• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada sesi ini terapis melakukan evaluasi pada semua sesi yang dilakukan secara menyeluruh. Terapis menjelaskan manfaat yang didapatkan orangtua subjek selama proses terapi kemudian terapis membuat kesimpulan kegiatan terapi dari awal sampai akhir.Terapis memantau kegiatan yang telah dilakukan dan memberikan evaluasi terhadap orangtua. Terapis melakukan pemberhentian terapi dan memberikan apresiasi kepada orangtua karena bersedia terlibat aktif dalam proses intervensi. Orangtua mendengarkan terapis dan memberikan respon yang baik kepada terapis serta mengatakan bahwa terapi yang dilakukan bermanfaat bagi subjek. Hasil pada sesi ini yaitu adanya perubahan perilaku pada anak sehingga anak dapat meningkatkan perhatiannya.

Sesi 5 : Follow Up

Terapis mengevaluasi sejauh mana keberhasilan dari terapi yang telah dilakukan dan hasil yang sudah dicapai dalam jangka waktu satu bulan sesudah proses terapi. Tujuan dari sesi ini yaitu mengetahui sejauh mana keberhasilan dari terapi yang telah dilakukan. Orangtua menjelaskan kepada terapis mengenai perkembangan subjek setelah intervensi. Menurut orangtua subjek mengalami perubahan yang signifikan yaitu subjek mampu untuk perhatian dalam mngerjakan tugas dan mendengarkan penjelasan guru.

22 HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Pemberian intervensi pada subjek berupa reinforcment untuk menunjukkan adanya pencapaian perilaku yang dikehendaki pada saat terapi berlangsung dengan menggunakan observasi secara mendalam pada perilaku yang ingin diubah sehingga anak dapat mengurangi perilaku inatensi. Hal ini diperoleh dengan memberikan intervensi pada anak dan orangtua dimana orangtua memahami cara untuk memusatkan perhatian anak dalam belajar dan memberikan penguatan yang positive untu meningkatkan intensitas belajar anak, subjek diperkuat dengan keiniginan yang tercapai akan penyelesaian tugas dalam melakukan kegiatan serta memuji keberhasilan subjek pada saat meneyelesaikan tugas. Pendekatan behaviorisme menjadi pilihan untuk menrubah perilkau yang tidak konsisten pada anak dikarenakan adanya perilaku penguatan dan meniru dalam melakukan kegiatan pada anak sehingga perilaku inatensi pada anak berkurang. Orang tua diajarkan untuk lebih memberikan perhatian pada subjek ketika sedang merajuk dengan hal lain yang disukainya dan memberikan pujian dan reward, ketika subjek melakukan kegiatan diluar dari perhatian belajar maka diberikan aturan dimana subjek harus mengkuti arahan dan mengajak serta mengajarkan subjek kepada hal sudah disepakati dalam melakukan tugas tersebut agar anak bertanggung jawab dan orang tua harus memahami apa keinginan anak dan tidak membadingkan anak satu sama lain.

23

Gambar . Analisis Perubahan pada atensi

Response Antecendent Consequence Strength

Subjek mengerjakan PR dengan

Target Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi Subjek  Subjek mudah terdistraksi

karena adik

 Saat pengerjaan tugas subjek sering memainkan tangan

 Perilaku belajar di rumah yang selalu sebentar dan bermain game

 Subjek jarang diganggu adik ketika belajar

 Kebiasaan subjek memainkan tangan selama pengerjaan tugas mulai berkurang

 Perilaku belajar dilakukan 30 menit

Orang menggunakan televisi dan gadget yg simpel diraih membutuhkan perhatian dan dukungan emosional dalam belajar di rumah

 Ibu menyadari pentingnya menciptakan lingkungan rumah yang kondusif untuk subjek belajar dengan menetapkan waktu untuk menonton televisi dan membatasi gadget anak

 Orang tua mau mendampingi anak saat mengerjakan tugas dengan membantu subjek mencari jawaban dari tugas

 Ayah menyadari bahwa subjek setidaknya dibiasakan untuk fokus dalam mengerjakan

24

Berdasarkan kesimpulan yang didapat setelah intervensi, terdapat perubahan sebelum dan sesudah intervensi dilakukan. Intervensi yang dilakukan menunjukkan perubahan perilaku pada anak yang didukung oleh orangtua. Subjek dapat meningkatkan perhatian sehingga jarang melakukan perilaku off-task anak diberikan penguatan berupa perhatian pada anak untuk meningkatkan kemauan belajar anak pemberian pujian dan reward pada anak akan memberikan efek yang positive karena sebelum dilakukan intervensi pada anak orang tua sibuk dengan kegiatannya sendiri dan kurang memberikan perhatian pada pendampingan anak di rumah menyebabkan anak mengalihkan kegiatan dengan bermain gadget. Dalam melakukan kegiatan Anak diajak untuk merasakan kesenangan pada saat pembelajarn ketika anak bosan dengan pelajar maka bisa diubdah dengan mengembangkan pengajaran yang lebih ekspresif dimana anaka diajak bermain diluar sehingga anak dapat melakukan aktivitas yang dapat meningkatkan ketertarikan pada sesuatu yang sedang dipelajari.

