• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Tablet

2.4.5 Evaluasi Tablet

5. Talkum

Talkum berfungsi sebagai lubrikan dan glidan, digunakan secara luas dan mempunyai sifat menguntungkan, yaitu meminimalkan setiap kecenderungan zat yang melekat pada permukaan alat (Banker dan Anderson,

1994).

6. Magnesium Stearat

Magnesium stearat digunakan sebagai glidan dan antiadheren untuk mengurangi gesekan antar partikulat sehingga dapat mengalir dari lubang corong yang lebih besar ke lubang yang lebih kecil dan akhirnya ke dalam lubang kempa mesin tablet (Siregar dan Wikarsa, 2010).

7. Laktosa

Laktosa hidrat merupakan pengisi yang paling luas digunakan dalam formulasi sediaan tablet dan kapsul. Zat ini menunjukkan stabilitas yang baik dalam gabungan dengan kebanyakan zat aktif hidrat ataupun anhidrat. Laktosa hidrat mengandung kira-kira 5% air kristal. Laktosa merupakan eksipien yang baik sekali digunakan dalam tablet dan kapsul yang mengandung zat aktif berkonsentrasi kecil karena mudah melakukan pencampuran yang homogen Laktosa adalah bentuk disakarida dari karbohidrat yang dapat dipecah menjadi bentuk lebih sederhana yaitu galaktosa dan glukosa (Siregar dan Wikarsa, 2010).

2.4.5 Evaluasi Tablet

Untuk memenuhi syarat-syarat baik teknis maupun syarat biologis maka tablet yang dihasilkan harus dievaluasi terhadap beberapa teknik evaluasi tablet.

a. Keseragaman Bobot

Variasi bobot tablet dipengaruhi oleh ukuran dan distribusi granul yang berbeda, sifat alir granul yang tidak baik akan menyebabkan jumlah serbuk yang kecenderungan zat yang melekat pada permukaan alat (Banker dan Anderson, 1994).

25

masuk dalam ruang kompresi tidak seragam, sehingga menghasilkan bobot tablet yang berbeda (Lieberman, et al., 1989). Pengisian die (ruang cetak) menentukan berat tiap tablet yang tercetak. Penyimpangan yang kecil dari setiap tablet tidak dapat dihindari dan batasan-batasan yang diperbolehkan dimuat dalam Farmakope Indonesia. Untuk itu dilakukan evaluasi keseragaman bobot dari tablet yang telah tercetak.

b. Uji Kekerasan

Uji kekerasan tablet didefenisikan sebagai uji kekuatan tablet secara keseluruhan dengan memberi tekanan terhadap tablet. Tablet harus mempunyai kekuatan dan kekerasan tertentu agar dapat bertahan dari goncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan dan transportasi (Banker dan Andreson, 1994).

c. Uji Friabilitas (Kerapuhan)

Uji friabilitas atau kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang dialami sewaktu proses pengemasan dan pengiriman. Uji kerapuhan berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi yang terjadi pada permukaan tablet. Semakin besar harga persentase kerapuhan, maka semakin besar massa tablet yang hilang. Nilai kerapuhan yang dapat diterima sebagai batas tertinggi adalah 0,8 % (Banker dan Andreson, 1994).

d. Waktu Hancur

Uji waktu hancur didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan untuk hancurnya tablet dalam medium yang sesuai, kecuali dinyatakan lain untuk tablet tidak bersalut tidak lebih dari 15 menit. Faktor yang mempengaruhi waktu hancur dari tablet adalah sifat kimia dan fisika dari granulat, kekerasan dan porositasnya (Parrot, 1971).

