BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat
a. Prestasi Belajar
Hilgard dan Bower (Purwanto 1990: 84) mengungkapkan,
belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang
terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya
yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku
itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon
pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang
misalnya kelelahan. Menurut Purwanto (1990: 85), belajar adalah
suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai
suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan sikap,
kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian. Belajar adalah kegiatan
yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam
penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan (Muhibbinsyah,
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud
dengan prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan,
dan sebagainya). Prestasi dalam bidang akademik berarti hasil yang
diperoleh dari kegiatan di sekolah atau perguruan tinggi yang bersifat
kognitif dan biasanya ditentukan melalui sebuah pengukuran
“measurement” dan penilaian atau “evaluasi”. W.S. Winkel (1983: 34) menjelaskan bahwa prestasi belajar adalah keberhasilan usaha
yang dicapai seseorang setelah memperoleh pengalaman belajar atau
mempelajari sesuatu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi
belajar adalah: penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai
tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Hamalik (1983: 45)
berpendapat bahwa prestasi belajar adalah perubahan sikap dan
tingkah laku setelah menerima pelajaran atau setelah mempelajari
sesuatu.
Menurut Djamarah (1994: 20-21), prestasi adalah apa yang
telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati
yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Menurut Ahmadi dan
Supriyono (1990: 130), prestasi belajar merupakan hasil interaksi
antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri
Prestasi yang diraih oleh seseorang itu berkaitan dengan
kemampuan intelektualnya. Kemampuan intelektual yang dimiliki
oleh masing-masing orang berbeda-beda dengan ciri-ciri yang berbeda
pula. Kadha (1982:55-56) menjelaskan mengenai ciri-ciri kepribadian
dengan kadar intelektual tinggi sebagai berikut :
1) Mengenal dan mengetahui proses dasar intelektual. Proses dasar
intelektual yang dimaksudkan adalah :
a) memiliki persepsi yang luas dan tajam terhadap lingkungan
(perseption).
b) mengenal dan memahami dengan cepat dan mudah akan arti
simbol (symbolization).
c) mudah dan teratur mengemukakan pendapat secara verbal
(verbalization).
d) memahami dengan mudah akan fungsi-fungsi komparasi
(comparation function).
2) Mampu mengemukakan ide/pendapat secara sistematis
(systematical thinking). Seorang yang berpikir secara sistematis
akan nampak adanya pola berpikir yang teratur, mengemukakan
premis-premis serta konklusi secara teratur dan mudah diikuti oleh
lawan bicara atau pendengar.
3) Menerima dan mengemukakan pendapat secara kritis (critical
kemampuan intelektual yang tinggi ialah selalu berpikir kritis,
baik dalam mengemukakan pendapat-pendapat pribadi, maupun
dalam menerima pendapat orang lain. Ia tidak mudah pula
mengemukakan pendapat sebelum dianalisa secara mendalam.
Semuanya itu mencerminkan kemampuan berpikir yang
mendalam.
4) Mampu mengemukakan argumentasi yang logis rasional dan
konsekuen. Biasanya seseorang yang memiliki kemamuan berpikir
tinggi, selalu mengemukakan argumentasi yang masuk akal dan
objektif benar. Sebelum berpikir secara matang dan tanpa alasan ia
tidak secara mudah dibohongi atau membohongi (argumentum ad
objectivum).
Sedangkan ciri-ciri kepribadian dengan kadar intelektual
rendah (Kadha, 1982: 57) adalah sebagai berikut :
1) Kurang memahami proses pemikiran yang baik dalam
mengemukakan isi pikiran tanpa mengenal dan mengikuti proses
intelektual yang umum.
2) Dalam mengemukakan pendapat tidak nampak sistematika
berpikir, sehingga pendapat-pendapat yang akan dikemukakan
3) Mudah dikelabui dan kurang kritis menerima serta
mengemukakan ide.
4) Dalam mengemukakan argumentasi, lebih nampak dominasi
emosi. Seringkali argumentasi yang dikemukakan kurang/tidak
rasional dan kurang/tidak objektif.
5) Mudah terpengaruh oleh hal-hal lahiriah, dan kurang menyeleksi
pengaruh, dan sebagainya.
b. Jenis Kelamin
Manusia diciptakan dengan karakteristik dan rupanya
masing-masing. Sesuai dengan kodratnya pula, manusia diciptakan sebagai
laki-laki dan perempuan. Di antara keduanya, laki-laki dan perempuan
ini memiliki sifat serta karakteristik yang berbeda. Perbedaan itu baik
dari segi fisik maupun dari psikis. Secara garis besar mengenai
perbedaan laki-laki dan perempuan yang diungkapkan oleh Hurlock
(1988: 113) tersebut dapat terlihat dari tabel berikut :
Tabel 2.1
Perbedaan Laki-laki dan Perempuan
No Aspek Laki-laki Perempuan
1 Fisik Tinggi :
Mencapai tinggi yang
matang pada usia 19
Tinggi :
Mencapai tinggi yang
No Aspek Laki-laki Perempuan
tahun.
Berat :
Perubahan berat badan
mengikuti tinggi
badan yaitu sekitar
usia 19 tahun.
Proporsi tubuh :
Proporsi tubuh secara
fisik sudah ideal (tidak
terlalu panjang dan
tidak terlalu melebar).
Organ seks :
Pada remaja akhir
sudah mencapai
kematangan dan dapat
bekerja sesuai fungsinya secara optimal. Ciri-ciri seksualitas : tahun. Berat : Perubahan berat badan mengikuti
tinggi badan yaitu
sekitar usia 18 tahun.
