• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Karakteristik Visual Koridor Jalan K. H. Zainul Arifin Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kajian Karakteristik Visual Koridor Jalan K. H. Zainul Arifin Medan"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN KARAKTERISTIK VISUAL KORIDOR JALAN K.H.ZAINUL ARIFIN

MEDAN SKRIPSI

OLEH:

OCTAVIA TANTONO 100406075

DOSEN PEMBIMBING

DEVIN DEFRIZA HARISDANI, ST, MT

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

(2)

PERNYATAAN

KAJIAN KARAKTERISTIK VISUAL KORIDOR

JALAN K.H. ZAINUL ARIFIN MEDAN

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2014

(3)

Judul Skripsi : KAJIAN KARAKTERISTIK VISUAL KORIDOR JALAN K.H. ZAINUL ARIFIN MEDAN

Nama Mahasiswa : OCTAVIA TANTONO Nomor Pokok : 100406075

Program Studi : Arsitektur

Menyetujui Dosen Pembimbing

(Devin Defriza Harisdani, ST, MT.)

Koordinator Skripsi, Ketua Program Studi

Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc Ir. N. Vinky Rachman, MT

(4)

Telah diuji pada Tanggal: 10 Juli 2014

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Devin Defriza Harisdani, ST, MT. Anggota Komisi Penguji : Ir. N. Vinky Rachman, MT

(5)

ABSTRACT

Corridor of an area can support the city's identity in urban space, so it is important to note its visual characteristics. K.H. Zainul Arifin road is one of the region have a role in improving the identity the city of Medan. Research study of Visual Characteristics KH Road Corridor Zainul Arifin aims to determine the visual characteristics contained on this road corridor. The study was conducted by Cullen theory approach (1961). Physical components (existing view) that will be reviewed include the orientation, position and content space. Non-physical components (emerging view) that will be examined include regulatory, activities and artifacts underlying physical formation. Based on the results of research and discussion that has been done to the conclusion that the review is based on "existing view" which is the study of the physical appearance, the corridor of KH Zainul Arifin has elements of "serial vision" that consisted of a long row of shophouses shopping complex with several buildings of historic relics. The majority of the population of this region is a tamil tribes. This area seem crowded because it is a commercial area and supported by elements of "focal point" in the form of shopping malls, hotels, as well as culinary region. Corridor K.H. Zainul Arifin also has a scale space harmonious with the shape of the building vertically upwards. Review of the "emerging view" that corresponds to the activity of the corridor KH Zainul Arifin is a trade and recreation.

(6)

ABSTRAKSI

Koridor suatu kawasan dapat mendukung identitas kota dalam urban space, sehingga penting untuk diketahui karakteristik visualnya. Koridor Jalan K.H. Zainul Arifin merupakan salah satu kawasan memiliki peranan dalam meningkatkan identitas kota Medan. Penelitian Kajian Karakteristik Visual Koridor Jalan K.H. Zainul Arifin ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik visual yang terdapat pada koridor jalan ini. Kajian ini dilakukan dengan pendekatan teori Cullen (1961). Komponen fisik (existing view) yang akan dikaji meliputi orientasi, posisi ruang dan isi. Komponen non fisik (emerging view) yang akan dikaji meliputi peraturan, aktivitas dan artefak yang melatarbelakangi pembentukan fisik. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mendapatkan kesimpulan bahwa tinjauan berdasarkan “existing view yang merupakan kajian tampilan fisik, koridor K.H. Zainul Arifin memiliki elemen “serial vision” yang terdiri dari deretan ruko pertokoan lama dengan adanya beberapa bangunan peninggalan bersejarah. Mayoritas penduduk kawasan ini merupakan suku tamil. Kawasan ini terkesan ramai karena merupakan kawasan komersil dan didukung dengan elemen “focal point yang berupa pusat perbelanjaan, hotel, serta kawasan kuliner. Koridor K.H. Zainul Arifin ini juga memiliki skala ruang yang harmonis dengan bentuk bangunan vertikal ke atas. Tinjauan berdasarkan “emerging view yang berkaitan dengan elemen aktivitas dari koridor K.H. Zainul Arifin adalah perdagangan dan rekreasi.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan hormat tertinggi penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kekuatan dan rahmat untuk penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini. Rasa hormat dan terima kasih yang sama juga penulis tujukan kepada: 1. Pembimbing tugas akhir Bapak Devin Devriza, S.T, M.T. atas kesediaannya

membimbing, memotivasi, memberikan pengarahan, dan waktu beliau kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini ;

2. Bapak Ir. Vinky Rahman, M.T. dan Bapak Ir. Novrial, M. Eng. sebagai dosen penguji yang memberikan motivasi dan masukan ;

3. Bapak Ir. Vinky Rahman, M.T. dan Bapak Ir. Rudolf Sitorus, MLA sebagai Ketua dan Sekretaris Jurusan Departemen Arsitektur USU, Ibu Ir. Dwira Aulia M.Sc.Dr. dan Bapak Ir. Bauni Hamid, M. Des., PhD. sebagai dosen koordinator, serta Bapak dan Ibu dosen staff pengajar Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara ;

4. Keluarga besar terutama Orang tua penulis yang selalu memotivasi penulis; 5. Teman – teman dan semua pihak yang turut serta dalam penyelesaian skripsi

ini.

Penulis sungguh menyadari bahwa skripsi ini masih mempunyai banyak kekurangan. Karena itu penulis menerima kritikan dan saran bagi penyempurnaan tugas akhir ini. Dan akhirnya penulis berharap tulisan ini memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU.

Medan, Juni 2014 Hormat saya,

(8)

DAFTAR ISI

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Karateristik Visual ... 5

2.2. Koridor Kawasan ... 6

2.3. Elemen Pembentuk Karakter Visual ... 7

2.3.1. Existing View ... 7

2.3.2. Emerging View ... 19

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 21

3.1. Jenis Penelitian ... 21

3.2. Variabel Penelitian ... 22

3.3. Populasi/Sampel Penelitian ... 23

(9)

3.3.2. Sampel ... 23

3.4. Metoda Pengumpulan data ... 24

3.4.1. Teknik observasi Lapangan ... 244

3.4.2. Wawancara ... 255

3.4.3. Kuesioner ... 255

3.4.4. Studi Literatur ... 266

3.5. Lokasi Pengamatan ... 277

3.5.1 Kampung Madras ... 27

3.5.2 Kondisi Eksisting ... 29

3.6. Metoda Analisa Data ... 37

3.7. Langkah – langkah Pokok Penelitian ... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

4.1 Analisa orientasi ... 42

4.2 Analisa posisi ruang dalam koridor ... 49

4.2.1 Focal point ... 49

4.2.2 Possission in movement ... 53

4.2.3 Occupied territory ... 54

4.3 Analisa Isi ... 59

4.3.1 Incident ... 59

4.3.2 Jalur pedestrian ... 61

4.4 Peraturan dan kebudayaan pada koridor Jalan K.H. Zainul Arifin ... 66

4.5 Analisa berdasarkan persepsi pengguna ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 84

5.1 Kesimpulan ... 84

(10)
(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Penambahan lebar jalur pejalan kaki berdasarkan penambahan fasilitas

jalan ... 17

Tabel 3.1 Komposisi penduduk kampung Madras berdasarkan suku bangsa... 28

Tabel 3.2 Matrik kriteria dan parameter penelitian... 41

Tabel 4.1 Analisa sequence dari simp. Diponegoro menuju simp. S. Parman ... 43

Tabel 4.2 Analisa sequence dari simp. S. Parman menuju simp. Diponegoro ... 45

Tabel 4.3 Rambu – rambu lalu lintas pada koridor Jalan K.H. Zainul Arifin... 57

Tabel 4.4 Ukuran lebar jalur pedestrian sebelah selatan pada koridor K.H. Zainul Arifin ... 62

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka berpikir... 4

Gambar 2.1. Standar Skala Perkotaan Dengan Memperhatikan Pembatas Place Secara Vertikal ... 9

Gambar 2.2. Penataan pohon secara berjajar dan sejenis ... 10

Gambar 2.3. Penataan pohon dengan cara berselang - seling ... 11

Gambar 2.4. Penataan pohon sebagai serial vision ... 11

Gambar 2.5. Lampu sorot rendah ... 12

Gambar 2.6. Lampu penerangan pejalan kaki... 12

Gambar 2.7. Lampu parkir dan jalan raya ... 13

Gambar 2.8. Lampu tiang tinggi ... 13

Gambar 2.9. Material yang dapat digunakan pada jalur pedestrian ... 18

Gambar 3.1. Lokasi penelitian pada koridor Jalan K.H. Zainul ... 27

Gambar 3.2 Lalu lintas satu arah pada koridor Jalan K.H. Zainul ... 29

Gambar 3.3 Area parkiran mobil pada koridor Jalan K.H. Zainul Arifin ... 30

Gambar 3.4 Parkir roda dua yang memanfaatkan jalur pedestrian ... 30

Gambar 3.5 Kondisi pedestrian pada koridor Zainul Arifin ... 31

Gambar 3.6 Banyaknya pemasangan reklame pada koridor Zainul Arifin... 31

Gambar 3.7 Kuil Shri Mariamman pada koridor Zainul Arifin ... 32

Gambar 3.8 Cambridge City Square ... 33

Gambar 3.9 Tampak Depan Sun Plaza dari koridor Zainul Arifin ... 34

(13)

