• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Penyakit Jantung Koroner Komplikasi Hiperlipidemia

2.3.7 Terapi Farmakologi

2.3.7.5 Ezetimib

Ezetimibe mampu mengikat perbatasan membran dari vili usus kecil, yang mengurangi pengiriman kolesterol dari kecil usus untuk hati dengan menghambat penyerapan kolesterol usus, sehingga mengurangi kolesterol di hati dan meningkatkan klirens kolesterol dari darah. Tidak seperti pengikat resin asam empedu dan statin, ezetimibe tidak meningkat sekresi asam empedu atau menghambat sintesis kolesterol di hati. meskipun ezetimibe monoterapi biasanya kurang cenderung menyebabkan hati kerusakan, tampaknya akan kalah dengan statin dalam mengurangi lipid darah. Karena itu, ketika digunakan sendiri, ezetimibe mungkin memiliki terapi yang tidak memuaskan Efek pada pasien hiperkolesterolemia yang membutuhkan intensif lipid-memodifikasi terapi.

Dengan demikian, di baru-baru ini tahun, studi meningkat menunjukkan terapi

kombinasi dengan ezetimibe dan obat penurun lipid lainnya (termasuk statin) mengerahkan keberhasilan terapi yang lebih baik tanpa meningkatkan efek samping pada pasien dengan risiko untuk risiko kardiovaskular (Acta, 2016).

Ezetimib mengganggu penyerapan kolesterol dari perbatasan usus, dan menjadi pilihan yang baik untuk terapi tambahan. Hal ini disetujui sebagai baik monoterapi dan untuk digunakan dengan statin. Dosisnya adalah 10 mg sekali sehari, diberikan dengan atau tanpa makanan. Kapan digunakan sendiri, itu menghasilkan pengurangan 18% kolesterol LDL. Ketika ditambahkan ke statin, ezetimib menurunkan LDL sekitar 12% – 20%. (Dipiro, 2009).

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif, yakni penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran atau deskripsi suatu keadaan secara objektif. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif dimana peneliti akan mengkaji informasi dan mengumpulkan data yang telah ada sebelumnya lalu data tersebut ditelaah (Notoatmodjo, 2010).

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilakukan selama 2 (dua) bulan pada bulan Juli 2016 – Agustus 2016 di rumah sakit Martha Friska Pulo Brayan Kota Medan. Alasan pemilihan tempat adalah:

a. Belum pernah dilakukan penelitian tentang telaah masalah terapi obat pada pasien penyakit jantung koroner komplikasi hiperlipidemia di Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan Kota Medan.

b. Populasi dan sampel penelitian di Rumah sakit Martha Friska Pulo Brayan Kota Medan cukup memadai sehingga memudahkan untuk dilakukan penelitian.

3.3 Subjek Penelitian 3.3.1 Populasi

Populasi yang dimaksud di dalam penelitian ini adalah data rekam medik pasien penyakit jantung koroner komplikasi hiperlipidemia di Rumah Sakit

Martha Friska Pulo Brayan Kota Medan. Sampel yang diambil haruslah memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi.

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel. Kriteria ekslusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil menjadi sampel (Notoatmodjo, 2010).

Adapun yang menjadi kriteria inklusi adalah rekam medik pasien penyakit jantung koroner komplikasi hiperlipidemia yang menjalani rawat inap dimana di dalam rekam medik tersebut terdapat data seperti riwayat pengobatan, data klinik dengan atau tanpa data laboratorium pendukung. Sedangkan yang menjadi kriteria eksklusi adalah rekam medik yang tidak seperti disebutkan di dalam kriteria inklusi.

3.3.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.3.2.1 Kriteria Inklusi

Adapun yang menjadi kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Rekam medik pasien penyakit jantung koroner komplikasi hiperlipidemia di Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan Kota Medan yang meliputi data hasil pemeriksaan pada pasien terdiagnosis penyakit jantung koroner dan hiperlipidemia (LDL, kolesterol total, dan trigliserida yang melebihi normal)

b. Terapi obat yang telah dikonsumsi oleh pasien penyakit jantung koroner komplikasi hiperlipidemia.

