kondisi Barang (LKB) Baik 40

20) Laporan Kondisi Barang (LKB) Rusak Ringan 41 21) Laporan Kondisi Barang (LKB) Rusak Berat 42

Tabel 3.1: Dokumen atau Laporan yang Dihasilkan oleh UAKPB Sumber : Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007

b. Inventarisasi

Berdasarkan pada bab I pasal 1 ayat 21 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang pengelolaan barang milik negara/daerah disebutkan pengertian inventarisasi sebagai berikut: “Inventarisasi adalah kegiatan untuk melakukan pendataan, pencatatan, dan pelaporan hasil pendataan barang milik negara/daerah”. Dalam bagian Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 disebutkan bahwa:

Inventarisasi bertujuan untuk membandingkan catatan BMN dengan kenyataan mengenai jumlah, nilai, harga, kondisi, dan kebenaran seluruh BMN yang dimiliki dan atau dikuasai oleh kementerian negara/lembaga dalam rangka tertib administrasi BMN dan mendukung keandalan laporan BMN dan Laporan Keuangan.

Pelaksanaan inventarisasi diatur dalam pasal 69 ayat 1 dan 2 dan pasal 70 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 yaitu sebagai berikut :

(1) Pengguna barang melakukan inventarisasi barang milik negara/daerah sekurang-kurangnya sekali dalam lima tahun.

(2) Dikecualikan dari ketentuan ayat (1), terhadap barang milik negara/daerah yang berupa persediaan dan konstruksi dalam pengerjaan, pengguna barang melakukan inventarisasi setiap tahun. (3) Pengelola barang melakukan inventarisasi barang milik negara/daerah

berupa tanah dan/atau bangunan yang berada dalam penguasaannya sekurang-kurangnya sekali dalam lima tahun.

Inventarisasi yang telah dilakukan oleh UAKPB akan menghasilkan Laporan Hasil Inventarisasi (LHI) sebagaimana yang diatur dalam Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor 120/PMK.06/2007. Dalam Laporan Hasil Inventarisasi (LHI) terdiri beberapa bagian antara lain : kode barang, nama barang, tahun perolehan, NUP, merk/tipe, jumlah barang, harga satuan barang, harga barang, kondisi barang, selisih administrasi dengan inventarisasi, lokasi. Selain itu, dalam Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 mengatur tahapan dalam melaksanakan inventarisasi adalah sebagai berikut :

1) Persiapan

a) Membentuk tim inventarisasi;

b) Membagi tugas dan menyusun jadwal pelaksanaan inventariasi; c) Mengumpulkan dokumen BMN;

d) Menyiapkan label sementara;

e) Membuat denah ruangan, memberi nomor ruangan dan menentukan penanggung jawab ruangan;

f) Menyiapkan kertas kerja inventarisasi. 2) Pelaksanaan

a) Menghitung jumlah BMN per sub-sub kelompok barang; b) Mencatat BMN ke dalam kertas kerja inventarisasi; c) Menempelkan label pada BMN yang telah dihitung;

d) Menentukan kondisi BMN dengan kriteria baik, rusak ringan, atau rusak berat;

e) Menyusun Laporan Hasil Inventarisasi (LHI);

f) Membandingkan LHI dengan dokumen BMN yang ada;

g) Membuat daftar BMN yang tidak ditemukan, belum pernah dicatat, dan rusak berat serta daftar koreksi nilai;

h) Menyampaikan LHI kepada Pengelola Barang. 3) Tindak Lanjut

a) Menelusuri BMN yang tidak ditemukan;

b) Membuat usulan penghapusan BMN yang rusak berat; c) Menindaklanjuti hasil inventarisasi ke dalam SIMAK-BMN.

c. Pelaporan

Kegiatan pelaporan barang milik negara diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan 171/PMK.05/2007. Pelaporan barang milik negara dilaksanakan dua kali dalam satu tahun yaitu setiap semesteran dan tahunan. Prosedur pelaporan

berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan 171/PMK.05/2007 dapat dijelaskan

Dokumen terkait