• Tidak ada hasil yang ditemukan

ATAU KEDUA:

H. ABDURAHMAN dengan pidana penjara selama 2 (dua) bulan, dengan peintah terdakwa ditahan dan denda sebesar Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah)

4. Fakta Persidangan & Pertimbangan Hakim a.Fakta Persidangan

1) Bahwa terdakwa diamankan petugas pada saat melayarkan kapan KLM. Duta Samudracdari Surabaya ke Bima ketika melewati perairan laut Tanjung teluk Bima pada hari Sabtu tanggal 31 Januari 2015 sekitar pukul 16.30 Wita; 2) Bahwa yang memeriksa dan mengamankan terdakwa beserta kapal adalah

petugas dari satuan POLAIR Bima; Bahwa pada saat diperiksa dan diamankan oleh petugas tersebut terdakwa ada di atas kapal KLM Duta Samudra sebagai Nahkoda; . Bahwa petugas yang memeriksa kapal dan mengamankan

terdakwa berjumlah 4(empat) orang;

3) Bahwa awak kapal yang tidak masuk SIJIL adalah saksi M. AMIN, karena pada saat di Surabaya saksi M. AMIN tidak sempat didaftar ke Syahbandar karena kapal keburu berangkat;

4) Bahwa pada saat KLM. Duta Samudra berlayar dari Surabaya ke Bima pada saat kejadian saksi M. AMIN tidak masuk dalam SUIL karena saksi M. AMIN bani datang ke kapal sedangkan kapal sudah mau berangkat dan kalau mau mengurus SIJIL lagi sudah tidak sempat karena kali mas tempat kapal bersandar airnya sudah mulai surut;

5) Bahwa saksi M. AMIN bekerja di KLM. Duta Samudra sebagai juru kemudi dan sudah lebih dari 10 tahun;

6) Bahwa saat itu saksi M. AMIN bekerja sebagai juru mudi dalam pelayaran KLM DUTA SAMUDRA dari pelabuhan Kalimas Surabaya menuju ke pelabuhan laut tanjung bima;

7) Bahwa selain adanya awak kapal yang tidak masuk dalam SUIL kapal, ada juga pelanggaran lain yang ditemukan petugas yaitu kelengkapan pelampung kapal tidak lengkap;

8) Bahwa kapal apa KLM. Duta Samudra tersebut jenis kapal barang;

9) Bahwa yang bertanggung jawab atas adanya awak kapal yang tidak masuk dalam SUIL dan kurang lengkapnya pelampung kapal adalah terdakwa sebagai Nahkoda yang bertanggungjawab;

10)Bahwa pemilik KLM Duta Samudra adalah perusahaan yang direkturnya adalah ADI KURNIAWAN;

11)Bahwa Nahkoda tidak dapat melayarkan kapal apabila tidak memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal;

12)Bahwa kelaiklautan wajib bagi setiap kapal yang akan berlayar;

13)Bahwa perlengkapan yang wajib ada di atas kapal sebelum kapal berlayar antara lain rakit penolong, life jakets, pelampung, perangkat isyarat tanda bahaya dan kapal wajib punya sertifikat keselamatan;

14)Bahwa jika kapal yang dilayarkan adalah kapal barang maka setiap awak yang ada di atas kapal wajib masuk dalam SIJIL;

b. Pertimbangan Hakim

Menimbang, bahwa Terdakwa telah didakwa oleh penuntut umum dengan dakwaan alternatif, pertama perbuatan terdakwa melanggar Pasal 302 ayat (1) Jo. Pasal 117 ayat (2) UU RI No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran atau Kedua

perbuatan Terdakwa melanggar Pasal 312 ayat (1) Jo. Pasal 145 UU RI No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;

Menimbang, bahwa berdasar fakta hukum sebagaimana terturai di atas, selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan dan meneliti apakah perbuatan terdakwa telah memenuhi unsur-unsur tindak pidana seperti yang di dakwakan oleh penuntut umum dalam surat dakwaannya;

