• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI BIOGAS

Pada bab sebelumnya telah dikemukakan bahwa fokus Pengambilan Keputusan Inovasi ini adalah pada Inovasi Biogas. Sehubungan dengan hal tersebut, pada bab ini akan dikemukakan deskripsi serta hasil uji statistik atas sejumlah hipotesis berkenaan dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan pengambilan keputusan, yakni kondisi sebelumnya, saluran komunikasi, karakteristik unit pengambilan keputusan, persepsi peternak terhadap inovasi biogas, dan tingkat kepuasan peternak. Penjelasan lebih rinci mengenai faktor- faktor tersebut disajikan pada sub bab dibawah ini.

Hubungan Antara Kondisi Sebelumnya, Saluran Komunikasi, dan Karakteristik Unit Pengambilan Keputusan dengan Tahap Pengenalan

Peternak Adopter terhadap Inovasi Biogas

Pada bab sebelumnya telah dikemukakan bahwa dalam penelitian ini diduga terdapat hubungan positif antara variabel-variabel pengaruh pada kondisi sebelumnya, saluran komunikasi, dan karakteristik unit pengambilan keputusan dengan tahap pengenalan. Berikut adalah distribusi adopter IB pada sejumlah variabel pengaruh dengan tingkat pengenalan.

Tabel 31 Distribusi adopter IB pada kondisi sebelumnya dengan tingkat pengenalan (dalam persen)

Variabel-variabel pengaruh Tingkat pengenalan (Y1) Total Rendah Sedang Tinggi

Tingkat kebutuhan atas inovasi biogas (X1)

Rendah 0.00 0.00 0.00 0.00

Sedang 7.14 10.71 50.00 67.86 Tinggi 0.00 5.36 26.79 32.14 Total 7.14 16.07 76.79 100.00

Tingkat keinovatifan adopter IB (X2)

Rendah 0.00 0.77 0.77 1.54

Sedang 1.54 6.15 16.92 24.62 Tinggi 6.92 6.92 60.00 73.85 Total 8.46 13.85 77.69 100.00 Sumber : Data Primer

Berdasarkan data pada Tabel 31, terlihat pula bahwa terdapat kecenderungan tingkat pengenalan adopter IB semakin tinggi pada kelompok adopter IB dengan tingkat kebutuhan atas inovasi biogas yang tergolong sedang, yakni sekitar 68 persen. Tingkat pengenalan adopter IB pun cenderung semakin tinggi pada kelompok adopter IB dengan tingkat keinovatifan yang tergolong tinggi, yakni sekitar 74 persen. Lebih lanjut, hal ini diperkuat dengan tabel hasil uji korelasi Rank Spearman sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 32 yang menyajikan data mengenai hubungan antara variabel-variabel kondisi sebelumnya dengan tingkat pengenalan adopsi inovasi biogas adopter IB yang terdapat di Dusun 2 Desa Haurngombong.

Tabel 32 Hasil korelasi Rank Spearman antara kondisi sebelumnya dengan tingkat pengenalan

Variabel independen yang diduga berhubungan

Tingkat pengenalan (Y1)

rs Sig

Kondisi sebelumnya Tingkat kebutuhan atas

inovasi biogas (X1) 0.227

***

0.112 Tingkat keinovativan adopter

IB (X2) 0.040 0.785

Keterangan : *sangat signifikan; **signifikan; ***cukup signifikan; ****kurang signifikan

Berdasarkan data pada Tabel 32 diketahui bahwa dari dua variabel pada faktor kondisi sebelumnya pada penelitian ini, tingkat keinofativan adopter IB (X2) tidak satupun yang berhubungan signifikan dengan tingkat pengenalan terhadap inovasi biogas (Y1). Meskipun pada kelompok adopter IB dengan tingkat kebutuhan atas inovasi biogas sedang dan tingkat pengenalan cenderung tinggi, namun pada kelompok adopter IB dengan tingkat kebutuhan atas inovasi biogas tinggi cenderung tingkat pengenalan lebih rendah, sekitar 23 persen. Hal ini berarti bahwa tingkat pengenalan tidak berhubungan dengan tingkat keinofativan adopter IB. Kondisi ini dimungkinkan karena adanya peran penyuluh yang menyampaikan informasi mengenai biogas pada tahun yang sama sebelum instalasi biogas dibangun sehingga kondisi ini mengharuskan adopter IB untuk mengetaui informasi mengenai biogas.

