• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEOR

3.7. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

Pentingnya perbaikan terus menerus untuk meningkatkan kualitas produk, kehandalan dan keamanan muncul dari penarikan kembali produk, aturan pemerintah, rekomendasi agensi, persyaratan resmi dan lain-lain adalah semua yang dibutuhkan perusahaan untuk meningkatkan posisi produk di pasar dan kepuasan pelanggan. Hal ini menuntut pelaku industri untuk melakukan analisis resiko yang mengidentifikasi dan meminimumkan kesalahan pada bagian produk dan sistem produk maupun manufaktur atau proses untuk memperpanjang siklus hidup produk.

Metode FMEA adalah salah satu teknik menganalisi resiko yang direkomendasikan oleh standar international. FMEA adalah proses sistematik untuk mengidentifikasi kegagalan potensial untuk memenuhi fungsi yang dimaksud untuk mengidentifikasi kegagalan yang mungkin karena kesalahan yang bisa dieliminasi dan meletakkan akibat kesalahan sehingga dampaknya dapat dikurangi. FMEA memiliki tiga fokus utama yaitu:

1. Mengenali dan mengevaluasi kegagalan potensial dan efeknya.

2. Mengidentifikasi dan memprioritaskan kegiatan yang dapat mengeleminasi kegagalan potensial, mengurasi kesempatan terjadinya atau mengurangi resikonya.

10 Dyadem, Guidelines for Failure Mode and Effects Analysisfor Automotive, Aerospace and

3. Dokumentasi dari identifikasi yang dilakukan, evaluasi dan aktifitas perbaikan agar dapat meningkatkan kualitas produk.

FMEA merupakan suatu metode yang bertujuan untuk mengevaluasi desain sistem dengan mempertimbangkan bermacam-macam mode kegagalan dari sistem yang terdiri dari komponen-komponen dan menganalisis pengaruh- pengaruhnya terhadap keandalan sistem tersebut.Risk Priority Number (RPN) merupakan hubungan antara tiga buah variabel yaitu Severity (Keparahan), Occurrence(Frekuensi Kejadian), Detection (Deteksi) yang menunjukkan tingkat risiko yang mengarah pada tindakan perbaikan.

1. Severity

Severity adalah tingkat keparahan atau efek yang ditimbulkan oleh kegagalan terhadap keseluruhan mesin.

2. Occurrence

Occurrence adalah tingkat keseringan terjadinya kerusakan atau

kegagalan.Occurrenceberhubungan dengan estimasi jumlah kegagalan kumulatif yang muncul akibat suatu penyebab tertentu dalam mesin.

3. Detection

Deteksi diberikan pada sistem pengendalian yang digunakan saat ini yang memiliki kemampuan untuk mendeteksi penyebab atau mode kegagalan sebelum sampai ke tangan konsumen.

1. Design FMEA

FMEA pada tahapan ini akan difokuskan pada rancangan produk dan pengembangannya sebelum diproduksi secara masal sehingga lebih dikenal dengan Design FMEA (DFMEA).

2. Process FMEA

FMEA pada tahapan ini akan berorientasi pada rancangan proses dan pengembangannya dimana sudah berlangsung produksi secara masal yang di dalamnya terdapat beberapa potensi kegagalan FMEA pada tahapan ini dikenal sebagai Process FMEA.

Tahapan pembuatan FMEA secara umum yaitu: 1. Penentuan mode kegagalan yang potensial

Dampak kegagalan potensial adalah dampak yang ditimbulkan dari suatu kegagalan terhadap konsumen.

2. Penentuan nilai Severity (S)

Severity adalah peringkat yang menunjukkan tingkat keseriusan efek dari suatu mode kegagalan.Severity berupa angka 1 hingga 10, di mana 1 menunjukkan keseriusan terendah (resiko kecil) dan 10 menunjukkan tingkat keseriusan tertinggi (sangat beresiko).Kriteria severity dapat dilihat pada Tabel 3.7.Tabel 3.7.menunjukkan dampak yang dirangking mulai skala 1 sampai 10.