Menimbang, bahwa terdakwa telah didakwa oleh penuntut umum dengan dakwaan yang berbentuk alternatif, sehingga Majelis Hakim dengan memperhatikan fakta-fakta hukum tersebut diatas memilih langsung dakwaan alternatif Kedua sebagaimana diatur dalam Pasal 312 ayat (I) jo. Pasal I45 UU RI No. l7 Tahun 2008 tentang Pelayaran, yang unsur-unsurnya adalah sebagai berikut:

1) Setiap orang ;

2) Yang mempekerjakan seseorang di kapal dalam jabatan apa pun;

3) Tanpa disijil dan tanpa memiliki kompetensi dan keterampilan serta dokumen pelaut

yang dipersyaratkan; Ad.l. Unsur “Setiap orang” : Menimbang, bahwa yang dimaksud unsur “Setiap orang” adalah siapa saja sebagai subyek hukum publik yang terhadapnya terdapat persangkaan atau dugaan melakukan suatu tindak pidana ;

Menimbang, bahwa orang sebagai subyek hukum sebagaimana layaknya haruslah memenuhi kriteria kemampuan dan kecakapan bertanggungjawab secara hukum, atau yang disebut juga sebagai syarat subyektif dan syarat obyektif;

Menimbang, bahwa dengan diajukannya terdakwa JAMALUDDIN H. ABDURRAHMAN dalam perkara ini, yang identitas lengkapnya sebagaimana tercantum secara jelas dan lengkap dalam surat dakwaan penuntut umum, identitas mana dibenarkan oleh terdakwa maupun saksi-saksi di persidangan, sehingga mengenai subyek hukum dalam perkara ini tidak “eror in personal” (kesalahan orang);

Menimbang, bahwa secara obyektif, orang yang disangka atau didakwa melakukan tindak pidana haruslah sudah dewasa secara hukum, serta cakap dan mampu dalam arti tidak terganggu akal pikirannya, serta dapat memahami dan menyadari sepenuhnya akan apa yang diperbuat sehingga akibat yang akan ditimbulkan dari perbuatannya itu;

Menimbang, bahwa dalam kaitan itu, penuntut umum telah menghadapkan kepersidangan orang bernama JAMALUDDIN H. ABDURRAHMAN sudah berusia 35 tahun mempunyai fisik yang dapat terlihat menunjukkan sehat jasmani dan rohani, telah memenuhi unsur obyektif sebagai subyek hukum, selebihnya dengan tidak temyata adanya halangan atau keadaan yang membuatnya ditentukan lain, ternyata pula bahwa secara subyektif terdakwa cakap dan mampu untuk mempertanggungjawabkan perbuatan secara hukum;

Menimbang, bahwa berdasarkan kenyataan-kenyataan sebagaimana terurai di atas, terdakwa adalah subyek hukum yang dapat bertanggung jawab atas

perbuatannya, sehingga unsur “setiap orang“ dalam delik yang di dakwakan telah terpenuhi oleh keaadan dan keberadaan terdakwa tersebut.

Ad 2. Unsur “Yang mempekerjakan seseorang di kapal dalam jabatan apa pun” Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan yang mempekerjakan: mau; di kapal dalam jabatan apa pun adalah orang yang bekerja diatas kapal dan kegiatan yang dilakukannya semua diatas kapal atau disebut awak kapal dapat sebagai anak: buah kapal atapun nahkoda;

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi, keterangan terdakwa yang dihubungkan dengan barang bukti diperoleh fakta hukum bahwa terdakwa diamankan petugas pada saat melayarkan kapan KLM. Duta Samudra dari Surabaya ke Bima ketika melewati perairan laut Tanjung Teluk Bima pada hari Sabtu tanggal 31 Januari 2015 sekitar pukul 16.30 Wita. Bahwa yang memeriksa dan mengamankan terdakwa beserta kapal adalah petugas dari satuan POLAIR Bima. Bahwa pada saat diperiksa dan diamankan oleh petugas tersebut terdakwa ada di atas kapal KLM Duta Samudra sebagai Nahkoda. Bahwa saksi M. AMIN bekerja di KLM. Duta Samudra sebagai juru kemudi dan mudah lebih dari 10 tahun. Bahwa saat itu saksi M. AMIN bekerja sebagai juru mudi dalam pelayaran KLM DUTA SAMUDRA dari pelabuhan Kalimas Surabaya menuju ke pelabuhan laut Tanjung Bima. Bahwa yang bertanggung jawab atas adanya awak kapal yang tidak masuk dalam sijil dan kurang lengkapnya pelampung kapal adalah terdakwa sebagai Nahkoda yang bertangglmgjawab;