Gambar 3.11 Suasana malam hari pada Kuliner Pagaruyung ... 35

Gambar 3.12 Gereja Kristen Indonesia Medan ... 35

Gambar 3.13 Kondisi Jembatan Kebajikan pada koridor Zainul Arifin ... 36

Gambar 3.14 Konsep Metodologi Penelitian ... 40

Gambar 4.1 Potongan koridor K.H. Zainul Arifin Medan ... 48

Gambar 4.2 Skala ruang yang terkesan harmonis ... 49

Gambar 4.3 Tampak Depan Sun Plaza yang cukup atraktif ... 50

Gambar 4.4 Cambridge City Square sebagai focal point kedua ... 51

Gambar 4.5 Kuliner Pagaruyung sebagai focal point yang beroperasi pada malam hari ... 52

Gambar 4.6 Adanya perbedaan tekstur yang jelas antara perkerasan aspal dan pedestrian ... 53

Gambar 4.7 Jembatan Kebajikan yang dilengkapi dengan pagar pengaman ... 54

Gambar 4.8 Vegetasi pada koridor Zainul Arifin ... 55

Gambar 4.9 Tiang yang seharusnya merupakan tempat meletakkan tong sampah ... 56

Gambar 4.10 Lampu penerangan jalan raya (kanan) dan lampu pada Jembatan Kebajikan (kiri) ... 57

Gambar 4.11 Kendaraan roda empat yang melanggar peraturan lalu lintas ... 59

Gambar 4.12 Menara Kuil Shri Mariamman ... 60

Gambar 4.13 Ornamen – ornamen pada Kuil Shri Mariamman ... 60

(14)

Gambar 4.15 Pembagian zona berdasarkan lebar jalur pedestrian di area utara ... 63

Gambar 4.16 Jalur pedestrian yang dimanfaatkan sebagai parkir motor ... 66

Gambar 4.17 Pelanggaran Garis Sempadan Bangunan pada perumahan di Jalan K.H Zainul Arifin ... 66

Gambar 4.18 Permukiman liar pada pinggiran Sungai Babura ... 67

Gambar 4.19 Suasana Kampung Madras pada malam tahun baru ... 68

Gambar 4.20 Kuil Shri Mariamman sebelum direnovasi ... 69

Gambar 4.21 Jembatan Kebajikan sebelum direnovasi ... 69

Gambar 4.22 Prasati pada Jembatan Kebajikan ... 70

Gambar 4.23 Gereja GKI zaman dahulu ... 71

Gambar 4.24 Variasi bangunan pada koridor Zainul Arifin ... 72

Gambar 4.25 Kesan ruang koridor Zainul Arifin ... 73

Gambar 4.26 Tempat yang sering dikunjungi remaja ... 74

Gambar 4.27 Tempat yang sering dikunjungi orang dewasa ... 75

Gambar 4.28 Tingkat kenyamanan jalur kendaraan pada koridor ... 76

Gambar 4.29 Fasilitas dan perabot jalan pada koridor Zainul Arifin ... 77

Gambar 4.30 Tingkat keteduhan pada koridor Zainul Arifin ... 78

Gambar 4.31 Tampilan bangunan yang paling berbeda dari koridor Zainul Arifin ... 79

Gambar 4.32 Penambahan dimensi jalur pedestrian koridor Zainul Arifin ... 80

Gambar 4.33 Tingkat kenyamanan jalur pedestrian pada koridor Zainul Arifin .. 81

(15)
(16)

ABSTRACT

Corridor of an area can support the city's identity in urban space, so it is important to note its visual characteristics. K.H. Zainul Arifin road is one of the region have a role in improving the identity the city of Medan. Research study of Visual Characteristics KH Road Corridor Zainul Arifin aims to determine the visual characteristics contained on this road corridor. The study was conducted by Cullen theory approach (1961). Physical components (existing view) that will be reviewed include the orientation, position and content space. Non-physical components (emerging view) that will be examined include regulatory, activities and artifacts underlying physical formation. Based on the results of research and discussion that has been done to the conclusion that the review is based on "existing view" which is the study of the physical appearance, the corridor of KH Zainul Arifin has elements of "serial vision" that consisted of a long row of shophouses shopping complex with several buildings of historic relics. The majority of the population of this region is a tamil tribes. This area seem crowded because it is a commercial area and supported by elements of "focal point" in the form of shopping malls, hotels, as well as culinary region. Corridor K.H. Zainul Arifin also has a scale space harmonious with the shape of the building vertically upwards. Review of the "emerging view" that corresponds to the activity of the corridor KH Zainul Arifin is a trade and recreation.

(17)

ABSTRAKSI

Koridor suatu kawasan dapat mendukung identitas kota dalam urban space, sehingga penting untuk diketahui karakteristik visualnya. Koridor Jalan K.H. Zainul Arifin merupakan salah satu kawasan memiliki peranan dalam meningkatkan identitas kota Medan. Penelitian Kajian Karakteristik Visual Koridor Jalan K.H. Zainul Arifin ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik visual yang terdapat pada koridor jalan ini. Kajian ini dilakukan dengan pendekatan teori Cullen (1961). Komponen fisik (existing view) yang akan dikaji meliputi orientasi, posisi ruang dan isi. Komponen non fisik (emerging view) yang akan dikaji meliputi peraturan, aktivitas dan artefak yang melatarbelakangi pembentukan fisik. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mendapatkan kesimpulan bahwa tinjauan berdasarkan “existing view yang merupakan kajian tampilan fisik, koridor K.H. Zainul Arifin memiliki elemen “serial vision” yang terdiri dari deretan ruko pertokoan lama dengan adanya beberapa bangunan peninggalan bersejarah. Mayoritas penduduk kawasan ini merupakan suku tamil. Kawasan ini terkesan ramai karena merupakan kawasan komersil dan didukung dengan elemen “focal point yang berupa pusat perbelanjaan, hotel, serta kawasan kuliner. Koridor K.H. Zainul Arifin ini juga memiliki skala ruang yang harmonis dengan bentuk bangunan vertikal ke atas. Tinjauan berdasarkan “emerging view yang berkaitan dengan elemen aktivitas dari koridor K.H. Zainul Arifin adalah perdagangan dan rekreasi.

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kota terdiri dari elemen - elemen fisik yang berfungsi untuk mewadahi kegiatan warganya dengan nyaman. Menurut Kevin Lynch (1969) kota dapat memberikan image bagi penghuninya bila memiliki komponen path, node, edge, district dan landmark. Kualitas keindahan / estetika pada setiap elemen urban space karena adanya hubungan antara detail – detail dari sistem struktur visualnya. Kota dengan pembagian kawasan fungsionalnya memiliki struktur yang dapat membentuk jaringan-jaringan jalan yang dilingkupi oleh bangunan di kedua sisinya. Dikaitkan dengan teori Kevin Lynch maka jalan tersebut berpotensi sebagai pathway atau koridor. Koridor kawasan dan urban space yang merupakan elemen utama kota yang dapat menggambarkan citra suatu kota. Pentingnya peranan koridor kawasan didalam mendukung urban space tersebut akan menarik untuk diketahui karakter visualnya. Karakter visual koridor kawasan tersebut merupakan bagian dari elemen – elemen untuk mengungkapkan citra perkotaan didalam membentuk karakter perkotaan secara keseluruhan.

(19)

Zainul Arifin. Koridor Jalan K.H. Zainul Arifin merupakan salah satu daerah komersil di kota Medan.

Pada saat ini, koridor Jalan K.H. Zainul Arifin kurang diperhatikan oleh pemerintah kota Medan. Masih banyak fasilitas dan elemen – elemen pembentuk koridor yang tidak terawat. Untuk itu muncul ide atau gagasan untuk menganalisa karakteristik visual dari koridor jalan K.H. Zainul Arifin sehingga dapat menjadi pertimbangan pengembangan kawasan bagi pemerintah kota Medan untuk pengembangan kawasan koridor Jalan K.H. Zainul Arifin.

1.2. Rumusan Masalah

Seperti yang telah disebutkan pada latar belakang, koridor Jalan K.H. Zainul Arifin merupakan salah satu koridor yang dapat meningkatkan citra Kota Medan. Untuk menjadikan koridor ini sebagai citra kota, maka pertama sekali harus diketahui karakter dari koridor Jalan K.H. Zainul Arifin. Karakteristik visual merupakan salah satu karakter yang akan memberikan gambaran kesan ruang koridor secara visual, yang nantinya dapat dijadikan acuan untuk perkembangan koridor K.H. Zainul Arifin. Berdasarkan penjelasan tersebut, rumusan permasalahan penelitian secara sistematis dapat diuraikan menjadi : 1. Bagaimana karakteristik visual dari koridor jalan K.H. Zainul Arifin ?

(20)

1.3. Batasan Penelitian

Penelitian kali ini dibatasi hanya pada karakteristik visual pada koridor Jalan K.H. Zainul Arifin. Penelitian ini dilandaskan pada teori Cullen mengenai elemen – elemen karakteristik visual pada koridor jalan K.H. Zainul Arifin yang dimana penguraian elemen tersebut dipertegas dengan teori lainnya. Hal yang dikaji pada penelitian kali ini hanya meliputi existing view dan Emerging view berdasarkan teori Cullen (1961).

