• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Perkembangan Program CSR di KPH Balapulang

5.3 Faktor-Faktor Keberhasilan Program CSR di KPH Balapulang

Hasil analisis faktor keberhasilan program CSR di KPH Balapulang dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Hasil analisis faktor keberhasilan program CSR

Faktor Variabel Factor loading Kualitas program (X2) Keberlanjutan program CSR (X2.4) 0,933 Proses/pelaksanaan program CSR (X2.2) 0,909 Kesesuaian jenis program CSR (X2.3) 0,432 Kompetensi fasilitator (X3) Kemampuan mengajak (X3.4) 0,956 Kemampuan memotivasi (X3.3) 0,950 Kemampuan mengajar (X3.2) 0,925 Kemampuan berkomunikasi (X3.1) 0,869 Hubungan harmonis masyarakat dengan perusahaan (X4)

Kegiatan bersama perusahaan dengan desa (X4.3) 0,806 Kunjungan perusahaan (X4.1) 0,793 Hubungan desa dengan perusahaan (X4.2) 0,696 Kemudahan informasi (X6.4) 0,550 Lingkungan lestari

(X6)

Kegiatan pelestarian (X6.2) 0,774 Keadaan lingkungan (X6.1) 0,717 Pentingnya Program CSR dalam pelestarian (X6.3) 0,687

5.3.1 Variabel Meningkatkan Citra Perusahaan (X1)

Citra perusahaan dalam penelitian ini sebagai sejumlah indikator yang menggambarkan pandangan masyarakat terhadap perusahaan. Variabel pertanyaan citra perusahan dilihat dari pelaksanaan program CSR, pelayanan program CSR, pentingnya program CSR, dan manfaat program CSR. Analisis faktor keberhasilan program CSR yaitu meningkatkan citra perusahaan dapat dilihat pada Lampiran 5. Pada tabel Component Matrix citra perusahaan, terlihat bahwa terbentuk sebanyak 2 component, pada hal yang diharapkan terbentuk hanya 1 component, artinya dari 4 pertanyaan tersebut ada yang tidak valid. Jika indikator-indikator tersebut valid, maka hanya akan membentuk satu faktor yakni meningkatkan citra perusahaan, oleh karena itu proses harus diulang dengan mengeluarkan indikator-indikator yang dianggap tidak valid.

Indikator-indikator yang akan dikeluarkan adalah indikator-indikator yang memiliki MSA (Measure of Sampling Adequacy) yang dibawah 0,5, dengan memperhatikan tabel Anti-images Matrices citra perusahaan. Perhatikan pada bagian Anti-Image Correlation, terlihat bahwa semua pertanyaan memiliki nilai MSA< 0,5, dengan demikian semua pertanyaan tersebut dikeluarkan dari analisis, atau dengan kata lain tidak ada pertanyaan yang valid. Sehingga variabel meningkatkan citra perusahaan (X1) tidak termasuk dalam faktor keberhasilan program CSR. Hal ini dikarenakan masyarakat belum merasa puas dengan adanya program CSR, yang belum memberikan manfaat secara optimal. Sehingga faktor keberhasilan citra perusahaan belum dijadikan faktor keberhasilan program CSR di KPH Balapulang. Menurut Wibisono (2007) bahwa indikator keberhasilan program CSR dilihat dari tingkat kepuasan masyarakat.

5.3.2 Variabel Kualitas Program (X2)

Kualitas program CSR diartikan sebagai sejumlah indikator yang menggambarkan program CSR. Variabel pertanyaan kualitas program CSR dilihat dari keterlibatan masyarakat dalam perencanaan program CSR, proses/pelaksanaan program CSR, kesesuaian jenis program CSR, dan keberlanjutan program CSR. Analisis faktor keberhasilan program CSR yaitu kualitas program dapat dilihat pada Lampiran 5. Pada tabel Component Matrix

kualitas program, terlihat bahwa terbentuk sebanyak 2 component, pada hal yang diharapkan terbentuk hanya 1 component, artinya dari 4 pertanyaan tersebut ada yang tidak valid. Oleh karena itu proses harus diulang dengan mengeluarkan indikator-indikator yang dianggap tidak valid.

Indikator-indikator yang akan dikeluarkan adalah indikator-indikator yang memiliki MSA (Measure of Sampling Adequacy) yang dibawah 0,5, dengan memperhatikan tabel Anti-images Matrices kualitas program. Perhatikan pada bagian Anti-Image Correlation, terlihat bahwa semua pertanyaan memiliki nilai MSA> 0,5, berarti yang dikeluarkan adalah yang memiliki MSA terkecil, yaitu pertanyaan perencanaan program CSR (X2.1), dengan demikian dikeluarkan dari analisis maka hasilnya pada Lampiran 5 tabel Component Matrix hasil ulangan kualitas program, terlihat bahwa terbentuk sebanyak 1 component. Jadi dapat disimpulkan pertanyaan yang dapat membentuk variabel X2 adalah X2.4, X2.2, dan X2.3 dan termasuk dalam faktor keberhasilan program CSR. Menurut Sumaryo (2009) bahwa kualitas perencanaan berhubungan sangat nyata dengan tingkat pengetahuan seseorang, artinya semakin baik kualitas perencanaan dapat semakin meningkatkan pengetahuan sasaran. Hal ini dapat terjadi karena keterlibatan seseorang dalam proses penyusunan rencana kegiatan merupakan sarana pembelajaran bagi seseorang, selain itu lebih mengerti apa yang mereka butuhkan dan harus dituangkan dalam rencana kegiatan yang disusun.

