• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Agensi

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Auditor Switching a. Opini Audit

Opini audit adalah pernyataan auditor terhadap kewajaran laporan keuangan dari entitas yang telah diaudit ( Agoes, 2011). Kewajaran ini menyangkut materialitas, posisi keuangan, dan arus kas. Opini audit ini lah yang menjadi “terjemahan” laporan keuangan yang digunakan oleh pengguna laporan keuangan dalam mengambil keputusan untuk kelangsungan hidup perusahaan. Opini dapat bermanfaat untuk keberlangsungan perusahaan atau instansi pemerintah. Opini

merupakan pernyataan profesional sebagai kesimpulan pemeriksa mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Dalam perumusan opini, pemeriksa mengacu kepada Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang memberlakukan empat standar pelaporan SPAP yang ditetapkan IAPI, disamping menambahkan enam standar tambahan.

Opini merupakan pernyataan profesional sebagai kesimpulan pemeriksa mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam LK yang didasarkan pada:

1) Kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan, 2) Kecukupan pengungkapan,

3) Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan 4) Efektivitas sistem pengendalian intern.

Singkatnya, opini merupakan informasi utama yang dapat diinformasikan kepada pemakai informasi (user) tentang apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya.

Laporan keuangan adalah penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas ( PSAK 1: 2015 :1 ) . Opini audit adalah suatu pernyataan auditor atas kewajaran laporan keuangan perusahaan yang telah diauditnya. Kinerja manajemen dapat diliat pada opini yang diberikan auditor terhadap laporan keuangan perusahaan.

Oleh karena itu opini wajar tanpa pengecualian yang diharapkan

perusahaan, dengan opini wajar tanpa pengecualian perusahaan mendapatkan respon yang baik dari pihak eskternal serta hal tersebut berdampak pada nilai investasi perusahaan. Semakin banyak investor yang menanamkan sahamnya maka kompensasi yang didapatkan manajemen semakin besar. Sedangkan perusahaan mendapatkan modification opinion akan berdampak pada menurunnya tingkat kepercayaan pubik terhadap kinerja manajemen serta pada menurunnya tingkat investasi pada perusahaan.

Teori agensi menyatakan setiap individu menjalankan kepentingannya masing-masing (self interst). Teori agensi mampu menjelaskan bahwa Manajemen sebagai pihak agen yang mendapatkan wewenang sesuai kontraktural untuk mengelola perusahaan, pihak agen memiliki informasi yang lebih daripada pihak prinsipal, maka pihak agen ingin memaksimumkan kepentingannya. Sehingga perusahaan termotivasi untuk mendapatkan unqualified opinion pada laporan keuangannya. Apabila perusahaan mendapatkan modified opinion, maka perusahaan termotivasi untuk melakukan auditor switching. Hartono &

Rohman (2015) membuktikan opini audit berpengaruh negatif terhadap auditor switching.

a) Audit Fee

Salah satu upaya prinsipal untuk mengawasi agen adalah dengan menghadirkan pihak ketiga yang independen

yaitu auditor. Biaya pengawasan atau monitoring cost yang dikeluarkan untuk mengawasi kinerja manajemen dalam menjalankan kontrak dengan prinsipal. Besarnya audit fee merupakan pendapatan bagi auditor atau KAP pada tingkat kompleksitas dan luasnya cakupan audit serta reputasi KAP tersebut di masyarakat, pemerintah maupun investor.

Mekanisme penetapan audit fee, auditor atau KAP mengajukan penawaran audit fee kepada perusahaan dengan pedoman pada peraturan yang sudah ditetapkan oleh Kantor Akuntan Publik. Namun bisa saja penawaran tersebut dianggap terlalu tinggi, sehingga tidak tercapai kesepakatan antara perusahaan dengan KAP. Penawaran audit fee dengan jumlah yang terlalu tinggi seringkali melampaui batas toleransi yang ditetapkan oleh perusahaan, sehingga hal tersebut memotivasi manajemen untuk mengganti auditornya supaya mendapatkan auditor yang sesuai dengan anggaran audit fee yang telah ditetapkan perusahaan. Perusahaan berupaya mencari auditor dengan penawaran fee yang lebih rendah tanpa mengurangi keprofesionalan auditor.