Terapis menjadi model kepada orang tua untuk mengurangi perilaku inatensi sehingga menjadi jarang perhatian dan perilaku off-task anak diberikan penguatan berupa perhatian pada anak untuk meningkatkan kemauan belajar anak pemberian pujian dan reward pada anak akan memberikan efek yang positive anak dan memuji kegiatan anak yang dapat dialihkan sehingga anak dapat memperhatikan dan perhatian pada tugas.

Penguatan perilaku yang dilakukan kepada orang tua dan Subjek pada kasus ini dilaksanakan dalam enam sesi yaitu identifikasi masalah dan penetapan tujuan, memberikan perhatian pada anak, penguatan padahal yang disukai anak, penguatan yang dapat menguatkan inatensi, evaluasi dan terminasi serta follow up.Target yang ingin

 Ayah berpandangan kelemahan subjek sebagai akibatnya dapat menjadi bahan buat merancang contoh pedagogi di kelas

25

dicapai bersama antara terapis dan orang tua yaitu terjadi perubahan perilaku inatensi dimana anak mampu meningkatkan perhatian dan tidak gampang tedistraksi dengan hal-hal yang lain dan orantua mampu memberikan penguatan untuk memberikan kemajuan dalam intervensi sehingga anak dapat diperhatikan dan meningkatkan perhatian pada tugas yang diberikan.

Hasil dari intervensi ini terjadi perubahan perilaku pada anak yaitu anak menjadi jarang diganggu oleh adiknya ketika belajar, kebiasaan subjek memainkan tangan selama pengerjaan tugas mulai berkurang, Kegiatan belajar dilakukan 30 menit. Anak dapat diajak untuk melakukan hal yang disukainya yaitu menggambar dan kemudian bercerita sehingga dengan melakukan kegiatan tersebut anak dapat lebih ekspresif dalam belajar dan menguatkan perilaku atensi pada pelajaran Karena dengan memberikan model pembelajaran yang interaktif anak lebih mudah memahami sesuatu dan menigkatkan minat dalam proses belajar mengajar.

PEMBAHASAN

Menurut APA (2000), timbulnya gejala pada inatesni atau kurangnya perhatian dalam situasi kelompok seperti bermain atau menghadiri kelas, serta keluhan kegagalan pada akademik juga dikaitkan dengan kurangnya pengawasan orangtua yang ditandai dengan interaksi antara orang tua dan anak yang negatif atau kurang intens. Pada perilaku inatensi atau kurangnya perhatian dengan perkembangan intelektual pada anak yang menunjukkan hasil intelektual dibawah rata-rata disebabkan oleh kurangnnya rangsanagan pada lingkunagn internal yaitu orangtua, keluarga, dan perhatian, menimbulkan kecerdasan yang dibawah rata-rata, dan juga menunjukkan kinerja pada penguatan perhatian yang menimbulkan inatensi atau kurangnya perhtian dalam penguatan belajar anak. Pada penelitian yang dipaparkan oleh Kerig dan Wenar (2006), menyatakan bahwa alasan anak mendapatkan perhatian adalah gairah yang rendah dalam menanggapi respon balik yang tertunda pada menjadikan penyelasian pada tugas dan diakibatkan kurangnnya pengawasan oleh orangtua. Lingkungan internal dalam penguatan perilaku subjek yaitu lingkungan rumah, dimana subjek kurang diberikan perhatian dan pengawasan oleh orangtua pada saat mendapatkan pelajaran dari sekolah membuat rangsangan pada respon anak untuk

26

meningnkatkan perhatian belajar menjadi kurang karena tidak adanya perhatian yang intens diberikan oleh orangtua untuk mengawasi perkembangan berlajar anak dan mengapresisasi hasil kerja yang diberikan anak terhadap usaha anak dalam menyelesaikan tugas yang menyebabkan anak menjadi mudah teralihkan dikarenakan orangtua membiarkan anak tanpa pengawsan yang baik.