3.3.2.2 Kriteria Eksklusi

Adapun yang menjadi kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah rekam medik pasien tidak memiliki penyakit jantung koroner dan hiperlipidemia di Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan Kota Medan

3.3.3 Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara acak sederhana (Simple Random Sampling) dimana semua anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010).

Untuk jumlah sampel, peneliti menggunakan rumus Slovin (Sevilla, 1960), yakni:

Dimana : n : jumlah sampel

N : jumlah populasi

e : batas toleransi kesalahan (error tolerance), misalnya 10%

Berdasarkan rumus Slovin diatas, maka jumlah sampel yang didapat dari populasi yang berjumlah 397 dengan batas toleransi kesalahan 10% adalah 100 rekam medik pasien penyakit jantung koroner komplikasi hiperlipidemia yang dirawat di Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan Kota Medan.

N n

1 N e2

3.4 Instrumen Penelitian 3.4.1 Sumber Data

Sumber data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa rekam medik pasien penyakit jantung koroner komplikasi hiperlipidemia di Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan Kota Medan periode Januari 2015 – Desember 2015.

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan rekam medik pasien penyakit jantung koroner komplikasi hiperlipidemia di Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan Kota Medan periode Januari 2015 – Desember 2015.

Data yang dikumpulkan kemudian dikelola dan diolah berdasarkan ketetapan yang telah dibuat sebelumnya. Data yang dikumpulkan kemudian diolah dan diidentifikasi berdasarkan karakteristik yang sama dari pasien, seperti jenis kelamin, usia, lama perawatan, diagnosa, dan catatan penggunaan obat. Masalah terapi obat yang terjadi dianalisa berdasarkan klasifikasi dari PCNE V5.01, yakni kontraindikasi pemakaian obat, indikasi tidak terobati, dan potensial interaksi obat.

3.5 Rencana Pengelolaan dan Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian akan dianalisis secara deskriptif.

Tabel dan grafik akan disajikan untuk menggambarkan data yang bersifat kuantitatif dan uraian akan disajikan untuk menggambarkan data yang bersifat kualitatif. Adapun rencana pengelolaan data penelitian akan digambarkan seperti ini:

Gambar 3.1 Skema Rencana Pengelolaan Data 3.6 Definisi Operasional

1. Penyakit jantung koroner adalah gangguan yang terjadi pada jantung akibat suplai darah ke jantung yang melalui arteri koroner terhambat.

2. Hiperlipidemia adalah suatu keadaan penyakit yang ditandai dengan meningkatnya kadar lipid darah (LDL) yang melebihi kadar normalnya.

3. Komplikasi adalah suatu keadaan dimana terdapat lebih dari satu faktor resiko penyakit pada seorang pasien pada saat yang bersamaan.

4. Pasien penyakit jantung koroner komplikasi hiperlipidemia yang dimaksud adalah semua pasien penyakit jantung koroner komplikasi hiperlipidemia yang ada di Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan Kota Medan Periode Januari 2015 - Desember 2015.

5. Terapi obat yang dimaksud adalah semua obat yang diberikan pada pasien penyakit jantung koroner komplikasi hiperlipidemia di Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan Kota Medan periode Januari 2015 – Desember 2015.

Pengumpulan Rekam Medik Pasien

Seleksi dan Pengelompokan Data

Identifikasi DRP

Analisis Data

Penarikan Kesimpulan

6. Kontraindikasi pemakaian obat adalah suatu masalah terapi obat dimana terdapat suatu obat yang diberikan kepada pasien namun obat itu memiliki pertentangan terhadap penyakit yang diderita oleh pasien.

7. Indikasi tidak terobati adalah suatu masalah terapi obat dimana pasien didiagnosa memiliki suatu penyakit namun tidak diberikan obat untuk mengatasi penyakit tersebut.