Menimbang, bahwa dari fakta-fakta tersebut diatas jelas terdakwa sebagai Nahkoda KLM DUTA SAMUDRA sehingga terdakwa yang bertanggungjawab atas yang terjadi diatas kapal dan juga terhadap para anak buah kapal terutama saksi M. AMIN yang bekerja sebagai juru mudi dalam pelayaran KLM DUTA SAMUDRA dari pelabuhan Kalimas Surabaya menuju ke pelabuhan laut Tanjung Bima, sehingga dengan demikian unsur ini telah terpenuhi;

Ad. 3. Unsur “Tanpa disijil dan tanpa memiliki kompetensi dan keterampilan serta dokumen pelaut yang dipersyaratkan”

Menimbang, bahwa terhadap unsur ini Majelis berpendapat bahwa unsur ini mengandung beberapa elemen didalamnya yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri dimana elemen yang satu dapat mengenyampingkan elemen lainnya, yang berarti untuk terbuktinya unsur ini tidak harus keseluruhan dari elemen-elemen tersebut terbukti, sehingga bilamana salah satu atau lebih dari elemen-elemen tersebut terpenuhi maka unsur ini dinyatakan telah pula terbukti secara sah menunrt hukum;

Menimbang bahwa dari fakta yang terungkap baik Gilwell dari keterangan saksi-saksi manpun keterangan terdakwa serta dihubungkan dengan barang bukti di ketahui bahwa terdakwa diamankan petugas pada saat melayarkan kapan KLM. Duta Samudra dari Surabaya ke Bima ketika melewati perairan laut Tanjung Teluk Bima pada hari Sabtu tanggal 31 Januari 2015 sekitar pukul 16.30 Wita. Bahwa yang memeriksa dan mengamankan terdakwa beserta kapal adalah petugas dari satuan POLAIR Bima. Bahwa pada saat diperiksa dan diamankan oleh petugas tersebut

terdakwa ada di atas kapal KLM Duta Samudra sebagai Nahkoda. Bahwa petugas yang memeriksa kapal dan mengamankan terdakwa berjumlah 4 (empat) orang. Bahwa awak kapal yang tidak masuk SIJIL adalah saksi M. AMIN, karena pada saat di Surabaya saksi M. AMIN tidak sempat didaftar ke Syahbandar karena kapal keburu berangkat. Bahwa pada saat KLM. Duta Samudra berlayar dari Surabaya ke Bima pada saat kejadian saksi M. AMIN tidak masuk dalam SIJIL karena saksi M. AMIN baru datang ke kapal sedangkan kapal sudah mau berangkat dan kalau mau mengurus SIJIL lagi sudah tidak sempat karena kali mas tempat kapal bersandar airnya sudah mulai surut. Bahwa saksi M. AMIN bekerja di KLM. Duta Samudra sebagai juru kemudi dan sudah lebih dari 10 tahun. Bahwa saat itu saksi M. AMIN bekerja sebagai juru mudi dalam pelayaran KLM DUTA SAMUDRA dari pelabuhan Kalimas Surabaya menuju ke pelabuhan laut Tanjung Bima. Bahwa selain adanya awak kapal yang tidak masuk dalam SIJIL kapal, ada juga pelanggaran lain yang ditemukan petugas yaitu kelengkapan pelampung kapal tidak lengkap. Bahwa kapal apa KLM. Duta Samudra tersebut jenis kapal barang. Bahwa yang bertanggungjawab atas adanya awak kapal yang tidak masuk dalam SIJIL dan kurang lengkapnya pelampung kapal adalah terdakwa sebagai Nakhoda yang bertanggungjawab. Bahwa pemilik KLM Duta Samudra adalah perusahaan yang direkturnya adalah ADI KURNIAWAN. Bahwa Nakhoda tidak dapat melayarkan kapal apabila tidak memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal. Bahwa kelaiklautan wajib bagi setiap kapal yang akan berlayar. Bahwa perlengkapan yang wajib ada di atas kapal sebelum

