• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

B. Kepuasan Kerja

2. Faktor-faktor Kepuasan Kerja

Faktor kepuasan kerja adalah hal-hal yang membuat pegawai merasa puas terhadap pekerjaannya. Kepuasan kerja tidak hanya dipicu oleh besarnya gaji/upah yang ia terima, banyak faktor lain yang mempengaruhinya, contohnya adalah hubungan antara atasan dan bawahan, tempat kerja yang nyaman, dan masih banyak lagi. Setiap orang merasa puas dengan pekerjaanya karena berbagai faktor. Si A merasa puas dengan faktor gaji/upah yang ia terima,

40 Darsono, Tjatjuk Siswandoko,

Manajemen Sumber Daya Manusia Abad 21, (Jakarta: Nusantara Consulting, 2011), h. 214

lain lagi dengan pegawai B, belum tentu ia merasa puas dengan gaji yang ia terima. Faktor dari kepuasan kerja bermacam-macam tergantung tingkat kenyamanan seseorang. Maka akan dibahas beberapa faktor kepuasan kerja dengan beberapa pendapat para ahli.

Dalam buku Ashar Sunyoto, banyak faktor yang telah diteliti sebagai faktor yang mungkin menentukan kepuasan kerja, yaitu:

a. Ciri-ciri intrinsik pekerjaan

b. Gaji penghasilan, imbalan, yang dirasakan adil c. Penyelia.

d. Rekan-rekan sejawat yang menunjang e. Kondisi kerja yang menunjang41

Dalam buku Ashar Sunyoto, terdapat beberapa faktor penentu kepuasan kerja pegawai, yaitu ciri-ciri intrinsik pekerjaan adalah faktor-faktor internal organisasi penentu kepuasan kerja, seperti jumlah pekerjaan, otonomi pemimpin, metode kerja yang diterapkan oleh pemimpin, kreativitas, keragaman, kesulitan. Faktor intrinsik tersebut mempengaruhi keefektifan kinerja para pegawai dalam sebuah organisasi. Terdapat pula lima ciri intrinsik yang kaitannya dengan kepuasan, yaitu keragaman keterampilan, hal ini berkaitan dengan kreatifitas para pegawai dalam bekerja, semakin banyak ragam keterampilan yang digunakan, maka pekerjaan menjadi tidak membosankan. Dalam hal ini kreatifitas pegawai dibutuhkan dalam menjalankan pekerjaannya. Faktor intrinsik yang kedua adalah jati diri tugas, yaitu kesesuaian antara tugas yang diberikan dengan kemampuan seseorang. Seseorang yang mendapatkan tugas lebih dari kemampuannya, kepuasan kerjanya akan minim, karena ia merasa tugas yang diberikan tidak sesuai dengan kemampuannya. Yang ketiga adalah tugas yang penting, yaitu jika menurutnya tugas yang diberikan penting, maka

41Ashar Sunyoto Munandar,

Psikologi Industri dan Organisasi, (Jakarta: UI Press, 2006), h. 354-363

ia akan memaksimalkan pekerjaannya dan hasilnya juga akan maksimal. Jika tugas tersebut dirasakan penting, maka ia cenderung mempunyai kepuasan kerja. Yang keempat adalah otonomi, yaitu pemimpin yang memberikan kebebasan kepada bawahannya untuk ikut andil dalam memberikan masukan dan memberi peluang untuk mengambil keputusan, maka akan cepat menimbulkan kepuasan kerja. Dan yang kelima adalah pemberian balikan kepada pegawai, yaitu seorang pemimpin yang menghargai pekerjaan para bawahannya, dan memberikan penghargaan atau balikan yang seimbang dengan pekerjaan yang telah mereka kerjakan.

Faktor yang menentukan kepuasan kerja menurut Ashar Sunyoto yang kedua adalah gaji penghasilan, imbalan yang dirasakan adil. Gaji juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan seseorang merasa puas dan tidak, karena gaji dan imbalan adalah sebagai tolok ukur sebuah organisasi menghargai kinerja para pegawai. Jika pekerjaan yang ia kerjakan sulit, tetapi gaji atau imbalan yang ia terima tidak sesuai, maka kepuasan kerjanya akan minim. Seseorang yang mendapatkan gaji atau imbalan yang sesuai dengan apa yang telah dikerjakan, akan merasa puas, begitupun sebaliknya. karena gaji dapat memenuhi harapan-harapan dan kebutuhan tenaga kerja.