8. Potensial interaksi obat adalah suatu masalah terapi obat dimana bila kombinasi dua atau lebih macam obat diberikan secara bersamaan, maka kemungkinan akan munculnya interaksi obat bisa saja terjadi.

3.7 Langkah Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan dengan langkah-langkah seperti berikut:

1. Meminta rekomendasi Dekan Fakultas Farmasi USU untuk dapat melakukan penelitian di Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan Kota Medan.

2. Menghubungi Direktur Utama Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan Kota Medan untuk mendapatkan izin melakukan penelitian dan pengambilan data, dengan membawa surat rekomendasi dari fakultas.

3. Mengumpulkan data berupa rekam medis yang tersedia di Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan Kota Medan

4. Menganalisis data dan informasi yang diperoleh sehingga didapatkan kesimpulan dari penelitian.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Pasien Penderita Penyakit Jantung Koroner Komplikasi Hiperlipidemia

Berdasarkan hasil pengamatan data rekam medik pasien Penyakit Jantung Koroner Komplikasi Hiperlipidemia, diketahui bahwa jumlah pasien rawat jalan yang terdiagnosis penyakit jantung koroner komplikasi hiperlipidemia di Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan Kota Medan dalam rentang waktu Januari 2015 – Desember 2015 adalah 397 orang pasien. Dari data setiap rekam medik pasien tersebut diambil secara acak sebanyak 100 jumlah pasien penyakit jantung koroner komplikasi hiperlipidemia yang memenuhi kriteria inklusi sebagai objek penelitian yang meliputi jenis kelamin dan usia pasien.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap pasien penyakit jantung koroner komplikasi hiperlipidemia di Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan Kota Medan Periode Januari 2015 – Desember 2015 berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Karakteristik jenis kelamin pada pasien penyakit jantung koroner komplikasi hiperlipidemia di Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan Kota Medan periode Januari 2015 – Desember 2015.

No. Jenis Kelamin Jumlah Pasien Persentase (%)

1 Laki – laki 65 65%

2 Perempuan 35 35%

Total 100 100%

Berdasarkan hasil yang diperoleh, diketahui bahwa pasien penyakit jantung koroner komplikasi hiperlipidemia berjenis kelamin laki-laki (65%) lebih besar daripada yang berjenis kelamin perempuan (35%). Penelitian oleh Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI menunjukkan laki-laki banyak menderita penyakit jantung koroner komplikasi hiperlipidemia sebanyak 48,3%

dibandingkan perempuan (46,5%). Berdasarkan perbedaan pasien penyakit jantung koroner komplikasi hiperlipidemia pada laki-laki dan perempuan disebabkan oleh konsumsi makanan berlemak secara berlebihan (MenKes RI, 2013).

Berdasarkan usia, Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2007 adalah survei kesehatan nasional pada tingkat rumah tangga, representatif terhadap tingkat kabupaten/kota. Riskesdas ini dilaksanakan di semua provinsi di Indonesia (33 provinsi) dengan beberapa kabupaten terpilih dari setiap provinsi. Populasi yang dianalisa untuk studi ini adalah populasi yang berusia di atas 40 tahun (Riskesdas, 2007)

Tabel 4.2 Karakteristik usia pada pasien penyakit jantung koroner komplikasi hiperlipidemia di Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan Kota Medan periode Januari 2015 – Desember 2015.

No Usia Jumlah pasien Persentase (%)

1 < 40 tahun 6 6

2 40 – 60 tahun 50 50

3 > 60 tahun 44 44

Total 100 100

Berdasarkan kelompok umur pada Tabel 3.2 pasien yang paling banyak terdapat pada kelompok umur 56 - 65 tahun (39 %) dan jumlah pasien diatas 35

tahun ditemukan sebanyak 99 % dari 100 pasien penyakit jantung koroner komplikasi hiperlipidemia di rumah sakit Martha Friska Pulo Brayan kota medan.

