• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.10 Analisis Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap

5.10.2 Faktor eksternal

Adapun peluang-peluang yang mempengaruhi pengembangan usaha di Kabupaten Kulon Progo,antara lain:

1) Potensi SDI yang belum dimanfaatkan secara optimal (O1).

Potensi sumberdaya ikan di perairan Selatan Jawa yang sebesar 320.600 ton per tahun dan di pantai selatan DIY sebesar 3.400 ton, masih banyak yang belum tereksploitasi. Potensi yang baru dimanfaatkan di Kulon Progo sebesar 439,5 ton per tahun. Hal ini membuat peluang nelayan Kabupaten Kulon Progo untuk mengoptimalkan kegiatan penangkapan di laut lebih dari batas 4 mil. Apabila Pelabuhan Perikanan Karangwuni Kulon Progo telah jadi, maka akan dapat menampung kapal sekitar 400 buah berukuran 3 hingga di atas 30 GT (lihat pada sub bab 1.1).

Kesempatan untuk bekerjasama dengan pihak asing mulai terbuka bagi Kabupaten Kulon Progo. Kerjasama yang akan dilakukan oleh pihak Kulon Progo dengan investor asal Korea Selatan ini terkait dengan bidang kelautan. Apabila tahun depan PPI Karangwuni telah jadi, maka pihak Korea Selatan berencana untuk membuat pabrik industri kapal dan alat tangkap yang memberikan peluang usaha perikanan Kabupaten Kulon Progo untuk berkembang (lihat pada sub bab 4.2.1).

3) Adanya peluang pasar yang cerah (O3).

Perikanan tangkap di daerah Yogyakarta masih sedikit, namun potensi konsumen untuk membeli hasil tangkapan dari laut cukup besar. Setiap hasil tangkapan yang didaratkan di TPI-TPI Kulon Progo habis pada saat itu pula. Hal ini memberikan peluang pasar dari produksi perikanan laut dapat berkembang (lihat pada sub bab 4.3).

4) Adanya peluang kesempatan kerja di bidang perikanan (O4).

Kegiatan penangkapan ikan di Kulon Progo yang mulai berkembang pada tahun 2000 memberikan kesempatan untuk membuat lapangan pekerjaan yang baru, khususnya bagi masyarakat pesisir pantai yang bekerja sebagai petani. Selain itu, terbukanya peluang di bidang pengolahan hasil tangkapan.

Jumlah nelayan yang ada di Kabupaten Kulon Progo mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, yang memperlihatkan bahwa minat masyarakat untuk melaut cukup besar (lihat pada sub bab 5.8).

5) Adanya pembangunan pesisir pantai ke arah yang positif (O5).

Kegiatan penangkapan di Kulon Progo memiliki peluang untuk dapat terus berkembang. Oleh karena itu, perlu untuk membangun fasilitas yang dapat mendukung perikanan tangkap. Pembangunan PPI yang ada di Kulon Progo sebagai pembangunan yang positif dalam memanfaatkan peluang potensi perikanan yang ada (lihat pada sub bab 4.2.1).

Faktor-faktor yang menjadi ancaman bagi usaha perikanan di Kabupaten Kulon Progo, antara lain:

1) Karakteristik perairan yang kurang mendukung kegiatan penangkapan (T1) Kondisi laut pantai selatan memiliki jalur perairan dangkal yang sempit dan kemudian jatuh pada kedalaman Samudera Hindia, menyebabkan ombak yang

besar dan angin berhembus kencang. Perairan Kulon Progo terletak di pantai selatan yang berhubungan langsung dengan laut lepas, sedangkan kapal-kapal yang beroperasi hanya kapal-kapal kecil (lihat pada sub bab 4.1.3).

2) Pemanfaatan SDI oleh nelayan luar daerah (T2)

Potensi SDI yang masih belum tereksploitasi dengan baik menyebabkan nelayan dari luar daerah melakukan aktivitas penangkapan ikan di perairan sekitar Kabupaten Kulon Progo. Nelayan yang sering melakukan penangkapan ikan berasal dari Cilacap (lihat pada sub bab 1.1).

