• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis SWOT dilakukan dalam rangka menentukan pemilihan strategi paling sesuai dalam membangun Kabupaten Bogor khususnya dalam penguatan sistem pengendalian intern penatausahaan barang milik daerah. Data yang diolah diperoleh dari persepsi narasumber yang ahli dan merupakan praktisi yang sehari-hari melakukan penatausahaan barang milik daerah. Responden adalah analisis SWOT berjumlah 10 orang yang berasal dari 10 SKPD. SKPD tersebut dipilih merupakan SKPD mengelola barang daerah dalam jumlah besar dan menguasai lebih dari 60% barang milik daerah se-Kabupaten Bogor dengan kategori baik dan kategori kurang baik yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Dinas Pengelolaan Keuangan dan Barang Daerah (DPKBD), Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Bina Marga dan Pengairan, Dinas Pemukiman dan Tata Bangunan, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong, Dinas Pemuda dan Olah Raga, dan Inspektorat Daerah.

Terdapat dua faktor yang penting menjadi tujuan yang hendak dijaring dari persepsi para ahli yaitu faktor kunci internal (IFE) dan faktor kunci ekternal (EFE) yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Bogor. Faktor kunci internal dan ekternal tersebut akan mengasilkan empat elemen faktor penting yaitu (1) faktor kekuatan, (2) faktor kelemahan, (3) faktor peluang, (4) faktor ancaman. Analisis SWOT merupakan model analisis untuk membandingkan faktor kunci eksternal berupa peluang dan ancaman dengan faktor kunci internal berupa kekuatan dan kelemahan. (Rangkuti, 2008). Berdasarkan pengolahan data kuesioner faktor kunc internal diperoleh hasil sebagaimana tersaji pada tabel 36.

Tabel 36 Faktor Kekuatan dan Kelemahan dalam implementasi sistem pengendalian intern dalam penatausahaan barang milik daerah

No Kekuatan Bobot Rating Skor

1 Komitmen pimpinan SKPD terkait penatausahaan BMD yang kuat

0.148 2.00 0.296 2 Penyusunan dan penyampaian laporan BMD yang tepat

waktu

0.138 2.00 0.277 3 Kesesuaian Penatausahaan BMD dengan SOP sudah

memadai

0.127 1.80 0.230 4 Pemasangan identitas BMD (labelisasi/KIB/KIR) berjalan

secara baik

0.122 1.90 0.226 5 Struktur organisasi dan tupoksi pengelolaan BMD yang jelas 0.117 1.70 0.234

Total Kekuatan 0.652 1,263

Kelemahan

1 Kuantitas petugas penatausahaan BMD belum memadai 0.053 1.90 0.101 2 Pengawasan BMD yang berkelanjutan belum memadai 0.069 1.80 0.124 3 Kompensasi dan penghargaan atas prestasi pegawai

penatausahaan belum memadai

0.074 2.00 0.149 4 Tingkat pengetahuan dan kompetensi petugas penatausahaan

BMD belum memadai

0.079 1.90 0.152 5 Mitigasi risiko/sistem pengelolaan risiko BMD yang belum

maksimal

0.093 1.90 0.177

Berdasarkan pengolahan data kuesioner faktor kunci eksternal diperoleh hasil sebagaimana tersaji pada tabel 37.

Tabel 37 Faktor peluang dan ancaman dalam implementasi sistem pengendalian intern dalam penatausahaan barang milik daerah

No Peluang Bobot Rating Skor

1 Evaluasi BPK-RI terkait penatausahaan BMD 0.153 2.00 0.307 2 Kebijakan terkait pengangkatan SDM untuk menjadi

pejabat fungsional pengelola BMD

0.141 2.30 0.325 3 Kebijakan Permendagri 17/2007 tenntang pengelolaan

BMD

0.129 2.10 0.271 4 Peraturan Pemerintah Nomor 60/2008 tentang Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah

0.123 2.00 0.245 5 Kemajuan teknologi informasi dalam manajemen BMD

menjadi solusi permasalahan yang dihadapi dalam penyusunan laporan barang SKPD

0.129 2.00 0.258

Total Peluang 0.675 1.406

Ancaman

1 Kondisi Kab. Bogor yang luas dengan barang daerah yang tersebar sampai pelosok kabupaten

0.061 2.20 0.135 2 Perubahan masa kepemimpinan kepala daerah 0.031 3.00 0.092 3 Perubahan kebijakan pemerintah pusat yang akan

merubah penatausahaan barang daerah yang sudah berjalan

0.031 3.00 0.092

4 Kehilangan dan pencurian BMD 0.049 2.1 0.103

5 Pengakuan hak pribadi/kelompok/perusahaan atas BMD (tanah)

0.061 2.2 0.135

Total Ancaman/Hambatan 0.233 0.557

Berdasarkan rumusan faktor-faktor kunci internal dan eksternal pada tabel 36 dan 37, disajikan dalam bentuk tabel kombinasi matriks SWOT seperti terlihat pada tabel 38.