Proporsi tubuh :
Proporsi tubuh secara
fisik sudah ideal
(tidak terlalu panjang
dan tidak terlalu
melebar).
Organ seks :
Pada remaja akhir
sudah mencapai
kematangan dan dapat
bekerja sesuai
fungsinya secara
optimal.
No Aspek Laki-laki Perempuan
Ciri seks primer :
Pertumbuhan testi
sudah mencapai
ukuran matang dan
fungsinya sudah
optimal.
Ciri seks sekunder :
Bagian tubuhnya
banyak ditumbuhi
rambut.
Tumbuh jakun.
Suara merendah.
Bahu dan dada
bidang.
Otot tampak lebih
besar.
Ciri seks tersier :
Ciri seks primer :
Tumbuhnya rahim,
vagina. Dan ovarium
dan setiap bulannya
secara normal terjadi
menstruasi apabila sel
telur tidak dibuahi.
Ciri seks sekunder :
Bagian tubuhnya
banyak ditumbuhi
rambut yang lebih
halus daripada
laki-laki.
Tumbuh buah dada.
Suara meninggi.
Pinggulnya
membesar.
Otot tampak lebih
halus.
No Aspek Laki-laki Perempuan Mempergunakan akal. Kecenderungan akal. Sikap maskulin. Tertarik pada pekerjaan di luar rumah. Banyak mempergunakan perasaan. Sikap lembut. Tertarik pada pekerjaan di dalam rumah. 2 Psikologis Intelegensi :
Lebih rasional dalam
menghadapi masalah. Perasaan : Maskulin (mandiri, kuat). Moral dan kepribadian:
Bebas dalam memilih
pandangan hidup dan
menentang nilai-nilai
Intelegensi :
Kurang dapat berpikir
abstrak dan lebih
menggunakan
perasaan.
Perasaan :
Feminim (lembut,
penuh kasih sayang)
Moral dan
kepribadian:
Menghargai nilai dan
norma dalam
No Aspek Laki-laki Perempuan
dalam masyarakat
yang tidak sesuai
dengan kepribadiannya. Keagamaan : Laki-laki kurang minatnya dalam kegiatan keagamaan. sangat mematuhinya. Keagamaan : Perempuan lebih berminat dalam kegiatan keagamaan. 3 Minat Rekreasi : Lebih memilih kegiatan rekreasi di luar rumah. Pribadi : Mempunyai minat
yang besar pada
olahraga. Pekerjaan : Lebih bersungguh-Rekreasi : Lebih memilih kegiatan rekreasi di dalam rumah. Pribadi : Mempunyai minat
yang besar pada
penampilan dan
kegiatan akademik
Pekerjaan :
No Aspek Laki-laki Perempuan
sungguh dalam
pekerjaan dan
mempunyai minat
pada pekerjaan
dengan nilai ekonomi
yang tinggi.
Simbol status :
Diperoleh dari prestasi
olah raga dan
kekayaan yang dimiliki. hanya sebagai pembantu dalam menompang ekonomi keluarga yang dimiliki nantinya, serta memilih
pekerjaan yang tidak
mengandalkan tenaga fisik. Simbol status : Diperoleh dari penampilan dan atribut yang dikenakannya.
c. Pekerjaan Orang Tua
Pekerjaan adalah suatu cara seseorang untuk dapat
menghasilkan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari-hari. Menurut Suroto (1992: 15), pekerjaan adalah setiap
kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa bagi diri sendiri atau
orang lain, baik orang yang melakukan dibayar atau tidak. Pada jaman
modern seperti ini yang memberikan kesejahteraan kepada keluarga
terutama pendapatan yang diperoleh dari kehidupan diluar rumah
tangga. Oleh karenanya maka pengertian pekerjaan dibatasi pada
kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa untuk dijual kepada
orang lain di luar rumah tangganya, atau pasar guna memperoleh
pendapatan bagi keluarga, pekerjaan juga harus sesuai dengan nilai
sosial yang berlaku. Sedangkan Sastrohadiwirya (2003: 127)
mengungkapkan bahwa pekerjaan adalah sekumpulan atau
sekelompok tugas dan tanggung jawab yang akan, sedang, dan telah
dikerjakan oleh tenaga kerja dalam kurun waktu tertentu.
Pekerjaan merupakan salah satu komponen yang dapat
menentukan kebahagiaan karena ketika seorang individu telah
mencapai tahap kedewasaan maka status yang akan melekat pada diri
seorang individu tersebut akan tergantung pada pekerjaan yang
dimiliki. Handoko (1991:123) mengemukakan bahwa ada beberapa
1) Tenaga profesional, teknisi, dan sejenisnya
2) Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan
3) Tenaga usaha penjualan
4) Tenaga usaha jasa
5) Tenaga usaha pertanian dan perikanan
6) Tenaga produksi, operasional alat-alat angkutan dan pekerja kasar
Pekerjaan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan serta
mendapat status sosial yang diharapkan. Orang tua adalah bagian dari
keluarga yang berusaha untuk bekerja dan mencari pekerjaan untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Seokanto (1990: 24)
mengungkapkan bahwa orang tua adalah suami istri yang akan
memusatkan perhatian lebih banyak terhadap anak-anaknya sendiri
misalnya pendapatan orang tua akan dipusatkan penuh untuk
kepentingan anak, sehingga pekerjaan orang tua dapat diartikan
sebagai kegiatan untuk mendapatkan suatu penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari dan dipusatkan untuk kepentingan
anak.