“. . .saya sudah 23 tahun beternak neng, tapi baru menerapkan biogas tahun 2011, saat ada bantuan biogas beton. Sebelumnya ga pernah pake biogas. Tapi tau pernah ada yang pake biogas plastik sama fiber, tapi yaa ga cari tau lebih banyak informasi tentang biogas-biogas itu soalnya saya kan belum pake biogas. Nah tahun 2011 dapet bantuan biogas beton, yaa jadi harus mau tau tentang biogas terutama biogas beton, untungnya sebelum dibangun biogasnya, PPL kasih penyuluhan biogas, jadi dari situ saya jadi tau sedikit-sedikit informasi biogasnya.” (TAH, 54 tahun)

Lebih lanjut, penerapan biogas tidak sedemikian besar dipengaruhi karena sebelumnya telah menerapkan biogas maupun dengan keinofativan peternak . Hal ini dikarenakan dorongan untuk menerapkan inovasi biogas lebih besar dirasakan ketika biogas dipraktekkan karena adanya subsidi biogas dari pemerintah yang diberikan kepada adopter IB yang dipilih berdasarkan hasil diskusi bersama kelompok peternak dengan aparat desa. Meskipun mereka telah lama mencari tau dan mengetaui informasi biogas, namun tidak langsung mendorong adopter IB untuk mempraktekkan penggunaan biogas langsung dalam rumahtangganya. Pada saat subsidi biogas dari pemerintah diberikan kepada beberapa adopter IB, maka pada tahun tersebut dilakukan pula penyuluhan oleh PPL mengenai biogas dengan harapan setelah instalasi biogas selesai dibangun, tidak ada kekhawatiran pada diri adopter IB mengenai ketidaktauan dalam merawat dan menggunakan biogas. Berikut penuturan MAR (48 tahun) berdasarkan hasil wawancara dalam penelitian ini.

“…petani sebenarnya sudah lama mengetahui informasi biogas. Ada yang sudah

tau informasi itu sebelum tahun 2000. Tapi mereka baru memulai untuk mempraktekkan biogas saat ada bantuan dari pemerintah. Kendala utama mereka baru mempraktekkan biogas saat ada bantuan karena ekonomi keluarga yang tidak

bisa membuat mereka bisa membeli alat dan bahan untuk membangun biogas.”

Pada sebagian adopter IB ada yang bekerjasama untuk mengusahakan penggunaan biogas secara berkelompok. Biogas dibangun bersama dengan modal yang dikumpulkan bersama-sama untuk membeli bahan dan alat yang digunakan seperlunya. Kondisi ini berlaku pada saat penerapan tipe biogas plastik untuk lima hingga tujuh rumah. Pada saat biogas ini diterapkan, instalasi biogas dibangun tidak jauh dari tempat tinggal adopter IB, dan mereka yang tergabung dalam biogas komunal ini pun tinggal dengan jarak yang tidak berjauhan sehingga memungkinkan untuk membagi selang gas ke beberapa rumah adopter IB. Berikut penuturan YIM (60 tahun) berdasarkan hasil wawancara dalam penelitian ini.

“… pertama kali pake biogas, saya bareng-bareng sama peternak lain. Ada sekitar lima sampai tujuh orang yang bergabung sehingga waktu itu buat biogas juga yang besar dan muat banyak gas supaya bisa dipake buat tujuh rumah. Waktu itu kalo gak salah lebar biogasnya tiga sampai empat meterplastik untuk biogasnya. Terus ada plastik penampungan gas lagi dimasing-masing rumah peternak. Jadi selang dari plastik yang besar tadi ngalirin gas biogas ke rumah-rumah peternak dulu, ditampung di plastik yang lebih kecil, baru gasnya bisa dipake buat masak. Waktu itu beli alat dan bahan pake uang ngumpulin bareng-bareng, soalnya belum ada bantuan pemerintah yang datang. Jadi kalo rusak atau bocor biogasnya, terus dibenerin bareng-bareng. Pas ada bantuan biogas beton, biogas yang plastik gak dipake lagi.”