Berdasarkan teori agensi, pengawasan terhadap agen oleh pihak ketiga akan menimbulkan biaya pengawasan atau monitoring cost. Pengawasan ini bertujuan untuk memonitor aktivitas manajemen (agen) supaya sesuai dengan

kontraktural dengan pihak prinsipal, sedangkan pihak manajemen (agen) yang memiliki wewenang dalam pengambilan kebijakan perusahaan. Pihak manajemen akan menekan biaya dalam mendapatkan jasa yang diperlukan, dalam penentuan audit fee pihak manajemen akan menentukan batas toleransi biaya yang harus dikeluarkan.

Banik, et al. (2013) dan Sari & Widanaputra (2016) menunjukkan bahwa audit fee memiliki pengaruh positif signifikan terhadap auditor switching.

b) Pergantian Manajemen

Pergantian manajemen dipersepsikan mempunyai dampak yang signifikan terhadap auditor change, Nazri et al.(2012).Manajemen baru mungkin tidak puas dengan kualitas (dan biaya) dari auditor yang sebelumnya dan meminta pergantian auditor.Manajemen baru mungkin mencari auditor baru yang sepakat dengan metode pelaporan baru yang menunjukan hasil keuangan yang lebih baik.Pergantian manajemen yang dimaksud terdiri dari pergantian dewan direksi, pengontrol keuangan, direktur, dan komite audit.

Pergantian manajemen dalam penelitian ini adalah perubahan susunan dewan komisaris (board of comissioner) dan, atau perubahan susunan dewan direksi (board of

director) dalam sebuah perusahaan. Hal ini sesuai dengan konsep two-tier system yang berlaku di Indonesia. Didalam two-tier system peran dewan komisaris dan dewan direksi dipisah secara jelas. Dewan komisaris adalah pihak pelaksana kegiatan perusahaan sedangkan dewan komisaris sebagai pihak yang mengawasi kinerja dewan direksi. Perubahan dewan direksi dapat terjadi karena adanya keinginan untuk mengganti direktur dari hasil rapat umum pemegang saham, hal ini dapat disebabkan karena direktur yang ditunjuk dirasa tidak bisa berpihak pada kepentingan principal (pemegang saham).

Hubungan agensi terjadi ketika pihak principle menyewa pihak agent untuk melaksanakan suatu jasa dan agen diberi wewenang dalam mengambil keputusan (Anthony dan Govindarajan, 2002 dalam Andra, 2012). Dalam sebuah hubungan agensi dapat terjadi konflik kepentingan antara manajemen dan pemegang saham yang disebabkan oleh ketidakseimbangan informasi. Auditor independen berperan sebagai penengah kedua belah pihak (agent dan principal) yang terlibat konflik kepentingan.

Manajemen perusahaan berkeinginan untuk mempengaruhi pilihan keputusan auditor dan manajemen perusahaan juga mempunyai motivasi dalam melakukan

auditor switching dengan tujuan untuk menunjang kepentingan mereka sendiri (Chadegani et al, 2011). Dengan adanya pergantian manajemen dan direktur, manajemen baru mungkin lebih memilih untuk melakukan auditor switching.

Manajemen akan memilih auditor yang mempunyai hubungan kerja yang lebih baik dengan manajemen (William, 1988 dalam Chadegani et al, 2011) atau auditor yang yang lebih memihak pilihan manajemen dan yang sesuai dengan kebijakan akuntansi perusahaan.

c) Ukuran KAP

Ada 4 KAP tersebar di Amerika Serikat yang disebut KAP Internasional dengan julukan the Big Four. Masing-masing KAP tersebut memiliki kantor disetiap kota besar di Amerika Serikat dan kota –kota besar lainnyadiseluruh dunia, termasuk indonesia. Big Four di indonesia diwakili kepentingan oleh KAP di indonesia, adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Perwakilan KAP big four di indonesia

Pricewaterhouse Coopers KAP Haryanto Sahari & rekan

Delorite Touche Tohmatsu KAP Osman Bing Satrio

Ernst & Young KAP Purwanto, Sarwoko, Sandjaja

KPMG KAP Sidharta, Shidarta, Widjaja

Dokumen terkait