• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Elemen Pembentuk Karakter Visual

2.3.1. Existing View

Merupakan komponen utama berupa karakter fisik dari kawasan. Elemen fisik suatu kawasan menurut Cullen berupa orientasi, bentuk posisi ruang, serta bentuk isi ruang. Dalam teorinya, Kevin Lynch (1969), mempertegas bahwa karakter visual dari suatu kawasan dapat dilihat dari aspek kualitas bentuk yang terdiri dari, keistimewaan, kesederhanaan, kontinuitas, dominasi bentuk, kejelasan suatu pertemuan, ketersediaan petunjuk, bidang pandang. Pergerakan, rangkaian serial waktu, identitas dan kesan koridor. Berdasarkan pembahasan pada teori Cullen, elemen fisik suatu kawasan dapat dibedakan menjadi :

1. Orientasi

Pengertian orientasi dalam studi kasus ini adalah proses pengamatan dalam gerakan yang disebut juga sebagai sequence, yang akan terjadi apabila berjalan dari ujung ke ujung dalam suatu kawasan atau kondisi dengan langkah yang teratur. Penyimpangan penglihatan dalam penjajaran dan variasi kecil dari bentuk – bentuk yang menonjol atau pergeseran letak yang ditarik kedalam menyebabkan efek tiga dimensi yang tidak proporsional. Sequence dalam orientasi juga di pengaruhi oleh skala dan proporsi, Skala dan proporsi merupakan salah satu kriteria yang akan memberikan kesan ruang. Berkaitan dengan skala, ada beberapa hal yang dapat dipertimbangkan, yaitu :

 Perbandingan secara spasial antara ketinggian suatu elemen dan lebarnya.

 Hubungan antar objek – objek yang terdapat didalamnya terhadap lingkungan disekitarnya secara spasial.

Seperti yang telah diuraikan di atas, kesan lebar atau sempitnya suatu ruang koridor dapat dipengaruhi oleh perbandingan (rasio) antara lebar jalan terhadap ketinggian bangunan. Proporsi ini akan memberikan kesan terhadap orang yang berada didalamnya. Zahnd (1999) menjelaskan suatu standar umum skala bagi perkotaan dimana dapat menciptakan 3 kategori kesan ruang, yaitu terkesan sempit, kesan netral atau harmonis serta kesan luas atau sunyi.

2. Bentuk posisi ruang

Di era sekarang ini, jalan hanya difungsikan sebagai sebuah pergerakan dan bangunan dijadikan sebagai media sosial serta tujuan bisnis. Cullen mengilustrasikan bahwa seseorang butuh akan perasaan terhadap posisinya dalam

Gambar 2.1 Standar Skala Perkotaan Dengan Memperhatikan Pembatas Place Secara Vertikal

lingkungan, baik secara sadar maupun tidak sadar. Tinjauan bentuk dan posisi ruang dapat diuraikan sebagai berikut :

A. Occupied territory (Wilayah yang diduduki)

Kerindangan, keteduhan, kenikmatan dan kenyamanan umumnya merupakan alasan penempatan atau pemakaian suatu tempat. Penekanan suatu tempat oleh beberapa elemen – elemen permanen memberikan suatu gambaran terhadap berbagai jenis pemakaian tempat dalam suatu kota. Penekanan suatu tempat dipengaruhi oleh perlengkapan yang berhubungan dengan street furniture dan vegetasi.

Vegetasi dalam hal ini dapat bersifat sebagai penyejuk lingkungan, pelunak iklim sekitarnya, sebagai peneduh (barier), serta sebagai fungsi estetika. Cara perletakan vegetasi / pohon dapat diatur sedemikian rupa untuk menghasilkan suasana lingkungan yang nyaman. Pohon – pohon dapat ditanam sehingga menciptakan suatu serial vision dari arah yang belum ada objek menuju kearah objek utama. Sedangkan jenis perletakannya dapat berjajar sejenis, ataupun berjajar tidak sejenis.