Tabel 38 Matriks kombinasi skor faktor kunci internal dan eksternal SW OT Faktor Kekuatan (S) (1.232) Kelemahan (W) (0.690) Peluang (O) (1.617) Strategi S-O (2.848) Strategi W-O (2.306) Hambatan (T) (0.557) Strategi S-T (1.789) Strategi W-T (1.238) Sumber: Data olahan (2016)

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari kombinasi skor faktor kunci eksternal dan internal tersebut bahwa berdasarkan skor dari masing faktor- faktor kunci internal dan faktor-faktor kunci eksternal, diperoleh hasil bahwa posisi Pemerintah Kabupaten Bogor berada pada gabungan strategi Strenghts

dan Oportunities dengan skor 2.848 tertinggi dari yang lainnya. Kondisi ini merupakan suatu hal yang menggembirakan dimana Pemerintah Kabupaten

Bogor sudah berada pada jalur pembangunan yang benar. Dengan mempunyai faktor-faktor kekuatan diharapkan dapat memanfaatkan peluang-peluang yang ada demi kemajuan Kabupaten Bogor. Hal ini tidak terlepaskan dari kuatnya komitmen dan peran tanggung jawab pimpinan daerah dalam mewujudkan tata pengelolaan barang milik daerah secara tertib dan akuntabel.

2 Perumusan alternatif strategi

Langkah selanjutnya yang harus dilakukan setelah menemukan faktor-faktor kunci internal dan eksternal adalah mengkombinasikan faktor-faktor tersebut ke dalam matriks SWOT. Rumusan alternatif strategi yang sesuai dilakukan dengan berdiskusi dengan pejabat DPKBD Kabupaten Bogor dengan mengacu pada tujuan penguatan sistem pengendalian intern dalam penatausahaan barang milik daerah. Rumusan dari altenatif strategi yang dihasilkan dan disajikan pada tabel 28 adalah:

a) Strategi satu

Merupakan strategi Strenght-Opportunities (SO) yang mempunyai makna bahwa strategi yang dilaksanakan dengan menggunakan kekuatan internal dengan memanfaatkan peluang yang ada pada sisi eksternal pemerintah daerah dalam rangka memperoleh keuntungan bagi Kabupaten Bogor. Adapun strategi yang bisa dijalankan adalah:

- Strategi meningkatkan akses teknologi informasi (internet) yang berkecepatan tinggi untuk mendukung aplikasi SIM BMD di setiap SKPD (S1, S2, S3, S5, O3, O4, O5)

b) Strategi dua

Merupakan strategi Weaknesses- Opportunities (WO) yang mempunyai makna bahwa strategi yang dilaksanakan dengan mengatasi kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang yang ada pada sisi eksternal pemerintah daerah dalam rangka memperoleh keuntungan bagi Kabupaten Bogor. Adapun strategi yang bisa dijalankan adalah:

- Strategi peningkatan kualitas dan kompetensi SDM, mitigasi risiko serta pengawasan BMD dengan dukungan pemanfaatan teknologi informasi. (W1,W2,W4,W5,O2,O3,O4,O5).

c) Strategi tiga

Merupakan strategi Strenght-Threath (ST) yang mempunyai makna bahwa strategi yang dilaksanakan dengan menggunakan kekuatan internal mengatasi ancaman yang ada pada sisi eksternal pemerintah daerah dalam rangka memperoleh keuntungan bagi Kabupaten Bogor. Adapun strategi yang bias dijalankan adalah:

- Strategi peningkatkan koordinasi antar SKPD dan pihak ekternal dalam mitigasi risiko BMD (S1,S3,S4,T1,T2,T3,T4,T5)

d) Strategi empat

Merupakan strategi Weaknesses-Threath (WT) mempunyai makna bahwa strategi yang dilaksanakan dengan berusaha mengatasi kelemahan internal dan menghindari ancaman yang ada pada sisi eksternal pemerintah daerah dalam rangka memperoleh keuntungan bagi Kabupaten Bogor. Adapun strategi yang bias dijalankan adalah:

- Strategi peningkatan peningkatan SDM dan mitigasi risiko BMD (W1,W4,W5,T1, T4,T5)

Tabel 39 Matriks SWOT dan alternative strategi dalam penguatan sistem pengendalian intern dalam penatausahaan barang milik daerah

Internal (IFE) Strenght/Kekuatan (S) Weakness/Kelemahan (W)

1) Komitmen pimpinan SKPD terkait penatausahaan BMD 2) Penyusunan dan penyampaian

laporan BMD

3) Kesesuaian penatausahaan BMD dengan SOP sudah memadai

4) Pemasangan identitas BMD (labelisasi/KIB/KIR) sudah baik

5) Struktur organisasi dan tupoksi yang jelas dalam penatausahaan BMD 1)Kuantitas petugas penatausahaan BMD belum memadai 2)Pemantauan dan pengawasan BMD yang berkelanjutan belum berjalan maksimal 3)Kompensasi dan

penghargaan atas prestasi pegawai penatausahaan belum memadai

4)Tingkat pengetahuan dan kompetensi petugas penatausahaan BMD 5)Mitigasi risiko/sistem

pengelolaan risiko BMD yang belum maksimal

Ekternal (EFE)

Opportunity/Peluang (O)

Strategi S-O Strategi W-O

1) Evaluasi BPK-RI terkait penatausahaan BMD

2) Kebijakan terkait

pengangkatan SDM untuk menjadi pejabat fungsional pengelola BMD

3) Kebijakan Permendagri 17/2007 tenntang pengelolaan BMD

4) Peraturan Pemerintah Nomor 60/2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

5) Kemajuan teknologi informasi dalam manajemen BMD terhadap solusi permasalahan yang dihadapi dalam penyusunan laporan barang SKPD

- Strategi meningkatkan akses teknologi informasi (internet) yang berkecepatan tinggi untuk mendukung aplikasi SIM BMD di setiap SKPD

(S1, S2, S3, S5, O3, O4, O5, O6)

- Strategi peningkatan kualitas dan kualitas SDM BMD dan pengawasan BMD berbasis aplikasi teknologi informasi (W1, W4,O3,O4,O5,O6) Threat/Ancaman Strategi S-T Strategi W-T

1) Kondisi Kab. Bogor yang luas dengan BMD yang tersebar sampai pelosok

2) Perubahan masa

kepemimpinan kepala daerah 3) Perubahan kebijakan

pemerintah pusat yang akan merubah penatausahaan BMD yang sudah berjalan

4) Kehilangan dan pencurian BMD

5) Pengakuan hak pribadi / kelompok / perusahaan atas BMD (tanah)

- Strategi peningkatkan koordinasi antar SKPD dan pihak ekternal dalam mitigasi

risiko BMD (S1,S3,S4,T1,T3,T4,T5) - Strategi peningkatan peningkatan SDM dan mitigasi risiko BMD (W1, W4,W5,T1, T2, T3, T4, T5) - -

3 Pemilihan Strategi

Berdasarkan rumusan beberapa alternatif strategi yang tergambar pada pada tabel 38 selanjutnya dilaksanakan koordinasi dengan DPKBD Kabupaten Bogor untuk melakukan eliminasi strategi dari empat alternatif strategi menjadi dua alternatif strategi. dalam penetapan strategi yang benar-benar layak dan bisa implementasikan (grand strategy). Hasil data yang diperoleh diolah dengan menggunakan analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). Matrik QSPM diyakini merupakan analisis yang dapat merumuskan strategi paling prioritas berdasarkan alternatif-alternatif strategi lainya.

Penentuan strategi prioritas dilakukan dengan cara menetapkan tingkat ketertarikan relatif (relative attractivenes) dari strategi-strategi yang telah dipilih untuk menentukan strategi yang dianggap paling baik untuk diimplementasikan. Langkah yang harus ditempuh selanjutnya adalah mencari skor daya tarik (Attractiveness Score―AS) yang merupakan nilai numerik yang

mengindikasikan daya tarik relatif pada setiap alternative strategi dalam rangkaian pertanyaan tertentu. Kisaran skor daya tarik terbagi atas empat yaitu (1) tidak ada daya tarik; (2) daya tarik rendah; (3) daya tarik sedang; (4) daya tarik tinggi. Hasil dari skor daya tarik akan mengasilkan Skor Daya Tarik Total (Total Attractiveness Score―TAS) yang merupakan jumlah keseluruhan daya

tarik total yang menunjukkan strategi yang paling menarik di setiap rangkaian alternatif. Skor yang lebih tinggi menginterpretasikan bahwa strategi yang lebih menarik dan paling layak untuk diimplementasikan, mengingat semua faktor kunci eksternal dan internal yang relevan dapat mempengaruhi keputusan strategis. Besarnya perbedaan antara jumlah rekapitulasi daya tarik total di rangkaian alternatif strategi tersebut menunjukkan ketertarikan relatif suatu strategi terhadap strategi yang lain. Hasil dari rumusan grand strategy dapat disajikan pada tabel 40.

Berdasarkan matrik QSPM diatas maka dapat disimpulkan jumlah nilai tertinggi atas TAS jatuh pada strategi nomor dua dengan nilai 7,525 artinya adalah bahwa strategi utama yang dipilih dan layak untuk diimplementasikan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor adalah Peningkatan kapasitas sumberdaya manusia, pengawasan, dan mitigasi risiko barang milik daerah yang didukung pemanfaatan teknologi informasi”. Hasil rumusan strategi prioritas ini sejalan dengan hasil analisis pada tujuan pertama penelitian ini. Hasil analisis tujuan pertama telah dihasilkan bahwa terdapat faktor kelemahan yang masih secara

existing terjadi pada implementasi unsur-unsur sistem pengendalian intern penatausahaan barang milik daerah. Hasil ini dikuatkan dengan hasil tujuan kedua yang membuktikan bahwa faktor sumberdaya manusia terbukti berpengaruh signifikan terhadap sistem pengendalian intern. strategi prioritas mengedepankan faktor kompetensi sumberdaya manusia.

Hal ini mengindikasikan bahwa Pemerintah Kabupaten Bogor perlu melakukan percepatan penciptaan sumberdaya manusia penatausahaan barang milik daerah yang memadai dalam kualitas dan kuantitas sehingga diharapkan akan meningkatkan penguatan sistem pengendalian intern dalam penatausahaan barang milik daerah pada Pemerintah Kabupaten Bogor.

Tabel 40 Matrik QSPM dalam pemilihan strategi

No Faktor kunci Bobot

Strategi satu Strategi dua

AS TAS AS TAS

Kekuatan

1 Komitmen pimpinan SKPD terkait penatausahaan BMD

0.148 4 0.592 4 0.592

2 Penyusunan dan penyampaian laporan sudah baik

0.138 4 0.552 4 0.552

3 Kesesuaian Penatausahaan BMD dengan SOP sudah memadai

0.127 3 0.381 3 0.381

4 Pemasangan identitas BMD (labelisasi) berjalan secara baik

0.122 4 0.488 4 0.488

5 Struktur organisasi dan tupoksi yang jelas dalam penatausahaan BMD

0.122 4 0.488 4 0.488

Kelemahan

1 Jumlah petugas penatausahaan BMD belum memadai

0.053 4 0.212 4 0.212

2 Tingkat kualitas dan kompetensi petugas penatausahakan BMD belum memadai

0.069 4 0.276 3 0.207

3 Pemantauan dan pengawasan berkelanjutan dari pimpinan belum optimal

0.069 3 0.207 4 0.276

4 Kompensasi dan penghargaan atas prestasi kerja pegawai penatausahaan BMD belum baik

0.074 2 0.148 3 0.222

5 Mitigasi risiko/sistem penegelolaan risiko BMD yang belum maksimal

0.079 4 0.316 4 0.316

Peluang

1 Evaluasi BPK-RI terkait penatausahaan BMD 0.153 4 0.613 4 0.613 2 Kebijakan pengangkatan SDM untuk menjadi

pejabat fungsional pengelola BMD

0.141 4 0.564 4 0.564

3 Kebijakan Permendagri 17/2007 tentang pengelolaan BMD

0.129 3 0.387 4 0.387

4 Peraturan Pemerintah No 60/2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah penatausahaan BMD

0.123 4 0.491 4 0.491

5 Kemajuan teknologi informasi dalam

manajemen BMD terhadap solusi permasalahan yang dihadapi dalam penyusunan laporan barang SKPD

