• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang mempengaruhi Audit Delay .1 Opini Audit.1Opini Audit

Dalam dokumen SKRIPSI OLEH : INDAH PRATIWI (Halaman 27-33)

TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Audit Delay .1 Opini Audit.1Opini Audit

Opini audit merupakan pendapat yang diberikan oleh auditor independen sebagai hasil penilaiannya atas kewajaran laporan keuangan yang disajikan perusahaan. Dalam perkembangannya, peran opini audit menjadi penting dalam kaitannya dengan citra perusahaan dimata para pengguna laporan keuangan. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik dijelaskan bahwa “tujuan laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran mengenai semua hal yang materil, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia”.

Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (PSAK 29, SA Seksi 508), ada lima tipe pendapat audit yaitu:

1. Opini Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)

Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi penerapan prinsip akuntansi berlaku umum tersebut, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan.

2. Opini Wajar Tanpa Pengecualian dengan paragraf penjelas (Unqualified Opinion)

Pendapat ini diberikan apabila audit telah dilaksanakan atau telah sesuai dengan standar auditing, penyajian laporan keuangan sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum, tetapi tedapat keadaan tertentu yang mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraph penjelasan

12

Universitas Sumatera Utara

(penjelasan lain) laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan.

3. Opini Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)

Auditor memberikan pendapat wajar dengan pengecualian dalam laporan keuangan audit apabila lingkup audit dibatasi oleh klien, auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada diluar kekuasaan klien maupun auditor, laporan keuangan tidak disuse sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan prinsip akuntansi berlaku umum yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.

4. Opini tidak wajar (Adverse Opinion)

Pendapat tidak wajar merupakan kebalikan dari pendapat wajar tanpa pengecualian. Akuntan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi berlaku umum sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan klien.

5. Menolak memberikan pendapat (Disclaimer of Opinion)

Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, maka laporan audit ini disebut dengan laporan tanpa pendapat (no opinion report).

Kondisi yang menyebabkan auditor tidak memberikan pendapat adalah:

a) Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkungan audit.

b) Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya.

13

Universitas Sumatera Utara

Auditor akan mengeluarkan salah satu dari kelima opini tersebut setelah melakukan pemeriksaan laporan keuangan yang diaudit sesuai dengan standar dan prosedur audit yang berlaku.

Perusahaan yang biasanya mengharapkan auditor mengeluarkan opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion). Dengan mendapatkan unqualified opinion menandakan bahwa laporan keuangan perusahaan telah disajikan secara wajar dan sesuai dengan standar-standar akuntansi yang berlaku. Perusahaan yang mendapatkan opini selain unqualified opinion cenderung akan mengganti auditor mereka dengan harapan akan mendapatkan opini unqualified agar laporan keuangan perusahaan dipandang baik oleh para pengguna informasi laporan keuangan tersebut.

2.3.2 Profitabilitas

Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Semakin tinggi profitabilitas perusahaan, maka semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bagi perusahaannya, begitu pun sebaliknya. Maka tingkat profitabilitas yang rendah ditengarai berpengaruh terhadap audit delay. Hal tersebut berkaitan dengan akibat yang dapat ditimbulkan pasar terhadap pengumuman rugi bagi perusahaan.

Menurut Brigham dan Houston (2006) mengatakan terdapat indikator yang dapat digunakan untuk menjelaskan profitabilitas suatu perusahaan yaitu margin laba atas penjualan (Gross Margin and Net Profit Margin), Basic Earning Power (BEP),

14

Universitas Sumatera Utara

Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE). Dalam penelitian ini menggunakan return on asset (ROA) sebagai indikator dalam mengukur profitabilitas perusahaan.

ROA didefinisikan sebagai rentabilitas ekonomi yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada masa lalu, kemudian diproyeksikan ke masa depan untuk melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa mendatang. ROA diperoleh dari perbandingan laba bersih dengan total asset perusahaan. Presentasi perubahan ROA dapat dikatakan merupakan salah satu indikator keuangan perusahaan untuk melihat prospek bisnis perusahaan tersebut.

Semakin tinggi nilai presentasi perubahan ROA yang dihasilkan berarti semakin efektif pengelolaan asset yang dimiliki perusahaan, begitu pula sebaliknya. Indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat profitabilitas suatu perusahaan dalam penelitian ini adalah return on asset (ROA). Alasan pemilihan ROA yaitu: (1) sifatnya yang menyeluruh, dapat digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal. (2) ROA dapat digunakan untuk mengukur rasio industri sehingga dapat dibandingkan dengan perusahaan lain. (3) ROA dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan.