Faktor ketiga adalah faktor penyelia (pemimpin). Pemimpin yang memberikan rasa nyaman dan aman untuk para pegawainya, akan menimbulkan kepuasan kerja yang tinggi. Ada satu gaya kepemimpinan yang konsisten memberikan kepuasan kerja pegawai yaitu penenggangan rasa. Pemimpin yang mempunyai tenggang rasa kepada pegawainya, ia akan memberikan kebebasan kepada para pegawai untuk menyalurkan masukan-masukan positif untuk perusahaan, ia akan membimbing seluruh pegawainya untuk

mengeluarkan pendapatnya demi ketercapaian tujuan organisasi dengan efektif dan efisien, dan ia akan mengajak para pegawainya untuk ikut andil dalam memutuskan sesuatu hal. Menurut Locke, tingkat kepuasan kerja yang paling besar adalah jika hubungan antar atasan-bawahan berjalan dengan baik, dan hasil pekerjaan bahkan tujuan organisasi dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

Faktor yang keempat adalah rekan sejawat yang menunjang. Setiap pekerjaan dalam organisasi memiliki kaitan dengan pekerjaan lain. Mereka berada dalam satu perusahaan yang sama dan tujuan yang sama, seharusnya antar rekan sejawat saling membantu dan memberi masukan positif agar tujuan tercapai dengan efektif dan efisien. Rekan sejawat juga menentukan puas dan tidaknya seseorang, karena setiap orang pasti membutuhkan orang lain dalam hidupnya, jika rekan sejawat tidak sepaham dan tidak membuat nyaman, maka ia tidak akan merasa puas dalam bekerja.

Faktor yang terakhir menurut Ashar Sunyoto adalah kondisi kerja yang mendukung. Lingkungan kerja yang nyaman, akan sangat berpengaruh terhadap kenyamanan seseorang dalam bekerja, bukan hanya rekan kerja yang membuat nyaman, faktor lingkungan pekerjaan juga menjadi faktor kepuasan kerja. Jika seseorang bekerja didalam ruangan yang sempit, panas, cahaya lampunya redup atau bahkan menyilaukan mata, makan ia tidak akan bekerja secara maksimal, berbeda dengan seorang yang bekerja diruangan yang nyaman. Begitupun dengan sarana prasarana, jika bekerja disuatu tempat dengan sarana dan prasarana yang lengkap, maka hasilnya akan lebih baik daripada seseorang yang bekerja dengan sarana prasarana yang kurang lengkap.

a. Nama perusahaan

b. Imbalan dan penghargaan c. Kesempatan promosi d. Isi pekerjaan

e. Sistem pengawasan f. Hubungan antar pekerja g. Hari depan yang lebih baik42

Menurut Darsono, dan Tjatjuk Siswandoko, nama perusahan mempengaruhi kepuasan kerja seseorang, karena orang yang bekerja disebuah perusahaan atau sekolah yang namanya sudah dikenal baik oleh masyarakat akan menimbulkan kepuasan tersendiri, sebab nama perusahaan atau sekolah yang telah dikenal baik oleh masyarakat maka kualitas organisasi tersebut juga baik. Imbalan dan penghargaan juga menjadi faktor penentu kepuasan kerja, karena imbalan dan penghargaan yang sesuai dengan beratnya pekerjaan yang mereka jalani akan memberikan kepuasan kerja kepada pegawai. Selanjutnya seorang pegawai yang memiliki kesempatan promosi juga menjadi faktor kepuasan kerja. Isi pekerjaan juga mempengaruhi kepuasan kerja pegawai, karena pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan pegawai akan menimbulkan kepuasan, begitupun sebaliknya. Sistem pengawasan pemimpin yang sesuai dengan suasana dan kondisi organisasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja para pegawai. Hubungan antara atasan-bawahan, dan hubungan anatara rekan sejawat sangat berpengaruh terhadap kenyamanan seseorang dalam bekerja, jika hubungan tersebut buruk, maka tidak akan terjadi kepuasan kerja begitupun sebaliknya. hari depan yang baik adalah kesejahteraan pegawai yang bekerja dalam organisasi tersebut.

