• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ANALISIS PUTUSAN PIDANA TENTANG PEMILIK SATWA

4. Fakta Hukum

a. Keterangan Saksi-Saksi85 1. Yuli Harsono

Saksi yang bekerja di Kantor BBKSDA (Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam) Jawa Timur yang bertugas di Kantor Seksi VI Probolinggo bertugas melaksanakan penataan bahan-bahan Perlindungan Kawasan Hutan di seksi IV Probolinggo dibawah sumpah menerangkan, pada hari Selasa, 7 Mei 2007 bersama dengan tim berada di Komplek Hotel Permata Biru Jalan Trawas No. 21 Prigen, Pasuruan, melakukan pemeriksaan terhadap satwa-satwa yang ada di komplek tersebut dan melakukan pendataan satwa-satwa yang meliputi jumlah satwa, jenis satwa, dan keadaan satwa. Dasar saksi melakukan pendataan terhadap satwa-satwa tersebut di Hotel Permata Biru pada tanggal 7 Mei 2007 adalah SKEP Balai Besar KSDA Jatim Nomor : SK.06/IV/-K.16/Peg/2007 tanggal 2 Januari 2007 tentang Penegasan pejabat Non Struktural dan Fungsional Lingkungan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur II dengan tanggungjawab melakukan pengamanan Kawasan Hutan Lindung dan diluar Kawasan Hutan Lindung pada RKW Pasuruan SKW I Probolinggo.

Setelah melakukan pemeriksaan dan pendataan, lalu saksi memberikan selembar surat Berita Acara Pemeriksaan Satwa pada Sdr. Elok sebagai karyawan Hotel Permata Biru untuk disampaikan kepada

85 Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya itu. (Lihat Pasal 1 angka 27 KUHAP)

Terdakwa sebagai pemilik satwa-satwa tersebut sekaligus sebagai pengelola Hotel Permata Biru.

Tujuan saksi memberikan surat tersebut agar dilakukan pengurusan surat izin kepemilikan satwa-satwa milik Terdakwa, karena merupakan satwa yang tergolong dilindungi oleh undang-undang. Saksi menerangkan bahwa dokumen yang dibuat oleh saksi tersebut bukan merupakan legalitas kepemilikan satwa, dimana hal tersebut telah diterangkan dengan jelas kepada Sdr. Elok agar disampaikan pada Terdakwa.

Dalam keterangannya, saksi menjelaskan pada waktu yang disebutkan di atas, saksi tidak pernah bertemu langsung dengan Terdakwa. Saksi bertemu dengan saudari Elok sebagai perwakilan Terdakwa yang kemudian oleh saksi diberikan pengarahan sehubungan dengan kepemilikan dan ijin-ijin satwa -satwa tersebut sebagaimana yang disampaikan saksi di depan persidangan bahwa untuk memelihara satwa-satwa yang dilindungi harus mengurus ijin penangkaran terlebih dahulu ke Menteri Kehutanan dan ini berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1999 serta Permenhut PP 25 tahun 2006 tentang Ijin Peragaan Satwa untuk kemudian informasi tersebut diteruskan kepada Terdakwa, saksi juga tidak mengetahui darimana Terdakwa memperoleh satwa-satwa tersebut.

Saksi selanjutnya membuat Berita Acara Pemeriksaan Nomor 02/BAP/RKWP/2007 dengan tujuan untuk melakukan pendataan atas

satwa-satwa langka yang dilindungi tersebut yang dipelihara oleh masyarakat agar tidak dipindahtangankan kepada orang lain.

