ANALISIS PESAN MORAL DALAM NOVEL “KAFKA ON
THE SHORE” KARYA HARUKI MURAKAMI (MELALUI
PENDEKATAN PSIKOLOGI SOSIAL)
HARUKI MURAKAMI NO SAKUHIN NO ”KAFKA ON THE
SHORE” NO DOUTOKU NO MEIREI NO BUNSEKI (SHAKAI
NO SHINRITEKI)
SKRIPSI
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana
Bidang Ilmu Sastra Jepang
Oleh:
LOLA MELISSA. BANGUN
NIM : 040708031
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS SASTRA
PROGRAM STUDI S-1 SASTRA JEPANG
MEDAN
ANALISIS PESAN MORAL DALAM NOVEL “KAFKA ON THE SHORE” KARYA HARUKI MURAKAMI (MELALUI PENDEKATAN
PSIKOLOGI SOSIAL)
HARUKI MURAKAMI NO SAKUHIN NO ”KAFKA ON THE SHORE” NO DOUTOKU NO MEIREI NO BUNSEKI (SHAKAI NO SHINRITEKI)
SKRIPSI
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana
Bidang Ilmu Sastra Jepang
Oleh:
LOLA MELISSA BANGUN NIM : 040708031
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Nandi S. Prof. Drs. Hamzon Situmorang, MS.Ph.D NIP: 131763366 NIP: 131422712
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA
PROGRAM STUDI S-1 SASTRA JEPANG MEDAN
Disetujui oleh:
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Departemen S-1 Sastra Jepang Departemen Studi
Prof. Drs. Hamzon Situmorang, M.S,Ph.D
NIP.131422712
PENGESAHAN Diterima oleh,
Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu Ujian Sarjana dalam bidang Ilmu Sastra Jepang pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
Pada : Pukul 09:00 WIB Tanggal : 8 Desember 2009
Hari : kamis
Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara Dekan
Drs. Syaifuddin, M.A, Ph.D NIP.132098531
Panitia Ujian
No. Nama Tanda Tangan
1. Prof. Drs. Hamzon Situmorang, M.S, Ph.D ( )
2. Drs. Nandi S. ( )
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena kasih karunia dan kuasa-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
Skripsi yang berjudul Analisis Pesan Moral Dalam Novel “Kafka On
The Shore” Karya Haruki Murakami (Melalui Pendekatan Psikologi Sosial) “Haruki Murakami No Sakuhin No ‘Kafka On The Shore’ No Doutoku No
Meirei No Bunseki (Shakai No Shinriteki)” ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai gelar kesarjanaan pada Fakultas Sastra Program
Studi Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih,
penghargaan, serta penghormatan yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang
telah membantu penulis menyelesaikan studi dan skripsi ini, antara lain kepada:
1. Bapak Drs. Syaifuddin M.A, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Drs. Hamzon Situmorang M.S, Ph.D, selaku Ketua
Departemen S-1 Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Nandi S, selaku Dosen Pembimbing I, yang telah menyediakan
waktu di sela-sela kesibukannya untuk membimbing dan mengarahkan
penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
4. Bapak Prof. Drs. Hamzon Situmorang M.S, Ph.D., selaku Dosem
Pembimbing II, yang telah memberikan arahan serta perhatiannya dalam
5. Dosen Penguji Ujian Skripsi, yang telah menyediakan waktu untuk
membaca dan menguji skipsi ini. Terima kasih juga penulis ucapkan
kepada semua Dosen Pengajar Departemen S-1 Sastra Jepang Universitas
Sumatera Utara, yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis,
sehingga penulis dapat meyelesaikan perkuliahan dengan baik.
6. Ayahanda WP. Bangun, yang senantiasa memberikan semangat dan
nasehat kepada penulis, juga kepada Ibunda S. Sinulingga, yang dengan
setia merawat serta mengajarkan nilai-nilai yang baik terutama
kepercayaan yang dilimpahkan secara luar biasa kepada penulis.
7. Saudara-saudari penulis kakanda Louise Estheria. Bangun, SPd. dan
adinda Enita Morry. Bangun yang mendukung didalam doa – doanya.
8. Teman-teman penulis sesama mahasiswa Sastra Jepang Universitas
Sumatera Utara Stambuk 2004, yang dengan semangat tetap saling
menguatkan dalam meyelesaikan studi serta telah membagi begitu banyak
hal selama menjalani proses belajar di Fakultas Sastra Universitas
Sumatera Utara.
9. Teman - teman dekat penulis yang tergabung dalam Agatha: Prissy,
Mariana, Santy, Eva, Sery, Henny dan Lenny, semoga kita tetap dekat
rohani dimanapun Tuhan akan menempatkan kita nantinya.
10.Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna dalam hidup ini,
termasuk juga dalam penulisan skripsi ini. Namun penulis tetap mencari
maksimal. Maka dengan berangkat dari prinsip itu jugalah, penulis berusaha
merampungkan skripsi penulis tersebut.
Medan, Januari 2009
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………....……….i
DAFTAR ISI….………iii
BAB I PENDAHULUAN…………...………....1
1.1. Latar Belakang Masalah………...…………...………..1
1.2. Perumusan Masalah………….……….6
1.3. Ruang Lingkup Pembahasasan……….9
1.4Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori……….……..9
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian….……….….……10
1.6 Metode Penelitian………...………..…………...13
BAB II DEFENISI PSIKOLOGI SOSIAL, MORAL DAN NOVEL………...22
2.1. Psikologi secara umum………...22
2.1.2. Defenisi Psikologi………22
2.2.1. Psikologi Sosial………24
2.2.2. Konsep Psikologi Sosial Dan Hubungannya Dengan Moral...28
2.2.3. Peristiwa-peristiwa kejiwaan………...29
2.3. Moral………30
2.2.1. Defenisi Moral……….30
2.2.2. jenis-jenis Moral………33
2.2.3. Prinsip-prinsip Dasar moral……….43
2.2.4. Moral Dalam Interaksi Antarmasyarakat………..44
2.4. Novel………47
2.4.1. Defenisi Novel……….47
2.4.2. Novel Sebagai Genre Sastra………47
2.4.3. Unsur-unsur dalam novel………50
2.5. Riwayat Pengarang………..53
2.6. Sinopsis Cerita Kafka On The Shore………...55
2.7. Setting Cerita Kafka On The Shore……….59
BAB III ANALISIS PESAN MORAL DALAM NOVEL KAFKA ON THE SHORE...60
3.1. Jenis-jenis Pesan Moral Dilihat Dari Cuplikan Cerita Yang Terdapat Dalam Novel Kafka On The Shore………...60
3.2. Pesan Moral Dilihat Dari Cuplikan Cerita Yang Terdapat Dalam Novel Kafka On The Shore………..66
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...70
4.1. Kesimpulan...70
4.2. Saran...72
ABSTRAK ...73
ABSTRAK
Pesan moral merupakan amanat atau hikmah yang disampaikan penulis
kepada pembaca melalui karakter dan kehidupan sosial para tokoh. Dalam
menyampaikan amanat atau pesan, pengarang novel atau cerita rekaan
menggunakan cara penyampaian langsung dan tidak langsung. Penyampaian
langsung yaitu secara langsung mendeskripsikan perwatakan tokoh-tokoh dalam
cerita dengan “memberitahukan”. Sedangkan penyampaian tak langsung yaitu
penyampaian pesan secara tersirat, terpadu dalam unsur cerita lainnya. Pembaca
dituntut untuk menentukan sendiri petunjuk, petuah dan keteladanan melalui teks
yang dibaca.
Moral merupakan hal yang sangat penting untuk dibahas karena seiring
dengan perkembangan zaman dan pengaruh lingkungan juga terjadi pergeseran
nilai moral yang sangat tidak lazim untuk dilakukan seorang anak dibawah umur.
keluarga menjadi faktor penunjang yang paling besar yang dapat mempemgaruhi
kondisi kejiwaan atau psikologis seseorang disamping faktor sekolah dan
lingkungan tempat tinggal.
Dunia kesusastraan adalah dunia yang selalu berkembang seiring dengan
perkembangan zaman. Sama halnya dengan negara Jepang yang banyak
melahirkan para sastrawan yang sangat berbakat dibidangnya yang telah
melahirkan banyak karya sastra yang sangat laris dijual di pasaran internasional.
Salah seorang sastrawan jepang yang sangat terkenal adalah Haruki Murakami.
Novelis kontemporer jepang ini telah banyak memperoleh penghargaan. Antara
Prize, dan sebagainya. Dan salah satu novel yang menjadi best seller pada tahun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sastra merupakan seni dan karya yang sangat berhubungan erat dengan
ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka
karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan. Antara lain seperti
perasaan, semangat, kepercayaan, dan keyakinan sehingga mampu
membangkitkan kekaguman. Yang menjadi ciri khas pengungkapan bentuk dalam
sastra adalah bahasa. Di dalam dunia kesusastraan, karya sastra dapat dibedakan
ke dalam berbagai jenis dan bentuk yang berbeda-beda. Karena unsur-unsur yang
membentuk setiap karya sastra itu berbeda dan tujuan yang diharapkan dari sastra
tersebut juga berbeda.
