• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

3. Faktor-faktor Burnout

Menurut Maslach & Leiter (1997: 26) faktor-faktor yang mempengaruhi burnout yaitu :

a. Bekerja secara berlebihan.

b. Pekerjaan yang dilakukan menuntut banyak waktu.

c. Pekerjaan yang dilakukan menyebabkan kelelahan yang berlebihan.

d. Kurangnya dukungan sosial.

e. Imbalan atau reward yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang telah dilakukan .

Sementara itu, Baron dan Greenberg (Ulfiani Rahman, 2007: 221) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya burnout

menjadi dua bagian, yaitu :

a. Faktor eksternal berupa kondisi organisasi kerja yang meliputi : kondisi lingkungan kerja yang kurang baik, kurangnya kesempatan untuk promosi, adanya prosedur dan peraturan yang kaku yang membuat orang merasa terjebak dalam sistem yang tidak adil, tuntutan pekerjaan.

b. Faktor internal adalah kondisi yang berasal dari dalam diri individu, yaitu meliputi; jenis kelamin, usia, harga diri, tingkat

24

pendidikan, masa kerja, dan karakteristik kepribadian serta kemampuan penanggulangan terhadap stres.

Sejalan dengan pernyataan diatas, Nurwangid, dkk(2010: 7) juga mengelompokkan faktor-faktor yang mempengaruhi burnout menjadi 2 kelompok, yaitu :

a. Faktor eksternal yang meliputi lingkungan sekolah yang kurang baik, metode mengajar guru yang monoton, kurangnya dukungan sosial dari orang tua maupun guru, tugas-tugas yang diberikan bersifat monoton.

b. Faktor internal meliputi usia, jenis kelamin, kondisi fisik maupun psikis.

Sedangkan Silval (2001: 22-23) mengatakan bahwa faktor- faktor yang menyebabkan burnout di sekolah adalah sebagai berikut :

a. Tuntutan-tuntutan dari sekolah yang mengininkan siswa untuk mencapai hasil yang baik sehingga membebani siswa selama di sekolah.

b. Tidak ada ruang gerak untuk kreatifitas siswa dan partisipasi aktif pada siswa di sekolah mengenai metode belajar dan mengajar.

c. Kurangnya reward yang diberikan pada siswa. Pemberian reward ini penting bagi siswa karena dengan pemberian reward bisa diartikan sebagai bentuk apresiasi prestasi siswa di sekolah, sehingga menjadikan siswa bangga dan lebih

25

bersemangat dalam melakukan segala kegiatan di sekolah, baik yang bersifat akademik maupun non akademik.

d. Kurangnya hubungan interpersonal yang terjalin antar siswa maupun guru di sekolah, sehingga apabila terjadi suatu permasalahan dengan teman maupun guru akan sulit untuk diungkapkan karena kurangnya kedekatan dan keakraban siswa, dengan begitu akan membuat siswa kurang semangat untuk melakukan aktivitas belajar di sekolah.

e. Adanya tuntutan dari orang tua akan keberhasilan siswa di sekolah.

f. Adanya perbedaan pandangan dari sekolah, keluarga dan lingkungan sekitar tentang prestasi belajar yang diraih siswa. Berdasarkan paparan para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi burnout belajar adalah faktor eksternal yang meliputi belajar dalam waktu yang berlebihan atau terlalu lama, kurangnya reward atau penghargaan yang diberikan oleh guru, dan metode pembelajaran yang kurang bervariasi, tuntutan dari sekolah dan orang tua sedangkan faktor internal yang mempengaruhi

burnout belajar adalah jenis kelamin, usia, kepribadian, harga diri, tingkat pendidikan, masa kerja, dan karakteristik kepribadian serta kemampuan penanggulangan terhadap stres.

26

4. Aspek-aspek Burnout

Menurut Baron dan Greenberg (Ulfiani, 2007: 221) mengemukakan empat aspek burnout, yaitu :

a. Kelelahan fisik yang ditandai dengan sakit kepala, mual, susah tidur, dan kurangnya nafsu makan.

b. Kelelahan emosional ditandai dengan depresi, perasaan tidak berdaya, merasa terperangkap dalam pekerjaannya, mudah marah serta mudah tersinggung.

c. Kelelahan mental, ditandai dengan bersikap sinis terhadap orang lain, bersifat negatif terhadap orang lain, cenderung merugikan diri sendiri, pekerjaan, organisasi dan kehidupan pada umumnya. d. Rendahnya penghargaan terhadap diri sendiri, ditandai dengan

tidak pernah puas terhadap hasil kerja sendiri, merasa tidak pernah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain.