Penerapan biogas pun, dirasakan oleh sejumlah adopter IB menjadi penting dipraktekkan karena tuntutan kondisi keluarga dan ekonomi keluarga. Jumlah ART yang banyak, keinginan untuk memasak menggunakan gas dan bukan kayu bakar secara gratis, serta menghemat pengeluaran keluarga mendorong adopter IB yang telah mempraktekkan penerapan IB beberapa waktu lalu hingga saat ini tetap memanfaatkan biogas. Berikut penuturan JCT (56 tahun) berdasarkan hasil wawancara dalam penelitian ini.

“…pertama kali saya pingin pake biogas itu karena dulu di dusun lain ada yang

bisa masak pake gas dari kotoran ternak. Terus saya ikut penyuluhan biogas, dikasih tau sama orang-orang, terus anak saya juga belajar cari tau informasi biogas. Saya kepingin, kebetulan ada beberapa sapi waktu itu jadi saya coba pake biogas juga. Terus minta yang bantuan biogas juga sampe sekarang. Kalo sekarang ada gas LPG tapi mahal, anak-anak saya banyak, anak dan cucu suka main kerumah juga jadi saya tetap pake biogas biar kalo masak-masak juga gratis gak ngeluarin uang buat

beli gas. Jadi hemat pengeluaran keluarga juga.”

Adapun pada tingkat kebutuhan atas inovasi biogas berhubungan cukup signifikan dengan tingkat pengenalan terhadap inovasi biogas. Hal ini dimungkinkan karena adanya kondisi ketidakpuasan yang dirasakan oleh adopter IB sehingga mereka mau memutuskan untuk mengetahui dan kemudian mempraktekan inovasi biogas tersebut. Kondisi ketidakpuasan tersebut dapat dilihat pada Tabel 33.

Tabel 33 Distribusi adopter IB menurut kondisi ketidakpuasan pada variabel tingkat kebutuhan atas inovasi biogas

Kondisi ketidakpuasan Jumlah (orang) Persen (%)

Bahan bakar LPG mahal 45 90.00

Kompor gas LPG mudah meledak 45 90.00

Boros waktu memasak menggunakan

bahan bakar kayu 0 0.00

Kondisi lingkungan buruk karena bau

limbah kotoran ternak 45 90.00

Kompor gas LPG mahal 38 76.00

Kompor gas LPG tidak dapat dibuat secara sederhana menggunakan kaleng

cat atau kaleng bekas 18 36.00

Pupuk untuk lahan pertanian mahal 26 52.00

Sumber : Data Primer

Selanjutnya pada Tabel 34 disajikan data mengenai distribusi adopter IB pada variabel saluran komunikas dengan tingkat pengenalan.

Tabel 34 Distribusi adopter IB pada saluran komunikasi dengan tingkat pengenalan (dalam persen)

Variabel-variabel pengaruh Tingkat pengenalan (Y1) Total Rendah Sedang Tinggi

Tingkat partisipasi adopter IB (X3)

Rendah 0.87 0.00 0.00 0.87

Sedang 5.22 8.70 43.48 57.39 Tinggi 0.00 7.83 33.91 41.74 Total 6.09 16.52 77.39 100.00 Sumber : Data Primer