26 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimental yang meliputi tahapan penyiapan sampel, identifikasi sampel, pembuatan simplisia, karakterisasi simplisia, skrining fitokimia, pembuatan ekstrak, pembuatan ekstrak kering umbi bit, pembuatan sediaan tablet umbi bit dengan metode granulasi basah, uji preformulasi granul dan uji evaluasi tablet (kekerasan, keseragaman bobot, friabilitas, dan waktu hancur). Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fitokimia, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Teknologi Sediaan Farmasi Non-Steril II Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alu, aluminium foil, ayakan mesh 16 dan 20, batang pengaduk, beaker glass (Pyrex Iwaki), blender, bulk density apparatus (Bexco), cawan datar, cawan penguap, corong, disintegration tester (Copley), Erlenmeyer (Pyrex Iwaki), gelas ukur (Pyrex), gunting, hardness tester (Strong-Cobb), kertas perkamen, kertas saring, krus porselen, lemari pengering, lumpang, mesin cetak tablet single punch (Erweka), mikroskop, moisture balance (Kern), neraca analitik (Boeco), neraca kasar, oven (Memmert), penjepit tabung, pipet tetes, roche friabilator (Erweka), rotary evaporator, spatel, spatula, stopwatch, sudip, termometer dan waterbath.

27 3.2.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi bit (Beta vulgaris L.), aerosil (Merck), akuades, amilum manihot (Merck), asam klorida encer, asam klorida pekat, asam sulfat pekat, etanol 96%, gelatin (Merck), isopropanol, kloroform, laktosa (Merck), metanol, magnesium stearat (Bratachem), pereaksi besi (III) klorida, pereaksi bouchardat, pereaksi dragendorf, pereaksi liebermann-burchad, pereaksi mayer, pereaksi molisch, polivinilpirolidon (BASF), serbuk Mg, talkum (Bratachem), dan toluene.

3.3 Penyiapan Sampel 3.3.1 Pengumpulan Sampel

Pengumpulan bahan tanaman dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan tanaman yang sama dengan daerah lain. Bahan tanaman yang digunakan adalah daging umbi bit yang diperoleh dari Pasar Petisah di Kota Medan, Sumatera Utara.

3.3.2 Identifikasi Sampel

Identifikasi tumbuhan dilakukan di “Herbarium Medanense (MEDA)”, Universitas Sumatera Utara.

3.3.3 Pembuatan Simplisia

Sampel di cuci dan dibersihkan dari pengotor yang mungkin melekat pada sampel. Selanjutnya sampel dirajang lalu dikeringkan di lemari pengering dengan suhu ±40̊ C hingga kering dan diperoleh simplisia. Simplisia yang telah kering selanjutnya dihaluskan menjadi serbuk dengan blender sehingga diperoleh serbuk simplisia. Kemudian dilakukan penyaringan sampai membentuk serbuk berukuran 60 mesh dan disimpan dalam wadah yang tertutup rapat.

28 3.4 Skrining Fitokimia Simplisia Umbi Bit

Skrining fitokimia serbuk simplisia umbi bit (Beta vulgaris L.) meliputi pemeriksaan senyawa golongan alkaloida, flavonoida, glikosida, tanin, saponin dan steroid/triterpen.

3.4.1 Identifikasi Alkaloida

Ditimbang simplisia umbi bit 0,5 g lalu ditambahkan sebanyak 1 mL asam klorida 2 N dan 9 mL air suling, dipanaskan diatas penangas air selama 2 menit, didinginkan dan disaring. Filtrat yang diperoleh dipakai untuk tes alkaloid. Diambil 3 tabung reaksi, lalu kedalamnya dimasukkan 0.5 mL filtrat. Pada masing- masing tabung reaksi:

a. Ditambahkan 2 tetes pereaksi Meyer b. Ditambahkan 2 tetes pereaksi Bouchardat c. Ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorff

Alkaloid positif jika terjadi endapan atau kekeruhan pada dua atau tiga percobaan diatas (Depkes RI, 1995).