Nyoman (2002: 80) mengatakan karya sastra tersebut dibedakan atas puisi,
drama, dan prosa. Prosa rakyat dapat dibedakan atas mite, dongeng, dan legenda.
Sastra prosa juga mempunyai ragam seperti cerpen, roman, dan novel.
Kesusastraan Jepang pun mengenal novel yang dikenal dengan sebutan
Shosetsu. Pernovelan di Jepang dibahas lewat para novelisnya yang cukup mapan
dalam berkarya. Tidak sedikit novel buatan novelis jepang yang laris dijual di
pasaran dunia. Salah satu novel yang telah berhasil menyandang predikat best
seller internasional adalah novel karya Haruki Murakami yang berjudul Kafka On
memahami pesan yang hendak disampaikan oleh sastrawan kepada pembacanya.
Gaya bahasa yang disajikan dalam karya sastra sangat mempengaruhi mutu dari
karya sastra tersebut.
Menurut Nurgiyantoro (1998: 5) Bahasa merupakan media yang sangat
penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Saling bertukar
pikiran, pengalaman, dan berinteraksi dengan orang lain dilakukan dengan
menggunakan bahasa. Sama halnya dengan bahasa yang digunakan dalam novel.
Ditinjau dari segi etimologi, novel berasal dari bahasa latin, yaitu novelis
atau novus yang berarti baru. Poerwadaminta (1996: 694) mengemukakan bahwa
novel adalah karangan prosa yang panjang, mengandung rangkaian cerita
kehidupan seseorang dengan orang yang dikelilinginya dan menonjolkan watak
dan sifat setiap pelaku.
Tarigan (1991: 164) mengatakan bahwa novel adalah suatu cerita dengan
alur cukup panjang yang mengisi satu buku atau lebih menggarap kehidupan
manusia yang bersifat imajinatif. Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan
bahwa novel adalah salah satu karya sastra berbentuk prosa yang hampir sama
dengan roman dan menceritakan tentang suatu kejadian atau peristiwa yang
dialami seseorang dalam kehidupan dan lingkungannya dengan memunculkan
juga konflik di dalamnya.
Menurut Nyoman (1991: 164) dalam novel terdapat 2 unsur yang sangat
penting, yaitu unsur ekstrinsik dan unsur intrinsik. Adapun yang termasuk
kedalam unsur intrinsik meliputi unsur-unsur yang turut serta membangun cerita
gaya bahasa, dan sebagainya. Sedangkan unsur-unsur ekstrinsik meliputi unsur-
unsur yang berada di luar karya sastra tersebut.
Tetapi secara tidak langsung, mempengaruhi bangunan atau sistem
organisasi karya sastra. Antara lain, keadaan subjektivitas individu pengarang
yang memiliki sikap keyakinan dan pandangan hidup dimana kesemuanya itu
akan mempengaruhi karya yang ditulisnya. Singkatnya unsur ekstrinsik meliputi
unsur biografi pengarang, psikologi, keadaan lingkungan pengarang seperti
ekonomi, politik, dan sosial. Cerita yang ada dalam novel juga tidak terlepas dari
kebudayaan yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari.
Salah satu novel yang sangat menarik untuk dibaca dan dapat menambah
wawasan bagi para penikmat novel adalah novel yang berjudul Kafka On The
Shore karya Haruki Murakami. Novel ini dilatarbelakangi sekitar tahun 1946 di
Jepang. Dimana pada saat itu terjadi perang antara Jepang dengan Amerika. Kafka
On The Shore adalah novel memikat dengan 2 tokoh utama yang sangat
mengagumkan. Bocah laki-laki berusia 15 tahun, bernama Kafka Tamura, yang
semenjak usia empat tahun telah ditinggalkan oleh ibu dan kakak perempuannya,
dan orang tua bernama Nakata, berusia 60 tahun yang tidak dapat pulih dari
peristiwa sial yang menimpanya dimasa perang dunia II.
Novel Kafka On The Shore, menceritakan Labirin (perjalanan yang
berliku-liku ) mengenai Asmara Ibu dan Anak. Cerita dalam novel ini berawal
dari dua titik cerita berbeda yang berkembang sendiri, yaitu mengenai bocah
laki-laki bernama Kafka Tamura dan orangtua bernama Nakata dengan akhir saling
melengkapi. Hal yang dilakukan tokoh berusia 15 tahun dengan meninggalkan/
rumah dengan alasan yang tidak begitu jelas. Ia mengalami perjalanan panjang
yang tak terduga yang akhirnya mempertemukan Kafka dengan seorang
perempuan yang ia duga kuat sebagai kakaknya dan seorang perempuan paro baya
yang ia duga sebagai ibunya.
Sepanjang perjalanan, Kafka Tamura selalu terngiang perkataan ayahnya
ketika Kafka masih kecil. ayahnya berkata suatu saat nanti Kafka akan membunuh
ayahnya dan meniduri ibunya. Kafka Tamura merupakan gambaran lain dari
sosok Oedipus, raja Thebes yang mengawini ibu kandungnya. Ketika dalam
perjalanannya meninggalkan Tokyo menuju ke arah selatan, Kafka mendengar
kabar bahwa ayahnya terbunuh dan salah satu orang yang layak dijadikan saksi
dalam peristiwa tersebut tak lain adalah dia, Kafka Tamura. Perjalanan yang
awalnya terkesan santai ini, akhirnya berubah menjadi pelarian.
Setelah membaca novel ini, penulis menemukan sesuatu yang menarik
untuk dianalisis yaitu pesan moral. Pesan moral merupakan amanat yang
disampaikan penulis kepada pembaca melalui karakter dan kehidupan sosial para
tokoh. Untuk mengetahui lebih dalam tentang pesan moral yang terdapat dalam
novel Kafka On The Shore, maka penulis akan membahasnya dalam skripsi yang
berjudul Analisis Pesan Moral Yang Terdapat Dalam Novel Kafka On The Shore
Karya Haruki Murakami (melalui pendekatan psikologi sosial).
1.2. Perumusan Masalah
Untuk memberikan arahan pada suatu penelitian, maka perlu dibuat suatu
rumusan masalah. Hal ini penting untuk mempermudah penulis menemukan
penelitian menjadi lebih terarah dan spesifik, sehingga permasalahan akan lebih
mudah untuk dipahami.
Novel Kafka On The Shore adalah salah satu novel yang bergenre cerita
tegang karena banyak kejadian yang tidak bisa diperkirakan oleh pembacanya.
Gaya bahasa dan dialognya ringan sementara alur ceritanya berkelok-kelok dan
penuh teka-teki.
.Dengan membaca novel Kafka On The Shore, pembaca diajak memasuki
alam khayalannya, karena banyak dialog yang terdapat dalam novel ini tidak
dapat diterima akal sehat atau logika, tetapi mengandung pesan-pesan yang
merupakan nilai moral bagi kehidupan. Dalam bentuk pertanyaan, permasalahan
tersebut adalah:
1. Pesan moral apa saja yang terkandung dalam novel Kafka On The
Shore.
2. Bagaimana penyampaian pesan moral yang terdapat dalam novel
Kafka On The Shore.
1.3. Ruang Lingkup Pembahasan
Dalam suatu penelitian, pembatasan masalah sangatlah penting artinya.
Hal ini dilakukan agar penelitian yang dilakukan menjadi lebih terarah, terperinci.
Sehingga inti permasalahan akan lebih mudah dipahami.
Skripsi ini berjudul Analisis Pesan Moral Dalam Novel Kafka On The
Shore Karya Haruki Murakami ( Melalui Pendekatan Psikologi Sosial). Sebelum
membahas pokok permasalahan yang ada dalam novel Kafka On The Shore,
terlebih dahulu akan menjelaskan tentang pengartian psikologi sosial
secara umum dan prinsip-prinsip moral yang ada kaitannya dengan pesan moral
yang ingin disampaikan Haruki Murakami dalam novel Kafka On The Shore.
1.4. Tinjauan Pustaka Dan Kerangka Teori 1.4.1. Tinjauan Pustaka
Di dalam karya sastra, pengarang berusaha menyampaikan kenyataannya
terhadap kenyataan sosial dalam masyarakat. Selain itu, pengarang mempunyai
maksud dan tujuan yang hendak disampaikan kepada pembaca sebagai penikmat
karya tersebut. Pesan moral dalam karya sastra sangat berkaitan dengan tingkah
laku manusia dalam interaksinya di tengah-tengah masyarakat.
Dapat dikatakan bahwa sastra yang bermutu merupakan penafsiran
kehidupan. Sebuah karya sastra dihargai karena berhasil menunjukkan segi baru
dari kehidupan sehari-hari yang tidak terlepas dari unsur psikologi dan tingkah
laku manusia sebagai makhluk sosial. Menurut H. Abu Ahmadi (1991: 1)
“psikologi” berasal dari Bahasa Yunani “Psyche” yang artinya jiwa dan “Logos”
yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi, psikologi berarti ilmu yang mempelajari
tentang jiwa, baik mengenai jenis gejalanya, proses, maupun latar belakangnya.