1.4. Maksud dan Tujuan

Maksud serta tujuan dari penelitian ini merupakan jawaban dari rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maksud serta tujuan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui karakteristik visual dari koridor jalan K.H. Zainul Arifin. 2. Memberikan saran dan rekomendasi untuk pengembangan elemen yang

mempengaruhi karakteristik visual koridor jalan K.H. Zainul Arifin.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian mengenai karakteristik visual koridor jalan K.H. Zainul Arifin dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Menambah pengetahuan mengenai karakter visual koridor Jalan K.H. Zainul Arifin.

(21)

1.6. Kerangka Berfikir

 Koridor jalan K.H. Zainul Arifin merupakan salah satu kawasan yang berpotensi membentuk citra kota Medan

Permasalahan Penelitian

 Bagaimana karakteristik visual dari koridor jalan K.H. Zainul Arifin ?

 Bagaimana rekomendasi untuk pengembangan koridor Jalan K.H. Zainul Arifin?

 ?

Tujuan Penelitian

 mengetahui karakteristik visual dari koridor jalan K.H. Zainul Arifin

 Rekomendasi untuk pengembangan koridor Jalan K.H. Zainul Arifin

Pengumpulan Data

 Koridor Jln. K.H. Zainul Arifin

 Bangunan yang memberikan pengaruh pada koridor Jln. K.H. Zainul Arifin

Pengumpulan Studi Literatur

 Teori Koridor sebagai Image kota

 Teori karakteristik visual koridor

 Teori Elemen pembentuk karakteristik visual koridor

Kajian Analisa

Kajian terhadapat karakteristik visual dari koridor Jln. K.H. Zainul Arifin berdasarkan teori Cullen, yang terdiri dari :

1. Existing view (Orientasi, Bentuk posisi ruang, dan Bentuk Isi ruang) 2. Emerging view (kebudayaan dan aktivitas)

Simpulan

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karateristik Visual

Kondisi visual suatu kota sangat erat berkaitan dengan fenomena psikologinya yang berkaitan dengan tampilan fisik yang dapat menimbulkan suatu rasa tertentu yang bersifat emosi, serta fenomena fisik yang berkaitan dengan penataan dan pengaturan bangunan serta korelasi visual (Cullen, 1961). Dalam beberapa teori disebutkan, bahwa komponen dominan pembentuk karakter visual adalah bentukan fisik dalam sebuah lingkungan. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan beberapa teori (kutipan Sudarwani, 2011).

Nilai visual suatu kawasan ditunjukkan oleh adanya kualitas fisik yang terbentuk oleh hubungan atau interelasi antar elemen-elemen visual pada suatu lansekap kota (Smardon, C R, 1986, 314).

Ciri atau kekhasan yang paling mudah diamati adalah bentukan fisik karena kesan visual adalah sesuatu yang mudah untuk diserap dan dicerna oleh ingatan manusia. (Lynch, Kevin, 1960; 83)

(23)

Dari dua pandangan tersebut tentang sebuah karakter visual, ada dua hal yang didapat melalui pendekatan karakteristik sebuah lingkungan yaitu karakter fisik yang terlihat dan karakter non fisik yaitu hal-hal yang tidak terlihat. Namun dalam beberapa teori disebutkan, bahwa komponen dominan pembentuk karakter visual adalah bentukan fisik dalam sebuah lingkungan.

2.2. Koridor Kawasan

Koridor (corridor) dapat diartikan dalam bahasa bebas yaitu jalan atau jalur. Dalam perencanaan kota, koridor merupakan penghubung dua tempat atau lebih pada suatu kawasan. Oleh Suwardani (2011) salah satu teori Krier menyebutkan bahwa karakteristik geometri dari koridor dan jalan adalah sama, mereka hanya dibedakan melalui dimensi elemen yang membatasi, karakteristik pola fungsi dan sirkulasinya. Secara garis besar, koridor dapat diartikan sebagai jalan (street) yang menghubungkan antar kawasan dan dibatasi oleh deretan elemen pembatas misalnya bangunan atau pohon.

Ada beberapa pengertian dan difinisi koridor (corridor), yang diantaranya menurut para pakar yang dikutip dari Sudarwani (2011) adalah:

1. Sungguh (1984) adalah koridor berarti gang

2. Poerwodarminto (1972) koridor berarti jalan dalam rumah

(24)

4. Zahnd (1999) menyebutkan bahwa koridor dibentuk oleh dua deretan massa (bangunan atau pohon) yang membentuk sebuah ruang untuk menghubungkan dengan satu massa dari dua kawasan secara netral (tidak mengutamakan salah satu seperti sumbu).

2.3. Elemen Pembentuk Karakter Visual

Untuk mengetahui karakter visual dari suatu tempat, perlu diketahui elemen – elemen pembentuk karakter tersebut. Elemen – elemen tersebut akan mempengaruhi karakter dari suatu lingkungan. Berdasarkan hasil pembahasan pada bagian karakteristik visual suatu kawasan, komponen pembentuk karakter visual dapat dibedakan menjadi dua (Cullen, 1961), yaitu :

2.3.1. Existing View

(25)

1. Orientasi

Pengertian orientasi dalam studi kasus ini adalah proses pengamatan dalam gerakan yang disebut juga sebagai sequence, yang akan terjadi apabila berjalan dari ujung ke ujung dalam suatu kawasan atau kondisi dengan langkah yang teratur. Penyimpangan penglihatan dalam penjajaran dan variasi kecil dari bentuk – bentuk yang menonjol atau pergeseran letak yang ditarik kedalam menyebabkan efek tiga dimensi yang tidak proporsional. Sequence dalam orientasi juga di pengaruhi oleh skala dan proporsi, Skala dan proporsi merupakan salah satu kriteria yang akan memberikan kesan ruang. Berkaitan dengan skala, ada beberapa hal yang dapat dipertimbangkan, yaitu :

 Perbandingan secara spasial antara ketinggian suatu elemen dan lebarnya.

 Hubungan antar objek – objek yang terdapat didalamnya terhadap lingkungan

disekitarnya secara spasial.

(26)

2. Bentuk posisi ruang

Di era sekarang ini, jalan hanya difungsikan sebagai sebuah pergerakan dan bangunan dijadikan sebagai media sosial serta tujuan bisnis. Cullen mengilustrasikan bahwa seseorang butuh akan perasaan terhadap posisinya dalam

Gambar 2.1 Standar Skala Perkotaan Dengan Memperhatikan Pembatas Place Secara Vertikal

(27)

lingkungan, baik secara sadar maupun tidak sadar. Tinjauan bentuk dan posisi ruang dapat diuraikan sebagai berikut :

A. Occupied territory (Wilayah yang diduduki)

Kerindangan, keteduhan, kenikmatan dan kenyamanan umumnya merupakan alasan penempatan atau pemakaian suatu tempat. Penekanan suatu tempat oleh beberapa elemen – elemen permanen memberikan suatu gambaran terhadap berbagai jenis pemakaian tempat dalam suatu kota. Penekanan suatu tempat dipengaruhi oleh perlengkapan yang berhubungan dengan street furniture dan vegetasi.

Vegetasi dalam hal ini dapat bersifat sebagai penyejuk lingkungan, pelunak iklim sekitarnya, sebagai peneduh (barier), serta sebagai fungsi estetika. Cara perletakan vegetasi / pohon dapat diatur sedemikian rupa untuk menghasilkan suasana lingkungan yang nyaman. Pohon – pohon dapat ditanam sehingga menciptakan suatu serial vision dari arah yang belum ada objek menuju kearah objek utama. Sedangkan jenis perletakannya dapat berjajar sejenis, ataupun berjajar tidak sejenis.

(28)

Dalam buku Standar Perancangan Tapak, de Chiara (1997) mengungkapkan fasilitas – fasilitas yang terdapat dalam suatu koridor jalan (street furniture), antara lain :

a. Lampu penerangan, yang dapat dibagi menjadi : - lampu sorot rendah

 Ketinggian lampu berada di bawah pandangan mata

 Berupa lampu pijar atau neon

 Umumnya digunakan untuk penerangan bagian bawah

 Sorotan arah lampu mengarah pada tujuan tertentu

Gambar 2.3 Penataan pohon dengan cara berselang – seling Sumber gambar : Standar Perancangan Tapak, de Chiara (1997)

Gambar 2.4 Penataan pohon sebagai serial vision

(29)

- lampu penerangan bagi pejalan kaki

 Rata – rata mempunyai ketinggian 2 meter – 3 meter

 Umumnya digunakan pada kawasan komersial, perumahan, daerah

rekreasi, dan area industri

- lampu parkir dan jalan raya

 Mempunyai ketinggian 3 meter – 5 meter

 Umumnya digunakan pada daerah rekreasi, daerah industri, daerah

komersial serta jalan raya

Gambar 2.5 lampu sorot rendah

Sumber gambar : Standar Perancangan Tapak, de Chiara (1997)

Gambar 2.6 lampu penerangan pejalan kaki

(30)

- lampu tiang tinggi

 Rata - rata mempunyai ketinggian 6 meter – 10 meter

 Penerangan untuk radius yang luas

 Terletak di kawasan perparkiran, rekreasi, jembatan laying

b. kursi duduk

 Sebagai tempat peristirahatan sementara bagi pejalan kaki

 Desain serta dimensi dari kursi duduk menyesuaikan karakter serta ciri

dari lingkungan tersebut.