Berdasarkan data pada Tabel 34, terlihat bahwa terdapat kecenderungan tingkat pengenalan adopter IB semakin tinggi pada kelompok adopter IB dengan tingkat partisipasi adopter IB yang tergolong sedang, yakni sekitar 57 persen. Meskipun pada kelompok adopter IB dengan tingkat partisipasi adopter IB tinggi cenderung tingkat pengenalan lebih rendah, namun pada kelompok adopter IB dengan tingkat partisipasi adopter IB tergolong sedang memiliki kecenderungan tingkat pengenalan yang tinggi, sekitar 10 persen. Tabel 34 pun memperlihatkan bahwa semakin tinggi tingkat partisipasi adopter IB maka tingkat pengenalan pun cenderung semakin tinggi. Hal ini diperkuat dengan tabel hasil uji korelasi Rank Spearman sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 35 yang menyajikan data mengenai hubungan antara variabel-variabel saluran komunikasi dengan tingkat pengenalan adopsi inovasi biogas adopter IB yang terdapat di Dusun 2 Desa Haurngombong.

Berdasarkan data pada Tabel 35 diketahui bahwa tingkat partisipasi adopter IB (X3) berhubungan dengan tingkat pengenalan terhadap inovasi biogas. Tingkat partisipasi adopter IB (X3) berhubungan signifikan dengan tingkat pengenalan (Y1), dimungkinkan karena penyuluhan yang dilakukan oleh banyak pihak fasilitator, seperti Perguruan Tinggi, ESDM pemerintah, PLN, pengurus

KSU, serta aparat desa, diadakan pada saat subsidi biogas belum diterima oleh adopter IB sehingga kondisi ini mengharuskan adopter IB mengetaui informasi biogas meskipun mereka belum menerapkan dan mempraktekan inovasi biogas tersebut. Informasi mengenai biogas yang mereka dapatkan kemudian menambah wawasan dan pengetahuan adopter IB terhadap inovasi baru yang belum mereka terapkan.

Tabel 35 Hasil korelasi Rank Spearman antara saluran komunikasi dengan tingkat pengenalan

Variabel independen yang diduga berhubungan

Tingkat pengenalan (Y1)

rs Sig

Saluran komunikasi

Tingkat partisipasi adopter IB (X3) 0.295** 0.037

Keterangan : *sangat signifikan; **signifikan; ***cukup signifikan; ****kurang signifikan

Tabel 36 selanjutnya menyajikan data mengenai distribusi adopter IB pada variabel karakteristik unit pengambilan keputusan dengan tingkat pengenalan. Tabel 36 Distribusi adopter IB pada karakteristik unit pengambilan keputusan

dengan tingkat pengenalan (dalam persen)

Variabel-variabel pengaruh Tingkat pengenalan (Y1) Total Rendah Sedang Tinggi

Tingkat pendidikan (X4)

Rendah 5.26 14.04 56.14 75.44 Sedang 3.51 0.00 21.05 24.56

Tinggi 0.00 0.00 0.00 0.00

Total 8.77 14.04 77.19 100.00 Tingkat pendapatan bidang peternakan (X5)

Rendah 6.15 6.15 47.69 60.00 Sedang 0.00 9.23 12.31 21.54 Tinggi 0.00 4.62 13.85 18.46 Total 6.15 20.00 73.85 100.00 Jumlah ART (X6) Rendah 3.75 6.25 17.50 27.50 Sedang 0.00 7.50 57.50 65.00 Tinggi 3.75 0.00 3.75 7.50 Total 7.50 13.75 78.75 100.00 Total area biogas (X7)

Rendah 0.00 0.69 1.39 2.08 Sedang 0.00 0.00 0.00 0.00 Tinggi 8.33 14.58 75.00 97.92 Total 8.33 15.28 76.39 100.00 Jumlah ternak (X8) Rendah 3.70 4.94 29.63 38.27 Sedang 0.00 0.00 17.28 17.28 Tinggi 3.70 14.81 25.93 44.44 Total 7.40 19.75 72.84 100.00

Variabel-variabel pengaruh Tingkat pengenalan (Y1) Total Rendah Sedang Tinggi

Kepemilikkan ternak (X9)

Rendah 1.44 0.00 2.16 3.60

Sedang 0.00 0.00 1.44 1.44

Tinggi 4.32 17.27 73.38 94.96 Total 5.76 17.27 76.98 100.00

Tingkat pengalaman beternak (X10)