0.129 4 0.515 4 0.515

Ancaman

1 Kondisi Kab. Bogor yang luas dengan BMD yang tersebar sampai pelosok

0.061 4 0.245 4 0.245

2 Perubahan kepemimpinan daerah baik eksekutif dan legislative

0.031 4 0.123 3 0.092

3 Perubahan kebijakan pemerintah pusat terkait BMD

0.031 3 0.092 4 0.123

4 Kehilangan dan pencurian BMD 0.049 2 0.098 3 0.147

5 Pengakuan hak pribadi / kelompok / perusahaan atas BMD (tanah)

0.061 4 0.245 4 0.245

Perencanaan implementasi strategi

Sebagai tindak lanjut dari hasil strategi utama yang sudah diperoleh dari analisis QSPM adalah melaksanakan strategi prioritas tersebut, untuk itu sangat perlu disusun rumusan strategi ke dalam bentuk pelaksanaan kebijakan operasional dalam bentuk pedoman atau acuan pelaksanaan strategi. Kebijakan operasional tersebut mempunyai posisi sebagai acuan untuk memberikan arahan pada program dan kegiatan yang akan dilakukan dengan sumberdaya yang ada. Kebijakan tersebut dilaksanakan untuk mencapai sasaran kinerja yang telah ditetapkan. Perancangan program tersebut disajikan dalam tabel 41.

Tabel 41 Implementasi kebijakan penguatan sistem pengendalian intern dalam penatausahaan barang milik daerah pada pemerintah Kabupaten Bogor

Strategi Kebijakan Program Kegiatan

Penguatan sistem pengendalian intern dalam penatausahaan barang milik daerah Peningkatan kapasitas SDM, pengawasan, dan mitigasi risiko BMD yang didukung pemanfaatan teknologi Informasi 1.Peningkatan kualitas dan kuantitas penatausahaan BMD 2.Peningkatan pengawasan BMD 3.Program mitigasi risiko BMD 1. Rekrutmen SDM BMD yang berkualitas

2. Pelaksanaan bimbingan teknis BMD secara terpadu dan berkelanjutan

3. Kompensasi yang memadai terhadap petugas BMD

b) Pengawasan masih BMD terpakai

c) Pengawasan BMD tidak terpakai

d) Pengurusan bukti kepemilikan BMD

- Sosialisasi dan penyuluhan kepada pimpinan SKPD terkait pentingnya identifikasi dan analisis risiko BMD

Berdasarkan strategi utama yang telah dirumuskan terdapat tiga hal utama yang harus dilaksanakan dalam rangka penguatan sistem pengendalian intern dalam penatausahaan barang milik daerah pada pemerintah Kabupaten Bogor yaitu: 1 Peningkatan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia penatausaha barang

milik daerah

a) Jumlah sumberdaya manusia petugas penatausahaan barang milik daerah saat ini harus menjadi perhatian utama Pemerintah Kabupaten Bogor. Jumlah petugas yang ada pada setiap SKPD harus diatur jumlahnya secara proporsional disesuaikan dengan besar dan kecilnya SKPD, jumlah barang yang dimiliki, dan volume kegiatan yang dilakukan. Dengan kondisi rata-rata hanya satu orang staf penatausaha barang milik daerah di setiap SKPD merupakan suatu masalah yang harus segera diperbaiki. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan rekrutmen baru dan pemindahan pegawai dari

bidang kerja yang lain untuk dijadikan sebagai penatausaha barang milik daerah.

b) Peningkatan kualitas petugas penatausahaan barang milik daerah

Berdasarkan pada demografi responden tergambar bahwa sebagian besar petugas penatausahaan barang milik daerah merupakan tamatan SLTA. Kurangnya sumberdaya manusia yang berlatar belakang teknologi informasi khususnya operator Atisisbada tentu bisa melemahkan pengendalian atas barang milik daerah, sehingga diperlukan pendidikan dan pelatihan lebih lanjut terutama dalam peningkatan kompetensi bidang komputer. Hal ini sangat berkaitan dengan penerapan aplikasi sistem manajemen barang milik daerah yang diterapkan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor.

c) Peningkatan kompensasi terhadap penatausahaan barang milik daerah Pengelolaan barang milik daerah sangat berbeda dengan pengelolaan keuangan terutama pada siklusnya. Pengelolaan barang milik daerah merupakan proses yang panjang dan lama hingga suatu barang dihapuskan dari daftar barang inventaris. Kondisi ini menyebabkan banyak pegawai yang enggan menjadi petugas pengelola barang milik daerah sehingga pemerintah hendaknya mengalokasikan kompensasi/tunjangan yang lebih baik dan disesuaikan dengan beban kerja dihadapi.

