• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : KAJIAN TEORI DAN PENGAMBILAN MODEL

2.2. Kajian Teori

2.2.11. Faktor-faktor kualitas pelayanan

Leonard L. Berry dari Parasuraman dalam marketing services competing

through quality (New York, free press, 1991) yang dikutip oleh Kotler (2000: 440)

ada 5 dimensi atau faktor dominan dalam penentu kualitas jasa, yaitu:

1. Reliability (kehandalan)

2. Responsiveness (daya tanggap)

3. Tangibles (bukti langsung)

4. Assurance (kepastian)

5. Emphaty (perhatian)

Pendapat diatas dapat diketahui bahwa faktor kualitas pelayanan memegang

peranan yang penting dalam perkembangan perusahaan di masa yang akan datang,

karena itu perusahaan jasa perlu memberikan pelayanan yang berkualitas kepada

pelanggannya, selanjutnya kualitas pelayanan akan menciptakan dan memelihara

kepuasan pelanggan terhadap perusahaan, apabila semua elemen di atas di

perhatikan, maka akan tercapailah kepuasan pelanggan dan pada gilirannya

menciptakan loyalitas pelanggan makin tinggi serta tidak mudah dibujuk untuk lari

ke perusahaan lain, bahkan akan mengajak rekan-rekan mereka untuk bergabung

dengan perusahaan, tersebut. Juga tidak tertarik dengan produk pesaing dan akan

muncul penciptaan prospek oleh pelanggan.

Peran bidang jasa, praktek terbaik operasional diperlukan strategi yang

harus mengedepankan teknis operasional berbasis keunggulan berupa integrasi

demikian diharapkan perusahaan telekomunikasi berperan dalam mendorong laju

perekonomian secara nyata, dan keunggulan yang menawarkan kemudahan,

keamanan dan kenyamanan masyarakat dalam memanfaatkan jasa perusahaan dapat

terwujud.

Peranan teknologi dalam operasional perusahaan bukan saja sekedar sebagai

sarana infra struktur untuk mendukung pelayanan dan operasional lainnya, namun

sudah menjadi produk yang terintegrasi dengan feature perusahaan.

b. Konsep kepuasan pelanggan

Pada dasarnya tujuan dari suatu bisnis adalah untuk menciptakan kepada

para pelanggannya. Ada beberapa pakar yang memberikan definisi tentang

kepuasan pelanggan. Menurut Engel (2000: 545) mengemukakan bahwa “Kepuasan

pelanggan merupakan evaluasi purna beli dimana alternatif yang dipilih sekarang

kurangnya sama atau melampaui harapan pelanggan dimana harapan kerja itu

sendiri merupakan perkiraan atau keyakinan pelanggan tentang apa yang akan

diterimanya”.

Kepuasan merupakan fungsi dari kesan kinerja dan harapan, jika kinerja di

bawah harapan, pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan

akan merasa puas dan akan senang.

Pelanggan yang puas akan cenderung untuk membeli lagi, sedangkan

ketidakpuasan akan membuat pelanggan cenderung untuk tidak membeli lagi.

seperti yang dikatakan Peter dan Olson (2000 : 160) bahwa: “Ketidakpuasan

negatif, yaitu kinerja suatu produk ternyata lebih buruk dari kinerja yang

diharapkan”. Pelanggan akan merasa tidak puas terhadap suatu produk cenderung

tidak akan melakukan pembelian ulang bahkan dapat mengancam langsung kepada

produsen, pengecer serta melakukan / menceritakannya kepada pelanggan lainnya.

Jadi pada dasarnya pengertian kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara

harapan dan kinerja atau hasil yang dirasakan.