Rendah 0.94 0.00 7.55 8.49 Sedang 3.77 7.55 37.74 49.06 Tinggi 2.83 11.32 28.30 42.45 Total 7.55 18.87 73.58 100.00 Usia adopter IB (X11) Rendah 2.88 0.96 7.69 11.54 Sedang 0.00 11.54 30.77 42.31 Tinggi 2.88 2.88 40.38 46.15 Total 5.77 15.38 78.85 100.00

Motivasi mengadopsi biogas (X12)

Rendah 0.00 0.00 0.00 0.00

Sedang 7.02 12.28 43.86 63.16 Tinggi 0.00 2.63 34.21 36.84 Total 7.02 14.91 78.07 100.00

Pola perilaku komunikasi (X13)

Rendah 6.25 7.81 43.75 57.81 Sedang 0.00 9.38 28.13 37.50

Tinggi 0.00 0.00 4.69 4.69

Total 6.25 17.19 76.56 100.00 Sumber : Data Primer

Berdasarkan data pada Tabel 36, terlihat bahwa terdapat kecenderungan tingkat pengenalan adopter IB semakin tinggi pada kelompok adopter IB dengan tingkat pendidikan, tingkat pendapatan bidang peternakan, dan pola perilaku komunikasi yang tergolong rendah, yakni berturut-turut sekitar 75 persen, 60 persen, dan 58 persen. Meskipun pada kelompok adopter IB dengan tingkat pendidikan, tingkat pendapatan bidang peternakan, dan pola perilaku komunikasi sedang cenderung tingkat pengenalan lebih rendah, namun pada kelompok adopter IB dengan tingkat pendidikan tergolong rendah memiliki kecenderungan tingkat pengenalan yang tinggi, sekitar 35 persen, 35 persen, dan 16 persen.

Tingkat pengenalan adopter IB semakin tinggi pada kelompok adopter IB dengan jumlah ART, tingkat pengalaman beternak, dan motivasi mengadopsi biogas yang tergolong rendah, yakni berturut-turut sekitar 65 persen, 49 persen, dan 63 persen. Meskipun pada kelompok adopter IB dengan tingkat pengalaman beternak dan motivasi mengadopsi biogas tinggi cenderung tingkat pengenalan lebih rendah, namun pada kelompok adopter IB dengan tingkat pengalaman beternak dan motivasi mengadopsi biogas tergolong sedang memiliki kecenderungan tingkat pengenalan yang tinggi, sekitar 9 persen dan 10 persen.

Tingkat pengenalan adopter IB semakin tinggi pada kelompok adopter IB dengan total area biogas, jumlah ternak, kepemilikan ternak, dan usia adopter IB yang tergolong tinggi, yakni berturut-turut 98 persen, 44 persen, 95 persen, dan 46 persen. Hal ini diperkuat dengan tabel hasil uji korelasi Rank Spearman sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 37 yang menyajikan data mengenai hubungan antara variabel-variabel unit pengambilan keputusan dengan tingkat

pengenalan adopsi inovasi biogas adopter IB yang terdapat di Dusun 2 Desa Haurngombong.

Tabel 37 Hasil korelasi Rank Spearman antara karakteristik unit pengambilan keputusan dengan tingkat pengenalan

Variabel independen yang diduga berhubungan

Tingkat pengenalan (Y1)

rs Sig

Karakteristik unit pengambil keputusan Tingkat pendidikan (X4) 0.185*** 0.198 Tingkat pendapatan bidang

peternakan (X5) 0.254

**

0.075 Jumlah ART (X6) 0.208*** 0.147 Total area biogas (X7) 0.095 0.511 Jumlah ternak (X8) 0.254** 0.075 Kepemilikkan ternak (X9) 0.213*** 0.138 Tingkat pengalaman beternak (X10) -0.100 0.490 Usia adopter IB (X11) 0.192*** 0.182 Motivasi mengadopsi biogas (X12) 0.205*** 0.153 Pola perilaku komunikasi (X13) 0.404* 0.004