3.4.2 Identifikasi Flavonoida

Ditimbang simplisia umbi bit sebanyak 0,5 g dan ditambahkan 20 mL air panas, didihkan selama 10 menit dan disaring dalam keadaan panas, kedalam 5 mL filtrat ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium dan 1 mL asam klorida pekat dan 2 mL amil alkohol, dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoid positif jika terjadi warna merah, kuning, jingga pada lapisan amil alkohol (Farnsworth, 1966).

3.4.3 Identifikasi Glikosida

Ditimbang simplisia umbi bit sebanyak 3 g, lalu disari dengan 30 mL campuran etanol 96% dengan air (7:3), direfluks selama 2 jam, didinginkan dan disaring. Diambil 20 mL filtrat ditambahkan 25 mL air suling dan 25 mL timbal

29

(II) asetat 0,4 M, dikocok selama 5 menit, didiamkan lalu disaring. Filtrat disari dengan 20 mL campuran isopropanol dan kloroform (2:3), dilakukan berulang sebanyak 3 kali. Sari air dikumpulkan dan diuapkan pada temperatur tidak lebih dari 50oC Sisanya dilarutkan dalam 2 mL metanol. Larutan sisa digunakan untuk percobaan berikut: 0,1 mL larutan percobaan dimasukkan dalam tabung reaksi dan diuapkan diatas penangas air. Pada sisa ditambahkan 2 mL air dan 5 tetes pereaksi Molisch. Kemudian secara perlahan-lahan ditambahkan 2 mL asam sulfat pekat melalui dinding tabung, terbentuknya cincin berwarna ungu pada batas kedua cairan menunjukkan ikatan gula (Depkes RI, 1995).

3.4.4 Identifikasi Tanin

Ditimbang simplisia umbi bit sebanyak 0,5 g, disari dengan 10 mL air suling lalu disaring, filtratnya diencerkan dengan air sampai tidak berwarna. Larutan diambil sebanyak 2 mL dan ditambahkan 1-2 tetes pereaksi besi (III) klorida 1%.

Jika terjadi warna biru atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin (Farnsworth, 1966).

3.4.5 Identifikasi Saponin

Ditimbang simplisia umbi bit sebanyak 0,5 g dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 10 mL air panas, didinginkan, kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 menit. Jika terbentuk busa setinggi 1-10 cm yang stabil tidak kurang dari 10 menit dan buih tidak hilang dengan penambahan 1 tetes asam klorida 2 N menunjukkan adanya saponin (Depkes RI, 1995).

3.4.6 Identifikasi Steroid/Triterpen

Sebanyak 1 g sampel dimaserasi dengan n-heksana selama 2 jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrida dan 1 tetes asam sulfat pekat. Timbul warna biru atau hijau

30

menunjukkan adanya steroid dan timbul warna merah, pink atau ungu menunjukkan adanya triterpenoid (Farnsworth, 1966).

3.5 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia Umbi Bit

Karakterisasi simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar sari larut air, penetapan kadar sari larut etanol, penetapan kadar abu total, dan penetapan kadar abu tidak larut asam (Depkes RI, 1995).

3.5.1 Pemeriksaan Makroskopik dan Organoleptik

Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan mengamati bentuk, bau, rasa dan warna dari serbuk simplisia daging umbi bit.

3.5.2 Penentuan Kadar Air a. Penjenuhan toluen

Sebanyak 200 mL toluen dimasukkan ke dalam labu alas bulat, lalu ditambahkan 2 mL air suling, kemudian alat dipasang dan dilakukan destilasi selama 2 jam. Destilasi dihentikan dan dibiarkan dingin selama ±30 menit, kemudian volum air dalam tabung penerima dibaca dengan ketinggian 0,05 mL.

b. Kadar air simplisia

Dimasukkan sebanyak 5 g simplisia umbi bit yang telah ditimbang seksama ke dalam labu alas bulat berisi toluen tersebut, lalu dipanaskan hati-hati selama 15 menit, setelah toluena mendidih kecepatan tetesan diatur lebih kurang 2 tetes per detik sampai bagian air terdestilasi. Bagian dalam pendingin dibilas dengan toluen.

