• Tidak ada hasil yang ditemukan

YUSRIANTO DAN KEPENGARANGANNYA 4.1Biografi Yusrianto

5.2 Fakta Kemanusian

Menurut Goldman fakta kemanusiaan adalah segala hasil aktivitas atau perilaku manusia baik yang verbal maupun yang fisik, yang berusaha dipahami oleh ilmu

pengetahuan. Fakta itu dapat berwujud aktivitas sosial , politik, maupun kreasi kultural seperti filsafat, seni rupa, seni musik, seni patung, dan seni sastra.

Fakta kemanusian dapat ditelusuri dengan cara mengenali setiap gejala kemanusian. Gejala ini dapat dikenal dari proses sadar diri manusia akan dirinya. Kesadaran tersebut atau kesadaran terhadap realitas. Fakta kemanusiaan yang ada di dalam naskah teater Raja

Tebalek karya Yusrianto Nasution adalah gambaran masyarakat saat ini yang cenderung

mudah dijadikan objek perdagangan manusia karena faktor ekonomi, sehingga mereka memilih bekerja di negeri seberang. Hal ini dapat kita lihat dari dialog tukang tipu dan mona.

“TUKANG TIPU : Ass wrwb...!!! How doyou do....!!! Horas! Horas! Yahoo ....wu! Apa itu satu lagi ....Mejuah!!!

“MONA : Dua kali om.

“TUKANG TIPU : Mejuah dua kali!!! Cemana rencana masa depan kita.

Hari terus berganti, orang-orang makin ramai yang antri, tapi untukkeluarg saya ini, pasti saya utamakan ...cemana dek Mona “MONA : Siap!....Sekarang pun jadi....Sesuai rencana....Capek kali aku

jadi orang miskin (Raja Tebalek : 16

Namun karena terlalu bersemangat nya Mona dia tidak menyadari bahaya yang akan menimpanya di negeri seberang. Hal ini dapat kita lihat dari dialog :

“RAJA SEBERANG : Kalau datang ke langkawi Beli rujak beli sepatu Kulit bersisik tidak berkaki Ape binatang tu?

“BUDAK 1 : Ular... Yang Mulia.

“BANGSAWAN1 : Hei!!!jawaban budak ini menghina paduka. Pasal 1 ayat 2. Engkau ni kena hukum, seminggu tak boleh makan. Tak boleh menyebut Yang Mulia ular...

“RAJA SEBERANG : Kalau datang ke langkawi Beli rujak beli sepatu

Susunya dikasih kepada bayi Ape name binatang tu?

“BUDAK 2 : Maaf seribu kali maaf paduka, lembu!

“BANGSAWAN1 : Tak seronok la, engkau kena pasal berlapis...kena rotan sampai menangis (Raja Tebalek : 19).

“RAJA SEBERANG : Kalau datang ke langkawi Beli rujak beli sepatu Suka berkokok tapi bertaji Ape name binatang tu? “BUDAK 3 : Tak tau saya Paduka “RAJA SEBERANG : Tak boleh jawab tak tau

“BANGSAWAN1 : Betul itu juga penghinaan...karena engkau tolol, engkau kena hukum punggung di setrika....disiram air mendidih (Raja

Tebalek : 20).

“BANGSAWAN 4 : Hormat saya paduka. Ini ada satu lagi, barang langka, ajaib dan oke punya, silahkan dicoba paduka.

“RAJA SEBERANG : Siapa nama awak? “MONA : Mona, Paduka.

“RAJA SEBERANG : Kalau datang ke langkawi Beli rujak, beli sepatu

Katanya engkau bijak bestari

Bunyinya(menirukan suara binatang) binatang apa itu?? “MONA : kodok...

“BANGSAWAN 4 : Kodok apa?Yang lengkap dan sopan.

“MONA : Paduka yang mulia kodok... (Raja Tebalek : 22).