2 Peningkatan pengawasan barang milik daerah

Peningkatan pengawasan barang milik daerah meliputi pada barang yang masih digunakan, barang yang sudah tidak digunakan, dan pemutakhiran bukti kepemilikan atas barang milik daerah.

a) Pengawasan terhadap barang yang masih digunakan harus dilakukan secara intensif. Petugas penatausahaan barang milik daerah secara rutin setiap bulan harus melakukan pengecekan keberadaan barang dalam setiap ruangan yang ada pada SKPD. Jika ada barang yang berpindah harus segera melakukan

updating pada Kartu Inventarisasi Ruangan dan jika ada barang yang tidak ada pada tempatnya segera melaporkan pada pimpinan.

b) Pengawasan terhadap barang yang sudah tidak digunakan juga sangat penting dilakukan. Barang milik daerah yang sudah tidak digunakan dianggap tidak ada nilainya lagi sehingga diperlakukan tidak sebagaimana mestinya. Kondisi yang ada adalah banyak barang yang diletakkan di luar gedung kantor atau ditempat yang tidak aman lainnya, padahal barang-barang tersebut masih tercatat pada Kartu Inventaris Barang. Dalam rangka penguatan pengendalian in tern, SKPD harus menyediakan tempat khusus untuk barang-barang yang rusak berat atau sudah using sampai barang tersebut terlelang dan dihapuskan. c) Pengawasan terhadap bukti kepemilikan barang milik daerah merupakan syarat mutlak sebagai tanda bahwa suatu barang dibawah penguasaaan Pemerintah Kabupaten Bogor. Sampai saat ini masih banyak bidang tanah milik daerah Pemerintah Kabupaten Bogor yang belum disertifikatkan. Hal ini terjadi karena pembatasan yang dilakukan oleh BPN Kabupaten Bogor dalam mengeluarkan sertifikasi tanah yang menjadi barang milik daerah.. 3 Mitigasi risiko barang milik daerah merupakan antisipasi yang dilakukan

terhadap risiko yang mungkin terjadi pada setiap SKPD. Sebagai wujudnya adalah dengan melakukan sosialisasi kepada kepala SKPD dan pejabat pengguna barang milik daerah lainnya untuk peduli akan risiko barang milik daerah. Setiap SKPD harus mempunyai standar prosedur (SOP) dalam mengantisipasi risiko

barang milik daerah. SOP yang harus disusun terutama mengantisipasi risiko sebagai berikut:

a) Risiko kehilangan untuk barang-barang yang berukuran kecil dan sangat mudah berpindah tempat;

b) Risiko kerusakan untuk barang-barang yang mempunyai cara operasional yang khusus;

c) Risiko kebakaran untuk seluruh gedung dan isinya;

d) Risiko kecelakaan dan kerusakan untuk peralatan dan mesin; e) Risiko penguasaan hak atas barang milik daerah oleh pihak lain.

Indikator Kinerja Kunci dalam Penguatan Sistem Pengendalian Intern Penatausahaan Barang Milik Daerah Kabupaten Bogor

Setelah perencanaan implementasi strategi dalam penguatan sistem pengendalian intern disusun, sebagai tindak lanjutnya adalah dengan dengan menyusun rencana aksi yang sesuai dengan strategi yang sudah ditetapkan. Rencana aksi yang disusun merupakan proyeksi waktu pencapai target setiap indikator sasaran yang akan dicapai. Setiap rencana aksi yang akan dilakukan ditetapkan indikator kinerja kunci yang berguna dalam mengukur kemajuan kegiatan yang dilakukan. Ukuran tersebut dapat berupa ukuran finansial maupun non finansial. Indikator kinerja kunci berdasarkan strategi penguatan sistem pengendalian intern dalam penatausahaan barang milik daerah tersaji tabel 42.