3) Persaingan pasar dengan daerah lain (T3)

Persaingan pasar terkait dengan harga. Apabila daerah Kabupaten Kulon Progo memiliki harga jual ikan yang mahal karena hasil tangkapan yang didaratkan sedikit, maka pedagang dapat beralih ke daerah yang memiliki harga jual ikan yang lebih rendah (lihat pada sub bab 5.3.2).

4) Konflik perbedaan kepentingan (T4)

Pantai di Kabupaten Kulon Progo memiliki pasir yang mengandung besi. Pemerintah daerah setempat telah berencana untuk melakukan kerjasama dengan PT. Jogjakarta Magaza Maining yang terkait dengan penambangan pasir besi. Hal ini dapat merusak keseimbangan ekologis sehingga dapat mengganggu kegiatan operasi penangkapan ikan secara tidak langsung (lihat pada sub bab 5.2).

5.10.3 Internal Factor Analysis Summary (IFAS) dan Eksternal Factor

Analysis Summary (EFAS)

Faktor internal dan eksternal dimasukkan ke dalam Tabel Internal Factor

Analysis Summary (IFAS) dan Eksternal Factor Analysis Summary (EFAS) yang

digunakan untuk diberikan nilai kuantitatif berdasarkan kondisi perikanan tangkap di Kabupaten Kulon Progo. Nilai total yang didapatkan dari faktor internal dan eksternal dapat menunjukkan pengaruh dari faktor-faktor tersebut terhadap kegiatan usaha perikanan tangkap di Kabupaten Kulon Progo.

Pada faktor internal, total nilai yang diperoleh adalah 2,44. Nilai tersebut berada dibawah angka 2,5 yang merupakan nilai rata-rata. Hal ini memberikan gambaran bahwa keadaan internal di Kabupaten Kulon Progo belum dapat mengatasi berbagai permasalahan yang ada di usaha perikanan tangkap di daerah

tersebut. Hasil dari faktor internal dan eksternal dapat dilihat pada Tabel 26 dan Tabel 27.

Tabel 26 Penilaian Internal Factor Analysis Summary

Faktor Strategis Internal Bobot Rating Bobot x

Rating Kekuatan (Strength)

A. Potensi SDI yang besar 0,06 4 0,24

B. Jumlah nelayan semakin meningkat 0,08 3 0,24 C. Adanya kelompok nelayan yang aktif 0,10 3 0,30 D. Keinginan melaut cukup besar 0,06 3 0,18 E. Peranan koperasi sebagai penyalur dana simpan pinjam 0,10 3 0,30 F. Adanya nelayan pendatang dari Cilacap 0,10 3 0,30 G. Peranan Dinas Kelautan dan Perikanan dalam

memberikan pelatihan 0,07 3 0,21

Kelemahan (Weakness)

H. Keterbatasan fasilitas penunjang 0,08 2 0,16 I. Akses transportasi masih sulit 0,10 1 0,10 J. Perselisihan antara pihak PPI dan nelayan 0,09 1 0,09 K. Keterampilan nelayan masih rendah 0,05 2 0,10 L. Keterbatasan alat tangkap yang sesuai musim 0,05 2 0,10 M. Armada yang digunakan dalam skala kecil 0,06 2 0,12

TOTAL 1,00 2,44

Pada faktor eksternal, total nilai yang diperoleh sebesar 2,60. Nilai yang diperoleh berada diatas 2,5 memberikan pengertian bahwa kondisi lingkungan Kabupaten Kulon Progo mampu memberikan respon yang positif untuk pengembangan usaha perikanan tangkap. Peluang yang ada dapat dimanfaatkan dengan meminimalisir kelemahan yang ada.