Pada penelitian Kalim dalam 13 kota di Indonesia, menurut klasifikasi US (L-TAP) pasien penyakit jantung koroner komplikasi hiperlipidemia mempunyai resiko tertinggi pada usia 40-59 tahun, diantaranya perempuan sebanyak 65% dan laki-laki sebanyak 74,7%. Tetapi, pada pasien laki-laki berumur 60-79 tahun mempunyai resiko tertinggi sebesar 78,7% (Kalim, 2001).

Pada umur diatas 60 tahun lebih tinggi terjadi penyakit jantung koroner karena penurunan metabolisme lipid. Terjadi penurunan metabolism lipid karena penurunan fungsi fisiologis hati memetabolisme lipid untuk di eksresikan sehingga kadar lipid tinggi dalam darah, dan mudahnya pembentukkan aterosklerosis (Supriyono, 2008).

4.2 Gambaran Penggunaan Obat Antihiperlipidemia Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan Kota Medan Periode Januari 2015 – Desember 2015

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, gambaran penggunaan obat antihiperlipidemia pada pasien dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Gambaran Penggunaan Obat Antihiperlipidemia Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan Kota Medan Periode Januari 2015 – Desember 2015

Terapi Golongan & Nama Obat Jumlah Pasien Persentase

Tunggal

HMG Co-ARI

(Simvastatin/Atorvastatin) 83 95.40%

Fibric acid (Gemfibrozil) 0 0%

Total Penggunaan Obat Tunggal 83 95,40%

Kombinasi 2 Obat HMG Co-ARI + Fibric

acid 4 4.6%

Total Penggunaan Kombinasi 2 Obat 4 4.6%

Total Seluruhnya 87 100%

Keterangan: HMG Co-ARI = 3-hydroxy 3-methylglutaryl Coenzym A Reductase Inhibitor

Statin adalah obat penurun kolesterol, sangat efektif dalam pencegahan primer dan sekunder dari penyakit arteri koroner. Telah ditemukan, bagaimanapun, bahwa statin juga memiliki efek nonlipid; mereka dapat mempengaruhi jalur yang berbeda, yang telah dijelaskan untuk berpartisipasi dalam patogenesis sindrom koroner akut (ACS) (Ostadal, 2005).

4.3 Gambaran Penggunaan Obat Antiplatelet Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan Kota Medan Periode Januari 2015 – Desember 2015

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, gambaran penggunaan obat antiplatelet pada pasien dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Gambaran Penggunaan Obat Antiplatelet Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan Kota Medan Periode Januari 2015 – Desember 2015

Terapi Golongan & Nama Obat Jumlah

Pasien Persentase

Tunggal Aspilet 21 21.43%

Clopidogrel 0 0%

Total Penggunaan Obat Tunggal 21 21.43%

Kombinasi 2 Obat Aspilet + Clopidogrel 77 78.53%

Total Penggunaan Kombinasi 2 Obat 77 78.53%

Total Seluruhnya 98 100%

Keterangan: Aspilet = Aspirin 80 mg

Penyakit arteri koroner adalah penyebab paling umum tunggal kematian di seluruh dunia dan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang berkembang.

Trombosit memainkan peran sentral dalam patogenesis atherothrombosis dan karena itu biasanya ditargetkan oleh satu atau lebih obat antiplatelet sebagai bagian dari strategi pencegahan atherothrombosis primer dan sekunder. Aspirin mengurangi risiko kejadian vaskular yang serius (infark miokard, stroke atau

kematian kardiovaskular) sekitar 20% di berbagai pasien berisiko tinggi dan tetap obat antiplatelet lini pertama karena relatif aman, biaya rendah dan efektivitas biaya (Ho, 2004).