Gambar 2.7 lampu parkir dan jalan raya

Sumber gambar : Standar Perancangan Tapak, de Chiara (1997)

Gambar 2.8 lampu tiang tinggi

(31)

c. rambu – rambu (signage)

 Berfungsi sebagai penunjuk arah dan tujuan suatu jalur sirkulasi

 Sebagai alat informasi

d. telepon umum

 Sebagai alat komunikasi umum bagi pengguna jalan

e. bak sampah

 Sebagai tempat pembuangan sampah sementara bagi para pengguna jalan

f. halte bus

 Tempat pemberhentian bus, menaikkan dan menurunkan penumpang

g. pagar / pengaman

 Sebagai penentu batasan wilayah serta pengamanan bagi pengguna jalan

B. Possesion in Movement

Selain pemakaian tempat yang statis, pemakaian tempat dalam pergerakan juga menjadi salah satu aspek dari kepemilikan manusia di luar ruangan. Pemakai tempat yang diperlukan untuk pergerakan antara lain jalur pedestrian dan trotoar diperuntukkan bagi pejalan kaki, sedangkan jalan aspal diperuntukkan bagi pengguna kendaraan.

C. Focal Point

(32)

situasi sekitarnya, serta memberitahukan situasi yang ada di sana bahwa telah sampai di tempat tujuan.

3. Bentuk Isi ruang

Menurut Cullen (1961), orang akan membedakan dan menghubungan bahan – bahan melalui fasad, warna, polan, sifat, skala dan lain – lain. Perasaan orang terhadap suatu keadaan pada suatu tempat tergantung pada konfirmitas (conformity) dan krativitas (creativity). Tinjauan bentuk dan isi ruang dapat diuraikan sebagai berikut :

A. Incident

Nilai dari kejadian suatu jalan dipengaruhi oleh elemen – elemen pada jalan tersebut, misalnya menara, bayangan, dan warna yang menyala. Hal ini akan menarik perhatian sehingga suasana menjadi tidak monoton. Perletakan bentuk yang beraneka ragam dapat memberikan sentuhan psikologis kepada orang yang melihatnya.

B. Pedestrian ways

(33)

merupakan Jalur Pejalan Kaki terletak pada Daerah Milik Jalan dengan diberi lapisan pada permukaaan trotoar dengan elevasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan permukaan perkerasan jalan, dan pada umumnya sejajar dengan jalur lalu lintas kendaraan.

Menurut Aniaty dan Murtomo (1991) yang dikutip dari Listianto (2006) jalur pedestrian pada kota-kota besar memiliki fungsi terhadap perkembangan kehidupan dalam kota, antara lain adalah:

 Pedestrianisasi akan mencipatakan aktivitas serta hubungan sosial yang sehat

sehingga dapat mengurangi tingkat kriminalitas

 Pedestrianisasi yang baik akan merangsang munculnya berbagai kegiatan

ekonomi sehingga akan tercipta suatu kawasan bisnis yang menarik

 Pedestrianisasi dapat digunakan sebagai ajang kegiatan promosi, periklanan,

pameran, kampanye dan sebagainya

 Pedestrianisasi dapat menciptakan kegiatan sosial yang baik, sehingga dapat

mengembangkan jiwa dan spiritual seseorang

 Pedestrianisasi akan mampu menciptakan suasana dan lingkungan yang

spesifik, unik dan dinamis khusunya pada lingkungan pusat kota

 Pedestrianisasi yang baik dan nyaman akan berdampak terhadap upaya

penurunan tingkat pencemaran udara dan suara, hal ini dikarenakan berkurangnya pengguna kendaraan bermotor.

(34)

sebagai sarana interaksi sosial, sebagai sarana konservasi kota dan dapat difungsikan sebagai tempat bersantai serta bermain.

Berdasarkan pedoman teknik Departemen Pekerja Umum (1999), ukuran jalur pedestrian yang efektif bagi pejalan kaki adalah minimum 60 cm ditambah dengan 15 cm untuk bergerak tanpa membawa barang, sehingga kebutuhan total minimal untuk 2 orang pejalan kaki saling berpapasan yang nyaman adalah 150 cm. Penambahan lebar Jalur pedestrian apabila dilengkapi dengan fasilitas (street furniture) dapat dilihat seperti pada Tabel 2.1.

No Jenis Fasilitas Lebar Tambahan (cm)

1 Kursi roda 100 – 120

2 Tiang lampu penerang 75 – 100 3 Tiang lampu lalu lintas 100 – 120 4 Rambu lalu lintas 75 – 100

5 Kotak surat 100 – 120

6 Keranjang sampah 100

7 Tanaman peneduh 60 – 120

8 Pot bunga 120

Selain ukuran / dimensi jalur pedestrian, material yang digunakan pada jalur pedestrian juga akan mempengaruhi suasana dan kesan ruang. Chiara (1997) mengungkapkan 3 kesan dalam penggunaan material pedestrian yang dapat dilihat pada gambar 2.9.

(35)

Sifat khas permukaan lunak :

 Permukaan yang lunak dan tidak teratur akan menyulitkan perjalanan orang –

orang yang memiliki cacad fisik, terutama bagi pengguna kursi roda.

 Permukaan yang lunak akan rentan terhadap erosi

 Permukaan lunak biasanya diperuntukkan bagi daerah rekreasi, taman,

bentang alam, dan sebagainya.

 Biaya pemasangan cukup rendah namum diperlukan persyaratan pemeliharaan

(maintenance) yang tinggi.

(36)

Sifat khas permukaan yang beragam :

 Permukaan yang tidak teratur akan menyulitkan perjalanan orang – orang yang memiliki cacad fisik.

 Jarak antara material akan menghambat gerakan tongkat bagi tuna netra, sehingga jarak ini harus diisi dan tidak lebih besar dari ½ inchi.

 Permukaan yang tidak teratur juga akan menyulitkan pengguna kursi roda dan

kendaraan kecil beroda lainnya.

 Persyaratan pemeliharaan dan biaya pemasangan sedang.

Sifat khas permukaan keras :

 Permukaan yang cukup kokoh serta teratur sehingga akan memudahkan

perjalanan bagi pengguna kursi roda dan kendaraan kecil lainnya.

 Biaya pemasangan cukup tinggi, namun biaya dan tingkat pemeliharaannya cukup rendah.

2.3.2. Emerging View

(37)

Menurut J.J. Hoenigman (Koentjaraningrat, 1986), wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga, yang terdiri dari gagasan, aktivitas, dan artefak.

1. Gagasan (wujud ideal)

Yang dimaksud dengan wujud ideal dari kebudayaan adalah kebudayaan yang merupakan kumpulan ide-ide, nilai, gagasan, norma-norma, peraturan, serta lainnya yang memiliki sifat abstrak dimana tidak dapat diraba maupun disentuh. Wujud dari kebudayaan ini tertanam dalam pemikiran warga masyarakat. Apabila gagasan serta peraturan dari masyarakat tersebut dinyatakan dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan itu berada dalam suatu karangan dan buku-buku dari hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut

2. Aktivitas (tindakan)

Aktivitas merupakan wujud kebudayaan yang merupakan suatu tindakan berpola dari masyarakat itu. Wujud ini sering disebut juga sebagai sistem sosial. Sistem sosial terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, dimana manusia saling mengadakan kontak serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang dirdasarkan pada adat tata kelakuan

3. Artefak (karya)

(38)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Berdasarkan tujuan dari penelitian ini yaitu mengkaji karakteristik visual koridor Jalan K.H. Zainul Arifin, maka peneliti berusaha untuk mendeskripsikan suatu permasalahan dengan membuat sejumlah variabel yang akan menjadi parameter penelitian. Di sini peneliti akan berusaha menguraikan elemen – elemen yang akan mempengaruhi karakteristik visual koridor Jalan K.H. Zainul Arifin Kelurahan Petisah Tengah.

3.1. Jenis Penelitian

(39)

3.2. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah parameter yang menjadi batasan pembahasan dalam penelitian. Variabel pada penelitian kali ini didasarkan pada teori Cullen (1961), yang membahas mengenai elemen – elemen yang berkaitan dengan karakteristik visual suatu kawasan. Menurut Cullen (1961), variabel penelitian yang akan diamati dalam mengkaji karakteristik visual Jalan K.H. Zainul Arifin terdiri dari existing view dan emerging view, yang dapat diajabarkan sebagai berikut :

1. Existing view, variabel – variabel yang berkaitan dengan existing view adalah sebagai berikut:

a. Orientasi, mengetahui bagaimana orientasi suatu kawasan koridor yang ditinjau berdasarkan Serial Vision (sequence) serta skala/proporsi yang berkaitan terhadap kesan ruang.

b. Posisi, merupakan pembahasan mengenai Focal Point, Position In movement, serta Occupied territory pada koridor Jalan K.H. Zainul Arifin c. Isi, berkaitan dengan Incident dan jalur pedestrian (Pedestrian ways) 2. Emerging view, variabel penelitian ini dipertegas berdasarkan teori

Hoenigman, yang terdiri dari :

a. Ide / Gagasan kebudayaan, mengetahui peraturan - peraturan serta norma – norma apa saja yang terdapat pada koridor Jalan K.H. Zainul Arifin b. Aktifitas, untuk mengetahui apa saja aktivitas yang menjadi pola hidup

(40)

c. Karya/artefak, merupakan peninggalan bersejarah yang terdapat pada koridor Jalan K.H. Zainul Arifin.

