• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Menghambat dan Mendukung Orang Tua Dalam Menanamkan Nilai Agama Pada Anak Menanamkan Nilai Agama Pada Anak

JUMLAH PENDUDUK

4.7 Faktor-Faktor yang Menghambat dan Mendukung Orang Tua Dalam Menanamkan Nilai Agama Pada Anak Menanamkan Nilai Agama Pada Anak

Nilai adalah suatu ukuran atau parameter terhadap suatu obyek tertentu Nilai dapat diartikan sebagai ukuran baik atau buruknya sesuatu. Bisa juga diartikan sebagai harga (value) dari sesuatu. Nilai-nilai kehidupan adalah norma-norma yang berlaku dalam 4.masyarakat, misalnya, adat kebiasaan dan sopan santun.

Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan nilai pada anak-anak diantaranya adalah sebagai berikut :

Diri Sendiri

Setiap orang memiliki ukuran baik atau buruk sesuatu dengan sudut pandang orang tersebut terhadap sesuatu, sehingga jika si A menganggap bersendawa setelah makan itu adalah baik, belum tentu si B menganggap hal tersebut juga prilaku yang baik. Jadi, setiap orang memiliki penilaian tersendiri terhadap sesuatu yang akan diwujudkan dalam tingkah lakunya. Hal ini termasuk dalam sikap normatif, yaitu nilai merupakan suatu keharusan yang menuntut diwujudkan dalam tingkah laku. Misalnya: nilai kesopanan dan kesederhanaan, orang yang selalu bersikap sopan akan selalu berusaha menjaga tutr kata dan sikapnya sehingga dapat membedakan tindakan yang baik dan yang buruk.

Dengan kata lain, nilai-nilai perlu dikenal terlebih dahulu, kemudian dihayati dan didorong oleh moral, baru kemudian akan terbentuk sikap tertentu terhadap nilai-nilai tersebut.

Teman/Orang Terdekat

Pengaruh dari orang lain juga berperan dalam terwujudnya suatu nilai.

Teman atau orang terdekat biasanya memiliki suatu paham dan sifat yang hampir

46

sama satu sama lainnya. Dalam pertemanan biasanya mudah untuk saling memahami dan memberikan penanaman suatu paham ke teman lainnya dan orang tersebut akan menganggap suatu paham yang ditanam padanya adalah benar. Ini dikarenakan dalam pertemanan mereka akan saling mempercayai satu sama lainnya.

Pergaulan

Pergaulan yang memberikan pengaruh yang baikakan mewujudkan suatu nilai yang baik pula dan sebaliknya. Didalam pergaulan terdapat interaksi nilai yang dianut seseorang. Bisa saja nilai yang dulu dianggap baik dapat berubah menjadi nilai yang buruk setelah interaksi atau penglihatan yang dialaminya dalam pergaulan. Tetapi itu tergantung dari remaja tersebut, apakah ia bertahan terhadap nilai yang telah dianutnya atau akan merubahnya. Di dalam perkembangan, hal ini mungkin saja terjadi. Misalnya menceritakan hal-hal yang buruk/kejelekan orang lain. Yang dulunya dianggap biasa saja, setelah pergaulan yang membawa nilai positif melalui pembelajaran nilai tersebut berubah menjadi buruk.

Teknologi

Pengaruh dari kecanggihan teknologi juga memiliki pengaruh kuat terhadap terwujudnya suatu nilai. Di era sekarang, remaja banyak menggunakan teknologi untuk belajar maupun hiburan. Contoh: internet memiliki fasilitas yang menwarkan berbagai informasi yang dapat diakses secara langsung.

Nilai positifnya, ketika anak-anak mencari bahan pelajaran yang mereka butuhkan mereka dapat mengaksesnya dari internet. Namun internet juga memiliki nilai

47

negative seperti tersedianya situs porno yang dapat merusak moral anak. Apalagi pada masa anank-anak memiliki rasa keingintahuan yang besar dan sangat rentan terhadap informs seperti itu. Mereka belum bisa mengolah pikiran secara matang Lingkungan / Masyarakat

Kenyamanan dalam bertempat tinggal memiliki peran yang besar dalam pembentuukan nilai individu. Anak-anak yang memiliki potensi tersosialisasi baik akan pandai berteman dan memiliki tenggang rasa yang kuat. Hal ini didukung oleh lingkungan yang mendukung pula. Maka akan terwujud nilai kesejaheraan yang baik.