Keterangan : *sangat signifikan; **signifikan; ***cukup signifikan; ****kurang signifikan

Berdasarkan data pada Tabel 37 diketahui bahwa dari sepuluh variabel pada faktor karakteristik unit pengambilan keputusan, tingkat pendidikan (X6), jumlah ART (X8), kepemilikan ternak (X11), usia adopter IB (X13), dan motivasi mengadopsi biogas (X14) berhubungan cukup signifikan dengan tingkat pengenalan (Y1). Hal ini dimungkinkan karena 14 persen adopter IB menganggap pendidikan yang lebih tinggi dapat mendukung usaha ternak yang lebih baik dan dapat membantu adopter IB untuk mendapatkan informasi lebih banyak mengenai biogas. Lebih lanjut, pendidikan yang lebih tinggi diakui dapat mengembangkan kemampuan diri adopter IB untuk tidak bergantung pada adopter IB lain untuk mencari tau informasi lebih banyak mengenai ternak dan biogas yang dimanfaatkan oleh rumahtangga mereka. Tingkat pengenalan yang cenderung tinggi pada kelompok adopter IB dengan tingkat pendidikan rendah, dimungkinkan karena subsidi biogas tidak diperuntukan bagi mereka yang berpendidikan tinggi melainkan diperuntukan bagi peternak yang dominan hanya berpendidikan hingga tamat SD.

“. . .saya ini korban pendidikan neng. Saya sekolah cuma tamat SD, tapi terus ikut

kejar paket sampai akhirnya bisa dapet ijasah setara SMA. Kalo Cuma tamat SD, saya merasa kurang banyak ilmu yang bisa di dapet. Saya terus coba untuk memperbanyak ilmu dengan belajar, ikut kejar paket, ikut kursus dimana-mana makanya sekarang saya sedikit-sedikit jadi tau ilmu bisnis, ternak, dan biogas karena sering ketemu orang-orang baru yang punya keahlian beragam di bidangnya

masing-masing.”(MAR, 38 tahun)

Jumlah ART pun berhubungan dengan tingkat pengenalan, dimungkinkan karena semakin banyak ART yang tinggal dalam satu rumah mengharuskan adopter IB untuk mencari alternatif bahan bakar lain yang lebih murah dibandingkan dengan menggunakan gas LPG. Pada rumahtangga yang memiliki

jumlah ART lebih banyak, penggunaan bahan bakar memasak pun menjadi lebih sering sehingga mengharuskan adopter IB untuk sering membeli bahan bakar memasak. Lebih lanjut, jumlah ART berhubungan dengan tingkat pengenalan dimungkinkan karena penerapan biogas membutuhkan tenaga kerja yang tinggi untuk melakukan kegiatan pemeliharaan dan pelaksanaan inovasi biogas.

“. . .kalo yang tinggal di dalam rumah ada banyak orangnya, masaknya jumlahnya banyak, pake gasnya juga jadi banyak dan bisa lama neng. Nanti pengeluaran rumahtangga jadi banyak buat beli gas doang karena gas cepet habis. Kalo pake biogas kan kalo mau masak banyak dan sering ya ga masalah, soalnya ga ada pengeluaran buat beli gas gitu. Jadi lebih hemat uang. Kotoran ternaknya kan

gratis.” (EEE, 53 tahun)

Pada jumlah dan kepemilikkan ternak sapi berhubungan dengan tingkat pengenalan dimungkinkan karena kedua variabel ini mampu mendorong adopter IB untuk dapat mengakses biogas melalui kredit biogas dan tanpa subsidi pemerintah. Lebih lanjut, dengan jumlah ternak yang tinggi maka produksi susu yang sifatnya harian dapat menjamin adopter IB untuk mendapatkan uang yang relatif tinggi. Berikut penuturan RAD (50 tahun) berdasarkan hasil wawancara dalam penelitian ini.

