• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang Memengaruhi Peran Serta Masyarakat .1 Pengetahuan

Menurut Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2010b), Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, telinga, dan sebagainya). Pengetahuan

seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda. Secara garis besar dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yakni :

a. Tahu (Know); tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

b. Memahami (Comprehension); memahami diartikan sebagai suatu objek bukan hanya sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan tetapi orang tersebut harus dapat mengintrepretasikan secara benar objek yang diketahuinya tersebut.

c. Aplikasi (Application); penerapan diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis); analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.

e. Sintesis (Synthesis); sintesis menunjuk kemampuan seseorang untuk merangkum dan meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki atau kemampuan untuk meringkas dengan kata-kata dan kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar, dan membuat kesimpulan.

f. Evaluasi (Evaluation); evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan

sendirinya didasarkan pada suatu critera yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat.

2.5.2 Motivasi

Menurut Donald dikutip oleh Sardiman (2011:73), Motif dalam bahasa Inggrisnya motive berasal dari kata motion yang berarti gerak atau sesuatu yang bergerak. Kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktifitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata “motif “ itu maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak.

Menurut Donald dikutip oleh Sardiman (2011:74), Motivasi adalah perubahan energi dalam seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian tersebut, mengandung tiga elemen penting tentang motivasi, yaitu :

1) Motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia. 2). Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa/feeling, afeksi seseorang. Motivasi banyak mengandung hal-hal yang relevan dengan persoalan kejiwaan dan emosi

yang dapat menemukan tingkah laku manusia. 3). Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi sering muncul dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan.

Menurut Wood et all, 1998 dalam Notoatmodjo (2005), ada dua aliran teori motivasi yaitu motivasi yang dikaji dengan mempelajari kebutuhan-kebutuhan atau

contens theory dan ada yang mengkaji dengan mempelajari prosesnya atau disebut

sebagai process theory. Teori-teori pada Content theory mengajukan cara untuk menganalisis kebutuhan yang mendorong seseorang untuk bertingkah laku tertentu, sedangkan process theory berusaha memahami proses berfikir yang ada yang dapat mendorong seseorang untuk berperilaku tertentu.

Salah satu teori motivasi yang terkenal adalah teori kebutuhan hierarki dari Maslow, yang membagi dua kategori besar, yaitu kebutuhan tingkat dasar dan tingkat tinggi. Secara lebih rinci Maslow membagi kebutuhan tersebut menjadi lima tingkatan, yaitu : 1). Kebutuhan fisiologis seperti misalnya kebutuhan untuk makan dan minum, tidur dan seks, 2). Kebutuhan akan rasa aman, dalam hal ini setiap manusia selalu ingin mendapatkan lingkungan hidup yang aman, kedua kebutuhan ini disebut sebagai kebutuhan primer, 3). Kebutuhan untuk mencintai dan dicintai, kebutuhan ini mencerminkan bahwa manusia adalah mahluk sosial, dimana dalam hal ini setiap manusia selalu ingin hidup berkelompok agar dapat mencintai dan dicintai, 4). Kebutuhan untuk dihargai, yaitu kebutuhan untuk diakui oleh lingkungannya, 5).

Kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang paling tinggi dan merupakan kebutuhan yang paling sulit untuk dipenuhi.

Berdasarkan sumber dorongan terhadap perilaku, motivasi dapat dibedakan menjadi dua 1). Motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam kebutuhan sehingga manusia menjadi puas. 2). Motivasi ekstrinsik. Motivasi ektrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar yang merupakan pengaruh dari orang lain atau lingkungan.

2.5.3 Sikap

Menurut Berkowitz (1972) dalam Azwar (2010), sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak (favourable), maupun perasaan tidak mendukung atau memihak (unfavourable) pada obyek tersebut. Secara lebih spesifik Thurstone memformulasikan sikap sebagai derajat efek positif atau negatif terhadap suatu obyek psikologis.

Sedangkan Edgley (1980) yang dikutip Azwar (2010), mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana, sikap adalah respons terhadap stimulus sosial yang telah terkondisikan. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Notoatmodjo (2010) bahwa sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan “predisposisi” bagi suatu tindakan atau perilaku tertentu.

Dari bahan-bahan di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu. Notoatmodjo

(2010) menggambarkan terjadinya sikap dan reaksi tingkah laku manusia melalui suatu rangkaian proses tertentu, seperti terlihat pada skema berikut :

Gambar 2.1 Skema Proses terjadinya Sikap dan Reaksi Tingkah Laku Dari skema diatas dapat dijelaskan bahwa dalam diri individu sebenarnya terdapat suatu dorongan yang didasarkan pada kebutuhan, perasaan, perhatian dan kemampuan untuk mengambil suatu keputusan pada suatu saat terhadap suatu perubahan atau stimulus. Proses dalam tahapan ini sesungguhnya masih bersifat tertutup, tetapi sudah merupakan keadaan yang disebut sikap. Bila terus menerus diarahkan, maka pada suatu saat akan meningkatkan menjadi lebih terbuka dan berwujud pada suatu reaksi yang berupa perilaku.

Dokumen terkait