3.3. Populasi/Sampel Penelitian 3.3.1. Populasi

Populasi penelitian ditentukan berdasarkan pembatasan bahwa lokasi penelitian merupakan lokasi dimana terdapat bermacam aktifitas di sepanjang koridor Jalan K.H. Zainul Arifin. Populasi di batasi oleh aktivis pengguna koridor Jalan K.H. Zainul Arifin, baik yang bersifat temporer (baik yang berkendaraan maupun berjalan kaki) maupun pengguna yang bersifat tetap (pedagang kaki lima, tukang parkir, tukang becak dan sebagainya yang berlokasi di koridor Jalan K.H. Zainul Arifin).

3.3.2. Sampel

(41)

ini sulit teridentifikasi secara pasti, maka jumlah sampel kuesioner yang akan diambil pada penelitian ini mengikuti teori Frankel, yaitu sebanyak 100 sampel.

3.4. Metoda Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan pengumpulan data melalui media cetak maupun elektronik yang berupa studi literatur. Selain itu dilakukan pula Observasi visual dengan melakukan pengamatan lapangan sesuai dengan variabel yang telah ditentukan. Observasi berupa pengambilan gambar, wawancara, dan kuesioner.

3.4.1. Teknik observasi Lapangan

Observasi lapangan terlebih dahulu dilakukan penyusunan daftar pengamatan berdasarkan kriteria dan parameter penelitian yang telah ditentukan sebelumnya. Untuk perhitungan jumlah pengunjung focal point, waktu observasi dipilih hari senin dan hari jumat yang mewakili hari kerja, kemudian dipilih hari sabtu dan hari minggu untuk mewakili hari libur. Untuk waktu dibagi menjadi pagi, siang, sore dan malam hari dan merupakan jam puncak. Alasan pemilihan hari dan waktu :

Hari senin - jumat merupakan hari pada mumnya beraktifitas

Hari sabtu merupakan hari dimana pada umumnya sebagian kecil dari pertokoan buka setengah hari dan pada malam hari orang beraktifitas di luar rumah.

(42)

Waktu penelitian pagi hari (antara jam 10.00 – jam 11.00 WIB) : pada jam tersebut orang pada umumnya mulai beraktifitas dan merupakan waktu umumnya pertokoan mulai dibuka.

Pada siang hari (antara jam 12.00 – 13.00 WIB) : pada umumnya orang beristirahat dan makan siang pada jam tersebut.

Pada malam hari (antara jam 19.00 – 20.00 WIB) pada waktu ini, pada umumnya orang akan beraktifitas di luar rumah untuk keperluan tertentu ataupun beristirahat dan makan malam.

3.4.2. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara berkomunikasi secara langsung kepada responden (orang – orang yang telah ditetapkan sebagai sumber data). Wawancara dibagi menjadi 2 cara, yaitu wawancara terstruktur serta wawancara tidak terstruktur. Wawancara yang akan dilakukan pada penelitian kali ini adalah wawancara tidak terstruktur, yaitu wawancara dimana pertanyaan – pertanyaan yang akan diajukan kepada responden merupakan pertanyaan yang tidak menggunakan tata urutan yang terencana. Hal ini dapat menjadi peluang bagi peneliti untuk mengetahui atau mendapatkan informasi dan pendapat yang lebih dari setiap jawaban yang diberikan responden. (Sinulingga, 2011)

3.4.3. Kuesioner

(43)

rating scale. Variasi skala yang termasuk dalam rating scale yang digunakan pada penelitian ini adalah skala Likert (likert scale), skala dikotomis dan skala differensial semantik. Skala dikotomis merupakan skala yang membedakan jawaban responden berdasarkan kriteria Ya atau Tidak. Pertanyaan yang diajukan ada yang membutuhkan penjelasan. Skala Likert dirancang untuk menguji tingkat kesetujuan (agree of agreeness) responden terhadap suatu pernyataan misalnya sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Sedangkan skala differensial skematik merpakan skala yang membutuhkan jawaban sikap responden terhadap suatu objek, misalnya nyaman tidak nyaman, kuat - lemah dan sebagainya.

3.4.4. Studi Literatur

(44)

3.5. Lokasi Pengamatan

Lokasi pengamatan penelitian ini terletak di sepanjang koridor Jalan K.H. Zainul Arifin Kelurahan Petisah Tengah – Medan, dari simpang Jalan Diponegoro hingga simpang Jalan S.Parman.

3.5.1 Kampung Madras

Kawasan Kampung Madras merupakan salah satu kawasan dimana penduduknya mayoritas merupakan keturunan suku Tamil India. Suku Tamil telah ada dalam perkembangan kebudayaan di Indonesia sejak beberapa abad yang lalu, termasuk juga di Pulau Sumatera kota Medan. Kampung Madras juga merupakan kawasan bersejarah dengan peradaban suku Tamil India sehingga menjadi salah satu jantung kebudayaan India di kota Medan.

(45)

Kampung Madras lebih dikenal dengan sebutan “kampung keling”. Pemerintah kota Medan telah resmi mengubah nama Kampung ini menjadi Kampung Madras karena keling berkonotasi dengan kulit gelap dan menimbulkan keberatan sebagaian masyarakat India setempat, namun hingga sekarang area seluas sekitar 10 hektar ini tetap dikenal dikalangan masyarakat sebagai Kampung Keling.

(46)

Madras. Sejak pengesahan nama tersebut, martabat dan nama masyarakat Tamil sendiri terangkat dan dikenal oleh masyarakat.

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan tahun 2010 – 2030 kawasan kampung Madras termasuk dalam kawasan strategis dari sudut kepentingan social budaya, yang merupakan kawasan adat tertentu yang termasuk dalam warisan budaya yang diakui sebagai warisan dunia.

3.5.2 Kondisi eksisting

Jalan K.H. Zainul Arifin merupakan koridor jalan dengan jalur lalu lintas satu arah yaitu dari arah barat ke timur dari simpang Jalan Diponegoro menuju ke simpang Jalan S. Parman, dengan pemanfaatan lahan parkir di beberapa ruas jalan pada sebelah kiri dan kanan badan jalan.

Namun, pada siang hari, lahan parkir di Jalan Zainul Arifin cenderung dimanfaatkan pada jalur kiri. Jalur kanan mulai dimanfaat pada malam hari yaitu mulai pukul 19.00 hingga pukul 05.00. Jalur kendaraan pada koridor Zainul Arifin merupakan jalan beraspal dengan lebar jalan sekitar 16 m, dilengkapi dengan

(47)

trotoar di sebelah kiri dan kanan jalan. Jalur koridor Jalan K.H. Zainul Arifin umumnya mulai dipadati kendaraan pada jam pulang kerja yaitu sekitar pukul 17.00 hingga pukul 19.00 dan malam minggu,

Untuk area parkir di sebelah kiri badan jalan, disediakan parkir untuk mobil dengan membentuk sudut 45, sedangkan untuk kendaraan beroda dua (motor) parkir kendaraan hanya disediakan sedikit parkiran di depan Indomaret samping Sun Plaza dan bahkan memekan pedestrian sebagai area parkir motor. Untuk parkiran pada bagian kanan badan jalan, disediakan parkir mobil dengan sudut 0.

Gambar 3.3 Area parkiran mobil pada koridor Jalan K.H. Zainul Arifin Sumber: Dokumentasi pribadi

(48)

Pada koridor Jalan K.H. Zainul Arifin tersedia pedestrian pada kiri dan kanan badan jalan. Pedestrian pada kawasan koridor K.H. Zainul Arifin masih cukup terawat dan cukup lebar yaitu sekitar 3 meter dengan material yang umumnya beton. Namun, ada beberapa bagian yang dilapisi dengan keramik seperti pedestrian pada depan Sun Plaza.

Untuk desain dan perletakan reklame pada koridor Jalan K.H. Zainul Arifin masih tergolong kacau dan ramai. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya papan reklame yang terdapat di sepanjang koridor dan bahkan tiang reklame yang tidak terurus yang tentunya menghalangi pandangan dan mengurangi keindahan koridor jalan K.H. Zainul Arifin.

(49)

Koridor Jalan K.H. Zainul Arifin merupakan kawasan yang dikeliling dengan bangunan komersil sehingga memberikan pengaruh pada masyarakat kota Medan. Dengan adanya kondisi yang mendukung, memudahkan masyarakat disekitar kawasan Zainul Arifin untuk berolah mata pencaharian khususnya dalam bidang perdagangan. Selain itu kawasan pertokoan lama menjadi ciri khas tersendiri bagi koridor Jalan K.H. Zainul Arifin. Pada koridor jalan ini, juga banyak terdapat bangunan – bangunan bersejarah yang layak untuk dikonservasi. Bangunan-bangunan berpengaruh dalam kawasan Kampung Madras, antara lain: 1. Kuil Shri Mariamman

Kuil Shri Mariamman adalah kuil Hindu tertua di Kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Kuil ini dibangun pada tahun 1884 untuk memuja dewi Kali. Kuil ini terletak di kawasan yang dikenal sebagai Kampung Madras. Kuil ini dikelola oleh salah seorang keluarga pemilik perusahaan besar Texmaco, Lila Marimutu. Pintu gerbangnya dihiasi sebuah ‘gopuram’, yaitu menara bertingkat yang biasanya dapat ditemukan di pintu gerbang kuil-kuil Hindu dari India

(50)

Selatan atau semacam gapura. Kuil yang diberi nama kuil Shri Mariamman karena Shri Mariaman oleh masyarakat tamil digambarkan sebagai Ibu atau Dewi pelindung. Kuil ini dikelilingi tembok, dengan kitinggian 2,5 meter.