“. . . saya pake biogas beton udah dari 2007 neng, dari jaman waktu itu masih pada

pake biogas plastik. Saya kepingin pake biogas tapi ga dapet subsidi biogas plastik. Akhirnya ikut kredit biogas di pak CA. Kemudian pas datang bantuan biogas fiber, tadinya saya mau dikasih tapi biogas beton saya ini masih bagus banget, jadi ga dapet bantuan biogas fiber itu. Waktu itu jumlah sapinya mencukupi untuk bangun biogas, semuanya milik sendiri. Ya mau ga mau gara-gara ikut kredit biogas, saya

jadi tau penggunaan biogas beton duluan daripada peternak lain.”

Usia adopter IB berhubungan cukup signifikan dengan tingkat pengenalan, dimungkinkan karena pada variabel ini adopter IB mengetahui informasi biogas berdasarkan pada pengalaman-pengalaman terdahulu dalam beternak bagi mereka yang tergolong dalam masa usia tua. Sedangkan, pada adopter IB yang tergolong pada usia dewasa masih lebih mudah untuk mengetahui berbagai informasi meskipun informasi tersebut diberikan dalam waktu yang belum cukup lama saat diterapkan dalam kehidupan adopter IB.

Adapun motivasi mengadopsi biogas berhubungan cukup signifikan dengan tingkat pengenalan, dimungkinkan karena beragam alasan telah mendorong adopter IB untuk mengetaui dan kemudian menerapkan inovasi biogas. Alasan- alasan tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 38 Jumlah dan persentase alasan adopter IB mengadopsi biogas

Alasan mengadopsi biogas Jumlah (orang) Persen (%) Adanya subsidi dari pemerintah secara

gratis 48 96.00

Biogas dapat diperoleh secara kredit 4 8.00

Biogas dapat dibuat secara gotong

Alasan mengadopsi biogas Jumlah (orang) Persen (%) Biogas dapat dibuat dari bahan baku

ternak sendiri 48 96.00

Biogas dapat dibuat dari kotoran ternak

milik peternak lain 14 28.00

Biogas dapat mengurangi bau kotoran

ternak 44 88.00

Adanya dukungan yang diberikan oleh

tokoh masyarakat 50 100.00

Biogas dapat mengurangi biaya bahan

bakar bulanan 50 100.00

Biogas aman karena terhindar dari

ledakan 50 100.00

Sumber : Data Primer

Lebih lanjut, semua adopter IB mengakui bahwa keinginan untuk mengetahui biogas tidak didasarkan karena biogas dapat mengurangi waktu memasak rumahtangga sebab penggunaan biogas maupun gas LPG diakui adopter IB dapat mengurangi waktu memasak bila tekanan gas yang dihasilkan memang tinggi dan banyak.

Pada tingkat pendapatan bidang peternakan (X7) dan jumlah ternak (X10) berhubungan signifikan dengan tingkat pengenalan (Y1), dimungkinkan karena semakin tingginya pendapatan yang diperoleh adopter IB maka mereka semakin dapat akses pada biogas, terutama akses dalam kredit biogas sehingga tidak bergantung pada pemberian subsidi biogas jika mereka berkeinginan memanfaatkan biogas. Begitupun dengan semakin banyaknya jumlah kepemilikan ternak sapi, apabila adopter IB berkeinginan memanfaatkan biogas melalui kredit biogas namun biaya rumahtangga belum mencukupi untuk mengikuti kredit biogas maka mereka dapat menjual pedet (anak sapi) untuk mengikuti kredit biogas.

“. . . pedet yang kualitasnya kurang baik atau sapi yang jantan biasanya dijual untuk

tambahan pemasukan rumahtangga. Soalnya kalo digedein juga rugi, pengeluarannya banyak tapi pas udah gede ya dijual juga ga bisa mahal-mahal. Beda kalo sapi pedaging, sapi perah betina, sama pedet yang dari indukan kualitas. Pemasukan dari jual sapi-sapi tadi selain untuk dipake menutupi kebutuhan rumahtangga atau disimpan untuk beli sapi kualitas, dan sebagian disisihkan bisa dipake untuk jaga-jaga pemeliharaan biogas atau ikut kredit biogas juga bisa.” (TCN, 53 tahun).