Destilasi dilanjutkan selama 5 menit kemudian tabung penerima dibiarkan dingin sampai suhu kamar. Setelah air dan toluen memisah sempurna, volume air dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen (Depkes RI, 1995).

31 dihitung dalam persen (Depkes RI, 1995).

3.5.3 Penentuan Kadar Sari Larut Air

Sebanyak 5 g simplisia umbi bit dimaserasi selama 24 jam dalam 100 mL air-kloroform (2,5 mL air-kloroform dalam akuades sampai 1 liter) menggunakan botol bersumbat sambil sekali-kali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam dan disaring. Sebanyak 20 mL filtrat diuapkan hingga kering dalam cawan berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Residu dipanaskan dalam oven pada suhu 105°C sampai diperoleh bobot tetap. Kadar sari yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1995).

3.5.4 Penentuan Kadar Sari Larut Etanol

Serbuk simplisia sebanyak 5 g dimaserasi selama 24 jam dalam 100 mL etanol 96% dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama kemudian dibiarkan selama 18 jam, lalu disaring. Diuapkan 20 mL filtrat sampai kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara. Sisa dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC hingga diperoleh bobot tetap, kemudian dihitung kadar sari larut etanol (Ditjen POM RI, 1995).

3.5.5 Penetapan Kadar Abu Total

Sebanyak Sebanyak 5 g serbuk simplisia umbi bit yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan ke dalam kurs porselen yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Kurs porselen bersama isinya dipijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, didinginkan, ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1995).

3.5.6 Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam

Abu yang diperoleh dalam penetapan kadar abu total dididihkan dalam 25 mL asam klorida 2N selama 5 menit. Bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan,

32

disaring melalui kertas saring bebas abu, lalu dicuci dengan air panas, dipijarkan, kemudian didinginkan dan ditimbang sampai bobot tetap. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1995).

3.6 Pembuatan Ekstrak Etanol Umbi Bit

Ekstrak etanol umbi bit dibuat dengan metode maserasi, yaitu sebanyak 500 g serbuk simplisia yang sudah kering dimasukkan ke dalam sebuah bejana, ditambahkan 75 bagian (3.750 ml) etanol 96%, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindungi dari cahaya sambil sesekali diaduk, diserkai. Ampas dimaserasi lagi dengan 25 bagian (1.250 ml) etanol 96% lalu disaring, dicampurkan dengan hasil maserasi pertama dan dibiarkan selama 2 hari di tempat yang terlindung dari cahaya, dienaptuangkan atau disaring. Diuapkan maserat dengan rotary evaporator pada temperatur 50oC sampai diperoleh ekstrak kental (Ditjen POM, 1979).

% Rendemen = berat ekstrak yang diperoleh (g)

berat bahan yang diekstrak (g) x 100%

3.7 Pemeriksaan Karakterisasi Ekstrak Etanol Umbi Bit

Pemeriksaan karakterisasi ekstrak etanol umbi bit meliputi penentuan kadar air, penetapan kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam

3.7.1 Penentuan Kadar Air a. Penjenuhan toluen

Sebanyak 200 mL toluen dimasukkan ke dalam labu alas bulat, lalu ditambahkan 2 mL air suling, kemudian alat dipasang dan dilakukan destilasi

33

selama 2 jam. Destilasi dihentikan dan dibiarkan dingin selama ±30 menit, kemudian volume air dalam tabung penerima dibaca dengan ketinggian 0,05 mL.

b. Kadar air simplisia

Dimasukkan sebanyak 5 g ekstrak etanol umbi bit yang telah ditimbang seksama ke dalam labu alas bulat berisi toluen tersebut, lalu dipanaskan hati-hati selama 15 menit, setelah toluena mendidih kecepatan tetesan diatur lebih kurang 2 tetes per detik sampai bagian air terdestilasi. Bagian dalam pendingin dibilas dengan toluen. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit kemudian tabung penerima dibiarkan dingin sampai suhu kamar. Setelah air dan toluen memisah sempurna, volume air dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen (Depkes RI, 1995).