42Darsono, Tjatjuk Siswandoko,

Manajemen Sumber Daya Manusia Abad 21, (Jakarta: Nusantara Consulting, 2011), h. 216

Robbins menjelaskan bahwa kepuasan kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut :

a. Tipe kerja b. Rekan kerja c. Tunjangan

d. Diperlakukan dengan hormat dan adil e. Keamanan kerja

f. Peluang menyumbangkan gagasan g. Upah

h. Pengakuan terhadap kinerja i. Kesempatan untuk maju.43

Menurut Robins tiap kerja mempengaruhi kepuasan kerja seseorang, sebab tipe kerja yang sesuai dengan kemampuan akan menghasilkan pekerjaan yang baik. Rekan kerja yang baik dan saling membantu juga menjadi faktor penentu kepuasan kerja seseorang, dengan memiliki rekan kerja yang saling membantu, dan hubungan kerja yang baik akan membuat nyaman dalam bekerja. Tunjangan dan upah yang sesuai dengan beratnya pekerjaan akan berpengaruh terhadap keberhasilan sebuah organisasi, karena tunjangan yang sesuai, perlakuan adil, dan mendapatkan keamanan dari pemimpin kepada bawahannya akan meningkatkan kenyamanan seseorang dalam bekerja yang nantinya berpengaruh juga terhadap keberhasilan tujuan organisasi. Pemimpin yang memberikan kebebasan kepada para pegawainya untuk menyumbangkan gagasannya untuk perusahaan akan memberikan rasa puas untuk pegawai, karena ia merasa dihargai, dan didengar pendapatnya. Pengakuan terhadap kinerja adalah penghargaan dari pemimpin terhadap pegawai atas hasil kerja yang telah ia kerjakan. Dan sebuah organisasi dan seorang pemimpin yang mau mengajarkan pegawainya agar lebih maju akan sangat berpengaruh terhadap kepuasan kerjanya, kesempatan untuk maju dirasakan perlu oleh pegawai agar pekerjaannya lebih baik.

43 Ibid

Menurut Eburt faktor-faktor yang ikut menentukan kepuasan kerja sebagai berikut:

a. Faktor hubungan antara karyawan:

1) Hubungan langsung antara manajer dengan karyawan,

2) Faktor psikis dan kondisi kerja, 3) Sugesti teman sekerja,

4) Emosi dan situasi kerja. b. Faktor individual: 1) Sikap, 2) Umur, 3) Jenis Kelamin. c. Faktor-faktor luar: 1) Keadaan keluarga, 2) Rekreasi, 3) Pendidikan.44

Eburt menyatakan bahwa terdapat tiga faktor yang ikut menentukan kepuasan kerja, faktor petama yaitu faktor hubungan antara karyawan. Hubungan yang baik antara atasan-bawahan, dan antara rekan sejawat menjadi faktor pertama penentu kepuasan kerja seorang pegawai. Karena hubungan yang baik akan menghasilkan kenyamanan dalam lingkungan organisasi. Kepercayaan seorang pemimpin kepada bawahannya untuk bekerja lebih baik, dan menyalurkan pendapat akan sangat berpengaruh terhadap kenyamanan seorang dalam bekerja, mereka dianggap mampu dan dipercaya untuk melaksanakan tugasnya dengan baik. Faktor psikis dan dan kondisi kerja yang baik akan mengasilkan kenyaman kerja seseorang, sebab kondisi kerja yang nyaman akan berpengaruh terhadap kenyaman seseorang dalam bekerja. Emosi yang stabil dan situasi kerja yang baik mendukung ketercapaian tujuan organisasi dengan efektif dan efisien, karena emosi yang stabil dan situasi kerja yang baik menimbulkan kenyamanan

44Anan Nur,

Telaga Ilmu, Manajemen, Pendidikan, diakses pada tanggal 6 februari 2013 (http://anan-nur.blogspot.com/2011/02/kepuasan-kerja.html)

seseorang dalam bekerja, dan akan berakibat kepada hasil pekerjaan yang maksimal.