Fakta kemanusian dalam naskah teater Raja Tebalek ini merupakan pengamatan pengarang dalam melihat semakin maraknya aksi perdagangan manusia dinegeri ini, namun disisi lain Raja Tebalek selaku pemerintah yang seharusnya mengayomi rakyatnya hanya diam dan tidak peduli dengan nasib rakyatnya yang disiksa Raja Seberang. Hal ini dapat kita lihat dari dialog Raja Tebalek dan Kroni 1.

Kroni 1: Mereka terpaksa pulang dan nggak bawa apa-apa. Raja Tebalek: Yang minta oleh-oleh siap?

Kroni 1: Mereka disiksa yang mulia. Raja Tebalek: Itu namanya pengorbanan.

Kroni 1: Sebahagian ada yang diturunkan di tengah laut. Raja Tebalek: Buat undang-undang wajib berenang. Kroni 1: Malu kita paduka.

Raja Tebalek: Biar jangan malu, pejamkan mata...apa lagi?!( Raja Tebalek:25) Sang raja jauh lebih suka dengan kesenangannya

Kroni 1: Bagaimana kalau kita maen engklek paduka

Raja Tebalek: Dari tadilah kau bilang...ayo!( Raja Tebalek:25) 5.3 Subjek Kolektif Pengarang

Menurut Goldman subjek kolektif merupakan subjek fakta sosial. Subjek kolektif juga disebut sebagai transindividual. Maksudnya, subjek yang mengatasi individu, yang didalamnya individu hanya merupakan bagian. Subjek transindividu bukanlah kumpulan individu-individu yang berdiri sendiri, melainkan satu kesatuan, satu kolektivitas.

Subjek kolektif merupakan istilah yang diberikan untuk menggantikan istilah masyarakat dalam kajian strukturalisme genetik. Subjek kolektif dalam naskah teater Raja

Tebalek karya Yusrianto Nasution dibagi menjadi dua individual dan trans- individual.

Subjek individual yang terdapat dalam naskah teater Raja Tebalek yaitu tokoh utamanya Mona yang mendapat tawaran untuk bekerja ke negeri seberang, dia bahkan lebih memilih pekerjaan itu tanpa memperdulikan bahaya yang akan menyambutnya di negeri seberang, hal itu dapat kita lihat dari kutipan:

“TUKANG TIPU : Ass wrwb...!!! How doyou do....!!! Horas! Horas! Yahoo ....wu! Apa itu satu lagi ....Mejuah!!!

“MONA : Dua kali om.

“TUKANG TIPU : Mejuah dua kali!!! Cemana rencana masa depan kita.

Hari terus berganti, orang-orang makin ramai yang antri, tapi untukkeluarg saya ini, pasti saya utamakan ...cemana dek Mona “MONA : Siap!....Sekarang pun jadi....Sesuai rencana....Capek kali aku

jadi orang miskin (Raja Tebalek : 16).

Dan akhirnya mona pun pergi ke negeri seberang dan dia pun bertemu dengan raja seberang yang kejam, hal itu dapat kita lihat pada kutipan:

“BANGSAWAN 4 : Hormat saya paduka. Ini ada satu lagi, barang langka, ajaib dan oke punya, silahkan dicoba paduka.

“RAJA SEBERANG : Siapa nama awak? “MONA : Mona, Paduka.

“RAJA SEBERANG : Kalau datang ke langkawi Beli rujak, beli sepatu

Katanya engkau bijak bestari

Bunyinya(menirukan suara binatang) binatang apa itu?? “MONA : kodok...

“BANGSAWAN 4 : Kodok apa?Yang lengkap dan sopan.

“MONA : Paduka yang mulia kodok... (Raja Tebalek : 22).

Mona pun jadi bahan olok-olokkan sampai lelah dengan berbagai bentuk siksaan. Akhirnya semua budak- budak itu dipulangkan dengan dibuang ke laut.