Sejalan dengan pendapat Muh Nurwangid, Isti Yuni Purwanti., & Kartika N. Fathiyah (2010: 7) yang mengemukakan aspek-aspek

burnout sebagai berikut :

a. Kelelahan fisik. Penderita burnout merasakan adanya anggota badan yang sakit dan gejala kelelahan fisik kronis yang disertai dengan sakit kepala, mual, insomnia, dan kehilangan selera makan.

27

b. Kelelahan emosional. Aspek emosional ditandai dengan perasaan yang mudah tersinggung, mudah marah, bermusuhan, emosi tidak stabil dan telalu peka.

c. Kelelahan mental. Gejala-gejala mental yang tampak yaitu ketidakberdayaan, merasa tidak mampu dalam mengerjakan tugas- tugas sekolah, perasaan rendah diri, tidak mampu untuk bersosialisasi dengan teman.

d. Rendahnya penghargaan terhadap diri, ditandai dengan individu tidak pernah merasa puas dengan hasil kerja sendiri dan merasa tidak pernah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain.

Menurut Maslach (1997: 17-18) mengemukakan bahwa burnout

mempunyai tiga dimensi, yaitu :

a. Kelelahan emosional, ditandai dengan perasaan lelah yang dialami oleh seseorang baik secara emosional maupun secara fisik. Sehingga memicu berkurangnya energi untuk menghadapi berbagai pekerjaan yang lain.

b. Depersonalisasi, ditandai dengan menjauhnya individu dari lingkungan sosial, apatis, tidan perduli terhadap lingkungan dan orang-orang yang ada disekitarnya. Depersonalisasi adalah reaksi yang ditimbulkan untuk menyembunyikan kelelahan yang sedang dialami.

28

c. Rendahnya penghargaan terhadap diri sendiri, yakni individu tidaak pernah merasa puas dengan hasil karyanya sendiri, merasa tidak pernah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain.

Berdasarkan para ahli diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek yang mempengaruhi burnout adalah kelelahan emosional yang dapat dikategorikan sebagai kelelahan fisik, kelelahan emosi, dan kelelahan mental, Depersonlisasi yang ditandai dengan menjauhnya individu dari lingkungan sosial, dan rasa rendah diri yang membuat individu merasa tidak puas dengan kemampuan yang dimiliki.

B. Kajian Belajar

1. Definisi Belajar

Belajar menurut Muhibbin Syah (2003: 63) adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Menurut Oemar Hamalik (2001: 27) belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, belajar yaitu mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.

Menurut A. M. Sardiman (1986: 20) belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya

29

dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Belajar akan lebih baik jika dilakukan dengan mengalami atau melakukannya, sehingga tidak bersifat verbalistik.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah usaha sadar yang dilakukan oleh individu yang bertujuan untuk merubah diri dan meningkatkan kemampuan dalam diri melalui latihan yang dilakukan secara terus menerus dan perubahan tersebut terjadi bukan karena peristiwa kebetulan semata. Dari proses belajar individu akan mendapatkan suatu hasil dari usahanya tersebut, akan tetapi untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal, proses belajar tersebut juga harus dilakukan dengan serius dan keinginan yang kuat agar dapat mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan.

2. Prinsip-Prinsip Belajar

Menurut teori belajar Gestalt (A. M. Sardiman, 1986: 31) prinsip- prinsip belajar yang terpenting yaitu :

a. Manusia bereaksi dengan lingkungannya secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tetapi juga secara fisik, emosional, sosial dan sebagainya.

b. Belajar adalah penyesuaian diri terhadap lingkungan.

c. Menusia berkembang secara keseluruhan sejak dari kecil hingga dewasa, lengkap dengan segala aspek-aspeknya.

30

d. Belajar adalah perkembangan kearah diferensiasi yang lebih luas.

e. Belajar hanya berhasil, apabila tercapai kematangan untuk memperoleh insight.

f. Tidak mungkin ada belajar tanpa ada kemauan untuk belajar, motivasi memberikan dorongan yang menggerakkan seluruh organisme.

g. Belajar akan berhasil kalau ada tujuan.

h. Belajar merupakan suatu proses bila seseorang itu aktif.

Sedangkan menurut William Burton (Oemar Hamalik, 2001: 31) menyimpulkan prinsip-prinsip belajar sebagai berikut :

a. Proses belajar ialah pengalaman, berbuat, meraksi, dan melampaui.

b. Proses itu melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata pelajaran-mata pelajaran yang terpusat pada tujuan tertentu.

c. Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan murid.

d. Proses belajar dan hasil usaha belajar secara materiil dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan individual dikalangan murid-murid.

31

e. Hasil-hasil belajar diterima oleh murid apabila memberi kepuasan pada kebutuhannya dan berguna serta bermakna baginya.

f. Hasil-hasil belajar itu lambat laun dipersatukan menjadi kepribadian dengan kecepatan yang berbeda-beda.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip- prinsip belajar yaitu pengalaman belajar secara maksimal bermakna bagi kehidupan murid,belajar adalah penyesuaian diri terhadap lingkungan, hasil belajar dipersatukan menjadi kepribadian siswa tersebut, dan Tidak mungkin ada belajar tanpa ada kemauan untuk belajar

3. Faktor-faktor Belajar

Menurut Oemar Hamalik (2001: 32) belajar yang efektif sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisional, faktor-faktor tersebut yaitu:

a. Faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan

Siswa yang belajar melakukan banyak kegiatan baik kegiatan neural system, seperti melihat, mendengar, merasakan, berfikir, kegiatan motoris dan kegiatan lainnya yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan, sikap, kebiasaan, dan minat.

32

b. Belajar merupakan latihan, dengan jalan relearning, recalling, reviewing agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembalidan pelajaran yang belum dikuasai akan lebih mudah dipahami

c. Belajar akan lebih berhasil jika siswa merasa berhasil dan mendapatkan kepuasan dari belajarnya. Belajar hendaknya dilakukan dalam suasana yang menyenangkan.

d. Faktor asosiasi mempunyai manfaat besar dalam belajar, karena semua pengalam belajar antara yang lama dengan yang baru, secara berurutan diasosiasikan, sehingga menjadi satu kesatuan pengalaman.

Sedangkan menurut Muhibbin Syah (Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 201-202) mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa adalah faktor intern dan faktor ekstern, yaitu :

a. Faktor-faktor intern yaitu faktor yang berasal dari anak didik, seperti Kognitif, yang meliputi rendahnya kapasitas intelektual anak didik. Ranah afektif yaitu labilnya emosi dan sikap peserta didik. Ranah psikomotor yaitu terganggunya alat-alat indra penglihatan dan pendengaran.

b. Faktor ekstern yaitu faktor yang meliputi situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar peserta didik, yaitu :

33

1) Lingkungan keluarga, contohnya: ketidak harmonisan hubungan orang tua dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.

2) Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh dan teman sepermainan yang nakal.

3) Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk dan dekat dengan keramaian, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa faktor belajar dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi adalah faktor yang berasal dari peserta didik yaitu kapasitas intelektual siswa, dan labilnya sikap dan emosi siswa. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi yaitu faktor yang berasal dari luar peserta didik yang meliputi kondisi keharmonisan dalam keluarga, kondisi dan kompetensi guru serta fasilitas sekolah.

C. Kajian Remaja

1. Definisi Remaja

Golinko (Yudrik Yahya, 2011: 219) Kata “remaja” berasal dari

bahasa latin yaitu adolescene yang berarti to grow atau to grow maturity. Santrock (2003: 26) mengatakan remaja adalah masa

34

perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio emosional. Pendapat lain diungkapkan oleh Hurlock (Rita Eka Izzaty, dkk, 2008: 124) yang menyatakan bahwa awal masa remaja berlangsung kira-kira dari tiga belas tahun sampai enam belas tahun atau tujuh belas tahun, dan akhir masa remaja bermula dari 16 atau 17 tahun sampai 18 tahun, yaitu usia masa secara hukum. Menurut Papilia dan Olds (Yudrik Yahya, 2011: 220) masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umunya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa remaja adalah individu yang berusia 12-21 tahun yang sedang berada dalam masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini remaja mengalami banyak perubahan yang terjadi pada dirinya, perubahan yang terjadi mencakup perubahan fisik dan perubahan kognitif. Perubahan fisik pada remaja dapat terlihat dengan jelas, dimana tubuh berkembang dengan pesat. Sedangkan perubahan kognitif yang terjadi yaitu remaja mulai mampu berfikir secara abstrak sesuai dengan pemikiran orang dewasa.

35

Dokumen terkait