Perusahaan yang mempunyai tingkat profitabilitas yang lebih tinggi membutuhkan waktu untuk mengaudit laporan keuangan lebih cepat dikarenakan keharusan menyampaikan kabar baik secepatnya terhadap publik. Mereka juga memberikan alasan bahwa auditor yang menghadapi perusahaan yang mengalami kerugian memiliki respon yang lebih berhati-hati.

15

Universitas Sumatera Utara

2.3.3 Solvabilitas

Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya baik jangka pendek maupun jangka panjang. Suatu perusahaan yang solvable berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai asset atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya begitu pula sebaliknya, perusahaan yang tidak mempunyai kekayaan yang cukup untuk membayar hutang-hutangnya disebut perusahaan insolvable.

Dalam penelitian ini rasio yang akan dipakai adalah Debt to Equity Ratio (DER), DER menggambarkan perbandingan kewajiban dan ekuitas dalam pendanaan perusahan dan menunjukkan modal perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Apabila debt to equity ratio tinggi, mencerminkan bahwa risiko keuangan semakin tinggi, karena kemungkinan perusahaan tidak dapat melunasi kewajiban atau hutangnya baik berupa pokok maupun bunga. Risiko yang dialami perusahan mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami kesulitan keuangan.

Kesulitan keuangan merupakan berita buruk yang akan mempengaruhi kondisi perusahaan dimata masyarakat, maka pihak manajemen cenderung akan menunda penyampaian laporan keuangan. Sebaliknya jika perusahaan mampu melunasi hutangnya maka keadaan ini merupakan kabar gembira dan perusahaan akan mempercepat penyampaian laporan keuangannya.

2.3.4 Ukuran Perusahaan

Salah satu faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan adalah ukuran perusahaan. Besar kecilnya ukuran sebuah perusahaan dapat dilihat

16

Universitas Sumatera Utara

dari total asset, total penjualan, jumlah tenaga kerja, dan sebagainya. Semakin besar nilai item-item tersebut, maka semakin besar pula ukuran sebuah perusahaan.

Menurut Lestari (2010 : 35) perusahan besar lebih konsisten untuk tepat waktu dibandingkan perusahaan kecil dalam menginformasikan laporan keuangannya.

Pengaruh ini ditunjukkan dengan semakin besar nilai asset perusahaan maka semakin pendek audit delay dan sebaliknya. Perusahaan besar cenderung akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay, dikarenakan perusahaa-perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan dari pemerintah.

Pihak-pihak ini sangat berkepentingan terhadap informasi yang ada dalam laporan keuangan. Menurut Lestari (2010) berpendapat bahwa perusahaan yang memiliki sumber daya (aset) yang besar memiliki lebih banyak sumber informasi, lebih banyak staf akuntansi, dan sistem informasi yang lebih canggih, memiliki sistem pengendalian intern yang kuat, adanya pengawasan dari investor, regulator dan sorotan masyarakat, maka hal ini memungkinkan perusahaan untuk melaporkan laporan keuangan auditannya lebih cepat ke publik. Dalam penelitian ini indikator yang dipakai adalah total aset sebagai proksi ukuran perusahaan.

2.3.5 Reputasi KAP

“Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yang

17

Universitas Sumatera Utara

berusaha di bidang pemberian jasa professional dalam praktek akuntan publik”

(Rachmawati, 2008: 3).

Kantor Akuntan Publik internasional atau yang dikenal dengan Big Four dianggap dapat menyelesaikan auditnya secara efisien dan memiliki jadwal waktu yang lebih tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya lebih cepat dibandingkan Kantor Akuntan Publik lainnya. Pemilihan kantor akuntan publik yang berkompeten kemungkinan dapat membantu penyelesaian audit menjadi lebih segera atau tepat waktu.

Kantor Akuntan Publik di Indonesia dibagi menjadi KAP The Big Four dan Kantor Akuntan Publik Non The Big Four. Adapun kategori Kantor Akuntan Publik yang berafiliasi dengan The Big Four di Indonesia, yaitu:

1) KAP Price Waterhouse Coopers, yang bekerja sama dengan KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan.

2) KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang bekerja sama dengan KAP Siddharta dan Widjaja.

3) KAP Ernst & Young, yang bekerja sama dengan KAP Purwantono, Suherman, dan Surja.

4) KAP Deloitte Touche Tohmatsu, yang bekerja sama dengan KAP Osman Bing Satrio.

Dalam dokumen SKRIPSI OLEH : INDAH PRATIWI (Halaman 27-33)

Dokumen terkait