kapal berlayar antara lain rakit penolong, life jakets, pelampung, perangkat isyarat tanda bahaya dan kapal wajib punya sertifikat keselamatan. Bahwa jika kapal yang dilayarkan adalah kapal barang maka setiap awak yang ada di atas kapal wajib masuk dalam SIJIL;

Menimbang, bahwa terhadap barang bukti berupa KLM DUTA SAMUDRA warna putih dengan ukuran Tonase Kotor ll7 GT dan Tonase Bersih 93 NT Majelis telah melakukan pemeriksaan setempat dan telah menemukan fakta sebagai berikut: Barang bukti sebagaimana dimaksud dalam berkas perkara berupa 1 (satu) unit KLM Duta Samudra berada di desa Bonto Kecamatan Asakota Kota Bima; Per1engkapan keselamatan pelayaran yang didakwakan penuntut umum tidak lengkap telah dilengkapi oleh pemilik kapal berupa sekoci, rakit penolong, dan pelampung baru ;

Menimbang, bahwa dari fakta-fakta tersebut diatas jelas Bahwa awak kapal yang tidak masuk SIJIL adalah saksi M. AMIN, karena pada saat di Surabaya saksi M. AMIN tidak sempat didaftar ke Syahbandar karena kapal keburu berangkat. Bahwa pada saat KLM. Duta Samudra berlayar dari Surabaya ke Bima pada saat kejadian saksi M. AMIN tidak masuk dalam SIJIL karena saksi M. AMIN baru datang ke kapal sedangkan kapal sudah mau berangkat dan kalau mau mengurus SIJIL lagi sudah tidak sempat karena kalimas tempat kapal bersandar airnya sudah mulai surut. Bahwa saat itu saksi M. AMIN bekerja sebagai juru mudi dalam pelayaran KLM DUTA SAMUDRA dari pelabuhan Kalimas Surabaya menuju ke

pelabuhan laut tanjung bima tidak masuk dalam SIJIL, sehingga dengan demikian unsur ini telah terpenuhi.

Menimbang, bahwa berdasarkan uraian dan pertimbangan tersebut maka seluruh unsur dalam dakwaan kedua penuntut umum telah terbukti;

Menimbang, bahwa dari rangkaian pertimbangan diatas Majelis Hakim berkesimpulan seluruh unsur dalam dakwaan kedua telah terpenuhi dan bukti-bukti yang dijadikan dasar pertimbangan untuk mendukung terpenuhinya unsur tersebut juga diperoleh keyakinan. Selama pemeriksaan perkara ini tidak temukan adanya alasan penghapus pidana terhadap perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa, baik sebagai alasan pembenar dan atau alasan pemaaf, maka terdakwa harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa mampu bertanggungjawab maka harus dijatuhi pidana yang setimpal dengan kesalahannya sebagaimana diatur pada Pasal 193 ayat (1) KUHAP, sesuai dengan rasa kemanusiaan, rasa keadilan dan kepastian hukum;

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan pemidanaan bukanlah semata-mata untuk mewujudkan pembalasan terhadap seorang terdakwa atas kesalahannya melainkan lebih dititik beratkan kepada upaya pembinaan agar seorang terdakwa dapat menyadari kesalahannya serta mendorong agar dikemudian hari ia dapat lebih berhati-hati dan tidak mengulangi perbuatannya;