Subjek Trans-individual dalam naskah teater Raja Tebalek yaitu gambaran masyarakat kita yang masih percaya akan tipuan dari oknum yang ingin menjual pekerja kita, dengan jaminan bekerja di negeri seberang, sehingga semakin banyak orang miskin yang mengadu nasib di negeri seberang. Hal ini dapat kita lihat dari:

“EMAK : Pokoknya aku nggak setuju! ngapain dia kesana, dia itu masih kecil bang.

“AYAH : Justru karena dia masih kecillah. Bak kata peribahasa, kecil menabung tua kaya raya. Tujuan sekolah kan bekerja, nah sekarang ada pekerjaan, berarti but apa sekolah. Ini kan namanya mendapat durian runtuh. Repot kali cara berpikir kau (Raja Tebalek : 14).

Di negeri ini juga banyak sekali tukang tipu yang selalu mencoba merayu korban nya untuk bekerja ke negeri seberang, mereka menawarkan sesuatu untuk menarik perhatian korbannya. Hal ini dapat kita lihat dari:

“EMAK : Hei!!! tukang tipu!

“AYAH : Eh, maaf ketua, maklumlah istri saya ini, dia trauma, melihat berita di TV yang disiksalah, yang dihukum lah....macamlah itu, nama juga berita. Belum tentu benar, kan begitu, ketua “TUKANG TIPU : Wartawan kan manusia juga....betul kan Bang?

“AYAH : Iyalah sama juga dengan anggota dewan, hakim, polisi....ah pokoknya semualah,....kan begitu Ketua? Mereka juga seperti kita ya nggak...ee, jadi begini ketua (Berbisik kepada Tukang tipu)....

“TUKANG TIPU : Ah! Kalau itu persoalannya, gampanglah itu. Begini saja kak, biar langsung kita bungkus, besok saya kirim pupuk, kakak saya...berapa jeti kakak perlu?

“EMAK : Kau pikir aku menjual anakku ya!?

“AYAH : Sudahlah, ini bukan jual beli, tak mungkin kita menjual si Mona trafficking itu namanya, pidana, bisa masuk bui kita....kan begitu ketua...jadi kalian berangkat sekarang!

“TUKANG TIPU : Ikan sepat ikan gabus, Bang... (Raja Tebalek : 18). 5.4 Pandangan Dunia

Menurut Goldman Pandangan dunia merupakan Istilah yang cocok bagi kompleks menyeluruh dari gagasan-gagasan, aspirasi-aspirasi, dan perasaan-perasaan, yang menghubungkan secara bersama-sama anggota-anggota suatu kelompok sosial tertentu dan yang mempertentangkannya dengan kelompok-kelompok sosial yang lainnya (Goldmann dalam Faruk, 1999:16 ).

Pandangan dunia merupakan salah satu mediasi yang digunakan untuk menghubungkan struktur karya sastra dengan masyarakat. Pandangan dunia dalam naskah teater Raja Tebalek dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu pandangan mengenai dunia, pandangan

mengenai manusia dan pandangan mengenai Tuhan. Pandangan mengenai dunia pengarang yaitu pandangan pengarang yang melihat gambaran pada saat ini tentang maraknya perdagangan manusia terutama kaum miskin dengan motif bekerja diluar negeri, hal ini dapat kita lihat dari kutipan:

“TUKANG TIPU : Maaf bang, yang dicari hanya cewek...Kerjanya enak, gajinya pastilah lebih dari negara kita ini, tak mungkin aku menjerumuskan, udah aku anggap anak ku sendiri si mona, kak aku bukan tukang tipu, macam yang lain.

“EMAK : Penjual rakyat!!

“TUKANG TIPU : Oke, oke kalau Cuma pupuk, gampang itu kak. Besok sebelum kakak datang pupuk nya sudah di sini. 10 goni cukup? Yang penting kakak setuju keberangkatan si Mona... .Cemana bang cocok?! (Raja Tebalek : 17).