Satwa-satwa langka yang didata oleh saksi sebagaimana yang tercantum dalam lampiran PPO RI Nomor 7 tahun 1999 tanggal 27 Januari 1999 tentang Jenis-Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi dengan nomor urut 82, 83, 85, dan 121 adalah sebagai berikut:

1. 7 (tujuh) ekor Kakatua Putih Besar Jambul Kuning (cacatua)

2. 7 (tujuh) ekor Nuri Merah Kepala Hitam (lorius lory/lorius domicellus) 3. 4 (empat) ekor Kakatua Tanibar/Gofini (cacatua gofini)

4. 1 (satu) ekor Kakatua Kecil Putih Jambul Kuning(cacatua sulphurea) Pada prosesnya Saksi menerangkan bahwa jumlah satwa yang tercantum di dalam Berita Acara Pemeriksaan Nomor 02/BAP/RKWP/2007 tertanggal 7 Mei 2007 tidak lagi sesuai dikarenakan ada satwa yang telah mati sehingga jumlah satwa pada saat persidangan berlangsung yaitu :

1. 3 (tiga) ekor Kakatua Putih Besar Jambul Kuning (cacatua)

2. 3 (tiga) ekor Nuri Merah Kepala Hitam (lorius lory/lorius domicellus) 3. 3 (tiga) ekor Kakatua Tanibar/Gofini (cacatua gofini)

4. 1 (satu) ekor Kakatua Kecil Putih Jambul Kuning(cacatua sulphurea) Perbuatan yang dilakukan Terdakwa adalah salah karena memiliki satwa langka yang dilindungi tanpa ijin dan dapat diancam hukuman pidana penjala paling lama 5 (lima) tahun dan denda maksimal Rp. 100.000.000,00 sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 21 ayat (2)

huruf a jo. Pasal 40 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. 2. Rudy Hariyanto

Saksi adalah Petugas Kepolisian sebagai penyidik pada unit I/Kehutanan Sat IV/Tindak Pidana tertentu Direktorat Reserse Polda Jatim, menerangkan sebagai berikut:

Saksi mengenal Terdakwa setalah adanya kejadian ini, yaitu pada tanggal 23 Juli 2009, saksi dan AKP Urias Saban, SH beserta Aiptu Priyanto bersama dengan pegawai Perum Perhutani Unit II Jatim sedang melakukan penyelidikan terhadap kasus batas hutan milik Perhutani di Desa Lumbang Rejo, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan dan berbatasan dengan komplek Hotel Permata Biru. Dari sana saksi bisa melihat satwa berupa burung kakatua dan nuri kepala hitam yang dilindungi berada di komplek Hotel Permata Biru tersebut, lalu esok harinya yaitu pada tanggal 24 Juni 2009 setelah dilaporkan dan dikonsultasikan ke pimpinan dan dikondisikan dan mendapat perintah dari atasan saksi, maka saksi bersama dengan Aiptu Priyanto mendatangi komplek Hotel Permata Biru dan menanyakan tentang kepemilikan satwa atau burung yang dilindungi tersebut serta dokumen-dokumen kejadiannya.

Saksi menemukan satwa/burung-burung langka yang dilindungi di dalam area Hotel Permata Biru di Jalan Raya Trawas Nomor 21 Dusun

Sumber Wekas, Desa Lumbang Reja, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan.

Saksi datang di Hotel Permata Biru tanggal 23 Juni 2009 dan dilakukan penangkapan pada esok harinya yaitu tanggal 24 Juni 2009. Dalam proses penangkapan, saksi menemukan satwa ditempat/dilokasi Hotel Permata Biru tersebut berupa:

1. 3 (tiga) ekor Kakatua Putih Besar Jambul Kuning (cacatua)

2. 3 (tiga) ekor Nuri Merah Kepala Hitam (lorius lory/lorius domicellus) 3. 3 (tiga) ekor Kakatua Tanibar/Gofini (cacatua gofini)

4. 1 (satu) ekor Kakatua Kecil Putih Jambul Kuning (cacatua sulphurea) Saksi menerangkan, satwa-satwa tersebut ditaruh dalam sangkar yang terbuat dari ram-raman kawat dan besi yang disatukan dengan satwa/burung lain dan kandang dalam kondisi terawat dan terjada dengan baik.

