1. 1 Kurang Baik 2 6,66 2. 2 Cukup Baik 2 6,66 3. 3 Baik 5 16,66 4. 4 Sangat Baik 7 23,33 5. 5 Paling Baik 14 46,66 Jumlah 30 100
Sumber : Analisis Data Primer, 2009
4.2.2.2. Faktor Ancaman ( Threats ), yaitu menganalisa variabel – variabel ancaman yang dimiliki oleh pengrajin dalam pemasaran produk kerajinan tenun ikat Dayak. Adapun variabel ancaman tersebut adalah :
a. Kesamaan Motif Dari Pengrajin Lain
Motif / Corak pada dasarnya menggambarkan suatu imajinasi dari pengrajin dan mencitrakannya kedalam bentuk kain tenun ikat Dayak. Motif juga menggambarkan ekspresi perasaan dari pengrajin yang terjadi saat melakukan kegiatan menenun. Pada umumnya motif-motif yang dihasilkan dapat dengan mudah dijiplak atau ditiru oleh pengrajin lain, yang membedakannya adalah mengartikan setiap motif yang terkandung dalam berbagai produk tenun ikat.
Adapun hasil penelitian, variabel ini memiliki nilai bobot sebesar 0,047 (Lampiran 2) dan ratingnya sebesar 1 (Tabel 34), artinya adalah sebesar 56,66% produk yang dihasilkan sama atau
berada pada konsentrasi kategori Kurang Berbeda atau Sama (Lampiran 8). Hal ini dapat mengurangi keuntungan yang diperoleh pengrajin dalam usahanya disebabkan adanya motif yang sejenis yang ada dipasaran akan mempengaruhi persepsi konsumen terhadap produk, apalagi jika harga yang ditawarkan lebih murah dari produk asli tenun ikat. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meminimalkan usaha untuk meniru suatu produk orang lain dengan cara menghasilkan produk dengan motif yang sangat rumit serta memberikan hak paten terhadap motif tenun ikat Dayak yang ada.
Tabel – 34. Hasil Rating Pengrajin Tenun Ikat Dayak Mengenai Variabel Ancaman Kesamaan Motif Dari Pengrajin Lain
No. Rating Kategori Jumlah Pengrajin ( orang ) Persentase ( % ) 1. 5 Sangat Berbeda 5 16,66 2. 4 Berbeda 3 10,00 3. 3 Cukup Berbeda 5 16,66 4. 2 Kurang Berbeda 8 26,66 5. 1 Tidak Berbeda 9 30,00 Jumlah 30 100
Sumber : Analisis Data Primer, 2009 b. Belum Adanya Merek Produk
Pemberian merek pada produk bertujuan untuk memperkenalkan suatu produk agar mudah diingat dan dikenal masyarakat sehingga akan menimbulkan ketertarikan pada produk tersebut. Sampai pada saat ini, produk tenun ikat Dayak belum memiliki merek tersendiri dan hanya dikenal dari daerah asal pengrajin.
Hasil penelitian terhadap variabel ini didapatkan nilai bobot sebesar 0,079 (Lampiran 2) dan ratingnya 4 (Tabel 35), artinya adalah peran merek dalam setiap produk tenun ikat sebesar 96,66% atau terkonsentrasi pada kategori Sangat Penting berdasarkan fungsinya sebagai daya tarik konsumen, pembeda dengan produk lain, meningkatkan nilai jual serta sebagai Brand Image suatu produk (Lampiran 8). Dengan tidak adanya merek akan menyulitkan konsumen dalam mengenal produk kerajinan tenun ikat Dayak serta akan mudah diklaim sebagai produk asli dari para pesaing. Oleh karena itu, pemberian merek dagang pada berbagai produk tenun ikat Dayak cukup diperlukan sehingga produk memiliki karakteristik/ciri khas tersendiri.