4.4 Identifikasi Masalah Terapi Obat

Berdasarkan hasil pengamatan data rekam medik pasien penyakit jantung koroner komplikasi hiperlipidemia, diketahui bahwa terdapat masalah terapi obat pada pasien penyakit jantung koroner komplikasi hiperlipidemia di Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan Kota Medan dalam rentang waktu Januari 2015 – Desember 2015 yang memenuhi kriteria inklusi sebagai objek penelitian yang meliputi potensial interaksi obat, kontraindikasi pemakaian obat, dan indikasi tidak terobati.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis mendapatkan gambaran masalah terapi obat secara umum yang terjadi pada pasien yang dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Gambaran Masalah Terapi Obat Pada Pasien Penderita Penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan Kota Medan Periode Januari 2015 – Desember 2015

Masalah Terapi Obat Jumlah Kasus Persentase

Terjadi masalah terapi obat 78 78%

Tidak terjadi masalah terapi obat 22 22%

Jumlah 100 100%

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis mendapatkan tiga kategori masalah terapi obat yang terjadi. Ketiga kategori masalah terapi obat tersebut adalah kontraindikasi pemakaian obat, indikasi tidak terobati, dan potensial interaksi obat. Gambaran dari masalah terapi obat yang terjadi dapat

Tabel 4.6 Gambaran Masalah Terapi Obat Per Kategori Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit Martha Friska Kota Medan Periode Januari 2015 – Desember 2015

No Kode Masalah Terapi Obat Jumlah Resep Persentase 1 P2.4 Kontraindikasi pemakaian obat 22 17.19%

2 P2.6 Indikasi tidak terobati 14 10.94%

3 P5.1 Potensial interaksi obat 92 71.88%

Total Seluruh Masalah Terapi Obat 128 100%

Catatan: Jumlah resep merupakan gabungan dari semua terapi yang diterima pasien selama perawatan lalu dianggap mewakili terapi yang diterima oleh pasien

Berdasarkan Tabel 4.6, dapat dilihat bahwa potensial interaksi obat yang paling banyak terjadi yaitu 71.88%. Kemudian kontraindikasi pemakaian obat menjadi masalah terapi obat yang kedua terbanyak yaitu 17.19%. Selanjutnya indikasi tidak terobati menjadi masalah terapi obat yang ketiga yaitu 10.94%.

Untuk pembahasan mengenai tiap masalah terapi obat, penulis akan membahas di sub-bab selanjutnya.

4.4.1 Identifikasi Masalah Terapi Obat – Kontraindikasi Pemakaian Obat (P2.4)

Hasil penelitian jumlah pasien yang mengalami kontraindikasi pemakaian obat terhadap pasien penyakit jantung koroner komplikasi hiperlipidemia di Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan Kota Medan periode Januari 2015 – Desember 2015 dapat dilihat pada Tabel 4.7

Tabel 4.7 Kontraindikasi pemakaian obat pada pasien penyakit jantung koroner komplikasi hiperlipidemia di Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan Kota Medan periode Januari 2015 – Desember 2015.

No Kontraindikasi Pemakaian Obat Jumlah Resep

Persentase (%)

1 NSAID (kecuali aspirin antiplatelet) 2 9.09%

2 SAID 20 90.91%

Total Kontraindikasi Pemakaian Obat 22 100%

Total Dari Seluruh Masalah Terapi Obat 22 17.19%

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, diketahui bahwa jumlah kontraindikasi pemakaian obat penyakit jantung koroner komplikasi hiperlipidemia paling tinggi adalah SAID (Steroid Anti Inflammatory Drug) sebanyak 90.91% daripada NSAID (Non-Steroid Anti Inflammatory Drug) sebanyak 9.09%.

4.4.2 Identifikasi Masalah Terapi Obat – Indikasi Tidak Terobati (P2.6) Indikasi tidak terobati merupakan suatu masalah terapi obat yang muncul akibat tidak dilakukannya pemberian terapi kepada pasien yang telah didiagnosa penyakit tersebut. Hal ini seringkali terjadi karena kesalahan pada manusia (human error) maupun hal yang bersifat tidak disengaja.

Berdasarkan Tabel 4.8 didapatkan 14 kasus yang masuk ke dalam indikasi tidak terobati. Kadar lipid darah pada enam belas pasien mencapai angka lebih dari nilai kadar lipid darah normal dan pasien tidak menerima terapi obat sesuai dengan yang dibutuhkan. Hal ini tentu saja dikatakan indikasi tidak terobati karena seharusnya pasien menerima obat antihiperlipidemia.