Berdasarkan keterangan saksi dipersidangan, pada saat dilakukan penangkapan dan penyitaan terhadap satwa yang dilindungi tersebut, Saksi tidak bertemu langsung dengan Terdakwa, melainkan dengan Sadudari Elok selaku orang kepercayaan Terdakwa dan pengurus satwa di Hotel tersebut, dan pada saat itu Saudari Elok menunjukkan surat dari BKSDA tetapi bukan surat ijin pemeliharaan/penangkaran atas burung-burung tersebut.

Dasar dari penangkapan dan penyitaan terhadap satwa/burung-burung langka yang dilindungi tersebut adalah Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya jo. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa serta ketentuan yang diatur dalam lampiran PP No. 7 Tahun 1999 tanggal 27 Januari 1999 tentang jenis-jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi dalam nomor urut 82, 83, 85, dan 121 tercantum nama Indonesianya, kakatua putih besar jambul kuning, kakatua Gofini, kakatua kecil jambul kuning, dan nuri kepala hitam atau nuri Irian.

3. Siti Rohma Elok

Saksi dibawah sumpah menerangkan pada pokoknya sebagai berikut:

Saksi kenal dengan Terdakwa karena saksi merupakan salah satu karyawan Terdakwa yang bekerja di Hotel Permata Biru yang beralamat di Jalan Raya Trawas No. 21 Dusun Sumber Wekas Desa Lumbang Rejo, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, yang bekerja sebagai resepsionis di hotel tersebut dengan tugas tanggungjawab Saksi adalah memberikan informasi pelayanan hotel dan menerima tamu.

Pada hari Selasa tanggal 24 Juni 2009 sekitar jam 11.20 WIB saksi pernah menerima petugas dari BKSDA Pasuruan bersama dengan tim berada di komplek Hotel Permata Biru dan melihat ada satwa yang dilindungi dalam kandang/sangkar yang berada dalam komplek tersebut, kemudian saksi menemani petugas bersama dengan tim yang sedang melakukan pemeriksaan terhadap satwa-satwa tersebut dan memberikan

surat pendataan satwa-satwa tersebut untuk diberikan kepada pengelola sekaligus pemilik satwa-satwa tersebut yaitu Terdakwa.

Saksi menerangkan satwa-satwa yang ada di komplek Hotel Permata Biru tersebut adalah milik Terdakwa Yulius Cokro Budoyo. Menurut Saksi, tujuan Terdakwa memelihara satwa-satwa tersebut agar pengunjung hotel tertarik dan memberikan rasa segar serta memperindah suasana hotel dengan satwa yang ada di komplek dalam area Hotel Permata Biru yang dikelola Terdakwa.

Burung-bururng yang dilindungi tersebut dipelihara dengan baik oleh Terdakwa dan juga diperhatikan makanannya, kesehatannya, dan ditempatkan di sangkar yang besar diletakkan di lokasi Hotel Permata Biru;

4. Karim

Dalam keterangannya dipengadilan, saksi mengenal Terdakwa dan Saksi merupakan salah satu karyawan Hotel Permata Biru yang beralamat di Jalan Raya Trawas Nomor 21, Dusun Sumber Wekas, Desa Lumbang Rejo, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan

Pekerjaan Saksi sehari-hari di Hotel Permata Biru adalah dibagian kebun yaitu memotong rumput, memotong pohon yang menghalangi jalan, menyiram bunga, dan juga memberikan makan burung serta membuang sampah. Dalam keterangannya saksi menjelaskan pengelola Hotel Permata Biru serta pemilik burung-burung kakatua dan nuri yang dipelihara dalam sangkar besar adalah Terdakwa.

Saksi tahu jenis burung yang dipelihara tersebut adalah 7 (tujuh) ekor burung kakatua warna putih dan berjambul dan 3 (tiga) ekor nuri warna merah kepala hitam tetapi Saksi tidak tahu apakah satwa-satwa yang dipelihara oleh Terdakwa tersebut sudah ada surat izinnya atau tidak, karena saksi hanya merawat burung-burung tersebut sejak tahun 2003.