Lefrancois (2012), menjelaskan bagaimana mengatur lingkungan untuk mempengaruhi pembentukan perilaku anak sebagai agen sosial terutama orangtua yang sangat berperan penting dalam pembentukan perilaku anak. Tingkat respon orang tua terhadap perkembangan belajar maupun perilaku anak, tergantung bagaimana cara orangtua memberikan pola asuh untuk mendidik anak, mendisiplinkan anak dan keterlibatan orang tua terhadap perkembangan anak memberikan kesempatan untuk anak agar menstimulasi kegiatan atau pelajaran yang dilakukan setiap hari (Schunk, Pintinch, dan Mecce, 2012). Schunk, Pintinch, dan Mecce, (2012), juga menyatakan interaksi orangtua dan anak sebagai faktor kunci dalam perkembangan anak yang ditemukan pada penelitian yang dikemukakan. Kegembiraan anak diakibatkan hubungan yang intens dalam keseharian di lingkungan internal yaitu rumah besama orangtua dan anak menimbulkan ketertarikan antara orangtua dan anak yang hangat menciptakan penguatan dalam perilaku lalai, dan mudah terdistraksi anak dikarenakan kelekatan yang terjalin anatara orangtua dan anak. Hal ini akan menimbulkan kebiasaan belajar anak dirumah secara teratur dan menimbulkan dukungan pada kualitas bimbingan dari orangtua. Menurut Schunk, Pintinch, dan Mecce, (2012) orangtua yang memanjakan anak tetapi kurang menuntun anak pada perilaku yang positivE alan mempengaruhi perkembangan anak.

Berdasarkan pemaparan di atas diketahui bahwa perilaku inatensi disebabkan karena anak kurang mendapatkan perhatian dan mengalihkan pada perilaku off-task dimana anak kurang menuruti keinginan orang tua sehingga anak mengulang perilaku tersebut.

Melalui intervensi yang diberikan, orang tua diberikan pemahaman mengenai permasalahan anakdan penyebabnya. Melalui intervensi ini orang tua dapat memahami bahwa anak belum diajarkan caranya untuk mengendalikan inatensi dan dukungan dan perhatian yang lebih mampu membuat anak meningkatkan atensi pada pembelajaran karena mendapatkan perhatian dan dukungan. Setelah mendapatkan pemahaman dari

27

permasalahan yang terjadi orang tuan menginginkan perilaku inatensi anak dapat berkurang sehingga anak menjadi perhatian dan dapat memahami pembelajaran.

KESIMPULAN

Metode yang digunakan bepusat pada perubahan perilaku untuk membantu subjek meningkatkan perilaku atensi dalam belajar dengan menurunkan perilaku off-task. Setelah menyelesaikan intervensi subjek dapat meningkatkan ketertarikan dalam proses belajar dengan pengguanaan penguatan reinforcement positif yang berdampak pada peningkatan atensi belajar pada subjek gangguan intelektul defisit dengan kategori Rata-rata Bawa. Subjek dapat meningkatkan atensi dalam memahami pelajaaran dengan proses belajar yang tepat dengan mevisualisasikan program belajar dengan permainan ataupun perilaku pengajaran yang interaktif dengan perhatian yang mampu meningkatkan minat anak. Subjek sudah mampu mengeja dengan benar dan memahami kata dengan interpetasi yang jelas.

SARAN

untuk keluarga dan guru agar dapat memberikan pelajaran yang interaktif dan menyenangkan pada anak dengan gangguan intelektual defisit agar mampu mengembangkan minat anak dalam belajar

28

DAFTAR PUSTAKA

Akhmetzyanova, A. I. (2014). The Development of Self-Care Skills of Children with Severe Mental Retardation in the Context of Lekoteka. World Applied Sciences Journal 29 (6): 724-727

Alwisol (2009). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press

American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and statistical manual of mental disorders fifth edition DSM-5. Washington DC.

Austin, J.L., & Soeda, J.M. (2008). Fixed-Time Teacher Attention to Decrease Off-Task Behavior of Typically Developing Third Grades. Journal of Applied Behavior Analysis. Vol 41(2): 279-283

Aykut, C., Emecen, D.D., Dayi, E., & Karasu, N. (2014). Teaching chained tasks to students with intellectual disabilities by using video prompting in small group instruction. Educational Sciences: Theory & Practice, 14(3), 1082-1087.

Barnes, H. L., & Olson, D. H. (1982). Parent-adolescent communication scale.