2. Cambridge Condominium City Square & Swiss Bel Hotel

Cambridge Condominium City Square & Swiss Bel Hotel berfungsi sebagai five-star hotel, condominium dan shopping mall dan selesai dibangun pada tahun 2008. Bangunan ini juga telah menjadi salah satu ikon High Rise Building pertama di kota Medan yang berkembang dan ramai dikunjungi. Cambridge City Square di developer oleh PT. Global Medan Town Square dengan luas tanah sekitar 1 hekar dan tinggi bangunan 108 meter dengan 24 lantai.

(51)

3. Sun Plaza

Sun Plaza terletak di lokasi strategis dimana berada di kawasan elite kota Medan dengan fungsi bangunan sekitar adalah gedung – gedung perkantoran High Rise Building. Sun Plaza merupakan salah satu pusat perbelanjaan terbesar di kota Medan yang terletak di kawasan komersil K.H. Zainul Arifin. Sun Plaza memiliki 6 lantai (termasuk lower ground dan ground floor) dan dibangun di atas lahan seluas ±29.000 m2, dengan total luas banguan ± 87.000 m2 (Wikipedia). Sun Plaza dikunjungi berbagai kalangan, mulai dari masyarakat sekitar, pelajar, dan bahkan wisatawan asing.

4. Bel Mondo Restaurant

Gambar 3.10. Tampak depan Bel Mondo Restaurant Sumber: Dokumentasi pribadi

(52)

Bel Mondo Restaurant berlokasi di Jalan Kyai Haji Zainul Arifin, lebih tepatnya berada di seberang Sun Plaza. Restoran Bel Mondo umumnya menyediakan makanan bergaya barat (Western food).

5. Kuliner Pagaruyung

Pagaruyung merupakan salah satu pusat jajan kuliner di kota Medan. Kawasan kuliner Pagaruyung merupakan pusat jajanan dengan letak yang cukup startegis sehingga jajanan kuliner pagaruyung mudah dijangkau. Kuliner pagaruyung beroperasi pada malam hari, yaitu mulai dari pukul 18.00 hingga pukul 02.00 dini hari. Namun, hal ini tergantung sepi atau tidaknya pembeli, pada malam minggu jajanan ini mampu beroperasi hingga pukul 05.00 dini hari.

6. Gereja GKI

(53)

Gereja Kristen Indonesia (GKI) Sumut Medan di Jalan K.H.Zainul Arifin No.124 – 126 merupakan salah satu warisan sejarah. Gereja GKI awalnya tumbuh dari kelompok yang terdiri dari beberapa orang anggota gereja yang disebut dengan Gereformeerd Kwitang Jakarta pada tahun 1877 dan pada awalnya gereja ini dikenal dengan nama Gereformeerd Sumatera Utara. Terdapat beberapa pendeta yang aktif melayani umatnya pada masa itu antara lain Pdt. Harrenstein, Pdt.Dr.J.H.Baving, dan Pdt.W.S.Wlersings. Setelah berkembang, maka pada 11 September 1969, Gereja ini dilembagakan menjadi gereja yang berdiri sendiri dengan nama Gereja Gereformeed Indonesia Sumatera Utara. Pada tanggal 17-19 pada tahun 1974, Gereja Gereformeed Indonesia Sumatera Utara diputuskan untuk berubah nama menjadi "Gereja Kristen Indonesia Sumatera Utara.

Secara keseluruhan, GKI medan terdiri atas dua bangunan, yaitu bangunan utama yang terletak pada bagian depan (selatan) dan bagian belakang (utara). Bangunan utama gereja merupakan bangunan utama yang digunakan sebagai area beribadah bagi jemaatnya, sedangkan bagian belakang yang berbentuk segi delapan digunakan sebagai tempat meletakkan mimbar.

(54)

Jembatan kebajikan merupakan jembatan yang menghubungkan koridor Jalan Zainul Arifin dengan Jalan Gajah Mada Medan. Dalam bahasa Mandarin jembatan ini dinamakan ‘Jembatan Chen Tek’ namun masyarakat setempat

menyebutnya sebagai ‘Jembatan Berlian’ hal ini dikarenakan ornamen – ornament pada jembatan ini berkilauan pada malam hari. Jembatan ini dibangun pada tahun 1916 untuk mengenang jasa Tjong Yong Hian. Jembatan ini didirikan oleh putra - putra Tjong Yong Hian dan diberikan kepada pemerintah kota Medan yang diprakarsai oleh adik Tjong Yong Hian yaitu Tjong A-Fie.

3.6. Metoda Analisa Data

Metode penelitian menggunakan metodologi kualitatif. Dalam melakukan kajian yang bersifat kualitatif dalam studi ini, pertama sekali dilakukan telaah teoritik untuk mendapatkan gambaran dan mendalami materi studi. Selanjutnya dilakukan pengumpulan data lapangan, yang berupa perhitungan jumlah pengunjung pada 3 lokasi, yaitu Sun Plaza, Cambridge City Square dan Kuliner Pagaruyung, pengambilan gambar / foto, kuesioner, serta wawancara. Kemudian hasil sintesa dari telaah teori dan data lapangan digunakan sebagai pedoman kajian yang akan dilakukan. Perumusan parameter dari kajian yang akan dibahas merupakan landasan di dalam menguraikan secara kualitatif materi yang menjadi pokok bahasan penelitian.

(55)

dirumuskan. Penyajian data kualitatif ini dapat dilakukan dalam berbagai jenis matriks, grafik, jaringan dan bagan.

3.7. Langkah – langkah Pokok Penelitian

Langkah – langkah pokok dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Kajian Pustaka : kegiatan memahami teori yang berkaitan dengan karakteristik visual koridor Jalan K.H. Zainul Arifin, yang mengacu pada teori Cullen dalam bukunya The Concise Townscape dan dipertegas dengan teori lainnya yang berhubungan dengan elemen – elemen yang mempengaruhi karakteristik Visual dalam koridor Jalan K.H. Zainul Arifin.

Perumusan Masalah : Kegiatan merumuskan masalah dari observasi awal yang telas dilakukan. Perumusan masalah di jawab pada hasil akhir dan melalui kajian proses penelitian berdasarkan kajian teori dan observasi lapangan yang telah dilakukan.

Penentuan kriteria dan parameter penelitian : tahapan merumuskan variable penelitian yang nantinya akan diamati serta dikaji berdasarkan teori karakteristik visual yang telah dirumuskan. Pada tahapan ini ditentukan pula metode yang digunakan dalam tahap pengumpulan data dan variabel.

Melakukan observasi : lokasi penelitian pada koridor Jalan K.H. Zainul Arifin untuk mengetahui batasan wilayah, mengetahui data serta gambaran kawasan penelitian.

(56)

berupa pengumpulan data yang berkaitan dengan ketinggian bangunan, skala/proporsi, vegetasi, street furniture, pedestrian dan aktivitas melalui pengambilan gambar (foto) maupun observasi / tinjauan langsung lapangan. Kajian data : kegiatan mengkaji data yang telah diperoleh berdasarkan teori yang telah dirumuskan untuk menjawab permasalahan studi. Kajian ini berdasarkan metoda deskriptif kualitatif, dalam bentuk pemaknaan objek di lapangan dan dituangkan dalam bentuk sketsa gambar serta foto.

(57)

Data Pendukung :

Ketinggian bangunan di Koridor Jalan K.H. Zainul Arifin Skala/Proporsi bangunan di Koridor Jalan K.H. Zainul Arifin

Tampilan bangunan di Koridor Jalan K.H. Zainul Arifin Vegetasi di Koridor Jalan K.H. Zainul Arifin

Street furniture di Koridor Jalan K.H. Zainul Arifin Pedestrian di Koridor Jalan K.H. Zainul Arifin Aktivitas di Koridor Jalan K.H. Zainul Arifin

Peninggalan sejarah di Koridor Jalan K.H. Zainul Arifin

Teori Karakteristik Visual Koridor Jalan K.H. Zainul Arifin karakteristik Visual Koridor Jalan K.H.

Zainul Arifin Medan

(58)

Matrik Kriteria dan Parameter Penelitian

Sasaran Variabel Tolak ukur / parameter Cara mendapatkan

data

Untuk mendapatkan kesan ruang /

karakteristik visual ruang dengan

Untuk menciptakan kesan ruang /

karakteristik visual ruang dengam

mengetahui posisi atau keberadaan

pengguna

Untuk menciptakan kesan ruang /

karakteristik visual dengan

mengetahui isi atau suatu objek

yang mudah diingat

Untuk mengetahui kesan ruang /

karakteristik visual berdasarkan

budaya dan aktifitas pengguna

(59)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Koridor Jalan K.H. Zainul Arifin merupakan salah satu koridor utama dari kawasan Kampung Madras yang terdapat di kota Medan. Koridor Jalan K.H. Zainul Arifin merupakan koridor yang sangat berkembang dan berpotensi untuk dikaji, hal ini dapat dilihat karena koridor Jalan K.H. Zainul Arifin merupakan salah satu kawasan komersil yang padat dengan generator aktivitas berupa perdagangan dan sarana hiburan. Banyaknya bangunan pada koridor Jalan K.H. Zainul Arifin yang dialih fungsikan dari fungsi perumahan menjadi fungsi campuran (perumahan dan perdagangan). Menurut Rencana tata ruang wilayah kota Medan tahun 2010 – 2030, kawasan Kampung Madras merupakan salah satu kawasan yang strategis ditinjau dari segi sosial dan budaya.