Gambar 2.2 Penataan pohon secara berjajar dan sejenis Sumber gambar : Standar Perancangan Tapak, de Chiara (1997)

Dalam buku Standar Perancangan Tapak, de Chiara (1997) mengungkapkan fasilitas – fasilitas yang terdapat dalam suatu koridor jalan (street furniture), antara lain :

a. Lampu penerangan, yang dapat dibagi menjadi : - lampu sorot rendah

 Ketinggian lampu berada di bawah pandangan mata

 Berupa lampu pijar atau neon

 Umumnya digunakan untuk penerangan bagian bawah

 Sorotan arah lampu mengarah pada tujuan tertentu

Gambar 2.3 Penataan pohon dengan cara berselang – seling Sumber gambar : Standar Perancangan Tapak, de Chiara (1997)

Gambar 2.4 Penataan pohon sebagai serial vision

- lampu penerangan bagi pejalan kaki

 Rata – rata mempunyai ketinggian 2 meter – 3 meter

 Umumnya digunakan pada kawasan komersial, perumahan, daerah rekreasi, dan area industri

- lampu parkir dan jalan raya

 Mempunyai ketinggian 3 meter – 5 meter

 Umumnya digunakan pada daerah rekreasi, daerah industri, daerah komersial serta jalan raya

Gambar 2.5 lampu sorot rendah

Sumber gambar : Standar Perancangan Tapak, de Chiara (1997)

Gambar 2.6 lampu penerangan pejalan kaki

- lampu tiang tinggi

 Rata - rata mempunyai ketinggian 6 meter – 10 meter

 Penerangan untuk radius yang luas

 Terletak di kawasan perparkiran, rekreasi, jembatan laying

b. kursi duduk

 Sebagai tempat peristirahatan sementara bagi pejalan kaki

 Desain serta dimensi dari kursi duduk menyesuaikan karakter serta ciri dari lingkungan tersebut.

Gambar 2.7 lampu parkir dan jalan raya

Sumber gambar : Standar Perancangan Tapak, de Chiara (1997)

Gambar 2.8 lampu tiang tinggi

c. rambu – rambu (signage)

 Berfungsi sebagai penunjuk arah dan tujuan suatu jalur sirkulasi

 Sebagai alat informasi d. telepon umum

 Sebagai alat komunikasi umum bagi pengguna jalan e. bak sampah

 Sebagai tempat pembuangan sampah sementara bagi para pengguna jalan f. halte bus

 Tempat pemberhentian bus, menaikkan dan menurunkan penumpang g. pagar / pengaman

 Sebagai penentu batasan wilayah serta pengamanan bagi pengguna jalan

B. Possesion in Movement

Selain pemakaian tempat yang statis, pemakaian tempat dalam pergerakan juga menjadi salah satu aspek dari kepemilikan manusia di luar ruangan. Pemakai tempat yang diperlukan untuk pergerakan antara lain jalur pedestrian dan trotoar diperuntukkan bagi pejalan kaki, sedangkan jalan aspal diperuntukkan bagi pengguna kendaraan.

C. Focal Point

Focal point merupakan pandangan yang klasik dari pembatas (enclosure). Dibagian – bagian kota atau perkampungan seperti jalan – jalan yang ramai, pasar – pasar, sering dibuat focal point sebagai titik tangkap agar orang sadar akan

situasi sekitarnya, serta memberitahukan situasi yang ada di sana bahwa telah sampai di tempat tujuan.

3. Bentuk Isi ruang

Menurut Cullen (1961), orang akan membedakan dan menghubungan bahan – bahan melalui fasad, warna, polan, sifat, skala dan lain – lain. Perasaan orang terhadap suatu keadaan pada suatu tempat tergantung pada konfirmitas (conformity) dan krativitas (creativity). Tinjauan bentuk dan isi ruang dapat diuraikan sebagai berikut :

A. Incident

Nilai dari kejadian suatu jalan dipengaruhi oleh elemen – elemen pada jalan tersebut, misalnya menara, bayangan, dan warna yang menyala. Hal ini akan menarik perhatian sehingga suasana menjadi tidak monoton. Perletakan bentuk yang beraneka ragam dapat memberikan sentuhan psikologis kepada orang yang melihatnya.

B. Pedestrian ways

Jalur pejalan kaki yang menghubungkan suatu tempat dengan tempat yang lainnya memiliki pola dan bentuk yang beragam. Pola tersebut dapat berupa, tangga, jembatan, batu pijakan dan pola – pola lantai dengan bahan tertentu selama hal tersebut dapat terpelihara secara terus – menerus. Pola – pola pedestrian dapat diselaraskan dengan deretan toko atau kantor, ataupun vegetasi disekitar kawasan yang mempengaruhi kenyamanan pengguna jalan. Trotoar

merupakan Jalur Pejalan Kaki terletak pada Daerah Milik Jalan dengan diberi lapisan pada permukaaan trotoar dengan elevasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan permukaan perkerasan jalan, dan pada umumnya sejajar dengan jalur lalu lintas kendaraan.