Ditinjau dari segi etimologi, novel berasal dari bahasa latin, yaitu novelis
atau novus yang berarti baru. Poerwadaminta (1996: 694) mengatakan bahwa
novel adalah karangan prosa yang panjang, mengandung rangkaian cerita
kehidupan seseorang dengan orang yang disekelilingnya dan menonjolkan watak
Novel juga menyajikan berbagai macam kisah fiktif yang membuat
pembacanya ikut merasakan jalan cerita yang ada di dalam novel tersebut. Fiksi
merupakan suatu penceritaan tentang tafsiran atau imajinasi pengarang tentang
peristiwa yang pernah terjadi dalam khayalannya. Alterbernd dan Lewis dalam
Nurgiyantoro (1998: 2) mengatakan bahwa fiksi adalah prosa naratif yang bersifat
imajinatif, namun biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang
mendramatisasikan hubungan-hubungan antarmanusia.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa fiksi
merupakan karangan seseorang yang subjeknya berusaha menjelaskan suatu
rangkaian kejadian dan pada umumnya merupakan khayalan yang dihasilkan
seseorang yang hidup dalam masyarakat. Karya ini juga cenderung tidak terjadi
sungguh-sungguh sehingga tidak perlu dicari kebenarannya dalam dunia nyata.
Novel yang baik dibaca untuk penyempurnaan diri.
Novel yang baik juga adalah novel yang isinya dapat memanusiakan para
pembacanya. Sebaliknya, novel hiburan hanya dibaca untuk kepentingan santai
belaka. Yang penting memberikan keasyikan pada pembacanya untuk
menyelesaikannya. Banyak sastrawan yang memberikan batasan atau defenisi
mengenai novel. Batasan atau defenisi yang mereka berikan berbeda-beda karena
sudut pandang yang mereka pergunakan juga berbeda.
Bimo Walgito (2002: 4) mengatakan psikologi merupakan ilmu yang
mempelajari tentang tingkah laku dan dalam hal ini menyangkut tingkah laku
manusia. Adapun beberapa hal yang berhubungan dengan peristiwa kejiwaan
1. Persepsi
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses
penginderaan yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh
individu melalui alat indera.
2. Bayangan
Istilah bayangan sering disebut dengan istilah tanggapan. Dalam
persepsi telah dikemukakan bahwa dengan perantara alat indera, orang
dapat menyadari tentang hal-hal atau keadaan yang ada disekitarnya.
3. Fantasi
Yang dimaksud dengan fantasi adalah kemampuan jiwa untuk
membentuk tanggapan-tanggapan atau bayangan baru.
4. Ingatan
Ingatan dipandang sebagai hubungan antara pengalaman dengan
masa lampau. Dengan adanya kemampuan mengingat pada manusia,
hal ini menunjukkan bahwa manusia mampu menerima, menyimpan
dan menimbulkan kembali pengalaman - pengalaman yang dialaminya.
5. Berpikir
Merupakan kemampuan-kemampuan manusia untuk membentuk
konsep atau pengertian akan sesuatu.
6. Perasaan dan emosi
- Perasaan adalah keadaan atau bagian individu sebagai akibat dari
persepsi baik eksternal maupun internal.
- Emosi merupakan reaksi yang kompleks yang mengandung
7. Motif
Motif berasal dari bahasa latin yaitu “movere” yang berarti
bergerak. Karena itu motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat
dalam diri manusia yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu.
Menurut Suseno (1989: 2-3) moral adalah suatu pengukur apa yang baik
dan buruk dalam kehidupan suatu masyarakat. Sedangkan etika adalah
keseluruhan norma dan penilaian yang digunakan masyarakat bersangkutan untuk
mengetahui bagaimana seharusnya manusia menjalankan kehidupannya. pesan
moral dapat disampaikan melalui beberapa cara antara lain : melalui perbuatan,
kata-kata yang secara gamblang diungkapkan, khayalan, dan lain-lain.
1.4.2. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan rancangan teori-teori yang berhubungan dengan
permasalahan penelitian. Pada kerangka ini semua teori-teori yang mengacu
kepada objek yang dibahas akan dijelaskan secara terperinci. Penjelasan tersebut
dapat dijadikan sebagai landasan pemikiran dan titik acuan dari masalah
penelitian.
Penelitian ini adalah penelitian yang menganilis satu novel. Novel
merupakan salah satu karya sastra. Meneliti suatu karya sastra berarti harus
menggunakan teori sastra atau dapat juga dikatakan pendekatan sastra. Dalam
penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan psikologi sosial. Menurut
Nyoman (2004: 59) pendekatan psikologis menganalisis manusia dalam
individu. Nyoman (2004: 340) pendekatan psikologi sastra dianalisis dalam
kaitannya antara psikis dengan aspek-aspek kejiwaan.
Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa psikologi sosial menganalisis
aspek-aspek kejiwaan manusia dalam masyarakat sampai kepada diri sendiri.
Study psikologi berkaitan dengan sosiologi sastra karena kaitan psikologi sosial
dengan karya sastra tersebut, maka Freud dan Milner dalam Nyoman (1992: 32 –
38) juga menghubungkan karya sastra dengan mimpi. Sastra dan mimpi dianggap
memberikan kepuasan secara tak langsung. Analisis psikologi sosial dibangun
atas dasar kekayaan sekaligus perbedaan khasanah kultural bangsa. Novel tidak
melukiskan tokoh-tokoh dari semesta yang sama, di pihak lain novel juga tidak
menampilkan tokoh-tokoh sebagai manusia secara individual.
Psikologi sosial tidak bermaksud membuktikan keabsahan teori saja,
misalnya dengan menyesuaikan apa yang dilakukan oleh teks dengan apa yang
dilakukan oleh pengarang. Dengan memusatkan perhatian pada tokoh-tokoh,
maka akan dapat menganalisis konflik batin yang mungkin bertentangan dengan
teori psikologi sosial. Wellek dan Warren (1962: 92 – 93) dalam sebuah karya
sastra yang berhasil, psikologi sosial sudah menyatu dengan karya seni.
Oleh karena itu, tugas peniliti adalah menguraikannya kembali sehingga
menjadi jelas dan nyata apa yang dilakukan pada karya sastra tersebut. Melalui
pendekatan psikologi sosial ini, penulis akan membahas sekaligus menganalisis
konflik sosial yang mempengaruhi kondisi sosial masyarakat yang digambarkan
melalui novel "Kafka On The Shore" ini sehingga akan menuju satu konsep nilai
1.5. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.5.1. Tujuan Penelitian
Penentuan tujuan adalah langkah awal dalam melakukan penelitian yang
disesuaikan dengan perumusan masalah yang dipilih peneliti sehingga akan dapat
berjalan dengan terarah dan efisien. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pesan moral apa saja yang terkandung dalam novel
Kafka On The Shore.
2. Untuk mengetahui cara penyampaian pesan moral yang terdapat dalam
novel Kafka On The Shore.
1.5.2. Manfaat Penelitian
Suatu penelitian diharapkan dapat bermanfaat baik bagi orang lain,
maupun bagi diri sendiri. Dengan mengadakan penelitian pada novel “Kafka On
The Shore” karangan Haruki Murakami diharapkan dapat memberi manfaat yakni:
1. Memberi wawasan bagi penulis dan pembaca tentang pesan moral yang
terjadi dalam novel Kafka On The Shore.
2. Menambah wawasan tentang kebudayaan masyarakat Jepang.
1.6. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu metode
deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah
yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau
objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
bersifat deskriptif yaitu memberi gambaran yang secermat mungkin mengenai
suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu. Penelitian ini juga
mencakup penelitian secara kualitatif. Yaitu, datanya dinyatakan secara verbal dan
kualifikasinya bersifat teoritis. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan psikologis, sosiologis.
Salah satu teknik pengerjaan penelitian yang juga merupakan teknik yang
harus dilakukan dalam menganalisis suatu novel adalah dengan membaca novel
Kafka On The Shore. novel tersebut juga merupakan salah satu sumber data yang
juga penting disamping data-data dokumentasi yang diperoleh dari toko buku
maupun perpustakaan, ditambah lagi dengan data yang diperleh secara on line(
dari internet).