3.8.2 Penetapan Kadar Abu

Sebanyak 5 g ekstrak etanol umbi bit yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan ke dalam kurs porselen yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Kurs porselen bersama isinya dipijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, didinginkan, ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1995).

3.8.3 Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam

Abu yang diperoleh dalam penetapan kadar abu total dididihkan dalam 25 mL asam klorida 2N selama 5 menit. Bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu, dicuci dengan air panas, dipijarkan, didinginkan dan ditimbang hingga bobot tetap. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1995).

34 3.8 Pembuatan Ekstrak Kering Umbi Bit

Hasil ekstrak kental umbi bit ditambahkan aerosil dengan perbandingan ekstrak dan aerosil sebesar 2:1 pada mortir panas, digerus hingga homogen, hingga diperoleh sediaan serbuk. Kemudian dikeringkan dengan lemari pengering pada suhu 400C selama 24 jam sehingga diperoleh massa yang kering. Kemudian diayak dengan ayakan no.20 agar ekstrak kering dapat terdistribusi merata pada saat pencampuran dengan bahan yang lain (Mindawarnis dan Hasanah, 2017).

3.9 Pembuatan Larutan Pengikat

3.9.1 Pembuatan Larutan Pengikat Polivinilpirolidon (PVP)

PVP ditimbang sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan pada suatu wadah, ditambahkan etanol pada wadah yang berisikan pvp sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga larut dan homogen (Azmi, 2018).

3.9.2 Pembuatan Larutan Pengikat Gelatin

Pembuatan larutan gelatin 1%, 3%, 5% yaitu ditimbang secara berturut-turut 1 g, 3 g, 5 g serbuk gelatin kemudian dibiarkan mengembang dalam 100 mL air selanjutnya larutan dipanaskan (Siregar dan Wikarsa, 2010).

3.10 Penetapan Dosis dan Formula Pembuatan Tablet

Menurut penelitian Manurung dan Mangunsong (2018), ekstrak umbi bit (Beta vulgaris L.) dengan dosis 100mg/kgBB mampu menurunkan kadar LDL pada tikus. Apabila dikonversikan untuk pemakaian dosis pada manusia dengan berat 70 kg maka diperoleh 1111,11 mg/70 kgBB atau setara dengan 1120 mg/70 kgBB per harinya. Direncakan tablet diminum tiga kali satu hari satu tablet, maka tiap tablet mengandung ekstrak umbi bit sebanyak 374 mg.

PVP ditimbang sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan pada suatu wadah, ditambahkan etanol pada wadah yang berisikan PVP sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga larut dan homogen (Azmi, 2018).

35

Pada penelitian ini, dosis ekstrak umbi bit untuk satu tablet adalah 374 mg dan dengan hasil pengeringan ekstrak menggunakan aerosil dengan perbandingan 2:1 menjadi bentuk serbuk sebesar 561 mg.Bobot total satu tablet ekstrak umbi bit yaitu 700 mg dengan diameter 13 mm, dibuat dengan menggunakan metode granulasi basah sebanyak 6 formula. Berikut adalah formula pembuatan sediaan tablet ekstrak umbi bit dengan jumlah 50 tablet.

R/ Ekstrak kering umbi bit 561 mg Bahan pengikat (variasi) x

Amilum manihot 5%

Talkum 1%

Mg Stearat 2%

Laktosa ad 700 mg

m.f.tab dtd No L

Formula yang digunakan merupakan modifikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rori, dkk (2016) dalam formulasi tablet ekstrak daun gedi hijau dengan metode granulasi basah.