Menimbang, bahwa dimana terdakwa mengakui perbuatannya secara terus terang sehingga persidangan berjalan dengan lancar, bersikap sopan di persidangan, belum pernah dihukum dan keadaan dimana perbuatan tersebut dilakukan tidaklah semata-mata didasari untuk mencelakai orang lain atau para anak buah kapal karena saksi M.Amin juga sebenarnya anak buah kapal tersebut akan tetapi belum sempat didaftarkan kepada syahbandar di Surabaya karena saksi M.Amin sendiri yang berkehendak ikut setelah menghadiri pernikahan di Surabaya sedangkan kapal sudah berlayar karena kali mas tempat kapal bersandar airnya sudah mulai surut dan atas perbuatan terdakwa tersebut tidak ada pihak yang diuntung ataupun dirugikan juga tidak ada yang menjadi korban karena kapal tersebut kapal barang, maka Majelis berpendapat bahwa terhadap terdakwa dipandang patut dan adil bilamana dijatuhi pidana bersyarat sebagaimana dim dalam Pasal 14 huruf a KUHP;

Menimbang, bahwa lamanya pidana bersyarat sebagaimana ditetapkan dalam amar putusan dibawah ini, menurut Majelis dinilai telah memenuhi rasa keadilan baik bagi terdakwa maupun masyarakat pada umumnya;

Menimbang, bahwa karena didalam Pasal 312 ayat (1) jo. Pasal 145 UU RI No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran selain pidana penjara juga mensyaratkan adanya pidana denda, maka Majelis akan menetapkan besarnya denda yang harus dibayar oleh terdakwa kepada Negara dalam amar putusan dibawah ini, dan apabila terdakwa tidak membayar denda tersebut maka akan diganti dengan pidana kurungan yang lamanya akan ditentukan dalam amar putusan dibawah ini;

Menimbang, bahwa mengenai barang bukti akan ditentukan dalam amar putusan;

Menimbang, bahwa terdakwa terbukti bersalah dan dijatuhi pidana, maka mengenai biaya perkara haruslah dibebankan kepada terdakwa sesuai dengan ketentuan Pasal 222 ayat (1) KUHAP;

Menimbang, bahwa untuk mempersingkat uraian putusan ini, maka segala peristiwa yang terjadi dalam persidangan sebagaimana dicatat dalam berita acara sidang, dianggap telah termasuk dan telah pula turut dipertimbangkan serta merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan putusan ini;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka pidana yang akan dijatuhkan terhadap terdakwa sebagaimana disebutkan dalam amar putusan di bawah ini, sudah dipandang patut dan adil;

Menimbang, bahwa sebelum Majelis hakim menjatuhkan pidana terhadap terdakwa, terlebih dahulu dipertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan hal-hal yang meringankan;

Hal-hal yang memberatkan:

1) Perbuatan terdakwa tidak mematuhi amran yang ada; Hal-hal yang meringankan:

1) Terdakwa bersikap sopan dalam persidangan, mengakui terus terang serta menyesali perbuatannya:

3) Terdakwa berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya ; 4) Terdakwa memiliki tanggungan keluarga;

5) Perbuatan terdakwa tersebut dilakukan tidaklah semata-mata didasari untuk mencelakai orang lain atau para anak buah kapal karena saksi M.Amin juga sebenarnya anak buah kapal tersebut akan tetapi belum sempat didaftarkan kepada syahbandar di Surabaya karena kapal sudah berlayar;

6) Perbuatan terdakwa tersebut tidak ada pihak yang diuntung ataupun dirugikan juga tidak ada yang menjadi korban karena kapal tersebut kapal barang.

Mengingat Pasal 312 ayat (l) jo. Pasal 145 UU RI No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Undang-undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-undang No. 49 Tahun 2009 tentang perubahan kedua Undang-undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum, Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, serta peraturan hukum lain yang bersangkutan;

5. Putusan

a. Menyatakan terdakwa JAMALUDIN H. ABDURAHMAN telah terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

“MEMPEKERJAKAN SESEORANG DI KAPAL TANPA DOKUMEN YANG DIPERSYARATKAN”.

b. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 1 (satu) bulan dan denda sejumlah Rp. 1.0000.000,- (satu juta rupiah)

dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar ganti dengan pidana kurungan selama 1 (satu) bulan;

c. Menetapkan pidana tersebut tidak usah di jalani kecuali jika dikemudian hari ada putusan hakim yang menentukan lain disebabkan karena Terpidana melakukan suati tindak pidana sebelum masa percobaan selama 2 (dua) bulan berakhir;

d. Memerintahkan barang bukti berupa;

1) 1 (satu) Unit KLM DUTA SAMUDRA warna putih dengan ukuran Tonase Kotor 117 GT dan Tonase Bersih 93 NT.