Selain itu, dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode
pendukung, yakni studi kepustakaan atau library research. Studi kepustakaan
merupakan suatu aktifitas yang sangat penting dalam kegiatan penelitian yang
bertujuan untuk menunjukkan jalan memecahkan masalah penelitian. Beberapa
aspek yang penting yang perlu dicari dalam studi kepustakaan antara lain masalah
yang ada, teori-teori, konsep-konsep, dan penarikan kesimpulan serta saran
(Nasution 2001: 14). Dengan kata lain, studi kepustakaan adalah pengumpulan
data dengan membaca buku-buku atau refrensi yasng berkaitan dengan thema
penulisan ini. Data yang diperoleh dari refrensi tersebut kemudian dianalisis untuk
BAB II
DEFENISI PSIKOLOGI SOSIAL, MORAL DAN NOVEL
2.1. Psikologi Secara Umum
2.1.1. Defenisi Psikologi
Secara harafiah psikologi adalah ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari
tentang gejala – gejala kejiwaan. Menurut Freud dalam Dirgagunarso (1996:124)
kehidupan psikis itu pada hakikatnya tidak disadari, lagipula pengaruh – pengaruh
ketidaksadaran ini memainkan peranan besar sekali. Mengenai struktur
kepribadian, Freud membedakan beberapa unsur dalamkehidupan psikis yaitu,
Das Es yaitu ketidaksadaran, Das Ich yang memilki unsur kesadaran, Uber Ich
atau “aku ideal” yang berfungsi sebagai hati nurani, yang mengkritik dan
mengontrol kehidupan sendiri.
Menurut H. Abu Ahmadi (1991: 1) “psikologi” berasal dari perkataan
yunani “psyche” yang artinya jiwa dan “logos” yang artinya ilmu pengetahuan.
Jadi secara etimologi, psikologi berarti ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik
mengenai jenis gejalanya, proses, maupun latar belakangnya. Bimo Walgito
(2002: 4) psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku dan
dalam hal ini menyangkut tingkah laku manusia.
Menurut Freud dalam Pengantar Umum Psikoanalisis (2006:38),
kehidupan manusi dipengaruhi oleh alam ketidaksadarannya. Berbagai kelainan
tingkah laku dapat disebabkan karena faktor – faktor yang terdapat dalam alam
menganalisa jiwa orang tesebut sampai kita dapat melihat alam ketidaksadarannya
yang terletak jauh didalam jiwa orang tersebut, tertutup oleh alam kesadaran.
Karena sifatnya yang menganalisa dan melihat jauh kedalam jiwa orang
tersebut, maka psokologi Freud disebut juga dengan psikologi dalam. Disamping
itu, Freud juga percaya bahwa faktor – faktor yang berada dalam ketidaksadaran
bukan merupakan faktor yang statis melainkan masing – masing mempunyai
kekuatan yang membuatnya dinamis. Jadi didalam alam ketidaksadaran, selalu
terdapat pergeseran – pergeseran, gerakan – gerakan akibat saling mempengaruhi
antara alam sadar dan ketidaksadaran tersebut.
Karena itu alam ketidaksadaran bersifat dinamis dan dari sudut pandang
ini psikologi Freud dapat juga disebut dengan psikologi dinamik. Sehubungan
dengan eksperimen dan teori yang dikemukakan Freud, maka dalam psikoanalisa
dikenal ada tiga aspek yaitu, psikoanalisa sebagai teori kepribadian, sebagai
teknik evaluasi kepribadian, dan sebagai teknik terapi.
2.1.2 Psikologi Sosial
Psikologi sosial menganalisis aspek-aspek kejiwaan manusia dalam
masyarakat sampai kepada diri sendiri. Study psikologi berkaitan dengan
sosiologi sastra karena kaitan psikologi sosial dengan karya sastra tersebut, maka
Freud dan Milner dalam Nyoman (1992: 32 – 38) juga menghubungkan karya
sastra dengan mimpi.
Psikologi sosial tidak bermaksud membuktikan keabsahan teori saja,
misalnya dengan menyesuaikan apa yang dilakukan oleh teks dengan apa yang
maka akan dapat menganalisis konflik batin yang mungkin bertentangan dengan
teori psikologi sosial. Wellek dan Warren (1962: 92 – 93) dalam sebuah karya
sastra yang berhasil, psikologi sosial sudah menyatu dengan karya seni. Oleh
karena itu, tugas peniliti adalah menguraikannya kembali sehingga menjadi jelas
dan nyata apa yang dilakukan pada karya sastra tersebut.
Menurut Shaw dan Constanzo dalam Sarwono 1987 ada 3 wilayah study
psikologi sosial :
1. Study tentang pengaruh sosial terhadap proses individu
2. Study tentang proses – proses individu bersama, seperti bahasa, sikap
sosial dan sebagainya.
3. Study tentang interaksi kelompok misalnya kepemimpinan, konformitas,
kerjasama, persaingan, peran sosial dan sebagainya.
Sementara menurut Michener dan Delamater (1999) sebagai ilmu yang
perhatian utamanya pada perilaku manusia dalam konteks sosial, ada 4 fokus
utama dalam psikologi sosial :
1. Pengaruh individu terhadap orang lain
2. Pengaruh kelompok pada individu – individu anggotanya
3. Pengaruh individu anggota – anggota terhadap kelompoknya sendiri
4. Pengaruh 1 kelompok terhadap kelompok lainnya.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa minat utama
psikologi sosial adalah mencari pemahaman tentang sebab – sebab atau faktor –
faktor yang membentuk perilaku, pikiran atau perasaan individu dalam latar atau
Sementara menurut Baron dan Byrne (1994), faktor – faktor yang
mempengaruhi perilaku sosial dapat dikategorikan ke dalam 5 faktor utama yaitu :
1. Aksi atau tindakan dan karakteristik dari orang lain
2. Proses kognitif dasar, seperti ingatan dan penalaran yakni proses yang
mendasari pikiran, keyakinan, ide dan penilaian tentang orang lain yang
dimiliki lingkungan
3. Pengaruh lingkungan secara langsung ataupun tidak langsung
4. Konteks kebudayaan dimana perilaku sosial itu terjadi
Objek Psikologi modern adalah manusia dan kegiatan – kegiatannya
dalam hubungannya dengan lingkungan. Hal ini berhubungan erat dengan 3 segi
utama manusia, yaitu bahwa manusia secara hakiki sekaligus merupakan :
a. Manusia sebagai makhluk individual.
Yang berarti manusia itu merupakan suatu keseluruhan yang tidak dapat
dibagi – bagi. Manusia juga merupakan penjumlahan dari beberapa kemampuan
tertentu yang masing – masing bekierja sendiri, seperti kemampuan – kemampuan
vegetatif dan kemampuan intelektif. Salah seorang ahli psikologi modern Wilhelm
Woundt menegaskan bahwa jiwa manusia merupakan satu kesatuan jiwa raga
yang berkegiatan. Ia juga menegaskan bahwa apabila kita mengamati sesuatu,
maka kita bukan hanya melihat sesuatu dengan indra mata kita tapi juga dengan
seluruh minat dan perhatian yang sangat dipengaruhi oleh niat.
Psikologi zaman modern ini menegaskan bahwa kegiatan jiwa manusia
bukan kegiatan alat – alat tubuh saja atau kemampuan – kemampuan jiwa satu
persatu yang terlepas dari orang lain.
Manusia sebagai makhluk individual tidak hanya dalam arti makhluk
keseluruhan jiwa raga, tetapi juga dalam arti bahwa setiap orang itu merupakan
pribadi yang khas menurut corak kepribadiannya termasuk kecakapan –
kecakapan sendiri. Perkembangan manusia yang wajar harus memperhatikan segi
individualitas manusia dalam arti bahwa pribadi manusia merupakan keseluruhan
jiwa raga yang mempunyai struktur dan kecakapan yang khas.
b Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Segi utama lainnya yang perlu diperhatikan adalah bahwa manusia secara
hakiki merupakan makhluk sosial. Sejak ia dilahirkan, ia membutuhkan pergaulan
dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan biologisnya yaitu makanan,
minuman dan lain – lain. Akan tetapi pada usia 2 bulan hubungannya dengan ib
unya sudah mulain berlangsung secara psikis tidak hanya secara biologis.
Munurut Freud, super – ego pribadi manusia sudah mulai dibentuk ketika
ia berumur 5 – 6 tahun dan perkembangan super – ego tersebut berlangsung terus
menerus selama ia hidup. super – ego yang terdiri atas hati nurani, norma –
norma, dan cita –cita pribadi itu tidak mungkin terbentuk dan berkembang tanpa
manusia itu bergaul dengan manusia lainnya, sehingga sudah jelas bahwa tanpa
pergaulan sosial manusia tidak dapat berkembang sebagai manusia seutuhnya.
Pada dasarnya, pribadi manusia tidak sanggup hidup seorang diri tanpa
lingkungan psikis atau rohaniahnya walaupun secara biologis – fisiologis ia
sosial manusia itu terutama dipelajari dalam psikologi sosial, tetapi yang sulit
dipahami dengan sewajarnya apabila dalam mempelajarinya kita melalaikan segi
individualitas pribadi manusia.
c. Manusia Sebagai Makhluk Berketuhanan.
Segi terakhir ini sebenarnya termasuk dalam cabang psikologi keagamaan
sehingga tidak diuraikan secara khusus. Walaupun demikian segi ini dihubingkan
dengan psikologi sosial karena ada pengaruhnya dalam pembicaraan ilmu
pengetahuan tentang manusia.