Menurut Aniaty dan Murtomo (1991) yang dikutip dari Listianto (2006) jalur pedestrian pada kota-kota besar memiliki fungsi terhadap perkembangan kehidupan dalam kota, antara lain adalah:

 Pedestrianisasi akan mencipatakan aktivitas serta hubungan sosial yang sehat sehingga dapat mengurangi tingkat kriminalitas

 Pedestrianisasi yang baik akan merangsang munculnya berbagai kegiatan ekonomi sehingga akan tercipta suatu kawasan bisnis yang menarik

 Pedestrianisasi dapat digunakan sebagai ajang kegiatan promosi, periklanan, pameran, kampanye dan sebagainya

 Pedestrianisasi dapat menciptakan kegiatan sosial yang baik, sehingga dapat mengembangkan jiwa dan spiritual seseorang

 Pedestrianisasi akan mampu menciptakan suasana dan lingkungan yang spesifik, unik dan dinamis khusunya pada lingkungan pusat kota

 Pedestrianisasi yang baik dan nyaman akan berdampak terhadap upaya penurunan tingkat pencemaran udara dan suara, hal ini dikarenakan berkurangnya pengguna kendaraan bermotor.

Fungsi jalur pedestrian disesuaikan dengan perkembangan kota sebagai fasilitas pejalan kaki, dikembangkan sebagai unsur keindahan kota, dimanfaatkan

sebagai sarana interaksi sosial, sebagai sarana konservasi kota dan dapat difungsikan sebagai tempat bersantai serta bermain.

Berdasarkan pedoman teknik Departemen Pekerja Umum (1999), ukuran jalur pedestrian yang efektif bagi pejalan kaki adalah minimum 60 cm ditambah dengan 15 cm untuk bergerak tanpa membawa barang, sehingga kebutuhan total minimal untuk 2 orang pejalan kaki saling berpapasan yang nyaman adalah 150 cm. Penambahan lebar Jalur pedestrian apabila dilengkapi dengan fasilitas (street furniture) dapat dilihat seperti pada Tabel 2.1.

No Jenis Fasilitas Lebar Tambahan (cm)

1 Kursi roda 100 – 120

2 Tiang lampu penerang 75 – 100 3 Tiang lampu lalu lintas 100 – 120 4 Rambu lalu lintas 75 – 100

5 Kotak surat 100 – 120

6 Keranjang sampah 100

7 Tanaman peneduh 60 – 120

8 Pot bunga 120

Selain ukuran / dimensi jalur pedestrian, material yang digunakan pada jalur pedestrian juga akan mempengaruhi suasana dan kesan ruang. Chiara (1997) mengungkapkan 3 kesan dalam penggunaan material pedestrian yang dapat dilihat pada gambar 2.9.

Tabel 2.1 penambahan lebar jalur pejalan kaki berdasarkan penambahan fasilitas jalan

Sifat khas permukaan lunak :

 Permukaan yang lunak dan tidak teratur akan menyulitkan perjalanan orang – orang yang memiliki cacad fisik, terutama bagi pengguna kursi roda.

 Permukaan yang lunak akan rentan terhadap erosi

 Permukaan lunak biasanya diperuntukkan bagi daerah rekreasi, taman, bentang alam, dan sebagainya.

 Biaya pemasangan cukup rendah namum diperlukan persyaratan pemeliharaan (maintenance) yang tinggi.

Gambar 2.9 Material yang dapat digunakan pada jalur pedestrian Sumber gambar : Standar Perancangan Tapak, de Chiara (1997)

Sifat khas permukaan yang beragam :

 Permukaan yang tidak teratur akan menyulitkan perjalanan orang – orang yang memiliki cacad fisik.

 Jarak antara material akan menghambat gerakan tongkat bagi tuna netra, sehingga jarak ini harus diisi dan tidak lebih besar dari ½ inchi.

 Permukaan yang tidak teratur juga akan menyulitkan pengguna kursi roda dan kendaraan kecil beroda lainnya.

 Persyaratan pemeliharaan dan biaya pemasangan sedang.

Sifat khas permukaan keras :

 Permukaan yang cukup kokoh serta teratur sehingga akan memudahkan perjalanan bagi pengguna kursi roda dan kendaraan kecil lainnya.

 Biaya pemasangan cukup tinggi, namun biaya dan tingkat pemeliharaannya cukup rendah.

Dokumen terkait