Tujuan Terdakwa memelihara satwa-satwa tersebut agar pengunjung hotel tertarik dan memberikan rasa segar serta memperindah suasana hotel dengan satwa yang ada di komplek dalam area Hotel Permata Biru yang dikelola Terdakwa. Burung-burung yang dilindungi tersebut dipelihara dengan baik oleh Terdakwa dan juga diperhatikan makanannya, kesehatannya, dan ditempatkan di sangkar yang besar diletakkan di lokasi Hotel Permata Biru;

b. Keterangan Ahli86

Saksi Ahli Agus Irwanto, SP, yang bekerja di Balai Besar Koservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur sejak tahun 2000 sebagai Polisi Kehutanan memberikan keterangan di bawah sumpah yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:

Saksi dalam hal ini akan menerangkan masalah satwa liar dan tumbuhan, hal-hal yang tidak diperbolehkan atau dilarang dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya yang berkaitan dengan Pasal 21 ayat (2)

86 Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna

huruf a adalah memiliki, memelihara. Dalam hal yang berkaitan dengan perkara ini adalah burung kakatua putih kecil jambul kuning, burung kakatua Tanimbar/Gofini, dan burung nuri merah kepala hitam.

Apabila seseorang iningin memiliki, memelihara burung-burung yang dilindungi dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya untuk tujuan kesenangan atau atau hobi tidak diperkenankan, dan bagi orang yang memiliki satwa/burung-burung yang dilindungi tersebut, harus diserahkan kepada negara melalui BKSDA. Apabila perseorangan yang mengajukan izin untuk memiliki satwa/burung-burung tersebut untuk hobi/kesenangan melalui BKSDA, maka BKSDA menyarankan agar satwa tersebut diserahkan kepada BKSDA karena melanggar undang-undang, sedangkan untuk budidaya atau penangkaran, diperbolehkan tetapi dengan surat izin khusus yaitu izin usaha, untuk perseorangan dikeluarkan oleh KBBSDA sedangkan perusahaan harus dari Departemen di Jakarta atau melalui Menteri Kehutanan dan harus memiliki fasilitas yang lengkap.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 Pasal 37 ayat (2), apabila petugas dari BKSDA melkukan pendataan terhadap satwa langka yang dilindungi, oleh petugas dibuatkan Berita Acara pemeriksaan satwa/tumbuhan dan atas bagian-bagiannya serta Berita Acara penitipan atas satwa/tumbuhan yang dilindungi yang telah didata tersebut dan akan dilakukan pengawasan secara berkala dan terus

menerus terhadap perkembangan atas satwa/tumbuhan langka yang dilindungi tersebut. Bila pemilik memiliki 2 (dua) surat tersebut yaitu Berita Acara pemeriksaan atas satwa/tumbuhan dan atas bagian-bagiannya dan Berita Acara penitipan satwa/tumbuhan yang telah dicatat/didata oleh petugas dari BKSDA tersebut, maka atas satwa/tumbuhan langka yang dilindungi tersebut sudah menjadi tanggungjawab negara, dan Berita Acara tersebut ditandatangani oleh petugas, kepala seksi dan orang yang dititipi satwa tersebut. Sedangkan tenggang waktu untuk pengawasan secara berkala oleh petugas dari BKSDA atas satwa/tumbuhan langka yang dilindungi yang sudah didata sampai diurusnya surat izin oleh pemilik satwa tersebut tidak diatur dalam undang-undang dan ini berdasarkan kebijaksanaan dari Kepala Seksi.