Tabel 4.8 Indikasi tidak terobati pada pasien penyakit jantung koroner komplikasi hiperlipidemia di Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan Kota Medan periode Januari 2015 – Desember 2015.

No Indikasi Tidak Terobati Jumlah

Resep

Persentase (%)

1 Tanpa terapi antihiperlipidemia HMG Co-A Reductase Inhibitor (Simvastatin/Atorvastatin) atau Asam Fibrat (Gemfibrozil)

14 100%

Total Indikasi Tidak Terobati 14 100%

Total Dari Seluruh Masalah Terapi Obat 14 10.94%

Uji coba pencegahan primer dan sekunder telah menunjukkan bahwa penggunaan 3-hydroxy-3-methylglutaryl koenzim A reduktase (juga dikenal sebagai statin) merupakan first-line untuk menurunkan sebuah low-density lipoprotein kadar kolesterol tinggi secara substansial dapat mengurangi kejadian koroner dan kematian akibat penyakit jantung koroner (Crouch, 2001).

4.4.3 Identifikasi Masalah Terapi Obat – Potensial Interaksi Obat (P5.1) Pemberian lebih dari satu obat atau polifarmasi seringkali menimbulkan interaksi obat. Bila dilihat dari efek yang dihasilkan, interaksi obat terbagi atas dua, interaksi obat yang bersifat menguntungkan (biasanya bersifat sinergisme) atau bersifat merugikan (antagonis). Namun bila hasil interaksi obat yang dihasilkan dapat menimbulkan kerugian bagi pasien, maka hal itu menjadi suatu masalah terapi obat.

Hasil penelitian jumlah pasien yang mengalami interaksi obat terhadap pasien penyakit jantung koroner komplikasi hiperlipidemia di Rumah Sakit

Martha Friska Pulo Brayan kota medan periode Januari 2015 – Desember 2015 dapat dilihat pada Tabel 4.9

Tabel 4.9 Interaksi obat pada pasien penyakit jantung koroner komplikasi hiperlipidemia di Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan Kota Medan periode Januari 2015 – Desember 2015.

No Potensial Interaksi Obat

Jumlah Resep

Persentase (%)

Signifikansi

1 Aspilet + Antasida 8 5.48% Minor

2 Aspilet + Clopidogrel 78 53.43% Minor

3 Aspilet + Deksametason 20 13.70% Minor

4 Aspilet + Furosemid 26 17.80% Minor

5 Clopidogrel + NSAID 2 1.37% Minor

6 Simvastatin + Diltiazem 5 3.43% Mayor

7 Simvastatin + Gemfibrozil

4 2.74% Mayor

8 Simvastatin + Rifamficin 3 2.06% Mayor

Total Potensial Interaksi Obat

146 100%

Total Dari Seluruh Masalah Terapi Obat

92 71.88%

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, diketahui bahwa jumlah pasien penyakit jantung koroner komplikasi hiperlipidemia yang mengalami potensial interaksi obat paling tinggi adalah aspilet dengan clopidogrel sebanyak 53.43%. Pasien yang mengalami penyakit jantung koroner dan resiko aterosklerosis akan meningkatkan resiko perdarahan sedang sampai berat bila

digunakan clopidogrel 75 mg bersamaan dengan aspirin 75 – 162 mg (Stockley, 2008).

Penatalaksanaan terapi harus ketat untuk mencegah interaksi obat berupa pemberian selang waktu pemakaian obat atau mengganti golongan obat dengan mekanisme kerja yang berbeda.