Manusia, selain makhluk individual yang sebenarnya tidak perlu
dibuktikan kebenarannya, sekaligus juga merupakan makhluk sosial. Manusia
sebagai makhluk beketuhanan juga tidak perlu dibuktikan kebenarannya sebab
manusia yang sudah dewasa dan sadar akan dirinya sudah jelas tidak dapat
menolak adanya kepercayaan terhadap Tuhan, sebagai segi hakiki dalam
prikehidupan manusia, dan segi ini adalah segi khas bagi manusia pada umumnya.
Bahwasanya Tuhan itu sukar dibuktikan secara empiris eksperimental bagi
manusia yang belum berketuhanan, tidak berarti bahwa Tuhan itu tidak ada.
Orang atheis yang belum sadar akan hal ini, tanpa disadarinya sebenarnya
juga sudah berkrtuhanan tetapi dalam bentuk benda – benda, orang – orang
maupun gagasan – gagasan tertentu. walapun demikian secara psikologis dapat
diakui bahwa segi manusia sebagai makhluk berketuhanan itu dapat pula dengan
sadar atau tidak sadar ditujukan dan digerakkan oleh suatu objek yang bukan
Psikologi sosial atau ilimu jiwa sosial memerlukan sedikit pengetahuan
pendahuluan agar isinya mudah dipahami. Sebagaimana psikologi, maka
psikologi sosial juga merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang baru timbul
dalam masyarakat modern.
3. Konsep Psikologi Sosial Dan Hubungannya Dengan Moral
Proses sosial sebenarnya timbul bila terjadi pertemuan antara dua orang
atau kelompok serta membentuk sistem-sistem hubungan atau terjadi
perubahan-perubahan bila cara hidup yang telah ada diganggu. Masyarakat dan aspek
dinamikanya terdiri atas individu dan kelompok dalam interaksi.
Psikologi sosial tidak bermaksud membuktikan keabsahan teori saja,
misalnya dengan menyesuaikan apa yang dilakukan oleh teks dengan apa yang
dilakukan oleh pengarang. Dengan memusatkan perhatian pada tokoh-tokoh,
maka akan dapat menganalisis konflik batin yang mungkin bertentangan dengan
teori psikologi sosial. Wellek dan Warren (1962: 92 – 93) dalam sebuah karya
sastra yang berhasil, psikologi sosial sudah menyatu dengan karya seni.
Psikologi sosial sangat mempengaruhi keberadaannya ditengah-tengah
4. Peristiwa-peristiwa kejiwaan
Yang termasuk dalam peristiwa kejiwaan (psikologi) adalah:
1 Persepsi
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses
penginderaan yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh
individu melalui alat indera.
2. Bayangan
Istilah bayangan sering disebut dengan istilah tanggapan. Dalam persepsi
telah dikemukakan bahwa dengan perantara alat indera, orang dapat
menyadari tentang hal-hal atau keadaan yang ada disekitarnya.
3. Fantasi
Yang dimaksud dengan fantasi adalah kemampuan jiwa untuk
membentuk tanggapan-tanggapan atau bayangan baru.
4. Ingatan
Ingatan dipandang sebagai hubungan antara pengalaman dengan masa
lampau. Dengan adanya kemampuan mengingat pada manusia, hal ini
menunjukkan bahwa manusia mampu menerima, menyimpan dan
menimbulkan kembali pengalaman- pengalamann yang dialaminya.
5. Berpikir
Merupakan kemampuan kemampuan manusia untuk membentuk konsep
atau pengertian akan sesuatu.
6. Perasaan dan emosi
> Perasaan adalah keadaan atau state individu sebagai akibat dari
> Emosi merupakan reaksi yang kompleks yang mengandung aktivitas
dalam kejasmanian serta berkaitan dengan perasaan.
7. Motif
Motif berasal dari bahasa latin movere yang berarti bergerak. Karena itu
motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri manusia yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
2.2. Moral
2.2.1 Defenisi moral
Menurut Suseno (1989: 2-3) moral adalah suatu pengukur apa yang baik
dan buruk dalam kehidupan suatu masyarakat. Sedangkan etika adalah
keseluruhan norma dan penilaian yang digunakan masyarakat bersangkutan untuk
mengetahui bagaimana seharusnya manusia menjalankan kehidupannya. pesan
moral dapat disampaikan melalui beberapa cara antara lain : melalui perbuatan,
kata-kata yang secara gamblang diungkapkan, khayalan, dan lain-lain.
Zaman ini ditandai oleh perubahan pesat dalam banyak bidang kehidupan
masyarakat. Perubahan itu embawa kemajuan maupun kegelisahan pada banyak
orang. Yang paling mencolok adalah bahwa komunikasi dan informasi
antar-daerah dan antar-bangsa berkembang begitu pesat sehingga dunia terasa semakin
kecil. Orang bahkan sudah kerap meliha keadaan ruang angkasa yang dahulu
hanya dapat dibayangkan dan diimpikan.
Salah satu hal yang menggelisahkan adalah masalah moral. Perubahan
pesat dibanyak bidang menimbulkan banyak perubahan sekitar moral. Banyak
bidang yang paling dilanda perubahan pesat. Norma – norma lama terasa tidak
menyenangkan lagi, atau bahkan dirasa usang dan tidak dapat dijadikan pegangan
sama sekali. Oang juga tidak dapat hanya lari pada hati nurani, karena hati
nuranipun merasa tidak berdaya menemukan kebenaran apabila norma – norma
yang biasanya dipakai sebagai landasan pertimbangan menjadi serba tidak pasti.
Dalam situasi seperti itu kita harus dapat mengambil sikap. Seseorang
harus bisa merumuskan kembali norma- norma tradisional di bidang norma.
Bagaimana kita harus merumuskan kembali norma – norma lama maupun
perkembangan – perkembangan baru untuk menemukan kebenaran yang dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan norma yang berlaku dan dianggap benar
dalm kehidupan sehari-hari.
Di dalam kehidupan sehari-hari ada tiga system norma moral yang ada
didalm kehidupan, adapun ketiga sistem norma moral yang secara tradisional
ditawarkan, yakni norma berdasarkan keyakinan atau kewajiban mutlak, norma
berdasarkan tujuan perbuatan atau norma berdasarkan hubungan – hubungan
dengan orang lain. Untuk mencari kebenaran moral secara tepat, ketiga sistem
nilai moral tersebut harus dipadukan. Penilaian moral atas sikap maupun
perbuatan harus dilihat dari kewajiban yang muncul dari halnya sendiri, dari
tujuan yang hendak dicapai, dan dari mutu hubungan – hubungan dengan sesama
yang tersangkut dalam sikap atau tindakan tersebut. Dengan demikian penilaian
moral menjadi teliti dan seimbang, bahkan mampu melayani hidup bersama.
Hak lain yang perlu disadari sejak awal penilaian moral adalah bahwa
moral yang menyangkut individu mesti dibedakan dari moral yang menyangkut
punya kaitan dengan orang lain. Tetapi kaitan itu tidak sekuat pada moral sosial
yang langsung menyangkut orang banyak. Salah satu contoh moralitas, masturbasi
misalnya, tidak menyangkut begitu banyak orang lain bila dibandingkan dengan
moralitas sistem politik atau sistem ekonomi. Karena itu tuntutan terhadap
moralitas sistem – sistem sosial mesti lebih diperhatikan dibandingkan dengan
tuntutan terhadap moral seksual individual.
Untuk membicarakan masalah – masalah moral yang begitu luas,
dibutuhkan pembagian perhatian langkah demi langkah menurut bidang – bidang
yang berbeda. Setelah melihat dasar – dasar moral yang paling penting, kita dapat
melangkah ke moral hidup, moral seksual, moral perkawinan dan akhirnya moral
sosial. Dengan cara itu dapat dibicarakan banyak masalah moral tanpa tenggelam
didalamnya sehingga tidak mampu lagi melihat arah pembicaraan. Yang penting
ialah bahwa kita tetap sadar, pembagian perhatian itu dalam kenyataan konkret
hanya berkaitan pada segi – segi saja. Sebab pada kenyataan kehidupan sehari –
hari manusia mengalami semua itu bersama – sama: soal hidup, soal seks, soal
perkawinan dan soal sosial.
Norma moral memang harus dikembalikan sampai pada nilai – nilai yang
hakiki, tidak hanya pada soal kepraktisan. Agar lebih memahami dan ikut berpikir
tentang suatu masalah, maka kita harus berfikir secara rasional. Selain itu yang
perlu diperhatikan adalah yang menyangkut kehendak Tuhan sendiri. Sebagai
orang yang berketuhanan dan berprikemanusiaan, mau tidak mau rasionalitas kita
diperkaya oleh keyakinan iman dan keyakinan tentang martabat luhur manusia.
keTuhanan dan perikemanusiaan secara esplisit, terutama bila masalahnya
menyangkut martabat manusia yang paling inti sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
2.2.2. Jenis-jenis Moral 2.2.2.1. Moral Hidup
Hidup selayaknya dilihat sebagai anugerah Tuhan yang sangat
berharaga. Karena itu kita terpanggil untuk memelihara dan melindungi
kehidupan sejauh mungkin. Pemeliharaan kehidupan juga merupakan salah
satu bentuk rasa syukur atas anugerah tersebut. Maka manusia dalam
keadaan manapun, harus kita hargai sesuai dengan martabatnya yang luhur
itu.
a. Awal Hidup Seorang Manusia
Dewasa ini ada beberapa pendapat yang berbeda tentang saat yang
tepat mulainya hidup seorang manusia. Diantara pendpat – pendapat itu ada
3 pendapat yang mempunyai argumentasi kuat, sehingga cukup sulit kita
tentukan manakah pendapat yang paling sesuai dengan kebenaran. Pendapat
pertama menyatakan bahwa hidup seorang manusia sudah dimulai sejak
terbentuknya sel pertama hasil pertemuan sperma suami dan sel telur istri.