Upaya membangun kepuasan pelanggan melalui kualitas pelayanan dapat

ditingkatkan dengan beberapa pendekatan sebagai berikut:

1) Memperkecil kesenjangan – kesenjangan yang terjadi antara pihak manajemen

dan pelanggan

2) Perusahaan harus mampu membangun komitmen bersama untuk menciptakan

visi dari dalam perbaikan proses pelayanan

3) Memberi kesempatan kepada pelanggan untuk menyampaikan keluhan-keluhan

yang dirasakan

4) Mengembangkan dan menerapkan accountable proactive dan patner ship

marketing sesuai dengan situasi pemasaran.

c. Metode Pengukuran Kepuasan Pelanggan

Ativitas penjualannya, perusahaan menginginkan umpan balik dari

pelanggan yang telah membeli produknya, yaitu dengan melihat atau mengukur

kepuasan pelanggan atas produk yang dihasilkannya, terdapat beberapa metode

Metode pengukuran kepuasan pelanggan ini pada dasarnya ingin

mengetahui gambaran tentang kepuasan pelanggan yang telah mengkonsumsi atau

membeli produk yang dihasilkan perusahaan. Menurut Kotler et al yang dikutip

oleh Tjiptono (2007: 34-35) terdapat empat metode pengukuran kepuasan

pelanggan yaitu:

1) Sistem keluhan dan saran

Setiap organisasi yang berorientasi pada pelanggan (customer oriented)

perlu memberikan kesempatan yang luas kepada para pelanggannya untuk

menyampaikan saran, pendapat dan keluhan, melalui kotak saran yang di

tempelkan di lokasi yang strategis, mudah di jangkau oleh pelanggan, kartu

komentar yang dikirim via pos, saluran telpon bebas pulsa dan sebagainya.

Informasi-informasi yang akan di peroleh melalui metode ini dapat

memberikan ide-ide baru sehingga memungkinkannya untuk beraksi dengan

tanggap dan cepat untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul.

2) Ghost shopping

Orang yang bekerja dalam ghost shopping di sebut ghost shopper yaitu

orang yang berperan sebagai pelanggan / pembeli potensial atas produk dari

perusahaan tertentu dan pesaing. Orang ini akan melaporkan

keunggulan-keunggulan dari perusahaannya dan kekurangan-kekurangan dari perusahaan

pesaing berdasarkan pengalaman-pengalaman selama membeli produk

3) Lost customer analysis

Perusahaan seyogyanya menghubungi para pelanggan yang telah

berhenti membeli atau yang telah pindah ke produsen lain agar dapat

memahami mengapa hal ini terjadi dan supaya dapat mengambil kebijaksanaan

perbaikan / penyempurnaan selanjutnya.

4) Survei kepuasan pelanggan

Umumnya banyak penelitian mengenai kepuasan pelanggan yang

dilakukan dengan penelitian survei, baik melalui pos, telpon maupun

wawancara pribadi. Melalui survei ini perusahaan akan memperoleh tanggapan

dan umpan balik secara langsung dari pelanggan dan juga memberikan tanda

positif bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap para pelanggannya.

Mengingat metode survei banyak digunakan oleh perusahaan pada

umumnya, maka pengukuran tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara,

menurut Tjiptono (1997: 35-36), teknik pengukuran kepuasan pelanggan adalah

sebagai berikut:

1) Pengukuran dapat dilakukan secara langsung dengan pertanyaan seperti

seberapa puas sendiri terhadap PT. “A” pada skala berikut sangat tidak puas,

tidak puas, netral, puas, dan sangat puas (Directly resported satisfaction).

2) Responden di beri pertanyaan mengenai seberapa besar mereka mengharapkan

suatu atribut tertentu dan seberapa besar yang merasakan (derived

3) Responden di minta untuk menuliskan masalah – masalah yang mereka hadapi

yang berkaitan dengan penawaran dari perusahaan dan juga diminta untuk

menuliskan perbaikan-perbaikan.

4) Responden dapat diminta untuk merangkai berbagai elemen (atribut) dari

penawaran berdasarkan derajat pentingnya setiap elemen dan seberapa baik

kinerja perusahaan dalam masing-masing elemen.

Teknik pengukuran kepuasan pelanggan masih terus mengalami

perkembangan, sehingga pada saat ini belum ada kesepakatan mengenai

bagaimana mengukur kepuasan pelanggan, oleh karena itu, terdapat cukup banyak

variasi teknik pengukuran tingkat kepuasan, mulai dari yang sangat sederhana

sampai yang sangat kompleks.

Dokumen terkait