Tabel 3. 1 Formula Tablet Ekstrak Umbi Bit (Beta vulgaris L.) dengan variasi bahan pengikat untuk 50 tablet

Bahan Formula

F1 : Formula tablet ekstrak umbi bit dengan konsentrasi PVP 1%

F2 : Formula tablet ekstrak umbi bit dengan konsentrasi PVP 3%

F3 : Formula tablet ekstrak umbi bit dengan konsentrasi PVP 5%

36

F4 : Formula tablet ekstrak umbi bit dengan konsentrasi Gelatin 1%

F5 : Formula tablet ekstrak umbi bit dengan konsentrasi Gelatin 3%

F6 : Formula tablet ekstrak umbi bit dengan konsentrasi Gelatin 5%

3.11 Prosedur Kerja Pembuatan Tablet Ekstrak Umbi Bit

Tablet ekstrak umbi bit dibuat dengan metode granulasi basah dengan variasi konsentrasi bahan pengikat dilakukan dengan cara:

a. Alat-alat yang digunakan dibersihkan terlebih dahulu dan ditimbang semua bahan yang digunakan.

b. Laktosa dimasukkan ke dalam lumpang dan digerus, ditambahkan amilum manihot (pengembang dalam) dan digerus.

c. Ekstrak umbi bit ditambahkan ke dalam lumpang dan digerus homogen.

d. Masing-masing bahan pengikat dibuat dengan konsentrasi yang telah ditentukan.

e. Pengikat yang telah dibuat ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam lumpang hingga terbentuk massa yang kompak.

f. Massa yang kompak diayak dengan ayakan mesh nomor 14 dan dikeringkan di lemari pengering selama 1 hari.

g. Massa yang kering diayak kembali dengan ayakan mesh nomor 16.

h. Amilum manihot (pengembang luar), Talkum dan Mg stearat ditambahkan ke dalam granul yang kering dan dilakukan uji preformulasi.

i. Tablet dapat dicetak dan dilakukan uji evaluasi.

3.12 Uji Preformulasi Granul 3.12.1 Waktu Alir

Penentuan waktu alir granul dilakukan dengan cara granul sebanyak 100 g, e. Pengikat yang telah dibuat ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam lumpang

hingga terbentuk massa yang kompak.

Penentuan waktu alir granul dilakukan dengan cara granul sebanyak 100 g, ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam corong yang tertutup ujung tangkainya, kemudian permukaanya diratakan. Penutup

37

ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam corong yang tertutup ujung tangkainya, kemudian permukaanya diratakan. Penutup bawah corong dibuka bersamaan dengan dihidupkannya stopwatch. Stopwatch dihentikan tepat pada saat granul habis melewati corong dan dicatat waktu alirnya. Syarat waktu alir granul lebih kecil dari 10 detik (Voight, 1995).

3.12.2 Sudut Diam

Penentuan sudut diam granul dilakukan dengan cara granul sebanyak 100 g, ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam corong alir yang telah dirangkai , permukaan granul di dalam corong diratakan, lalu penutup corong dibuka, sehingga granul mengalir sampai habis. Tinggi tumpukan granul yang terbentuk diukur.

Sudut diam dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan: θ = sudut diam

H = tinggi tumpukan granul (cm) D = diameter tumpukan granul (cm)

Granul yang memiliki daya alir bebas akan memiliki sudut diam antara 20°

sampai 40° (Voight, 1995).

3.12.3 Indeks Tap

Penentuan indeks tap dilakukan dengan cara granul dimasukkan ke dalam gelas ukur hingga garis tanda dan dinyatakan sebagai volume awalnya (V1), kemudian gelas ukur dihentakkan sebanyak 20 kali dengan alat Bulk Density

Tan θ = 2H D

38

Apparatus sehingga diperoleh volume akhir (V2). Indeks tap dapat dihitung dengan rumus :

Syarat indeks tap lebih kecil dari 20 % (Voight, 1995).