Pada variabel pola perilaku komunikasi (X15) berhubungan sangat signifikan dengan tingkat pengenalan (Y1), dimungkinkan karena mayoritas diperoleh melalui komunikasi kosmopolit. Komunikasi yang beragam dilakukan oleh adopter IB pada saat sebelum hingga saat penerapan inovasi biogas telah menuntut mereka untuk mengetaui beragam informasi mengenai biogas dari berbagai pihak. Adapun pada variabel total area beternak (X9) dan tingkat pengalaman beternak (X12) tidak berhubungan dengan tingkat pengenalan (Y1). Ini berarti tingkat pengenalan tidak berhubungan dengan semakin luasnya total area beternak yang dimanfaatkan untuk membangun instalasi biogas dan semakin lamanya pengalaman adopter IB dalam beternak. Kondisi ini didukung pula

dengan homogennya total area beternak yang digunakan adopter IB untuk membangun instalasi biogas, yakni yang paling luas 24 m2 dan yang tidak luas 20 m2.

Hubungan Antara Tingkat Pengenalan, Saluran Komunikasi, dan Persepsi terhadap Inovasi Biogas dengan Tahap Persuasi Peternak Adopter terhadap

Inovasi Biogas

Berikut adalah distribusi adopter IB pada sejumlah variabel pengaruh dengan tingkat pengenalan.

Tabel 39 Distribusi adopter IB pada tingkat pengenalan, saluran komunikasi, dan persepsi terhadap inovasi biogas dengan tingkat persuasi (dalam persen) Variabel-variabel pengaruh Tingkat persuasi (Y2) Total

Rendah Sedang Tinggi Tingkat pengenalan (Y1)

Rendah 1.49 0.75 0.75 2.99

Sedang 1.49 1.49 8.96 11.94

Tinggi 0.00 4.48 80.60 85.07

Total 2.99 6.72 90.30 100.00

Tingkat partisipasi adopter IB (X3)

Rendah 0.87 0.00 0.00 0.87

Sedang 3.48 6.96 46.96 57.39

Tinggi 0.00 0.00 41.74 41.74

Total 4.35 6.96 88.70 100.00

Tingkat keuntungan relatif inovasi biogas (X14)

Rendah 0.00 1.03 7.22 8.25

Sedang 6.19 6.19 63.92 76.29

Tinggi 0.00 0.00 15.46 15.46

Total 6.19 7.22 86.60 100.00

Tingkat kesesuaian (kompatibilitas) inovasi biogas (X15)

Rendah 0.00 0.00 8.70 8.70

Sedang 6.52 8.70 76.09 91.30

Tinggi 0.00 0.00 0.00 0.00

Total 6.52 8.70 84.78 100.00

Tingkat kerumitan (kompleksitas) inovasi biogas (X16)

Rendah 0.00 0.00 0.00 0.00

Sedang 5.71 7.62 72.38 85.71

Tinggi 0.00 0.00 14.29 14.29

Total 5.71 7.62 86.67 100.00

Tingkat kemudahan dicoba (triabilitas) inovasi biogas (X17)

Rendah 0.00 0.00 3.09 3.09

Sedang 6.19 8.25 82.47 96.91

Tinggi 0.00 0.00 0.00 0.00

Variabel-variabel pengaruh Tingkat persuasi (Y2) Total Rendah Sedang Tinggi

Tingkat kemudahan diamati inovasi biogas (X18)

Rendah 0.00 0.00 0.81 0.81

Sedang 3.23 4.84 30.65 38.71

Tinggi 2.42 2.42 55.65 60.48

Total 5.65 7.26 87.10 100.00

Sumber : Data Primer

Berdasarkan data pada Tabel 39, terlihat bahwa terdapat kecenderungan tingkat persuasi adopter IB semakin tinggi pada kelompok adopter IB dengan