Tujuan dari pendataan adalah untuk melihat/mengukur kapasitas/kemampuan orang tersebut merawat satwa tersebut dan bila dianggap memenuhi syarat maka disarankan untuk mengurus/mengajukan surat izin penangkaran atas satwa-satwa tersebut dan bila tidak maka satwa-satwa tersebut akan disita dan diambil negara. Sedangkan yang dapat melakukan penyitaan atas satwa liar yang dilindungi tersebut adalah adalah penyidik PNS dan Berita Acara penyitaan tersebut ditandatangani oleh penyidik PNS. Dan sebagai tambahan, BKSDA itu ada BKSDA Resort Pasuruan melaporkan data-data ke Kepala Seksi Wilayah di Probolinggo lalu Kepala Seksi Wilayah

melaporkan ke Kepala Bidang di Jember dan di Surabaya adalah Balai Besarnya Konservasi Sumber Daya Alam. Pada tahun 2007 aadalah masa peralihan, yaitu pada tahun 2007 pada bulan Agustus mau digabung dengan Balai Besar dan pada akhir 2007 berganti menjadi Balai Besar. c. Keterangan Terdakwa87

Terdakwa dalam keterangannya dimuka persidangan menjelaskan pada pokonya sebagai berikut:

Terdakwa memelihara satwa/burung-burung langka yang dilindungi tersebut di dalam lokasi Hotel Permata Biru milik Terdakwa. Terdakwa baru mengetahui kalau burung kakaktua putih besar jambul kuning, kakatua Tanimbar/Gofini, kakatua kecil jambul kuning dan burung nuri merah kepala hitam tersebut adalah satwa/burung-burung langka yang dilindungi yang dilarang untuk dipelihara, ketika ada petugas dari BKSDA yang datang ke lokasi Hotel Permata Biru yaitu pada tahun 2002-2003 untuk mendata satwa/burung-burung langka yang dilindungi tersebut dan Terdakwa pada waktu itu telah menyerahkan burung-burung langka tersebut kepada petugas BKSDA, tetapi petugas dari BKSDA tidak bersedia dan menitipkan burung-burung tersebut kepada Terdakwa karena di BKSDA tidak mempunyai kandang/sangkar yang besar seperti milik Terdakwa dan memberikan buku kepada Terdakwa.

87 Keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwa nyatakan di sidang tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau alami sendiri. (Lihat: Pasal 189 KUHAP).

Terdakwa mendapatkan burung-burung langka yang dilindungi tersebut dari beli di pasar burung dan Terdakwa tidak pernah menjual burung-burung tersebut karena Terdakwa hanya memelihara saja. Pada tahun 2002-2003 ada petugas dari BKSDA yang datang ke lokasi Hotel Permata Biru mengecek burung-burung langka tersebut dan pada tahun 2007 ada pengecekan lagi BKSDA. Terdakwa membenarkan satwa/burung-burung langka yang dilindungi tersebut tidak mempunyai surat izin

Pada tahun 2002 saat petugas dari BKSDA datang ke tempat Terdakwa, waktu itu petugas berkata yang katanya burung-burung tersebut adalah burung-burung langka yang dilindungi dan memberikan pengarahan kepada Terdakwa. Pada waktu Terdakwa telah meminta atau menyerahkan burung-burung tersebut agar dibawa oleh petugas dari BKSDA, tetapi katanya BKSDA tidak punya sangkar/kandang sebesar milik Terdakwa lalu menitipkan burung-burung tersebut kepada Terdakwa.

Pada waktu petugas BKSDA menitipkan burung-burung langka yang dilindungi tersebut kepada Terdakwa, Terdakwa diberikan surat penitipan oleh petugas BKSDA, tetapi surat tersebut sudah hilang. Bahwa pada tahun 2007, ketika ada pengecekan dari petugas BKSDA, petugas hanya bertemu dengan Sdr. Elok karyawan Terdakwa dan disarankan untuk mengurus surat izinnya.