Ibu Hawani, salah seorang informan yang penulis wawancarai mengatakan bahwa:

yang menjadi pendukung saya adalah pendekatan keluarga dan orang tua, dan kita selaku orang tua kita harus memahami anak dalam mengajarkan anak, hambatannya pasti ada namanya juga anak-anak pasti ada malasnya jangankan anak-anak kita saja sudah dewasa terkadang ada malasnya. Terkadang kalau sudah main-main susah anak-anak untuk diajarkan ”.

Berbeda dengan Ibu Hawani, Ibu Hanfah yang merupakan salah seorang informan mengatakan bahwa:

“ salah satu yang menjadi pendukung saya mengajarkan nilai agama adalah motivasi dalam diri saya dan anak supaya kelak anak saya menjadi anak-anak yang berkualitas dimanapun anak-anaknya berada dan mempunyai sifat dan sikap yang teladan dan menjadi panutan bagi orang banyak dan anaknya bisa menjadi anak sukses dalam kehidupan adapun hambatan saya saat mengajarkan kepada anak menanamkan nilai agama terhadap anak-anaknya, salah satu hambatannya saat disuruh sangat malas karena sifat anak-anak masih tidak mau mendengarkan apa yang saya ajarkan ”.

48

Hal yang berbeda yang sampaikan oleh informan ibu khairiah yang merupakan seorang ibu rumah tangga, beliau menuturkan bahwa :

“ yang menjadi pendukung saya mengajarkan nilai agama pada anak ketepatan juga saya sendiri mempunyai basic dibagian agama waktu disekolah dulu, jadi itu salah satu pendukungnya karena bagaimana pun agama itu menjadi tiang dalam kehidupan. hambatan itu pasti ada apalagi anak saya termasuk anak yang paling banyak dilingkungan IV yaitu berjumlah 12 orang. Laki-laki 10 orang perempuan 2 orang jadi wajar hambatan itu ada. Apalagi anak laki-laki beda tingkah

lakunya sama anak perempuan. Kalau laki-laki harus diajarkan dengan keras dan terbuka karena biar cepat mengerti ”.

Dari penuturan informan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam menanamkan nilai-nilai agama pada anak ada beberapa faktor yang dapat menjadi penghambat maupun pendukung yakni yang pertama merupakan faktor yang berasal dari diri sendiri, yang kedua adalah faktor pergaulan/lingkungan anak, yang ketiga adalah faktor tekhnologi. Namun semua faktor ini tergantung pada anak tersebut apabila dia berbuat secara positif maka akibat yang ditimbulkan juga akan positif namun sebaliknya jika anak berbuat secara negatif atau melenceng dari hal yang positif maka akibat yang ditimbulkan negatif pula.

Dari beberapa hal yang disampaikan sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa semua peranan orang tua menanamkan nilai-nilai agama pada anak di lingkungan IV Kelurahan Tanjung Tiram sangat la berjalan dengan baik peran orang tua sangatlah besar terhadap anak-anaknya Dari mulai awal anak lahir dimuka bumi peran orang tua sudah mulai mengajarkan dalam menanamkan nilai-nilai agama pada anak. Hal ini dapat dikaitkan dengan menggunakan Teori fungsional struktural Robert K.Merton Sebagaimana para penganut teori struktural

49

fungsional melihat masyarakat dengan menganalogikan masyarakat ibarat organisme biologis. Maksudnya masyarakat terdiri dari bagian-bagian atau unsur-unsur (struktur) yang masing-masing mempunyai fungsi dan unsur-unsur-unsur-unsur itu bekerjasama dalam suatu kesatuan yang saling mempengaruhi. Makhluk hidup bisa berprilaku baik maupun buruk. Ia berprilaku baik jika bagian-bagian dari dirinya (kelompok/individu fungsional) memiliki kebersamaan satu sama lain.