En D. H. Olson, H. McCubbin, H. L. Barnes, A. Larsen, M. Muxen, &

M. Wilson (Eds.), Family inventories: Inventories used in a national survey of families across the family life cycle.

Blondis, T,A., & Pfiffner, L. 2005. Behavioral and Self-Regulatory Management of ADHD. Journal of Current Management in Child Neurology. Vol 3:198-2013

Delaney, T. (2008). The sensory processing disorder answer book : practical answers to the top 250 questions parents ask. Illinois: Sourcebooks.

Eccles, J.S. (1999). The Development of Children Ages 6 to 14. The Future of Children When School is Out. Vol 9 (2): 30-44

Erford, Bradley T. 2016. 40 Teknik yang Harus Diketahui Setiap Konselor:

Edisi Kedua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gallo, K. P., Comer, J. S., & Barlow, D. H. (2013). Direct-to-consumer marketing of psychological treatments for anxiety disorders. Journal of Anxiety Disorders, 27(8), 793-801.

Godwin, K.E., et al. (2013). Classroom activities and off-task behavior in elementary school children. Journal of Education Science.

Gupta, D. (2011). Functional clothing – definition and classification. Indian Journal of Fibre & Textile Research, 36, 321-326.

29

Harmiyanto. 2012. Efektivitas Teknik Stop and Think untuk Menurunkan Perilaku Off Task dalam Pembelajaran Matematika di SD. Malang :Universitas Negeri Malang

Kerig, P.K., & Wenar, C. (2006). Developmental Psychology From Infancy Through Adolescence (Fifth Edition). New York: McGraw Hill.

Kratochwill, T., Hitchcock, J., Horner, R., Levin, J., Odom, S., Rindskopf, D.,

& Shadish, W. (2010). Single-case designs technical documentation.

Lang, R., et. al. (2011). Behavioral interventions for rumination and operant vomiting in individuals with intellectual disabilities: A systematic review. Research in Developmental Disabilities 32 (2011) 2193–2205 Latipun. (2008). Psikologi eksperimen. Malang: UMM Press.

Lefrancois, G.R. (2012). Theories of Human Learning: What the Professor Said (6th ed). United States of America: Wadsworth Cecage Learning.

Long, L. (2011). Self-Monitoring Using a MotivAider (R) During Independent Work Time to Increas On Task Behavior.

Mangunsong, F. (2014). Psikologi pendidikan anak berkebutuhan khusus (Jilid 1). Depok: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi UI (LPSP3 UI).

Marotz, L. R. & Allen, K. E.(2013). Developmental profiles: pre-birth through adolescence (7th ed). Belmont: Cengage Learning.

Mash, E. J., & Wolfe, D. A. (2014). Abnormal Child Psychology – Sixth Edition. USA : CENGAGE Learning Martin, G. & Pear, J. (2010).

Behavior modification: what it is and how to do it (9th ed. examination copy). New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Matson, J. L. (1990). Handbook of behavior modification with the mentally retarded 2nd ed. New York: Springer Science+Business Media.

McDermott, D. (2008). Developing Caring Relationships Among Parents, Children, School, and Communities. United States of America: Sage Publication, Inc.

Miltenberger, R.C. (2004). Behavior Modification: Principles and Procedures (fourth edition). Belmont: Thomson Wadsworth.

Morgan, D. L., & Morgan, R. K. (2009). Single-case research methods for the behavioral and health sciences. Thousand Oaks, CA: Sage.

Ncube, A. C. (2014). Challenges faced by learners with severe intellectual disabilities in the acquisition of adaptive behaviour: insights from

30

teachers of special classes in zimbabwe. Journal of Emerging Trends in Educational Research and Policy Studies, 5(5), 600-606.

Oltmanns. T.F & Emery, R.E. (2013). Psikologi Abnormal. (pentrj. Helly Prajitno Soetjipto & Sri Mulyani Soetjipto) (9ed ). Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Papalia, D.E., Olds, S.W., & Feldman, R.D. (2007). Human Development (10th ed). New York: McGraw Hill.

Schunk, D.H., Pintrich, P.R., & Meece, J.L. (2012). Motivasi dalam Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Aplikasi. Jakarta: Indeks.

Shree, A., & Shukla, P. C. (2016). Intellectual Disability: definition, classification, causes and characteristics. Learning Community-An International Journal of Educational and Social Development, 7(1), 9-20.

Sparzo, F. J., & Poteet, J. A. (1989). Classroom behavior, detecting and correcting special problems.

Sundel, M., & Sundel, S.S. (2005). Behavior Change in the Human Services:

Behavioral and Cognitive Principles and Application. California: Sage Publication.

Turner, L., Lammi, B., Friesen, K., & Phelan, N. (2001). Your child dressing’s workbook. Canada Child Centre for Childhood Disability

Dokumen terkait