2) 1 (satu) lembar Surat Persetujuan Berlayar dengan No. Registrasi : PPK. 29 / 104 / 1 /1 / 2015 an. KLM DUTA SAMUDRA, Tanggal 29 Januari 2015.

3) 1 (satu) lembar Daftar Awak Kapal KLM DUTA SAMUDRA, Tanggal 29 Januari 2015.

4) 1 (satu) lembar Surat dari Kementrian Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kantor Kesyahbandaran Utama Tanjung Perak Surabaya, perihal pedoman muatan deleduk KLM DUTA SAMUDRA, Tanggal 29 Januari 2015.

5) 1 (satu) Lembar PAS BESAR, No ; PK. 205 / 15 / 18 / SYB. TPr-13, Tanggal 23 Juli 2013 KLM DUTA SAMUDRA.

6) 1 (satu) Lembar Surat Ukur No : 107 / OOX – KLM DUTA SAMUDRA, Tanggal 13 Mei 2004.

7) 1 (satu) Lembar Surat Susunan Perwira KLM DUTA SAMUDRA No. PK. 304 / 205 / 07 / SBY. TPr-2014, Tanggal 02 September 2014.

8) 1 (satu) Lembar Sertifikat Keselamatan KLM DUTA SAMUDRA No. AL 405 / 344 / KSOP. BIMA – 14, Tanggal 03 November 2014.

9) 1 (satu) Lembar Surat Tanda Panggilan KLM DUTA SAMUDRA, Tanggal 16 Juli 2014.

10)1 (satu) Lembar Surat Legalitas Operasional Tahunan No : 552.12 / 09 / DISHUBKOMINFO / III, Tanggal 03 September 2013.

11)1 (satu) Buah Kesehatan KLM DUTA SAMUDRA, Tanggal 03 Desember 2014.

12)1 (satu) Lembar Surat Izin Berlayar Karantina Kesehatan KLM DUTA SAMUDRA, Tanggal 28 Januari 2015.

13)1 (satu) Lembar Surat Registrasi Kedatangan Kapal dalam karantina, Tanggal 28 Januari 2015.

14)1 (satu) Lembar Sertifikat Bebas Tindakan Sanitasi Kapal, Tanggal 03 Desemeber 2014.

15)1 (satu) Buah Buku SIJIL KLM DUTA SAMUDRA. 16)1 (satu) Buah Buku Pelaut an. M. AMIN.

Dikembalikan kepada ADI KURNIAWAN;

e. Membebankan kepada terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 2500,- (dua ribu lima ratus rupiah);

6. Analisis putusan a. Dakwaan

Pada zaman HIR surat dakwaan disebut “surat tuduhan” atau disebut juga acte van beschuldinging, sedangkan KUHAP seperti yang ditegaskan pada Pasal 140 ayat (1) KUHAP, diberi nama surat dakwaan, atau dapat disebut akte van verwijzing atau dalam istilah hukum inggris imputation .

1) Pengertian

Pada umumnya, surat dakwaan di artikan oleh para ahli hukum, berupa pengertian, yaitu :

a) Surat akta

b) Yang memuat rumusan tindak pidana yang dimuat pada terdakwa c) Yang disimpulkan dan ditarik dari hasil pemeriksaan dan penyedikan

dihubungkan dengan rumusan pasal tindak pidana yang di langgar dan di dakwakan pada terdakwa.