Sasaran strategis yang akan dicapai terbagi atas tiga sasaran disesuaikan dengan stategi utama yang telah diputuskan. Pada sasaran strategis pertama yang berkaitan dengan pencapaian jumlah petugas penatausahaan barang milik daerah dapat dicapai secara maksimal pada tahun pertama. Di sisi lain proyeksi pencapaian kompetensi pegawai dapat diproyeksikan akan tercapai secara maksimal pada tahuna kedua. Hal ini karena dalam menciptakan pegawai yang mempunyai kompetensi yang memadai dalam penatausahaan barang milik darah secara merata pada setiap SKPD memerlukan waktu yang tidak singkat. Setiap pegawai harus mengikuti pendidikan dan pelatihan yang berkala dan berkelanjutan.

Sasaran strategis kedua yang mencakup pengawasan terhadap barang milik daerah yang masih digunakan dan barang yang tidak digunakan dapat diproyeksikan selesai pada tahun pertama, sedangkan pengawasan terhadap kepemilikan barang milik daerah (tanah) dalam bentuk penerbitan sertifikat tanah masih memerlukan waktu yang lama untuk bisa diselesaikan. Penyebanya utamanya adalah kemampuan Kantor BPN Kabupaten Bogor yang hanya mampu menerbitkan 100 sertifikat hak milik tanah milik Pemerintah Kabupaten Bogor dalam setiap tahunnya sedangkan jumlah sisa tanah yang harus disertifikatkan sampai dengan tahun 2015 adalah 2326 bidang tanah (tabel 19).

Sasaran strategis ketiga yang berkaitan dengan program sosialiasi mitigasi risiko barang milik daerah pada seluruh SKPD diproyeksikan tercapai pada tahun pertama, sedangkan kegiatan penyusunan SOP mitigasi risiko yang akan dilaksanakan oleh seluruh SKPD diproyeksikan akan tercapai secara maksimal pada tahun kedua.

Tabel 42 Indikator kinerja kunci penguatan sistem pengendalian intern dalam penatausahaan barang milik daerah

Tujuan Sasaran

strategis Indikator Sasaran Sumber

Target kinerja sasaran pada tahun lima tahun (dalam %)

1 2 3 4 5 Terwujud nya sistem pengenda lian intern yang memadai dalam penatausa haan BMD Penguatan SPI dalam Penatausahaan BMD melalui peningkatan kapasitas sumberdaya manusia Kesesuaian jumlah petugas penatausaha setiap SKPD dibandingkan dengan BMD yang dikelola SKPD Laporan SKPD 100 100 100 100 100 Kesesuaian kemampuan SDM setiap SKPD dibandingkan dengan pelatihan BMD yang harus diikuti Laporan SKPD 75 100 100 100 100 Penguatan SPI dalam Penatausahaan BMD melalui peningkatan peningkatan pengawasan BMD Pengawasan BMD setiap SKPD yang masih digunakan dibandingkan dengan BMD SKPD Laporan SKPD 70 100 100 100 100 Pengawasan BMD yang sudah tidak digunakan dibandingkan dengan BMD SKPD Laporan SKPD 75 100 100 100 100 Pengawasan tanah SKPD yang sudah mempunyai sertifikat dibandingkan dengan Jumlah BMD SKPD Laporan SKPD 28 31 33 35 38 Penguatan SPI dalam Penatausahaan BMD melalui mitigas risiko BMD Persentase SKPD yang sudah melakukan sosialisasi mitigasi risiko BMD dibandingkan dengan seluruh SKPD Laporan SKPD 100 100 100 100 100 Persentase SKPD yang sudah melakukan menyusun SOP mitigasi risiko dibandingkan dengan seluruh SKPD Laporan SKPD 75 100 100 100 100

Proses penguatan sistem pengendalian intern berdasarkan indikator sasaran seperti tergambar pada tabel 42 bertujuan untuk memperbaiki implementasi sistem pengendalian intern yang masih kurang baik meningkat menjadi lebih memadai. Namun hal tersebut belum cukup karena kegiatan penatausahaan barang milik juga harus diperbaiki. Indikator kinerja kunci yang bisa menjadi pedoman dalam penatausahaan barang daerah terdiri dari tiga kegiatan yaitu (1) pencatatan; (2) inventarisasi; dan (3) pelaporan.

Proses pencatatan barang milik daerah dimaksudkan agar pengguna barang/kuasa pengguna barang yakin bahwa setiap barang yang ada di SKPD benar- benar berada dalam penguasaan dan tercatat secara tertib pada SKPD tersebut. Proses mencatat barang milik daerah pada SKPD merupakan tahapan yang paling penting. Di dalam tahap pencatatan tidak hanya mencatatkan dengan benar barang

Dokumen terkait