3.12.4 Uji Kelembaban Granul

Sebanyak 1 gram granul dimasukkan ke dalam tempat sampel dan dianalisis kelembaban dengan pemanasan pada suhu 105°C. dicatat kadar air yang

tercantum pada layar, kelembaban granul menurut persyaratan yaitu 2-5% (Devi, dkk., 2018).

3.13 Uji Evaluasi Tablet 3.13.1 Uji Kekerasan Tablet

Penetapan kekerasan tablet menggunakan alat Strong cobb hardness tester sebanyak 5 tablet. Diletakkan sebuah tablet antara anvil dan punch dengan posisi tegak lurus, tablet dijepit dengan cara memutar skrup pemutar sampai lampu stop menyala. Skrup ditekan dan dicatat angka yang ditunjukkan jarum penunjuk skala pada saat tablet pecah. Percobaan ini dilakukan untuk 5 tablet. Syarat kekerasan tablet 4 kg–8 kg (Parrott, 1971).

3.13.2 Keseragaman Bobot

Keseragaman bobot dilakukan dengan menggunakan neraca analitik Boeco, dimana tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan sebagai berikut:

Timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet, lalu ditimbang tablet satu persatu. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang

masing-Indeks Tap = V1-V2

V1 x 100%

Sebanyak 1 gram granul dimasukkan ke dalam tempat sampel dan dianalisis kelembaban dengan pemanasan pada suhu 105°C. Dicatat kadar air yang tercantum pada layar, kelembaban granul menurut persyaratan yaitu 2-5% (Devi, dkk., 2018).

39

masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet; tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom A dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom B (Depkes RI, 1979).

Tabel 3. 2 Syarat Penyimpangan Bobot

Bobot rata-rata Penyimpangan bobot rata-rata dalam %

A B

25 mg atau kurang 15% 30%

26 mg – 150 mg 10% 20%

151 mg – 300 mg 7,5% 15%

Lebih dari 300 mg 5% 10%

3.13.3 Uji Friabilitas

Penetapan friabilitas tablet menggunakan alat Roche friabilator. Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet. Ditimbang 20 tablet yang telah dibersihkan dari debu (A), lalu dimasukkan ke dalam alat dengan putaran 100 kali selama 4 menit. Tablet dikeluarkan dan dibersihkan dari debu kemudian ditimbang (B), kehilangan bobot tidak lebih dari 0,8 % (Banker dan Anderson, 1994). Friabilitas dapat dihitung dengan rumus:

3.13.4 Uji Waktu Hancur

Penetapan waktu hancur tablet menggunakan alat Disintegration tester. Alat ini terdiri dari suatu rangkaian keranjang, gelas piala berukuran 1000 mL thermostat dengan suhu 35-39°C dan alat untuk menaik turunkan keranjang dengan frekuensi

Friabilitas = A-B

A x 100%

40

antara 29-32 kali per menit. Tablet yang diuji sebanyak 6 tablet, dimasukkan 1 tablet ke dalam masing-masing tabung keranjang, masukkan satu cakram pada tiap tabung dan jalankan alat, turun naikkan keranjang secara teratur antara 29-32 kali tiap menit. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bahagian tablet yang tertinggal di atas kasa. Waktu yang diperlukan untuk menghancurkan keenam tablet tidak lebih dari 15 menit. Apabila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian menggunakan 12 tablet lainnya, tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji

antara 29-32 kali per menit. Tablet yang diuji sebanyak 6 tablet, dimasukkan 1 tablet ke dalam masing-masing tabung keranjang, masukkan satu cakram pada tiap tabung dan jalankan alat, turun naikkan keranjang secara teratur antara 29-32 kali tiap menit. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bahagian tablet yang tertinggal di atas kasa. Waktu yang diperlukan untuk menghancurkan keenam tablet tidak lebih dari 15 menit. Apabila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian menggunakan 12 tablet lainnya, tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji

Dokumen terkait