Tabel – 35. Hasil Rating Pengrajin Tenun Ikat Dayak Mengenai Variabel Ancaman Belum Adanya Merek Produk No. Rating Kriteria Jumlah Pengrajin
( orang ) Persentase ( % ) 1. 5 Paling Penting 3 10,00 2. 4 Sangat Penting 12 40,00 3. 3 Penting 6 20,00 4. 2 Cukup Penting 8 26,66 5. 1 Kurang Penting 1 3,33 Jumlah 30 100
Sumber : Analisis Data Primer, 2009 c. Kenaikan Harga Bahan Baku
Kenaikan harga bahan baku akan mempengaruhi jumlah produksi kain tenun ikat yang dapat diproduksi oleh pengrajin pada jangka waktu tertentu. Bahan-baku tersebut berupa zat pewarna (alami dan kimia) serta benang katun. Zat pewarna
terutama dari bahan kimia dan benang katun merupakan bahan baku utama dalam proses produksi tenun ikat dayak yang sebagian besar dibeli dari Koperasi JMM. Jenis zat pewarna untuk warna kuning, merah dan hitam rata - rata dibeli dengan harga Rp.38.000 per botol sedangkan benang katun rata – rata dibeli dengan harga Rp. 100.000 per gulung.
Hasil penelitian terhadap variabel ini didapatkan nilai bobot sebesar 0,092 (Lampiran 2) dan ratingnya 4 (Tabel 36), artinya adalah harga bahan baku yang digunakan untuk berbagai macam produk tenun ikat yang akan dihasilkan, sebesar 56,66% atau terkonsentrasi pada kategori Cukup Mahal (Lampiran 8), sehingga akan berdampak pada biaya produksi tenun ikat Dayak. Hal itu disebabkan, sebagian besar bahan baku dapat diperoleh dari lokasi setempat, dari tempat lain, dari luar negeri serta Koperasi JMM. Akan tetapi, kebanyakan para pengrajin masih tergantung kepada koperasi JMM dalam menyediakan semua bahan baku tersebut. Oleh karena itu, upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menyelaraskan kegiatan untuk menyediakan bahan baku yang cukup antara pengrajin dan koperasi JMM dalam bentuk kerjasama yang intensif.
Tabel – 36. Hasil Rating Pengrajin Tenun Ikat Dayak Mengenai Variabel Ancaman Kenaikan Harga Bahan Baku No. Rating Kategori Jumlah Pengrajin
( orang ) Persentase ( % ) 1. 5 Murah 0 0 2. 4 Cukup Mahal 10 33,33 3. 3 Mahal 8 26,66 4. 2 Sangat Mahal 9 30,00 5. 1 Paling Mahal 3 10,00 Jumlah 30 100
Sumber : Analisis Data Primer, 2009 d. Belum Adanya Standar Harga Beli
Variabel ini merupakan salah satu faktor ancaman bagi pengrajin dalam mendapatkan harga yang layak dari produk kerajinan tenun ikat Dayak yang dipasarkan. Pada umumnya, terdapat perbedaan harga beli dari pengrajin langsung kepada konsumen dengan atau tanpa melalui lembaga pemasaran (Koperasi JMM serta Desperindagkop). Hal itu dikarenakan belum adanya standar harga beli yang baku sehingga baik pengrajin maupun lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran kesulitan untuk menetapkan harga yang cocok. Jika dilihat dari kepentingan pengrajin/produsen, standar harga beli akan memberikan keuntungan paling tinggi apabila konsumen membeli produk yang dihasilkan diatas harga produksi per unit.
Hasil penelitian pada variabel ini memiliki nilai bobot sebesar 0,098 (Lampiran 2) dan ratingnya 2 (Tabel 37), artinya adalah dengan tidak adanya standar harga beli untuk berbagai jenis produk tenun ikat dayak akan membuat pengrajin
mendapatkan harga beli sebesar 99% atau terkonsentrasi pada kategori Sangat Rendah (Lampiran 8). Adanya monopoli harga dan lemahnya posisi nilai tawar – menawar pengrajin khususnya terhadap Koperasi JMM menyebabkan kecenderungan penurunan produktivitas produk kerajinan tenun Ikat Dayak.
Oleh karena itu, diperlukan penetapan standar harga beli yang bertujuan agar harga yang ditawarkan diupayakan dapat memberikan keuntungan yang lebih kepada pengrajin.
Tabel – 37. Hasil Rating Pengrajin Tenun Ikat Dayak Mengenai Variabel Ancaman Tidak Adanya Standar Harga Beli No. Rating Kriteria Jumlah Pengrajin
( orang ) Persentase ( % ) 1. 5 Tinggi 0 0 2. 4 Rendah 6 20,00 3. 3 Cukup Rendah 6 20,00 4. 2 Sangat Rendah 10 33,33 5. 1 Paling Rendah 8 26,66 Jumlah 30 100
Sumber : Analisis Data Primer, 2009