4.1 Analisa Orientasi

(60)

meliputi kondisi ketinggian bangunan beserta aspek keruangan yang ditimbulkan, bangunan dan vegetasi sebagai pengarah tujuan. Untuk mengetahui dan memahami hasil kajian pola elemen berdasarkan sequence / serial vision dapat warna bangunan sangat memberikan pengaruh dan menjadi ciri khas tersendiri bagi bangunan ini.

Bangunan yang paling menonjol jika di tinjau dari titik ini bagian kanan badan jalan adalah Sun Plaza dengan vegetasi sebagai fungsi estetika dan barier.

Tabel 4.1 Analisa sequence dari simp. Diponegoro menuju simp. S.Parman

(61)

3 Jika kita tetap berada pada bagian kanan badan jalan, setelah melewati Sun Plaza, pada titik ini akan di perlihatkan sederetan pertokoan lama yang telah mulai mengalami renovasi dengan ketinggian bangunan yang bermacam - macam yaitu 3 hingga 4 lantai.

4 Pada titik ini setelah melewati

titik 3, berada pada bagian kanan badan jalan, kita akan disuguhkan dengan deretan pertokoan lama yang masih tidak terlalu banyak direnovasi dan terlihat berjejer sangat rapi, dengan ketinggian 3 lantai.

5 Pada titik ini, akan tampak

bangunan lama yang telah banyak mengalami perubahan, baik dari ketinggian bangunan maupun tampilan dan warna bangunan. Pada malam hari, jajanan kuliner pagaruyung akan menjadi hal yang mencolok sebagai tempat yang cukup ramai didatangi pengujung.

6 Dari sisi kiri jalan, hal menonjol

(62)

7 Jika kita berjalan di atas jembatan kebajikan pada sebelah kiri, makan akan tampak sungai Babura yang tidak terawat adanya penumpukan sampah dengan permukiman liar di sepanjang sisi sungai.

1 Kondisi sungai Babura pada sisi

kiri, pada bagian ini terdapat lahan kosong kecil yang biasanya merupakan tempat bermain bagi anak – anak yang tinggal di sekitar Sungai Babura.

Tabel 4.2 Analisa sequence dari simp. S.Parman menuju simp. Diponegoro

1

2

3 4

(63)

2

Pada titik ini disebelah kiri badan jalan, kita dapat melihat deretan bangunan lama dengan latar belakang Fasad dari Sun Plaza dan Wisma BII. Tampak depan dari Sun Plaza yang menonjol menjadikan Sun Plaza sebagai point interest pada titik ini. Pada titik ini seharusnya tampak bangunan dari bank Sumut, namun terhalangi oleh papan reklame yang cukup besar sehingga memberikan kesan yang negatif.

3

Kuliner Pagaruyung jika dilihat pada titik ini, cukup memberikan kesan ramai pada malam hari, apalagi dengan adanya gapura yang berdiri pada bagian masuk utama kawasan kuliner, dapat memberikan identitas bagi kuliner Pagaruyung.

4

(64)

5

Berikut tampak bangunan dari Bank Sumut yang dapat dilihat dari kejahuan setelah melewati papan reklame. Tampak bangunan terkesan simple, namun cukup kontekstual dengan keadaan disekitarnya.

6 Pada titik ini, kita dapat melihat

jalur pedestrian di depan Sun Plaza yang cukup nyaman untuk dialui. Vegetasi dan suasana aliran air dari Sun Plaza cukup memberikan kesegaran bagi setiap orang mata yang memandang di tengah – tengah penatnya keadaan koridor K.H. Zainul Arifin

(65)

memberikan kesan sempit. Jika lebar jalan sama dengan tinggi bangunan hingga dua kali tinggi bangunan maka akan menghasilkan suasana yang harmonis dan nyaman. Sedangkan jika lebar jalan sama dengan 3 kali hingga 4 kali dari tinggi bangunan maka akan memberikan kesan sunyi.

Berdasarkan rumus diatas, maka dapat diajabarkan sebagai berikut : Lebar bukaan Jalan K.H Zainul Arifin = 22 m

Tinggi bangunan = 10,5 m L/T = 22/10,5

L/T = 2,0 L = 2 T

Berdasarkan hasil di atas, maka kesan ruang yang dihasilkan menurut teori Zahnd (1999) adalah netral atau harmonis. Dimana kita tidak merasakan keadaaan yang mencekam dari bangunan yang terlalu tinggi, dan juga tidak merasa kosong atau sunyi diakibatkan oleh deretan bangunan yang terlalu rendah. Rata – rata

(66)

ketinggian bangunan pada koridor Jalan K.H. Zainul Arifin, sesuai dengan lebar jalan, sehingga tercipta suasana yang menyenangkan.

4.2 Analisa Posisi Ruang dalam koridor

Posisi ruang pada kawasan koridor K.H. Zainul Arifin, merupakan perasaan dimana orang selalu membutuhkan suatu perasaaan terhadap posisinya dalam lingkungannya, baik secara sadar maupun tidak sadar. Dengan melihat dan merasakan keadaan sekitarnya, seseorang mampu menyatakan “saya disini bukan

disana”. Analisa posisi ruang dalam koridor menyangkut focal point, possision in movement, dan street furniture.

4.2.1. Focal Point

Sesuai pembahasan pada kajian pustaka, focal point merupakan titik tangkap yang menyatakan bahwa seseorang telah sampai ditujuannya. Focal Point umumnya merupakan tempat atau daerah dimana paling banyak di kunjungi (ramai). Pada koridor Jalan K.H. Zainul Arifin, terdapat beberapa objek yang dapat dijadikan sebagai Focal Point. Penentuan focal point pada kawasan Kampung Madras di tinjau berdasarkan hasil survey lapangan dengan perhitungan

Gambar 4.2 Skala ruang yang terkesan harmonis

(67)

jumlah pengunjung pada waktu tertentu (data terlampir pada lampiran 1.1). Berdasarkan hasil survey lapangan, yang menjadi focal point utama pada koridor K.H Zainul Arifin adalah Sun Plaza dengan jumlah pengunjung terbanyak. Selanjutnya diikuti oleh Cambridge yang beroperasi pada pagi pukul 10.00 hingga malam hari pukul 22.00. Pada malam hari mulai pukul 17.00 terdapat focal point tambahan yaitu kawasan jajanan kuliner Pagaruyung yang beroperasi mulai pukul 17.00 hingga pukul 02.00. Daftar jumlah pengunjung dapat dilihat pada lampiran 1.1.

A. Sun Plaza

(68)

Konsep umum dari desain Sun Plaza, tidak hanya menciptakan suatu tempat perbelanjaan, tetapi juga diwarnai dengan semangat untuk masa depan yang lebih baik. Menciptakan suatu tempat dimana pengunjung akan memperoleh perasaan yang menyenangkan dan menciptakan kesan positif bagi para pengunjung Sun Plaza. Sedangkan simbol matahari sebagai lambing utama dari Sun Plaza merefleksikan semangat masyarakat kota Medan yang energik. Matahari melambangkan kehangatan, energik, dan untuk masa depan yang lebih baik. B. Cambridge City Square

Cambridge City Square merupakan focal point kedua yang terdapat di koridor Jalan K.H. Zainul Arifin. Cambridge City Square merupakan salah satu pusat hiburan atau dengan konsep mewah dimana digabungkan hotel dengan fasilitas yang cukup lengkap. Bangunan ini juga telah menjadi salah satu ikon High Rise Building pertama di kota Medan yang berkembang dan ramai dikunjungi. Cambridge City Square di developer oleh PT. Global Medan Town

(69)

Square dengan luas tanah sekitar 1 hekar dan tinggi bangunan 108 meter dengan 24 lantai. Di koridor lantai dasar dari masa depan, merupakan pusat tongkrongan untuk menikmati suasana hotel. Pada bagian dasar hotel, terdapat pusat jajanan terkenal seperti Starbuck Coffe, de Excelso, J.C.O, dan lainnya.

C. Kawasan kuliner Pagaruyung

Focal point tambahan pada koridor Jalan Zainul Arifin adalah pusat jajanan Pagaruyung. Yang dimaksud dengan focal point tambahan dimana Pagaruyung hanya beroperasi pada malam hari. Pagaruyung merupakan salah satu pusat jajan kuliner di kota Medan. Kawasan kuliner Pagaruyung merupakan pusat jajanan dengan letak yang cukup startegis, yaitu di antara Cambridge City Square dan Sun Plaza. Pusat jajanan kuliner Pagaruyung beroperasi mulai pukul 17.00 hingga pukul 02.00 dini hari, tergantung banyaknya pembeli. Pada malam minggu jajanan ini bias beroperasi hingga pukul 05.00 dini hari. Sesuai dengan lokasinya yang berada di kawasan Kampung Madras, maka para penjual jajanan di kawasan ini juga rata – rata keturunan orang India. Kuliner Pagaruyung menjanjikan

Gambar 4.5 Kuliner Pagaruyung sebagai focal point yang beroperasi pada malam hari

(70)

beragam makanan dan jajanan khas kota Medan, seperti nasi goreng, sate padang, mie rebus dan sebagainya. Selain itu, martabak telur yang menjadi ciri khas orang India, menjadi makanan andalan di kuliner Pagaruyung.