Faktor yang kedua adalah faktor individual yaitu faktor sikap, umur, jenis kelamin. Setiap manusia pasti memiliki sikap dan kepribadian yang berbeda-beda. Dalam sebuah organisasi, sikap-sikap tersebut harus dipersatukan dan harus mengurangi tingkat keegoisan masing-masing. Organisasi yang para pegawainya tidak mengandalkan ego masing-masing akan menjadi organisasi yang baik dan maju. Dan didalam organisasi tidak hanya sikap yang berbeda-beda, tetapi umur juga berbeda. Perbedaan umur akan menghasilkan perbedaan tingkat keegoisan, ini juga menjadi penyebab kepuasan atau ketidakpuasan kerja para pegawai. Faktor jenis kelamin juga menjadi faktor penentu kepuasan kerja seseorang, karena kemampuan laki-laki dan perempuan pasti berbeda, jika ketiga hal tersebut tidak menjadi masalah, maka akan terjadi kepuasan kerja para pegawai dan organisasi tersebut berjalan dengan baik sehingga tujuan dari organisasi berjalan dengan efektif dan efisien.

Faktor dari luar juga berpengaruh terhadap kepuasan kerja, yaitu tuntutan keluarga, rekreasi dan pendidikan. Tuntutan dan keadaan keluarga berpengaruh terhadap kepuasan kerja, jika seorang pegawai bekerja di dalam sebuah perusahaan kecil tetapi tuntutan keluarga tinggi, maka pegawai tersebut tidak akan merasa puas dengan pekerjaanya. Hiburan juga dibutuhkan untuk kepuasan batiniah pegawai. Hiburan dapat mempererat hubungan antara atasan-bawahan ataupun antara rekan sejawat. Dan yang terakhir adalah pendidikan. Pegawai dengan pendidikan tinggi akan berbeda dengan yang memiliki pendidikan dibawahnya. Faktor pendidikan biasanya mempengaruhi faktor gaji yang diterima para

pegawai. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi kepuasan kerja pegawai.

Faktor yang menyebabkan kepuasan kerja adalah faktor pekerjaan. Pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya sangat berpengaruh terhadap ketercapaian kepuasan kerja yang tinggi. Jika ia merasa tugas yang diberikan sesuai dengan keahliannya, maka ia dengan senang hati akan mengerjakan pekerjaannya dengan semangat. Rekan kerja juga menunjang kepuasan kerja seseorang, karena dengan memiliki motivasi kerja yang baik dari rekannya akan sangat membantu kenyamanan kerjanya, ia akan senang dengan pekerjaanya karena ia mendapat dukungan dari rekan kerjanya. Komunikasi yang baik antar rekan kerja juga sangat membantu ketercapaian kepuasan kerja yang baik.

Selanjutnya adalah faktor tunjangan dan upah yang diterima juga menjadi faktor penentu kepuasan kerja, karena pujian atas hasil kerja yang baik memberikan rasa bangga terhadap dirinya, dan memacu untuk bekerja lebih baik. Gaji yang sesuai dengan besarnya tanggungjawab, dan sesuai dengan kebutuhan pribadi akan membantu ketercapaian kinerja yang baik yang berarti kepuasan kerjanya tinggi. Perlakuan hormat dan adil dari atasan kepada seluruh bawahannya juga sangat berpengaruh penting terhadap ketercapaian tujuan dan kinerja yang baik, karena perlakuan yang baik berarti seseorang dihormati, di beri kenyamanan dan keamanan bekerja dalam organisasi/perusahaan tersebut. Kepala sekolah yang mau menerima masukan, kritikan dan saran dari bawahannya, dan bahkan ia mengembangkan potensi para bawahannya juga menjadi faktor penentu kepuasan kerja seseorang dalam bekerja. Ia merasa didengarkan dan diperhatikan oleh atasannya dan merasa diberi kesempatan untuk

maju. Kesempatan untuk maju juga menjadi faktor, sebab ia dapat mengembangkan dirinya menjadi lebih baik.

Dokumen terkait