Pada pokoknya Terdakwa membenarkan seluruh keterangan Saksi-Saksi.

d. Barang Bukti88

Barang bukti yang diajukan adalah:

1. 3 (tiga) ekor Kakatua Putih Besar Jambul Kuning (cacatua)

2. 3 (tiga) ekor Nuri Merah Kepala Hitam (lorius lory/lorius domicellus)

3. 3 (tiga) ekor Kakatua Tanibar/Gofini (cacatua gofini)

4. 1 (satu) ekor Kakatua Kecil Putih Jambul Kuning (cacatua sulphurea)

untuk disita dan dikembalikan ke habitatnya melalui BKSDA. e. Pembuktian

Jaksa Penuntut umum dalam pembuktian unsur-unsur tindak pidana menyebutkan sebagai berikut:

1. Unsur ke-1 “barang siapa”

Yang dimaksud barang siapa adalah siapa saja yang dapat menjadi subjek hukum suatu tindak pidana, sehat jasmani dan rohani serta dapat bertanggungjawab secara hukum. Di dalam persidangan telah diperiksa identitas diri Terdakwa. Hal mana dalam persidangan terdapat fakta hukum berupa alat bukti, keterangan saksi-saksi dan keterangan

88 Barang bukti adalah benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud yang twelah dilakukan penyitaan oleh penyidik untuk keperluan pemeriksaan dalam tingkat penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan. (Lihat: Pasal 1 angka 5 Peraturan Kapolri No. 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pengelolaan Barang Bukti di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia).

Terdakwa, petunjuk serta adanya barang bukti, sehingga yang dimaksud barang siapa adalah Terdakwa Yulius Cokro Budoyo.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka dengan demikian unsur setiap orang dalam hal ini telah secara sah dan meyakinkan menurut hukum.

2. Unsur ke-2 “karena kelalaiannya”

Berdasarkan fakta hukum yang terugkap dipersidangan berupa keterangan Terdakwa yang tidak mengetahui status burung-burung tersebut dilindungi, maka dengan demikian Terdakwa melakukan tindak pidana tersebut memenuhi unsur kelalaiannya.

3. Unsur ke-3 “dalam keadaan hidup”

Fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan secara jelas bahwa Terdakwa memelihara burung-burung tersebut dengan tujuan untuk menambah keindahan dan daya tarik hotel yang dikelola oleh Terdakwa. Kata memelihara dalam pengertiannya adalah memberikan makan, menjaga kebersihan kandang dan merawat kesehatan satwa tersebut, sehingga dapat diartikan bahwa satwa tersebut dalam keadaan hidup. Dengan demikian, unsur dalam keadaan hidup telah terpenuhi secara sah dan meyakinkan.

5. Pertimbangan Hakim89

Pertimbangan hakim menyatakan perbuatan Terdakwa telah diatur dan melanggar Pasal 21 ayat (2) huruf a Jo. Pasal 40 ayat (2) Undang-Undang RI Nomor 5 tahun 1995 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Fakta-fakta hukum yang terungkap dipersidangan tidak ditemukannya alasan memaafkan atau membenarkan perbuatan Terdakwa, sehingga dapat menghapuskan sifat pidana dari perbuatan Terdakwa, dengan demikian Terdakwa harus dipersalahkan atas perbuatannya. Pidana yang dijatuhkan terhadap Terdakwa dianggap sudah sepatutnya dan selayaknya diterima Terdakwa sesuai dengan perbuatannya.

Karena Terdakwa dijatuhi pidana, maka Terdakwa dibebankan biaya perkara dan membenkan Terdakwa untuk membayar denda.

Terhadap alat bukti yang diajukan dipersidangan berupa: 1. 3 (tiga) ekor Kakatua Putih Besar Jambul Kuning (cacatua)

2. 3 (tiga) ekor Nuri Merah Kepala Hitam (lorius lory/lorius domicellus)

3. 3 (tiga) ekor Kakatua Tanibar/Gofini (cacatua gofini)

89 Pertimbangan hakim merupakan salah satu aspek terpenting dalam menentukan terwujudnya nialai dari suatu putusan hakim yang mengandung keadilan (ex eaquo et bono) dan megandung kepastian hukum, deasmping itu juga mengandung manfaat bagi para pihak yang bersangkutan sehingga pertimbangan hakim harus disikapi dengan teliti, baik dan cermat. Apabila pertimbangan hakim tidak teliti, baik dan cermat, maka putusan hakim yang berasal dari pertimbangan hakim tersebut akan dibatalkan oleh Pengadilan Tinggi atau Mahkamah Agung. Lihat: Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata dan Pengadilan Agama, cet v, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,2004, hlm.140).