Efek Kriteria Rangking Berbahaya

tanpa ada peringatan

Dapat membahayakan konsumen

10 Tidak sesuai dengan peraturan pemerintah

Tidak ada peringatan Berbahaya

dan ada peringatan

Dapat membahayakan konsumen

9 Tidak sesuai dengan peraturan pemerintah

Ada peringatan

Sangat tinggi

Mengganggu kelancaran lini produksi

8 Sebagian besar menjadi scrap, sisanya dapat

disortir (apakah sudah baik/bisa rework) Pelanggan tidak puas

Tinggi

Sedikit mengganggu kelancaran lini produksi

7 Sebagian besar menjadi scrap, sisanya dapat

disortir (apakah sudah baik/bisa rework) Sedang

Pelanggan tidak puas

6 Sebagian kecil menjadi scrap, sisanya tidak

perlu disortir (sudah baik)

Rendah 100% produk dapat di-rework 5

Produk pasti dikembalikan oleh konsumen

Sangat rendah

Sebagian besar dapat di-rework dan sisanya sudah baik

4 Kemungkinan produk dikembalikan oleh

konsumen Kecil

Hanya sebagian kecil yang dapat di-rework dan

sisanya sudah baik 3

Rata – rata pelanggan komplain

Sangat kecil Komplain hanya diberikan oleh pelanggan

tertentu 2

Tidak ada Mungkin disadari oleh operator. 1

Mungkin tidak disadari oleh konsumen

Sumber: Dyadem, Guidelines for Failure Mode and Effects Analysisfor Automotive, Aerospace and General Manufacturing Industries

3. Penentuan nilai Occurence(O)

Occurrence adalah kemungkinan bahwa penyebab tersebut akan terjadi dan menghasilkan bentuk kegagalan selama penggunaan produk. Dengan memperkirakan kemungkinan occurrence pada skala 1 sampai 10 pada Tabel

3.8.mendeskripsikan proses sistem peringkat. Karena peringkat kegagalan jatuh antara dua angka skala.menilai dengan cara interpolasi dan pembuatan nilai Occurrence.

Occurrence dapat dilihat pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8.Occurrence dalam FMEA Process

Occurence Rangking Kriteria

Sangat tidak mungkin 1 Kegagalan sangat tidak

mungkin

Kemungkinannya jarang 2 Kemungkinan kegagalan

jarang Kemungkinannya sangat

rendah 3

Sangat sedikit kegagalan yang mungkin

Kemungkinannya rendah 4 Kemungkinan kegagalan

kadang-kadang Kemungkinannya cukup

rendah 5 Kemungkinan gagal sedang

Kemungkinannya sedang 6 Kemungkinan kegagalan

yang cukup tinggi Kemungkinannya cukup

tinggi 7

Tingginya kemungkinan angka kegagalan

Kemungkinannya tinggi 8 Kemungkinan kegagalan

sangat tinggi Kemungkinannya yang

sangat tinggi 9 Kegagalan mungkin

Sangat mungkin 10 Kegagalan hampir pasti

Sumber: Dyadem, Guidelines for Failure Mode and Effects Analysisfor Automotive, Aerospace and General Manufacturing Industries

4. Penentuan nilai Detection (D)

Detection adalah pengukuran terhadap kemampuan mengendalikan atau mengontrol kegagalan yang dapat terjadi.

Proses penilaian ditunjukkan pada Tabel 3.9.

Keterangan Rangking Sudah jelas, sangat mudah untuk diketahui 1

Jelas bagi indera manusia 2

Memerlukan inspeksi 3

Inspeksi yang hati – hati dengan indera manusia 4 Inspeksi yang sangat hati – hati dengan indera manusia 5 Memerlukan bantuan dan/atau pembongkaran sederhana 6

Diperlukan inspeksi dan/atau pembongkaran 7

Diperlukan inspeksi dan atau pembongkaran yang kompleks 8

Kemungkinan besar tidak dapat dideteksi 9

Tidak dapat dideteksi 10

Sumber: Dyadem, Guidelines for Failure Mode and Effects Analysis for Automotive, Aerospace and General Manufacturing Industries

5. Penentuan nilai Risk Priority Number (RPN)

Risk Priority Number adalah suatu bentuk nilai yang akan menunjukkan prioritas yang harus dilakukan improvement/perbaikan dari suatu sistem supaya tidak terjadi kegagalan.

Adapun nilai RPN diperoleh dengan rumus sebagai berikut. RPN = Severity x Occurrence x Detection

BAB IV

METODOLOGIPENELITIAN

Dokumen terkait