Tabel 27 Penilaian External Factor Analysis Summary

Faktor Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating

Peluang (Opportunities)

A. Potensi SDI yang belum dimanfaatkan secara optimal 0,10 4 0,40 B. Peluang untuk bekerjasama dengan investor asing 0,13 3 0,39 C. Adanya peluang pasar yang cerah 0,14 3 0,42 D. Adanya peluang kesempatan kerja di bidang perikanan 0,09 4 0,36 E. Adanya pembangunan pesisir pantai ke arah yang

positif 0,11 3 0,33

Ancaman (Threats)

F. Karakteristik perairan yang kurang mendukung

kegiatan penangkapan 0,08 2 0,16

G. Pemanfaatan SDI oleh nelayan luar daerah 0,10 2 0,20 H. Persaingan pasar dengan daerah lain 0,10 2 0,20 I. Konflik perbedaan kepentingan 0,14 1 0,14

Berdasarkan matriks IE, hasil dari skor terbobot antara matriks IFAS dan matriks EFAS berada dalam sel V. Pada sel V, strategi yang digunakan adalah pertahankan dan pelihara kekuatan yang ada di Kabupaten Kulon Progo dengan menggunakan berbagai peluang yang dimiliki.

5.10.4 Matriks SWOT

Penentuan alternatif strategi dapat dilakukan dengan memasukkan matriks IFAS dan EFAS ke dalam matriks SWOT. Matriks SWOT bertujuan untuk memperoleh beberapa alternatif strategi yang digunakan dalam mengembangkan usaha perikanan tangkap di Kabupaten Kulon Progo. Matriks SWOT pengembangan usaha perikanan tangkap dapat dilihat pada Tabel 28.

Berdasarkan matriks SWOT, didapatkan 8 alternatif strategi yang dapat dipertimbangkan dalam meningkatkan usaha perikanan tangkap, antara lain:

1) Meningkatkan sarana dan prasarana produksi 2) Meningkatkan armada penangkapan

3) Meningkatkan kualitas SDM perikanan

4) Menentukan alat tangkap yang sesuai dengan musim 5) Mempercepat pembangunan PPI

6) Pembuatan peta fishing ground

7) Meningkatkan pengawasan daerah pesisir 8) Koordinasi dengan instansi terkait

Tabel 28 Matriks SWOT pengembangan usaha perikanan tangkap di Kabupaten Kulon Progo

Internal

Eksternal

Kekuatan 1. Potensi SDI yang besar 2. Jumlah nelayan semakin

meningkat

3. Adanya kelompok nelayan yang aktif

4. Keinginan melaut cukup besar

5. Peranan koperasi sebagai penyalur dana simpan pinjam

6. Adanya nelayan pendatang dari Cilacap

7. Peran Dinas Kelautan dan

Perikanan dalam memberikan pelatihan

Kelemahan

1. Keterbatasan fasilitas penunjang

2. Akses transportasi masih sulit

3. Perselisihan antara pihak PPI dan nelayan

4. Keterampilan nelayan masih rendah

5. Keterbatasan alat tangkap yang sesuai dengan musim

6. Armada yang digunakan dalam skala kecil

Peluang

1. Potensi SDI yang belum dimanfaatkan secara optimal

2. Peluang untuk

bekerjasama dengan investor asing

3. Adanya peluang pasar yang cerah

4. Adanya peluang kesempatan kerja di bidang perikanan

5. Adanya pembangunan pesisir pantai ke arah yang positif

Strategi SO: 1. Mengoptimalkan

pemanfaatan SDI yang ada dalam rangka peningkatan sistem usaha perikanan (S1, S4, S6, O1, O4)

2. Meningkatkan kerjasama dengan daerah lain (S7, O2)

Strategi WO:

1. Meningkatkan sarana dan prasarana produksi (W1, O1) 2. Meningkatkan armada penangkapan (W6, O1, O4, O5) 3. Meningkatkan kualitas SDM perikanan (W4, O1, O4, O5)

4. Menentukan alat tangkap yang sesuai dengan musim (W5, W6, O1, O4) 5. Mempercepat

pembangunan PPI (W1, O1, O4, O5)

Ancaman

1. Karakteristik perairan yang kurang mendukung kegiatan penangkapan ikan

2. Pemanfaatan SDI oleh nelayan luar daerah

3. Persaingan pasar dengan daerah lain

4. Konflik perbedaan kepentingan

Strategi ST:

1. Pembuatan peta fishing ground (S1, S7, T1, T2) 2. Meningkatkan pengawasan

daerah pesisir (S7,T4, T3) 3. Koordinasi dengan instansi

terkait (S7, T4) Strategi WT: 1. Meningkatkan pengelolaan usaha perikanan tangkap (W1, W2, W3, W4, T2, T3, T4)

Dokumen terkait