Efek potensial interaksi dari table 4.9 adalah aspilet dengan clopidogrel yang dapat mengakibatkan faktor resiko perdarahan sedang sampai berat ; aspilet dengan antasida yang dapat mengurangi absorpsi aspilet dalam lambung ; aspilet dengan deksametason dapat terjadinya resiko tukak lambung ; aspilet dengan furosemid dapat menurunkan efek hipotensi ; clopidogrel dengan NSAID (Non-Steroid Anti Inflammatory Drug) terjadinya resiko tukak lambung ; simvastatin dengan diltiazem terjadinya resiko rabdomiolisis ; simvastatin dengan gemfibrozil terjadinya resiko rabdomiolisis ; simvastatin dengan rifamfisin dapat mengurangi AUC dari simvastatin (Stockley, 2008).

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada pasien penyakit jantung koroner komplikasi hiperlipidemia dari 100 rekam medik terdapat masalah terapi obat di Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan Kota Medan Periode Januari 2015 – Desember 2015. Masalah terapi obat yang terjadi sebanyak 78 kasus dari 100 kasus dengan rincian: kontraindikasi pemakaian obat (17.19%), indikasi tidak terobati (10.94%), dan potensial interaksi obat (71.88%).

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian terhadap pasien penyakit jantung koroner komplikasi hiperlipidemia, peneliti menyarankan :

a. Kepada dokter agar bekerja sama dengan apoteker untuk mencegah masalah terapi obat yang terjadi di Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan Kota Medan antara lain reaksi obat merugikan, masalah pemilihan obat, masalah dosis, masalah penggunaan obat, interaksi obat, dan lainnya.

b. Penatalaksanaan harus ketat seperti pertama terjadi kontraindikasi penggunaan NSAID dan SAID, jangan diberikan karena merupakan obat simtomatis, lebih baik menyembuhkan sebab penyakit bukan mengobati gejala penyakit. Kedua, indikasi tidak terobati yang seharusnya diberikan obat antihiperlipidemia, tetapi tidak diberikan, perlu pemantauan diagnosis dan terapi tepat diberikan. Ketiga, potensial interaksi obat diperhatikan dalam selang waktu pemakaian (jangan

diberikan waktu bersamaan) atau mengganti golongan obat dengan mekanisme kerja yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Acta. (2016). Efficacy Of Ezetimibe - Based Therapy Of Hyperlipidemia Complicated With Liver Dysfunction. Zheng Zhou University : China.

Halaman 837-838

Anwar, (2004). Dislipidemia Sebagai Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner.

Medan : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Halaman 1-2.

Ashokbhai, PA. (2015). Drug Therapy Management of Cardiovascular Disease Patients Admitted to Intensive Care Units of Tertiary Care Hospitals.

Halaman : 13.

Brown,G. (1993). Lipid Lowering and Plague Regression : New Insights Into Prevention of Plaque Disruption and Clinical Events in Coronary Disease. USA : Auter. Halaman 3-8.

Carolien. (2004). Gut Microbiota And Nuclear Receptors In Bile Acid And Lipid Metabolism. University of Groningen. Halaman 36

Cipolle RJ, Strand LM, Morley PC. (2004). Pharmaceutical Care Practice The Clinican’s Guide. MCGraw-Hill : New York. Halaman : 239-240.

Crouch, M.A. (2001). Effective Use of Statins to Prevent Coronary Heart Disease.

American Family Physician. Halaman 309.

Dayspring, T. (2004). Niacin Mechanism Of Action. Halaman 2

Dipiro, JT. (2009). Pharmacotherapy Handbook. MCGraw-Hill : USA.

Halaman : 98–107.

Deslypere, J.P.(1995). The Role of HMG-CoA Reductase Inhibitors in the Treatment of Hyperlipidemia: A Review of Fluvastatin. Current Th.Res. Halaman 111-128.

Dzau,V.J.(1991). The Inter-Relationship Of Hypertension, Dyslipidemia And Atherosclerosis, The Important Role Of The Endothelium.J.Drug Dev. Halaman 70-71.

Ho, W.K. (2004). Prevention Of Coronary Heart Disease With Aspirin And Clopidogrel: Efficacy, Safety, Costs, And Cost-Effectiveness. Halaman 493 -593.

Kalim, H. (2001). The Risk Factors Profile of Coronary Heart Disease In

Dokumen terkait