Ketiga focal point diatas merupakan aset utama bagi koridor Jalan K.H. Zainul Arifin, pengunjung yang melewati koridor Jalan Zainul Arifin sebagian besar memiliki tujuan pada ketiga lokasi di atas, hal ini dibuktikan dengan banyaknya jumlah pengunjung dari Sun Plaza, Cambridge, dan Kuliner Pagaruyung. Ketiga focal point tersebut seharusnya mampu dipertahankan dan dirawat, misalnya dari segi fasilitas dari ketiga tempat tersebut sehingga tetap dapat menarik perhatian pengunjung.

4.2.2. Possission in Movement

Possission in Movement merupakan penegasan suatu tempat sebagai pergerakan atau sirkulasi dengan jelas. Pada hal ini, dibedakan antara tempat untuk pergerakan pejalan kaki yang berupa trotoar (pedestrian) serta tempat pergerakan bagi kendaraan bermotor yang berupa jalan aspal.

(71)

Selain itu, pada jalur jembatan kebajikan yang menjadi penghubung Sungai Babura juga terdapat perbedaan yang jelas antara jalur kendaraan dan jalur pejalan kaki. Material aspal pada jalur kendaraan dan beton bagi jalur pejalan kaki.

Dengan adanya pembedaan perkerasan atau material bagi jalur kendaraan dan pejalan kaki, maka sirkulasi terlihat jelas dan memudahkan pengguna jalan. Selain itu, juga tersedia pagar pada sisi kiri dan kanan jalur pejalan kaki sebagai pengaman bagi pejalan kaki yang melewati jembatan.

4.2.3. Occupied territory

Occupied territory merupakan penekanan suatu tempat oleh beberapa elemen – elemen permanen yang memberikan suatu gambaran terhadap berbagai jenis pemakaian tempat dalam suatu kota. Penekanan suatu tempat dipengaruhi oleh perlengkapan yang berhubungan dengan street furniture dan vegetasi.

Vegetasi yang terdapat pada koridor jalan K.H. Zainul Arifin merupakan jenis vegetasi peneduh dan estetika. Vegetasi ditanam cukup teratur dengan jarak

(72)

sekitar 10 meter. Kurangnya vegetasi peneduh pada kawasan koridor Jalan K.H. Zainul Arifin menyebabkan kondisi kawasan terasa panas. Vegetasi hanya semata – mata digunakan sebagai fungsi estetika dan peneduh pada titik – titik tertentu.

Pada titik depan Sun Plaza, vegetasi di susun cukup menarik walaupun hanya sebagai fungsi estetika. Namun, tatanan vegetasi cukup mendukung desain dari fasad bangunan sehingga memperindah tampak dari Sun Plaza dan menyegarkan bagi setiap pengguna pedestrian di bagian depan dari Sun Plaza.

(73)

Street Furniture yang terdapat pada koridor Jalan K.H. Zainul Arifin hanya berupa lampu penerangan, dan rambu lalu lintas, tempat sampah hanya terdapat pada titik tertentu dan itu pun merupakan tempat pembuangan dari milik pribadi warga yang tinggal di sekitar koridor Jalan Zainul Arifin. Kurangnya street furniture pada koridor Jalan K.H. Zainul Arifin seperti halte, kursi duduk, telepon umum, dan bak sampah menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan. Dengan tidak adanya halte, menyebabkan kendaraan umum seperti angkutan kota berhenti di sembarangan tempat dan cukup mengganggu kenyamanan pengguna kendaraan bermotor. Selain itu, tidak adanya kursi duduk, telepon umum, vegetasi yang menarik dan street furniture lainnya membuat jalur pedestrian kurang nyaman dan terasa membosankan.

Jenis lampu penerangan yang terdapat pada sepanjang koridor Jalan K.H. Zainul Arifin adalah lampu tiang tinggi dengan ketinggian sekitar 6 meter. Lampu – lampu pada koridor Jalan K.H. Zainul Arifin masih berfungsi dengan baik dan menyala pada malam hari. Selain pada jalan raya, lampu penerangan juga terdapat pada Jembatan Kebajikan. Jenis lampu pada jembatan yaitu lampu parkir dengan

(74)

ketinggian sekitar 3 meter. Hanya saja, pada jembatan corak tiang lampu sedikit berbeda dan disesuaikan dengan desain jembatan.

Jenis rambu lalu lintas yang terdapat pada koridor Jalan K.H. Zainul Arifin dijabarkan pada tabel 5.3

No Signage Fungsi

1 Larangan berhenti sampai

jarak 15 meter dari tikungan Jalan Diponegoro dan tikungan menuju simp. S. Parman menurut arah lalu lintas

2 Larangan parkir pada area

depan Sun Plaza

Gambar 4.10 Lampu penerangan jalan raya (kanan) dan lampu pada jembatan Kebajikan (kiri)

Sumber Gambar : dokumentasi pribadi

(75)

3 Area parkir kendaraan di depan Indomaret

4 Larangan parkir kendaraan

mulai pukul 06.00 hingga pukul 19.00 di sebelah kanan (utara) badan jalan

5 Area parkir mobil dengan

sudut 45 dan satu baris pada bagian kiri (selatan) badan jalan.

6 Berbelok ke kiri menuju ke

kanan arah Jalan S. Parman

7 Berbelok ke kanan menuju ke

(76)

Rambu – rambu lalu lintas berfungsi dengan cukup baik, hanya saja rambu lalu lintas pada depan sun plaza yang menyatakan dilarang parkir telah dikotori dengan coretan. Selain itu, masih ada beberapa kendaraan roda empat yang memarkir kendaraannya di sebelan utara (kanan badan jalan) pada jam larangan yaitu antara pukul 06.00 sampai pukul 19.00.

4.3Analisa Isi 4.3.1. Incident

Incident merupakan corak bangunan yang paling mencolok atau berbeda pada suatu koridor kawasan. Pada kawasan koridor Jalan K.H. Zainul Arifin, Kuil Shri Mariamman merupakan bangunan dengan desain paling mencolok. Hal ini dapat dilihat dari desain fasad bangunan kuil Shri Mariamman.

Pembagian anatomi pada bangunan kuil Shri Mariamman dapat dijabarkan menjadi:

Menara meruncing ke arah atas dan dihasi dengan ornament – ornament. Skala setiap tingkatan dan patung adalah sedikit lebih kecil dibandingkan dengan tier

(77)

bawahnya. Hal ini membantu untuk menciptakan ilusi tinggi, dan menambah pentingnya simbolik bangunan.

Patung-patung semua dari plester, yang memungkinkan untuk fine detail. Mereka dicat dalam berbagai warna cerah, yang menambah kualitas visual spektakuler gopuram tersebut.

Pintu masuk berisi sepasang pintu kayu yang sangat besar daun ganda. Skala pintu-pintu dimaksudkan agar mendorong kerendahan hati di pengunjung dan menekankan skala kecil manusia dalam hubungannya dengan sang penciptanya. Pintu-pintu yang dipenuhi dengan lonceng emas kecil disusun dalam pola grid. Dinding dihiasi dengan cetakan hias, serta tokoh ditempatkan di atas dinding di berbagai titik, termasuk beberapa patung-patung dan ornament.

Gambar

Gambar 2.7 lampu parkir dan jalan raya Sumber gambar : Standar Perancangan Tapak, de Chiara (1997)
Gambar 2.9 Material yang dapat digunakan pada jalur pedestrian  Sumber gambar : Standar Perancangan Tapak, de Chiara (1997)
Gambar 3.1  Lokasi Penelitian pada koridor Jalan K.H. Zainul Arifin Sumber sumber gambar : google earth
Tabel 3.1 Komposisi penduduk kampung Madras berdasarkan suku bangsa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Fitur ini menyediakan pilihan playlist variatif yang secara khusus dikurasi oleh tim JOOX dengan berdasar pada tren musik di Indonesia dan dibuat dalam beberapa

yang berkualitas adalah Mahal itu Wajar, sudah menjadi Habitus kelas elit.. Disini jelas, dominasi pandangan bahwa “Pendidikan yang berkualitas adalah

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Pola asuh ibu di dusun Janten kelurahan Ngestiharjo Kasihan Bantul Tahun

Further analysis on the superimposed of 3D structure prediction between LK 5 with 1ex9 as template showed that the catalytic residues (Asp 255 ) and the

- Menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran berbasis riset, serta mengembangkan sumber daya manusia yang profesional, mandiri, dan terpercaya!. - Melakukan riset

Setiap organisasi akan selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja. karyawannya, dengan harapan apa yang menjadi tujuan perusahaan

Tujuan dari penulisan proposal ini adalah untuk membuat ensiklopedia objek wisata Provinsi Jawa Timur menggunakan teknologi semantic web agar dalam pencarian

ƒ Berdasar hasil karakterisasi katalis metode XPS ternyata konsisten dengan hasil kinerja katalitiknya, sehingga sangat kuat diduga bahwa inti aktif katalis untuk