Jika ada bagiannya yang tidak lagi menyatu secara kolektif, maka prilaku dari masyarakat tersebut terancam. Demikian halnya juga dalam keluarga yang terdiri dari anggota keluarga yang saling berhubungan satu sama lain dan fungsional terhadap anggota keluarga lainnya. Dalam keluarga seorang ayah dan ibu berperan sebagai orang tua terhadap anak-anaknya.

50 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Pendidikan nilai-nilai agama merupakan pondasi yang mendasar bagi anak-anak. agama-agama di indonesia mengajarkan penganutnya supaya menjalani kehidupan menjadi lebih baik lagi pendidikan agama berperan besar dalam membentuk pandangan hidup seseorang.hal ini jelas bahwa pembangunan sumber daya manusia termasuk pembinaan anak, erat sekali kaitannya dengan penanaman nilai-nilai seperti takwa kepada tuhan,jujur,disiplin, dan memiliki etos kerja yang tinggi. Keluarga adalah lingkungan yang pertama dan utama dikenal oleh anak orang tua selaku pendidik utama dikeluarga bagi anak-anaknya diharapkan selalu berperan aktif dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan agama pada anak-anaknya. Tanjung tiram adalah salah satu dari tujuh kecamatan di Kabupaten Batu Bara tempat penulis meneliti Peranan Orang Tua Menanamkan Nil ai-Nilai Agama Pada Anak Pada Keluarga Nelayan di Lingkungan IV Kelurahan Tanjung Tiram Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara mayoritas penduduk di daerah tanjung tiram 99% menganut agama islam dan dalam hal ini penulis mewawancarai penduduk atau orang tua yang beragama islam. Di dalam lingkungan IV Kelurahan Tanjung Tiram terdapat 66 kartu keluarga dan penulis mengambil 10 kartu keluarga sebagai sampel penelitian. Dari hasil penelitian penulis menunjukan bahwa besarnya peran orang tua dalam menanamkan nilai-nilai agama kepada anak sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang prilaku anak dimasa mendatang. Peran orang tua di lingkungan IV tanjung tiram dapat dikatakan bagus, ini terlihat dari prilaku anak dalam

51

kehidupan sehari-hari yang terlihat baik contohnya: mau membantu orang tua, sholat tepat pada waktunya dan sopan terhadap orang lain.

Ada berbagai cara yang diterapkan orangtua didalam menanamkan nilai-nilai agama pada anak yaitu dengan melakukan pengenalan adanya tuhan kepada anak membuat dan menceritakan kisah-kisah tauladan dan kepada anak diwaktu senggang atau menjelang tidur. Membuat implementasi langsung sikap yang baik kepada anak. Contohnya berdoa sebelum makan, sholat 5 waktu, bersedekah, dan lain-lain dalam melakukan proses penanaman nilai agama kepada anak tentu tidaklah semudah membalikan telapak tangan ada beberapa faktor pendukung dalam menanamkan nilai agama faktor pendukung dan penghambat ini diibaratkan sebagai 2 sisi mata uang faktor ini tidak jauh dari orang-orang disekitar anak. Yakni orang tua, keluarga ,teman dekat dan lain-lain. Apabila lingkungan dapat memberikan contoh yang baik maka akan baik pula anak namun apabila sebaliknya lingkungannya buruk maka buruklah prilaku anak.

5.2 Saran

1. Keluarga dalam hal ini orangtua sebagai pendidik utama harus lebih selektif dan sering berkomunikasi kepada anak seharusnya memberi contoh langsung sehingga anak sejak dini dapat meniru kebiasaan baik sehingga nantinya diharapkan anak ini dapat berprilaku baik pula dalam lingkungan masyarakat.

2. Tidak hanya keluarga, pemerintah dalam hal ini kementrian pendidikan yang dibawah oleh lembaga PAUD ( Pendidikan Anak Usia Dini ) haruslah berjalan efektif, hendaknya lembaga seperti membuat sosialisasi kepada orang tua sehingga orang tua bersama tenaga pendidik sama-sama

52

turut andil dalam mendidik nilai agama untuk mewujudkan arah-arah yang memiliki nilai religius serta toleransi yang tinggi, karena bagaimanapun juga indonesia mempunyai ragam kebudayaan, ras dan agama yang menghendaki kita memiliki nilai toleransi yang tinggi.

53

Dokumen terkait