Pendapat kedua menyatakan bahwa hidup seorang manusia barulah
mulai sekitar 11 hari setelah pembuahan, yakni ketka muncul individualitas
yang jelas, ketika kumpulan sel – sel itu tidak mungkin lagi terpisah menjadi
beberapa anak kembar. Sedangkan pendapat ketiga menyatakan bahwa
hidup khas manusia barulah muncul ketika embrio berusia sekitar 20-40
b. Pengadaan Anak Secara Buatan
Kemajuan teknologi tidak hanya dimanfaatkan untuk mencegah
kehamilan, melainkan juga untk mengadakan anaka secara buatan, artinya:
tanpa hubungan seks antara suami dan istri. Masalah pokok dari segi moral
seringkali sudah muncul pada kenyataan utama itu, apakah dapat dibenarkan
bahwa manusia mengadakan anak tanpa hubungan seks suami-istri. Bukankah
hubungan seks merupakan cara yang sesuai dengan kodrat yang sudah
ditentukan oleh Tuhan sendiri bila Ia memanggil pria-wanita menjadi
suami-stri.
Cara pertama untuk mengadakan anak tanpa hubungan seks adalah
dengan inseminasi, yakni dengna memasukkan sperma kedalam rahim wanita
ketika ia sedang subur, ketika ada sel telur yang masak didalam saluran
telurnya. Cukup banyak moaralis yang tidak keberatan terhadap inseminasi
buatan asal sperma diambil dari suami sendiri dan suami-istri itu memang
tidak mampu memperoleh anak dengan hubungan seksual.
c. Pemeliharaan Kehidupan dalam Rahim
Sejak pembuahan atau paling lambat setelah embrio berhasil
membentuk otak pada hari ke-20 sampai ke-40 setelah pembuahan, hidup
manusia baru itu harus dilindungi sebaik mungkin. Yang paling berhak dan
berkewajiban melindungi anak tersebut adalah ibunya sendiri, yang
mengandungnya. Kecuali itu, ia juga harus dilindungi oleh ayahnya, oleh
negara, agama, dan seluruh masyarakat.
Seorang wanita hamil, seringkali tidak tahu dengan tepat cara
mampu perlu membantunya. Tenaga medis misalnya, terpanggil untuk
membantu para ibu agar mereka mampu memelihara kehamilan sebaik
mungkin.
Mereka layak dibantu untuk mengetahui dengan tepat hal – hal yang
dapat membahayakan kehidupan janin misalnya merokok atau alcohol yang
berlebihan, buah – buahan yang memuat zat yang keras dan dapat merusak
janin, obat – obat keras yang dapat menimbulkan cacat.
d. Pemeliharan Kehidupan
Sejak lahir, bahkan sudah sejak dalam kandungan manusia hanya
dapat hidup dengan baik apabila ia sehat secara fisik maupun secara psikis.
Karena itu perlu kita sadari bahwa rasa syukur atas anugerah kehidupan yang
dihadiahkan oleh Tuhan itu harus tampak pula dalam usaha memelihara
kehidupan itu. Usaha itu meliputi berbagai tingkatan yakni memelihara
kesehatan, mencegah penyakit dan rasa sakit menyembuhkan penyakit dn
mengurangi rasa sakit, memulihkan kesehatan sesudah mendertia sakit, dn
mencegah kematian dalam bahaya maut.
Kiranya Tuhan tidak akan menuntut dari manusia untuk berbuat baik
melebihi kemampuannya yang senyatanya. Maka dapat kita rumuskan prinsip
umum tentang batas – batas usaha memelihara kehidupan kita dan kehidupan
sesama kita dengan usaha – usaha yang sesuai dengan kemampuan kita. Kita
bahkan bisa tetapi tidak tdak wajib secara moral memelihara kehidupan kita
atau kehidupan sesama dengan usaha - usaha luar biasa, asala tidak
e. Menghayati akhir Kehidupan
Betapapun orang menjaga kesehatan dan menjaga segala penyakit
akhirnya ia juga akan mati. Karena keterbatasannyasebgi makhluk, manusia
harus menerima kenyataan yang tidak membahagiakannya itu. Justru dari
keniscayaan kematian itulah manusia menyadari diri sebagai makhluk ciptaan
yang terbatas, tergantung pada kehendak Pencipta. Tuhan itulah yang
berkuasa atas hidup dan kematian kita.
Secara sederhana orang menyebut kematian sebagai saat orang
menghembuskan nafasnya yang terakhir, atau saat jantungnya berhenti
berdetak. Pernyataan sederhana itu secara ilmiah kurang tepat. Sebab orang
yang berhenti bernafas dapat tetap hidup bila ia dibantu dengan pernafasan
buatan, sedang orang yang jantungnya berhenti berdetakpun dapat tetap hidup
dengan bantuan alat pacu jantung atau dengan transplantasi jantung. Karena
itu secara ilmiah para ahli mengambil norma kematian manusia yang lebih
tegas dan pasti, yakni saat berhentinya fungsi otak. Bila otak mati, orang tak
mungkin hidup terus atau hidup lagi, walaupun para ahli menggunakan alat
bantu yang paling canggihpun.
Beberapa ahli baru mau menegaskan kematian seseoran bila seluruh
otaknya sudah tidak berfungsi sama sekali. Tetapi ada juga ahli yang sudah
mau menyatakan kematian seseorang apabila bagian otak yang khas manusia
2.2.2.2. Moral Seksual
Akhir – akhir ini, hampir diseluruh dunia, tampak kecenderungan
masyarakat, terutama kaum muda untuk membebaskan diri dari norma –
norma lama dibidang seksual. Mereka menganggap bahwa masalah seks
bukanlah sesuatu yang tabu untuk dibicarakan dimuka umum, dan sebagian
lagi bahkan merasa bahwa orang boleh saja menunjukan kemesraan
ditempat ramai.
Media masa pun secara gencar membebaskan diri dari kekangan –
kekangan tradisional dan mulai mengekspos berbagai skandal maupun
pandangan – pandangan baru dibidang seks. Karena itu perlu dicari norma
baru dibidang ini, yang lebih mengutamakan isi daripada rumusan. Nilai –
nilai luhur dari seks perlu tetapi dilestarikan, sedang rumusannya dapat saja
dibaharui agar lebih mudah dipahami.
Sebaiknya seks dan seksualitas dibedakan meskipun sangat
berhubungan erat. Purwa Hadiwardoyo dalam moral dan masalahnya (1990:
42) Seks adalah alat kelamin dan hal – hal yang menyangkut alat kelamin
itu. Sedangkan seksualitas adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
kepribadian sebagai pria atau sebagai wanita. Maka seksualitas jauh lebih
luas daripada seks. Seks hanyalah salah satu bagian dari seksualitas.
Seperti halnya kehidupan manusia seluruhnya adalah anugerah
Tuhan yang layak dihayati menurut kehendakNya, demikian pula seksualitas
merupakan hadiah Tuhan yang perlu kita hayati sesuai dengan maksud
Tuhan ketika menciptakan seksualitas bagi kita . Sejak dalam kandungan
Seks juga merupakan hadiah dari Tuhan. Tanpa seks, manusia tidak
dapat hidup sewajarnya, bahkan tidak dapat hidup secara sehat. Alat kelamin
sudah penting peranannya sejak kita lahir. Maka layaklah bahwa manusia
berusaha untuk setia pada rencana Tuhan itu. Seks dan seksualitas berguna
untuk kebahagian pribadi maupun untuk kepentingan sesame, bahkan untuk
seluruh umat manusia. Seksualitas, termasuk seks didalamnya,
dianugerahkan untuk membahagiakan sesama sebagai ungkapan kasih
sayang dan untuk memungkinkan penerusangenerasi manusia. Tetapi sesuai
dengan perkembangan zaman, moral manusia juga mengalami kemerosotan.
Demikian juga halnya dengan seksualitas. Terutama pada saat sekarang
banyak terjadi penyimpangan seks yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
dalam kehidupan seseorang sebagai makhluk sosial.
2.2.2.3. Moral Perkawinan.
Sebagian besar dari umat manusia sepanjang sejarah hidup dalam
lembaga perkawinan. Mereka yang tidak menikah pun pada umumnya
cukup lama hidup dalam keluarga. Karena itu masalah perkawinan
menyangkut kepentingan semua orang. Maka moral perkawinan juga layak
menjadi salah satu sasaran perhatian kita.