4. 1 (satu) ekor Kakatua Kecil Putih Jambul Kuning (cacatua sulphurea)

Sebelum menjatuhkan pidana, Majelis perlu mempertimbangkan hal-hal yang meringankan dan memberatkan: Hal-hal yang memberatkan:

Perbuatan Terdakwa melanggar peraturan pemerintah, mengingat Pasal 21 ayat (2) huruf a 1 Jo. Pasal 40 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1995 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan peraturan hukum lain yang bersangkutan.;

Hal-hal yang meringankan:

a). Terdakwa belum pernah dihukum;

b). Terdakwa mengakui perbuatannya dan bersikap sopan dalam persidangan;

c). Terdakwa merupakan tulang punggung keluarga;

Ancaman dalam Pasal 21 ayat (2) huruf a 1 Jo. Pasal 40 ayat (4) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1995 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya adalah berupa pidana penjara dan denda, maka kepada Terdakwa yang dinyatakan bersalah akan dikenakan pidana penjara dan denda berupa uang.

6. Amar Putusan90

Majelis dalam putusannya memutuskan sebagai berikut:

1. Menyatakan Terdakwa YULIUS COKRO BUDOYO tersebut, telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Tanpa hak memiliki, memelihara satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup tanpa disertai surat izin dari pihak yang berwenang”;

2. Menjatuhkan pidana oleh karena itu dengan pidana penjara selama 9 (sembilan) bulan;

3. Menetapkan pidana tersebut tidak perlu dijalani Terdakwa, kecuali dikemudian hari ada putusan Hakim yang menentukan lain, disebabkan karena Terdakwa melakukan suatu tindak pidana sebelum masa percobaan selama 1 (satu) tahun terlampaui;

4. Menetapkan barang bukti berupa : 3 (tiga) ekor kakatua putih jambul kuning, 3 (tiga) ekor kakatua Tanibar/Gofini, 3 (tiga) ekor nuri merah kepala hitam dan 1 (satu) ekor kakatua putih kecil jambul kuning dirampas untuk Negara Cq. BKSDA untuk dikembalikan ke habitatnya;

5. Membebankan biaya perkara kepada Terdakwa sebesar Rp 5.000,00 (lima ribu rupiah)

90 Amar Putusan atau Putusan Hakim menurut Prof. Sudikno Mertokusumo adalah suatu pernyataan yang oleh hakim sebagai pejabat yang diberi wewenang itu, diucapkan dipersidangan dan bertujuan mengahiri atau menyelesaikan suatu perkara atau suatu sengketa antara para pihak. (Lihat: Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1993, hlm. 158).

B. Analisis Kasus

Jika dianalisis unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 21 ayat (2) huruf a Jo Pasal 40 ayat (4) adalah sebagai berikut:

a. Barang Siapa

Unsur setiap orang dalam hal ini adalah subjek hukum sebagai pendukung hak dan kewajiban berupa orang perorangan, kelompok atau badan hukum. Berdasarkan alat bukti berupa keterangan saksi, keterangan ahli, barang bukti dan dan keterangan terdakwa dapat disimpulkan bahwa Terdakwa Yulius Cokro Budoyo harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.

b. Karena kelalaiannya

Berdasarkan keterangan saksi-saksi dan keterangan Terdakwa yang diungkapkan di depan persidangan, Terdakwa tidak mengetahui burung-burung yang dipelihara Terdakwa adalah jenis yang dilindungi, hal ini juga disebabkan karena Terdakwa memperoleh burung-burung tersebut dari pasar burung yang ada di daerahnya. Disamping itu, keinginan Terdakwa memiliki burung-burung tersebut untuk memperindah kawasan hotel agar menarik minat pengunjung.

Dokumen terkait