Menurut J. C. T Simorangkir29, bahwa “dakwa berarti tuduh, mendakwa berarti menuduh demikian juga terdakwa berarti tertuduh”. Demikian pula menurut A. Karim Nasution30

2) Syarat-syarat surat dakwaan

memberikan definisi surat dakwaan atau tuduhan, yaitu “suatu surat atau akta yang memuat suatu perumusan dari tindak pidana yang di tuduhkan (didakwakan), yang sementara dapat disimpulkan dari surat-surat pemeriksaan pendahuluan, yang merupakan dasar bagi hakim untuk melakukan pemeriksaan yang bila ternyata cukup bukti terdakwa dapat dijatuhi hukuman.”

Adapun I. A. Nederberg mendefinisikan, bahwa surat dakwaan adalah “sebagai surat yang merupakan dasarnya dan menentukan batas-batas bagi pemeriksaaan hakim.”

Menurut Pasal 143 KUHAP, bahwa surat dakwaan mempunyai dun syarat yang harus dipenuhinya, ialah:

a) Syarat-syarat Formil

Syarat formil surat dakwaan sebagaimana diatur dalam Pasal 143 ayat (2) huruf a KUHAP, yang mencakup:

(1) Diberi tanggal;

29

J.C.T Simorangkir, Kamus Hukum, (Jakarta: Aksara Baru, 1983), h. 40 29

A. Karim Nasution, Masalah Surat Tudduhan dalam Proses Pidana,(Jakarta: CV Pantjuran Tujuh, 1981), h. 75

(2) Memuat identitas terdakwa secara lengkap, meliputi: (a) Nama lengkap

(b) tempat lahir, umur/tanggal lahir; (c) jenis kelamin;

(d) kebangsaan; (e) tempat tinggal; (f) agama; dan (g) pekerjaan

(3) Ditandatangani oleh penuntut umum

Jadi hakim dapat membatalkan dakwaan penuntut umum, karena tidak jelas dakwaan dituiukan kepada siapa. Tujuannya adalah untuk mencegah teriadinya kekeliruan mengenai orang atau pelaku tindak pidana yang sebenarnya (error of subyektum).

b) Syarat Materiel

Adapun syarat materiel menurut Pasal 143 (2) huruf b KUHAP, bahwa Surat dakwaan harus memuat uraian “secara cermat, jelas, dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu (tempos delicti) dan tempat tindak pidana itu dilakukan (locus delicti).

Yang dimaksud dengan pengertian: cermat, jelas, dan lengkap adalah sebagai berikut:

1) Cermat, jadi surat dakwaan itu dipersiapkan sesuai dengan Undang-undang yang berlaku bagi terdakwa, tidak terdapat kekurangan atau kekeliruan.

Ketidakcermatan dalam menyusun surat dakwaan dapat mengakibatkan “batalnya atau tidak dapat diterima/ dibuktikan surat dakwaan”, antara lain karena:

a) Apakah ada pengaduan dalam hal delik aduan?

b) Apakah penerapan hukum/ketentuan pidananya sudah tepat?

c) Apakah terdakwa dapat dipertanggungjawabkan dalam melakukan tindak pidana tersebut?

d) Apakah tindak pidana tersebut belum/sudah kedaluwarsa? e) Apakah tindak yang dilakukan itu tidak “Nebis in Idem”? 2) Jelas, berarti bahwa penuntut umum harus mampu untuk:

a) Merumuskan unsur-unsur delik yang didakwakan.

b) Uraian perbuatan materil (fakta) yang dilakukan oleh terdakwa. Dalam hal ini harus diingat, bahwa tidak boleh memadukan dalam uraian dakwaan antara delik yang satu dengan delik yang lain, yang unsur-unsurnya berbeda satu sama lain, atau antara uraian dakwaan yang hanya menunjukkan pada uraian dakwaan sebelumnya; sedangkan unsur-unsurnya berbeda satu sama lain, atau uraian dakwaan yang hanya menunjukkan pada uraian dakwaan sebelumnya, sedangkan unsur-unsurnya berbeda.

 Pasal 55 & Pasal 56 KUH Pidana;

 Pasal 372 & Pasal 378 KUHP;

Dokumen terkait