) Perkawinan Sebagai Lembaga Masyarakat
Sudah sejak lama perkawinan menjadi lembaga masyarakat, yakni
kenyataan diakui, diatur, dan dilindungi oleh masyarakat. Dahulu
aturan masyarakat mungkin lebih sedikit tetapi lebih ketat. Tapi akhir
masyarakat terhadap lembaga perkawinan bercorak dinamis.,
mengikuti perkembangan masyarakat dibidang – bidang lain.
Peraturan atau ketentuan masyarakat tentang lembaga perkawinan
pertama – tama menyangkut hakikat perkawinan. Masyarakat juga
menentukan ciri – ciri perkawinan yang mereka anggap baik.
Sebagian besar masyarakat modern lebih menghargai suami-istri
yang perawinannya monogam dan tidak terputus oleh perceraiaan.
Memang tetap ada kemungkinan bagi suami-istri untuk bertindak lain,
tetapi kemungkinan itu juga hanya dibuka dengan syarat – syarat
khusus dan seringkali dikenei sanksi khusus pula.
) Perkawinan Sebagai Lembaga Hukum Negara
Mengingat pentingnya keluarga – keluarga bagi kesehjahteraan
seluruh bangsa, kebanyakan negara modern mengakui perkawinan
sebagai suatu lembaga hukum negara. Negara ikut mengakui,
mengatur, dan melindungi lembaga perkawinan warganya. Dalam
negara yang masyarakatnya bersifat majemuk, negara sering
merasakan mendesaknya ketentuan – ketentuan yang agak seragam
tentang perkawinan bagi semua warganya. Sebab dapat timbul
kekaburan hukum, apabila warga negara hanya mengikuti ketentuan –
ketentuan khas dari masing – masing suku atau agamanya. Terutama
) Perkawinan Sebagai Lembaga Agama
Kebanyakan agama juga telah melembagakan perkawinan. Agama
– agama itu tidak hanya memberikan pedoman – pedoman moral,
melainkan juga memberi hukum – hukum dibidang perkawinan. Huku
– hukum itu misalnya menyangkut hal persiapan nikah, peneguhan
nikah, proses perpisahan sementara, dan perkwinan kedua sesudah ada
perceraian.
Umat beragama seringkali bahkan tidak mampu lagi membedakan
kaidah – kaidah moral dari ketentuan –ketentuan hukum dari
agamanya sendiri. Apa yang dilarang hukum seringkali disamakan
begitu saja dengan apa yang tidak layak secara moral.
Seperti masyarakat maupun negara, agama juga melihat
perkawinan sebagai ikatan erat antara pria dan wanita, yang antara lain
menghalalkan hidup bersama dan senggama serta mengesahkan anak
-anak dari keduanya. Tetapi selain itu, kebanyakan agama juga melihat
nilai yang lebih luur lagi dari perkawinan, misalnya sebagai kenyataan
yang suci, kenyataan yang memuat nilai sakral, kenyataan yang
mendekatkan suami-istri dengan Tuhan sendiri.
Karena itulah agama – agama mengenal juga adanya ibadat yang
menyertai perkawinan para warganya. Perkawinan tidak hanya
diteguhkan secara hukum, melainkan juga dirayakan dalam ibadat atau
) Perkawinan Sebagai Panggilan Hidup
Walaupun sebagian besar dari manusia terpanggil untuk hidup
berkeluarga, harus diakui pula bahwa beberpa orang terpanggil untuk
hidup tanpa menikah. Hidup berkeluarga yang baik mengajukan
beberapa tuntutan pada suami-istri. Tuntutan yang tampaknya paling
dangkal namun begitu mutlak yaitu kemampuan untuk berhubungan
seksual.
Seseorang yang tidak mampu sama sekali untk berhubungan
seksual harus sadar bahwa keadaannya layak ditafsirkan sebagai tanda
bahwa ia tidak dipanggil untuk menikah. Sebab pernikahan bukanlah
semata – mata janji untuk menjadi sahabat atau teman hidup,
malainkan juga janji untuk memberikan diri seluruhnya kepada teman,
termasuk pula hak atas hubungan seksual. Maka seseorang yang
impotent meman layak dilarang untuk menikah secara sah.
) Perkawinan Sebagai Persekutuan Hidup
Dengan perkawinan, pria dan wanita menjadi teman hidup untuk
seumur hidup. Mereka mempersekutukan diri dengan seluruh pribadi,
jiwa dan raga. Hubungan seksual tidak hany menyangkut alat kelamin,
melainkan juga perasaan kemauan dan pikiran. Maka hubungan
seksual harus tetap dipandang sebagai hak khusus suami-istri tanda
kepastian kehendak untuk bersekutu seumur hidup.
Suami-istri kemudian mempersekutukan diri dengan hidup di satu
membentuk kepribadian orang, memberikan ketenangan dan
kegembiraan hidup. Maka dengan bertempat tinggal di satu rumah
suami-istri secara sadar atau tidak, semakin bersekutu. Suami atau istri
yang menganggap bahwa rumah adalah hanya milik mereka sendiri
saja membangun dalam dirinya mentalitas yang keliru, mentalitas yang
bertentangan langsung dengan maksud perkawinannya.
2.2.2.4. Moral Sosial
Manusia adlah makhluk sosial, makhluk yang berkembang dengan
pengaruh banyak orang lain., dan kehadirannya sendiri pun juga ikut
mempengaruhi perkembangan pribadi orang lain. Perkembangan individu
terjadi dalam hubungan – hubungan antarpribadi. Sebaliknya individu pun
dapat berkurang mutunya karena pengaruh orang – orang lain. Karena
hubungan – hubungan dalam masyarakat itu begitu kompleks, kiranya baik
kalau penilaian moral terhadap hubungan – hubungan itu kita laksanakan
segi demi segi. Namun harus tetap diingat bahwa segi yang satu dalam
kenyataan selalu berkaitan erat dengan segi – segi yang lain.
Yang biasa disebut sebagai bidang atau masalah sosial adalah bidang
kemasyarakatan yang tidak termasuk secara langsung dalam bidang
ideologi, politik, ekonomi, budaya, pertahanan dan keamanan. Bidang sosial
misalnya menyangkut beberapa bidang sekaligus. Keadaan sosial menjadi
masalah dibanyak tempat, baik dinegara maju maupun dinegara yang sedang
antara penduduk yang menikmati kekayaan dan kekuasan, sementara
penduduk lainnya menderita serba kekurangan.
Biasanya ketidakadilan sosial itu bersifat struktural artinya,
merupakan kenyataan yang diakibatkan oleh struktur sosial-politik-ekonomi
yang berlaku., sehingga perbaikan hanya mungkin dengan perbaikan dalam
sturktur yang berlaku.
2.2.3. Prinsip-Prinsip Dasar Moral
Setiap orang tumbuh dalam dunia yang telah memiliki pertimbangan
moral. Pertimbangan ini dilakukan setiap hari oleh setiap orang dengan
memperhatikan perilaku setiap orang yang lain. Namun demikian standar moral
yang dimiliki setiap orang mungkin tidak sama persis dalam semua hal dengan
apa yang dimiliki orang lain.
Salah satu unsur dari perkembangan moral adalah masalah kesadaran
moral yaitu cara-cara seseorang menilai mengenai apa yang seharusnya dilakukan,
motivasi-motivasi yang mendasari tingkah laku seseorang serta kepuasan batin
yang ingin dicapai. Perbuatan yang dilakukan pada setiap tingkatnya akan
menimbulkan kepuasan yang berbeda-beda secara moral.
Moral dan etika memiliki hubungan yang erat dan hanya terdapat sedikit
perbedaan. moral adalah suatu pengukur apa yang baik dan buruk dalam
kehidupan suatu masyarakat. Sedangkan etika adalah keseluruhan norma dan
penilaian yang digunakan masyarakat bersangkutan untuk mengetahui bagaimana
Etika memiliki hubungan yang sama dengan psikologi dan praxeologi(
teori umum tentang tindakan manusia). Dan sebenarnya etika itu merupakan salah
satu ilmu moral. Moral, agama, hukum, adat, tata krama, dalam masyarakat
primitif ada sebagai satu kesatuan yang tidak terbedakan. Yang berkembang
sampai saat ini adalah bahwa moral masih sangat kuat terikat dengan akar agama,
bersifat asketik, dan kuat.
Aturan moral merupakan aturan yang paling kondusif bagi kerjasama
sosial. Fungsi moralitas sebagaimana dikemukakan Toulmin dalam Dasar-dasar
moralitas ( 2003: 162) ‘untuk menghubungkan perasaan dengan perilaku kita
dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi tujuan dan keinginan
setiap orang seharmonis mungkin’. Artinya untuk dapat hidup rukun dan
berdampingan dengan orang lain, moral dan cara seseorang bertingkah laku
menjadi hal yang sangat penting.