“EMAK : Hei!!! tukang tipu!

“AYAH : Eh, maaf ketua, maklumlah istri saya ini, dia trauma, melihat berita di TV yang disiksalah, yang dihukum lah....macamlah itu, nama juga berita. Belum tentu benar, kan begitu, ketua “TUKANG TIPU : Wartawan kan manusia juga....betul kan Bang?

“AYAH : Iyalah sama juga dengan anggota dewan, hakim, polisi....ah pokoknya semualah,....kan begitu Ketua? Mereka juga seperti kita ya nggak...ee, jadi begini ketua (Berbisik kepada Tukang tipu)....

“TUKANG TIPU : Ah! Kalau itu persoalannya, gampanglah itu. Begini saja kak, biar langsung kita bungkus, besok saya kirim pupuk, kakak saya...berapa jeti kakak perlu?

“EMAK : Kau pikir aku menjual anakku ya!?

“AYAH : Sudahlah, ini bukan jual beli, tak mungkinkit menjual si Mona trafficking itu namanya, pidana, bisa msuk bui kita....kan begitu ketua...jadi kalian berangkat sekarang!

“TUKANG TIPU : Ikan sepat ikan gabus, Bang... (Raja Tebalek : 18).

Pandangan mengenai manusianya adalah bagi keluarga miskin di suatu negeri bekerja keluar negeri merupakan salah satu jalan pintas untuk menjadi orang yang berkecukupan, dengan harapan gaji yang didapat jauh lebih besar dari gaji yang didapat di negeri sendiri, dan mereka tidak tahu kalau nantinya mereka akan mendapat siksaan dan hukuman dari Raja seberang, hal itu dapat kita lihat dari kutipan:

“RAJA SEBERANG : Kalau datang ke langkawi Beli rujak beli sepatu Kulit bersisik tidak berkaki Ape binatang tu?

“BANGSAWAN1 : Hei!!!jawaban budak ini menghina paduka. Pasal 1 ayat 2. Engkau ni kena hukum, seminggu tak boleh makan. Tak boleh menyebut Yang Mulia ular...

“RAJA SEBERANG : Kalau datang ke langkawi Beli rujak beli sepatu

Susunya dikasih kepada bayi Ape name binatang tu?

“BUDAK 2 : Maaf seribu kali maaf paduka, lembu!

“BANGSAWAN1 : Tak seronok la, engkau kena pasal berlapis...kena rotan sampai menangis (Raja Tebalek : 19).

“RAJA SEBERANG : Kalau datang ke langkawi Beli rujak beli sepatu Suka berkokok tapi bertaji Ape name binatang tu? “BUDAK 3 : Tak tau saya Paduka “RAJA SEBERANG : Tak boleh jawab tak tau

“BANGSAWAN1 : Betul itu juga penghinaan...karena engkau tolol, engkau kena hukum punggung di setrika....disiram air mendidih (Raja

Tebalek : 20).

“BANGSAWAN 4 : Hormat saya paduka. Ini ada satu lagi, barang langka, ajaib dan oke punya, silahkan dicoba paduka.

“RAJA SEBERANG : Siapa nama awak?? “MONA : Mona, Paduka.

“RAJA SEBERANG : Kalau datang ke langkawi Beli rujak, beli sepatu

Katanya engkau bijak bestari

Bunyinya(menirukan suara binatang) binatang apa itu?? “MONA : kodok...

“BANGSAWAN 4 : Kodok apa?Yang lengkap dan sopan.

“MONA : Paduka yang mulia kodok... (Raja Tebalek : 22).

Mona pun jadi bahan olok-olokkan sampai lelah dengan berbagai bentuk siksaan. Akhirnya semua budak- budak itu dipulangkan dengan dibuang ke laut.

Pandangan dengan Tuhan, dalam naskah ini pengarang tidak menampakkan pandangan nya terhadap tuhan tetapi lebih pada keadaan masyarakatnya.

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait