• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab II Tinjauan Pustaka

B. Faktor Demografi

Kata demografi berasal dari bahasa Yunani yang berarti: “Demos” adalah rakyat atau penduduk dan “Grafein” adalah menulis. Jadi Demografi adalah tulisan-tulisan atau karangan-karangan mengenai rakyat atau penduduk. Istilah ini dipakai untuk pertama kalinya oleh Achille Guilard dalam karangannya yang berjudul “Element de Statistique Humaine on Demographic Compares” pada tahun 1885.

Donal J. Bogue (1973) dalam Moh. Yasin (2007) memberikan definisi tentang Demografi sebagai berikut:

“Demografi adalah ilmu yang mempelajari secara statistik dan matematik tentang besar, komposisi dan distribusi penduduk dan perubahan-perubahannya sepanjang masa”.

Philip M. Hauser dan Dudley Duncan (1973) dalam Moh. Yasin (2007) memberikan definisi Demografi sebagai berikut:

“Demografi adalah ilmu yang mempelajari tentang jumlah, persebaran teritorial dan komposisi penduduk serta perubahan-perubahannya dan sebab-sebab perubahan tersebut”.

Dari berbagai faktor yang mempengaruhi demografi dalam ilmu demografi terdapat beberapa faktor yang mungkin berpengaruh pada keahlian komputer audit baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh tak langsung bisa terjadi lewat sikap. Bukti empiris menunjukkan bahwa perbedaan persepsi mempunyai hubungan dengan sikap individu (Igbaria, 1994 dalam Wijayanti, 2008). Selanjutnya, sikap akan berpengaruh pada keberhasilan penerapan suatu sistem informasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut mencakup umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pengalaman.

1. Umur.

Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati (Notoatmodjo, 2006). Semisal, umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung.

Dalam usahanya menguji kemampuan seseorang yang berbeda umurnya dalam belajar komputer, hasil penelitian Raub (1981) dalam Rifa

dan Gudono (1999) terhadap kelompok umur yang berbeda dalam pembelajaran komputer menunjukkan bahwa kelompok umur tua peningkatan kemampuannya lebih baik dari pada kelompok umur yang lebih muda.

Dikaitkan dengan tingkat keahlian, hasil penelitian Harrison dan Rainer (1992) dalam Sudijanta (2000) menunjukkan bahwa personil yang lebih muda mempunyai tingkat keahlian komputer yang lebih tinggi dari pada personil yang lebih tua. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rifa dan Gudono (1999) yang menunjukkan bahwa umur berhubungan negatif dengan keahlian komputer seseorang.

2. Jenis Kelamin.

Untuk memahami maksud dari jenis kelamin harus dibedakan kata gender dengan seks (jenis kelamin). Pengertian jenis kelamin merupakan pembagian dua jenis kelamin yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin laki-laki atau perempuan. Pensifatan manusia pada jenis kelamin laki-laki yaitu manusia yang memiliki penis, memiliki jakala (kalamenjing) dan memproduksi sperma. Sedangkan perempuan memiliki alat reproduksi seperti rahim dan saluran yang melahirkan, memproduksi sel telur, memiliki vagina dan alat menyusui (Sugiyanto dan Widayati, 2009).

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:469,529) mendefinisikan jenis adalah sesuatu yang mempunyai ciri (sifat, keturunan) yang khusus, sedangkan kelamin adalah jodoh (laki-laki dan perempuan antara jantan

dan betina), sifat jasmani/rohani yang membedakan sebagai pria dan wanita, jenis laki-laki atau perempuan (genus).

Sedangkan gender adalah suatu konsep analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari sudut non-biologis, yaitu dari aspek sosial, budaya maupun psikologis (Sugiyanto dan Widayati, 2009).

Beberapa penelitian mencoba meneliti hubungan antara jenis kelamin dengan keahlian komputer. Dalam penelitiannya Gutek dan Bilkson (1985) dalam Rifa dan Gudono (1999) menemukan bahwa pria cenderung mempunyai keahlian komputer yang lebih baik daripada wanita dalam pekerjaannya.

Hasil penelitian Evans (1987) dalam Sudijanta (2000) menunjukkan bahwa wanita lebih banyak masalah dalam menggunakan komputer. Hasil penelitian Heinssen (1987) dalam Sudijanta (2000) menunjukkan bahwa wanita mempunyai tingkat kecemasan yang lebih tinggi daripada pria apabila duduk di depan komputer. Hasil penelitian Harrison dan Rainer (1992) dalam Rifa dan Gudono (1999) menunjukkan bahwa pria mempunyai keahlian komputer yang lebih tinggi daripada wanita.

Sedangkan hasil penelitian Rifa dan Gudono (1999) menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara jenis kelamin dengan keahlian dalam menggunakan komputer.

3. Pendidikan.

Menurut Notoatmodjo (2003), pendidikan adalah suatu proses pengembangan kemampuan ke arah yang diinginkan. Pendidikan di sini

adalah pendidikan jangka panjang atau pendidikan formal yang telah didapat oleh seorang auditor. Sedangkan pendidikan jangka pendek, biasanya disebut pelatihan perbedaan istilah pendidikan dan pelatihan dalam suatu institusi, secara teori dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1

Perbedaan antara Pendidikan dan Pelatihan

No Uraian Pendidikan Pelatihan

a Pengembangan kemampuan Menyeluruh Spesifik b Area kemampuan Kognitif, afektif,

dan psikomotorik

Psikomotorik

c Jangka waktu pelaksanaan Panjang Pendek d Materi yang diberikan Lebih umum Lebih khusus e Penekanan penggunaan

metode belajar mengajar

Konvensional Inkonvensional

f Penghargaan proses akhir Gelar Sertifikat Sumber Data: Notoatmodjo, 2003

Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa pendidikan dan pelatihan adalah dua hal yang berbeda. Pendidikan dalam penelitian ini merupakan pendidikan formal dalam memenuhi kebutuhan profesi akuntan publik, seperti pendidikan sarjana akuntansi (S1 akuntansi).

Hasil penelitian Igbaria dan Parasuraman (1989) dalam Rifa dan Gudono (1999) menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara tingkat pendidikan dengan Computer Anxiety. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rifa dan Gudono (1999) mendukung hasil penelitian dari Harrison dan Rainer (1992) yang menemukan bahwa ada hubungan

positif antara tingkat pendidikan dengan keahlian dalam menggunakan komputer.

4. Pengalaman.

Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. (Asih, 2006).

Pengalaman berdasarkan lama bekerja dengan komputer dalam melakukan audit merupakan pengalaman auditor dalam menggunakan komputer yang dihitung berdasarkan satuan waktu/tahun. Sehingga auditor yang telah lama bekerja dengan menggunakan komputer dalam melakukan audit sebagai auditor dapat dikatakan auditor yang berpengalaman. Karena semakin lamanya auditor bekerja dengan menggunakan komputer dalam melakukan audit, maka akan dapat menambah dan memperluas pengetahuan auditor di bidang akuntansi, auditing, dan sistem informasi akuntansi.

Ludigo dan Carnell (1985) dalam Mayangsari (2003) berpendapat bahwa berbagai macam pengalaman individu akan mempengaruhi pelaksanaan suatu tugas. Mereka berpendapat bahwa seseorang yang berpengalaman akan memiliki cara berpikir yang lebih terperinci, lengkap dan sohhisticated dibandingkan dengan orang yang belum berpengalaman.

Pengalaman sebagai salah satu variabel yang banyak digunakan dalam berbagai penelitian. Marinus, Wray (1997) dalam Herliansyah dan

Ilyas (2006) menyatakan bahwa secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas. Penggunaan pengalaman didasarkan pada asumsi bahwa tugas yang dilakukan secara berulang-ulang memberikan peluang untuk belajar melakukannya dengan yang terbaik sehingga dapat meningkatkan keahlian seseorang.

Purnamasari (2005) memberikan kesimpulan bahwa seorang karyawan yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam beberapa hal diantaranya; 1) Mendeteksi kesalahan, 2) Memahami kesalahan dan 3) Mencari penyebab munculnya kesalahan. Keunggulan tersebut bermanfaat bagi pengembangan keahlian. Berbagai macam pengalaman yang dimiliki individu akan mempengaruhi pelaksanakan suatu tugas. Seseorang yang berpengalaman memiliki cara berpikir yang lebih terperinci, lengkap dan sophisticated dibandingkan seseorang yang belum berpengalaman (Taylor dan Tood, 1995 dalam Gusti dan Ali, 2008).

Pengalaman kerja seseorang menunjukkan jenis-jenis pekerjaan yang pernah dilakukan seseorang dan memberikan peluang yang besar bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik. Semakin luas pengalaman kerja seseorang, semakin trampil melakukan pekerjaan dan semakin sempurna pola berpikir dan sikap dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Suartana dan Kartana, 2008).

Pengalaman kerja dapat memperdalam dan memperluas kemampuan kerja. Semakin sering seseorang melakukan pekerjaan yang sama, semakin

terampil dan semakin cepat dia menyelesaikan pekerjaan tersebut. Semakin banyak macam pekerjaan yang dilakukan seseorang, pengalaman kerjanya semakin kaya dan luas, dan memungkinkan peningkatan kinerja (Asih, 2006).

Hasil penelitian Harrison dan Rainer (1992) dalam Rifa dan Gudono (1999) menunjukkan bahwa orang yang lebih berpengalaman di bidang komputer mempunyai keahlian komputer yang lebih tinggi daripada orang yang tidak berpengalaman. Levin dan Gordon (1989) dalam Sudijanta (2000) mengemukakan bahwa subyek yang mempunyai komputer sendiri lebih termotivasi untuk lebih membiasakan diri mempelajari komputernya dan memiliki sikap yang lebih berpengaruh terhadap komputer daripada subyek yang tidak memiliki komputer sendiri.

Hasil penelitian Dambrot et al. (1988) dalam Sudijanta (2000) menunjukkan bahwa subyek yang gagal dalam mengikuti kursus pemasangan bahasa program, keahliannya akan lebih rendah daripada subyek yang lulus dalam mengikuti kursus. Sedangkan hasil penelitian Rifa dan Gudono (1999) menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif anatar pengalaman dengan keahlian menggunakan komputer.

Dokumen terkait