2.2.4. Moral dalam Interaksi Antarmasyarakat
Interaksi sosial merupakan proses sosial yang mendasari proses- proses
lain dan merupakan syarat mutlak untuk berbagai jenis aktivitas-aktivitas sosial.
Jenis-jenis proses sosial yang lain hanya merupakan bentuk khusus dari interaksi
sosial berbagai jenis.
Menurut Purwa Hadiwardoyo dalam moral dan masalahnya (2003: 15) Yang
dimaksud dengan interaksi sosial adalah hubungan yang dilakukan antara individu
dengan individu lain atau dengan kelompok sosial masyarakat lain dalam ruang
lingkup yang lebih besar. Tetapi walaupun tanpa ucapan sepatah katapun, tanpa
menunjukkan suatu gerakan telah dimulai juga interaksi karena alat indera telah
semua tanda ini,masing-masing saling menerima impressi dan impressi inilah
yang kemudian menjadi dasar,walaupun hanya untuk sementara. Interaksi sosial
timbul dalam 2 kondisi, yaitu:
1. Kontak Sosial
Kata kontak bersal dari bahasa latin, con (cum) yang berarti bersama dan
kata tango yang berarti menyentuh. Maka secara etimologi berarti saling
bersentuhan kontak sosial merupakan fase pertama dari interaksi sosial walaupun
penyentuhan fisik dalm kontak sosial bukan merupakan keharusan, perlu
diperhatikan, bahwa penyentuhan fisik merupakan perangsang yang tidak sedikit
artinya dalam memupuk interaksi sosial.
Penyentuhan fisik itu sudah lazim dimana-mana bahkan dapat merupakan
tata cara etiket kehidupan untuk melancarkan jalan-jalan menuju interaksi
sosial.misalnya saling bersalaman, saling berangkulan, berciuman pipi, mencuci
kaki secara simbolik, dan sebagainya. Walupun penyentuhan fisik itu merupakan
hal yang lazim dan meluas dalam interaksi dengan orang lain, tetapi harus diingat
bahwa hampir semua media dapat dipergunakan untuk mncapai impressi -
impressi sensoris. Walaupun mungkin ada kalangan masyarakat tertentu yang
menolak cara berinteraksi seperti itu, namun suatu senyuman, kerlingan mata,
lambaian tangan, gerakan tubuh, siulan, cubitan, siulan, dan sebagainya juga
dapat digunakan untuk kontak sosial.
Perlu diperhatikan bahwa pembentukan kontak itu tidak hanya
mengandung inisiatif melalui suatu tanda tetapi juga dapat berrti suatu respons.
1. Kontak Langsung
Kontak langsung atau disebut juga primer adalah kontak face to face(
berhadapan langsung). Disini terjadi impressi (kesan) timbal balik dari satu pihak
yang langsung timbul pada indera pihak lain. Memberi respons dengan melihat,
menyentuh, pihak lain atau dengan kelompok mana seseorang itu melakukan
kontak mampu memberi jawaban kepada pihak lain tersebut.
2. Kontak Tak Langssung
Kontak tak langsung atau sekunder mengandung interposisi atau perantara
yang berupa orang lain atau salah satu alat kebudayaan. Yang menjadi perbedaan
antara kontak langsung dan kontak tak langsung ialah bahwa kontak tak langsung
imprssi sensorisnya terbatas.
2. Komunikasi
Kalau interaksi antarmanusia itu hanya berupa reflex atau insting saja,
maka kehidupan manusia itu akan menjadi sederhana, karena suatu interaksi
hanya menimbulkan suatu reaksi yang otomatis.
Alat yang paling lazim digunakan dalam berkomunikasi adalah bahasa. Dengan
menggunakn bahasa seseirang akan dapat saling bertukar pikiran dengan orang
lain.
Dalam beriteraksi dengan orang lain, moral menjadi hal yang sangat
penting dalam menentukan diterima atau tidak kita ditengah-tengah kehidupan
bermasyarakat. Seseoramg yang dianggap bermoral akan dihargai dan bahkan
mungkin dapat menjadi teladan bagi orang lain. Namun sebaliknya, seseorang
Secara universal, patokan moral diseluruh dunia itu sebenarnya sama.
Menurut Suseno (1989: 2-3) moral adalah suatu pengukur apa yang baik dan
buruk dalam kehidupan suatu masyarakat. Sedangkan etika adalah keseluruhan
norma dan penilaian yang digunakan masyarakat bersangkutan untuk mengetahui
bagaimana seharusnya manusia menjalankan kehidupannya. pesan moral dapat
disampaikan melalui beberapa cara antara lain : melalui perbuatan, kata-kata yang
secara gamblang diungkapkan, khayalan, dan lain-lain.
2.2.5. Cara Penyampaian Pesan moral
Dalam menyampaikan amanat atau pesan, pengarang novel atau cerita
rekaan menggunakan cara penyampaian langsung dan tidak langsung.
Penyampaian langsung yaitu secara langsung mendeskripsikan perwatakan
tokoh-tokoh dalam cerita dengan “memberitahukan”. Sedangkan penyampaian tak
langsung yaitu penyampaian pesan secara tersirat, terpadu dalam unsur cerita
lainnya. Pembaca dituntut untuk menentukan sendiri petunjuk, petuah dan
keteladanan melalui teks yang dibaca.
2.3. Novel
2.3.2. Novel Sebagai Genre Sastra
Sastra menurut Luxemburg ( 1986 : 9) adalah sebuah nama yang dengan
alasan tertentu diberikan kepada sejumlah hasil tertentu dalam suatu lingkungan
kebudayaan. Sastra juga merupakan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya
(adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai
Dalam kesusastraan dikenal bermacam – macam jenis sastra ( Genre).
Genre sastra dari zaman ke zaman selalu mengalami perubahan, karena itu teori
sastra selalu berusaha untuk mencari sebuah konvesi yang tepat sesuai dengan
perkembangan sastra. Genre sastra ini terjadi karena adanya konvesi yang berlaku
pada sebuah karya sehingga membentuk ciri tertentu ( Warren dan Wellek, 1995
:298).
Secara umum Genre Sastra yang dikenal adalah puisi, prosa dan drama.
Drama Kesusastraan mengenal prosa sebagai sal;ah satu Genre Sastra disamping
Genre – genre yang lain. Prosa sering pula disebut fiksi (Fiction) yang berasal
dari bahasa latin fictio atau fictum yang berarti membentuk, membuat,
mengadakan, menciptakan (Henry Guntur, 1993 : 120).
Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro ( 1998 : 2) istilah fiksi dalam
pengertiannya berarti cerita rekaan atau cerita khayalan. Hal ini disebabkan fiksi
merupakan karya naratif yang isinya tidak mengarah pada kebenaran sejarah.
Dengan demikian karya fiksi merupakan suatu karya yang menceritakan sesuatu
yang bersifat rekaan atau khayalan, sesuatu yang tidak ada dan tidak terjadi
sungguh-sungguh sehingga tidak perlu dicari kebenarannya dalam dunia nyata.
Salah satu bentuk karya fiksi yang terkenal saat ini adalah novel. Novel
adalah karya sastra yang mengandung nilai-nilai keindahan dan
kehidupan.nilai-nilai keindahan yang terdapat didalamnya memberikan kenikmatan dan manfaat
bagi pembacanya.
Ditinjau dari segi etimologi , novel berasal dari bahasa latin yaitu novelis
Novel merupakan salah satu ragam dari prosa. Novel juga merupakan
genre yang dapat mencerminkan kebudayaan. Novel diartikan sebagai sebuah
cerita pendek dalam bentuk prosa yang bersifat fiksi, tidak panjang dan tidak
terlalu pendek.
Ciri novel yang khas adalah menyampaikan permasalahan yang kompleks
secara penuh dan juga mampu untuk mengkreasikan sebuah dunia nyata. Dalam
Semi (1993:32) novel mengungkapkan suatu konsentrasi kehidupam pada suatu
saat yang tegang, dan pemusatan kehidupan yang tegas. Novel juga merupakan
karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih mendalam
dan disajikan dengan halus.
Poerwadaminta ( 1996: 694) menyatakan bahwa novel adalah karangan
prosa yang panjang, mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan
orang yang disekelilingnya dan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.
Menurut HB Jassin( 1976 : 78), novel menceritakan suatu kejadian yang
luar biasa dari kehidupan orang luar biasa, karena kejadian ini terlahir suatu
konflik, suatu pertikaian yang mengalih jurusan dalam mana seakan - akan
seluruh kehidupan mereka tiba – tiba benderang terhampar dihadapan kita.
Dengan pendapat yang sedikit berbeda Tarigan ( 1991 : 164) mengemukakan
bahwa novel adalah suatu cerita dengan alur cukup panjang mengisi satu buku
atau lebih menggarap kehidupan pria dan wanita yang bersifat imajinatif. Dalam
arti yang lebih meluas Sumardjo dan Saini KM ( 1998 : 29) mengatakan bahwa
novel adalah cerita dengan alur atau plot yang kompleks, karakter yang banyak,