5.3.3 Variabel Kompetensi Fasilitator (X3)

Kompetensi fasilitator dalam penelitian ini diartikan sebagai sejumlah indikator yang menggambarkan kemampuan seorang fasilitator dalam mengelola proses pembelajaran menurut persepsi responden. Variabel pertanyaan kompetensi fasilitator dilihat dari kemampuan berkomunikasi, mengajar, memotivasi, dan mengajak. Analisis faktor keberhasilan program CSR yaitu kompetensi fasilitator dapat dilihat pada Lampiran 5. Pada tabel Component Matrix kompotensi fasilitator, terlihat bahwa terbentuk sebanyak 1 component. Jadi dapat disimpulkan pertanyaan yang dapat membentuk varibel X3 adalah X3.4, X3.3, X3.2, dan X3.1. Sehingga variabel kompetensi fasilitator masuk dalam faktor keberhasilan program CSR.

5.3.4 Variabel Hubungan Harmonis Masyarakat dengan Perusahaan (X4)

Hubungan harmonis masyarakat dengan perusahaan dalam penelitian ini sebagai sejumlah indikator yang menggambarkan hubungan harmonis masyarakat dengan perusahaan. Variabel pertanyaan hubungan harmonis dilihat dari kunjungan perusahaan, hubungan desa dengan perusahaan, kegiatan bersama perusahaan dengan desa, dan kemudahan informasi. Analisis faktor keberhasilan program CSR yaitu kompetensi fasilitator dapat dilihat pada Lampiran 5. Pada tabel Component Matrix hubungan harmonis masyarakat dengan perusahaan, terlihat bahwa terbentuk sebanyak 1 component. Jadi dapat disimpulkan pertanyaan yang dapat membentuk varibel X4 adalah X4.3, X4.1, X4.2 dan X4.4. Sehingga variabel hubungan harmonis masyarakat dengan perusahaan masuk dalam faktor keberhasilan program CSR. Sesuai dengan Wibisono (2007) bahwa tingkat keberhasilan program CSR dilihat dari tingkat kualitas hubungan sosial antara perusahaan dengan masyarakat.

5.3.5 Variabel Kemandirian Masyarakat (X5)

Kemandirian masyarakat dalam penelitian ini sebagai sejumlah indikator yang menggambarkan kemandirian masyarakat yang melaksanakan program CSR. Variabel pertanyaan kemandirian masyarakat dilihat dari tingkat pendapatan, kebutuahan terhadap pendampingan, dan keterjangkawan harga saprodi. Analisis faktor keberhasilan program CSR yaitu kemandirian masyarakat dapat dilihat pada Lampiran 5. Pada tabel Component Matrix kemandirian masyarakat terlihat bahwa terbentuk sebanyak 2 component, pada hal yang diharapkan terbentuk hanya 1 component, artinya dari 3 pertanyaan tersebut ada yang tidak valid. Oleh karena itu proses harus diulang dengan mengeluarkan indikator-indikator yang dianggap tidak valid.

Indikator-indikator yang akan dikeluarkan adalah indikator-indikator yang memiliki MSA (Measure of Sampling Adequacy) yang dibawah 0,5, dengan memperhatikan tabel Anti-images Matrices kemandirian masyarakat. Perhatikan pada bagian Anti-Image Correlation, terlihat bahwa semua pertanyaan memiliki nilai MSA< 0,5, dengan demikian semua pertanyaan tersebut dikeluarkan dari analisis, atau dengan kata lain tidak ada pertanyaan yang valid. Sehingga variabel

kemandirian masyarakat (X5) tidak termasuk dalam faktor keberhasilan program CSR.

5.3.6 Variabel Lingkungan Lestari (X6)

Lingkungan lestari dalam penelitian ini diartikan sebagai jumlah indikator yang menggambarkan lingkungan sekitar masyarakat. Variabel pertanyaan lingkungan lestari dilihat dari keadaan lingkungan sekitar perusahaan dan desa, kegiatan pelestarian, pentingnya program CSR dalam pelestarian, dan tindakan pelestarian yang telah dilakukan. Analisis faktor keberhasilan program CSR yaitu lingkungan lestari dapat dilihat pada Lampiran 5. Pada tabel Component Matrix lingkungan lestari, terlihat bahwa terbentuk sebanyak 2 component, pada hal yang diharapkan terbentuk hanya 1 component, artinya dari 4 pertanyaan tersebut ada yang tidak valid. Oleh karena itu proses harus diulang dengan mengeluarkan indikator-indikator yang dianggap tidak valid.

Indikator-indikator yang akan dikeluarkan adalah indikator-indikator yang memiliki MSA (Measure of Sampling Adequacy) yang dibawah 0,5, dengan memperhatikan tabel Anti-images Matrices lingkungan lestari. Perhatikan pada bagian Anti-Image Correlation, terlihat bahwa semua pertanyaan memiliki nilai MSA> 0,5, berarti yang dikeluarkan adalah yang memiliki MSA terkecil, yaitu pertanyaan tindakan pelestarian yang telah dilakukan (X6.4), dengan demikian pertanyaan 4 dikeluarkan dari analisis, maka hasilnya pada Lampiran 5 tabel Component Matrixa hasil ulangan lingkungan lestari, terbentuk sebanyak 1 component. Jadi dapat disimpulkan pertanyaan yang dapat membentuk variabel X6 adalah X6.2, X6.1, dan X6.3. Sehingga variabel lingkungan lestari (X6) termasuk dalam faktor keberhasilan program CSR

Pada Analisis faktor secara keseluruhan bahawa variabel faktor keberhasilan dari program CSR di KPH Balapulang yaitu: kualitas program, kompetensi fasilitator, hubungan harmonis masyarakat dengan perusahaan, dan lingkungan lestari.

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait