• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses penentuan warna telah banyak menimbulkan masalah dalam kedokteran gigi, terutama disebabkan banyaknya variasi tentang cara penentuan warna, dan warna gigi asli bervariasi (polikromatik), sedangkan shade guide yang tersedia tidak cukup untuk menirukan semua variasi warna gigi asli tersebut. (Shillingburg dkk. 2012; Anusavice 2004; O’Brien 2002; Rosentiel dkk. 2004).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan warna di klinik, antara lain:

2.4.1.1 Teknik Penentuan Warna

Ada dua teknik penentuan warna yang sering dipakai untuk memaksimalkan kesesuaian warna porselen dalam Kedokteran Gigi, antara lain: teknik penentuan warna secara visual dan teknik penentuan warna instrumental. Penentuan warna memakai suatu alat penuntun warna yang disebut shade guide.

1. Teknik Penentuan Warna secara Visual

Sistem yang paling banyak dipergunakan pada teknik penentuan warna secara visual adalah sistem pewarnaan Munsell.

Beberapa jenis shade guide visual yang beredar di pasaran (Li dkk. 2009), antara lain:

a. Vita Lumin Vacuum Classical (VITA Zahnfbrik, Bad Sackingen, Germany pada tahun 1960).

Jenis shade guide ini memiliki 16 warna, yaitu A1-A4 cokelat), B1-B4

(merah-kuning), C1-C4 (abu-abu), D1-D4 (merah-abu-abu). Urutan penentuan warna dimulai dari penentuan hue, chroma dan value (Gambar 2.14).

Gambar 2.14. Shade guide Vitalumin Classical.

Sumber: Sikri VK 2010, ‘Color implication in dentistry’,

Journal of Conservative Dentistry, vol.13, no. 4, hal. 249-55.

b. Vitapan 3D-Master (VITA Zahnfbrik, Bad Sackingen, Germany pada tahun 1998).

Jenis shade guide ini memiliki 26 warna, antara lain:1M1, 1M2, 2M1, 2M2, 2M3,

2L1.5, 2L2.5, 2R1.5, 2R2.5, 3M1,3M2, 3M3, 3L1.5, 3L2.5, 3R1.5, 3R2.5, 4M1, 4M2, 4M3, 4L1.5, 4L2.5, 4R1.5, 4R2.5, 5M1,5M2, 5M3. Urutan penentuan warna lebih sistematis, dimulai dari penentuan value, chroma dan hue (Gambar 2.15).

Gambar 2.15. Shade guide Vita 3D Master

Sumber: Mclaren EA, & Schoenbaum T 2011, ‘Combine conventional and digital methods to maximize shade matching, Compendium, hal. 32.

Modifikasi disain terbaru dari Vita 3D-Master adalah Vita Linearguide 3D-Master (Corcodel 2010). Perbedaannya dengan Vita 3D-3D-Master adalah shade guide

disusun linear dan dibagi atas enam bagian, antara lain satu value, dan lima

chroma/hue (Gambar 2.16).

Gambar 2.16. Linearguide Vita 3D Master.

Sumber: Corcodel N dkk. 2010, ‘The linear shade guide design of Vita 3D Master perform as well as the original design of the Vita 3D-master’, Journal of Oral Rehabilitation,

vol. 3, hal. 863.

c. Chromascop (Ivoclar-Vivadent, Schaan, Liechenstein). Terdiri dari 20 warna (Gambar 2.17).

Gambar 2.17. Shade guide Chromascop

Sumber: http//www.promovago.com/productos/ esterilizacion-preparation-e-impresion/ chromascop/.

d. Vintage Halo (Shofu Inc., Kyoto, Japan) Terdiri dari 26 warna (Gambar 2.18).

Gambar 2.18. Shade guide Vintage Halo.

Sumber: Bladen M 1999, ‘Comprehensive shade analysis’,

Natural Color Concept (NCC), D Technologies vol. 2, hal. 20.

e. Vintage Halo NCC (Shofu Inc., Kyoto, Japan).

Terdiri dari 38 warna, dibagi atas tiga bagian menurut tingkat kecerahan, antara lain:

value minus, value standard dan value plus. Sistem penentuan warna dimulai dari hue,

Gambar 2.19. Shade guide Vintage Halo

NCC.

Sumber: Bladen M 1999,

‘Comprehensive shade analysis’ Natural Color Concept (NCC), D Technologies vol. 2, hal. 20.

Umumnya shade guide visual yang sering dipakai di klinik adalah Vita Shade 3D-Master, karena memiliki keunggulan kualitas warna yang dihasilkan lebih akurat. Sedangkan warna gigi pasien yang paling banyak ditemukan adalah warna 3M2, atau A3 pada Vitalumin

Classical (Al-Hamdan dkk. 2010; Paul dkk. 2004; Li dkk. 2009; Hen dkk. 2012; Corcodel

dkk. 2010).

Prosedur penentuan warna berdasarkan shade guide Vita 3D-Master, antara lain: a. Menentukan value (lightness) (Gambar 2.20).

Pegang shade guide setentang lengan pasien, posisi pasien dalam keadaan tegak.

Pilih kelompok 0,1,2,3,4,5

Mulai memilih kelompok yang paling gelap (value: 5). Contohnya: terpilih kelompok

no 3.

Gambar 2.20. Menentukan levellightness

Sumber: Sistem Vita 3D Master.

b. Menentukan chroma

Pada tingkatan value yang telah ditentukan, pilih kelompok hue paling tengah (M),

kemudian untuk menentukan chroma pisahkan ketiga warna pada M seperti kipas,

dan pilih salah satu di antara ketiga warna yang terpilih. Contohnya: 3M2.

Gambar 2.21. Menentukan level chroma

Sumber: Sistem Vita 3D Master.

c. Menentukan hue (Gambar 2.22).

Cocokkan warna telah dipilih ke gigi asli, bila lebih merah pilih R, atau lebih kuning pilih L. Contoh: 3L2.5

Gambar 2.22. Menentukan levelhue

Sumber: Sistem Vita 3D Master.

Teknik penentuan warna secara visual mempergunakan sistem warna Munsell. Teknik penentuan warna secara visual ini memiliki beberapa kelemahan, antara lain bersifat subjektif, artinya hasil warna dapat berbeda, tergantung kondisi mata individu yang memeriksa, keahlian dan pengalaman operator dalam menentukan warna berdasarkan jenis

shade guide yang dipakai, sehingga warna yang dihasilkan kurang maksimal (Sikri 2010;

Joiner 2004; Baltzer dkk. 2004).

2. Teknik Penentuan Warna secara Instrumental

Sistem yang paling banyak dipergunakan pada teknik penentuan warna secara instrumental adalah sistem pewarnaan CIE Lab, yang dideklarasikan oleh

dimensi warna, antara lain: L*, a* dan b*. Teknik penentuan warna secara instrumental memiliki kelebihan, diantaranya bersifat objektif, hasil cepat diperoleh dan lebih akurat, namun masih jarang dipakai di klinik oleh karena biayanya mahal. Para peneliti banyak memakai alat pengukur warna di laboratorium dengan alat spektroforometer, karena alat ini memiliki keakuratan yang lebih tinggi terhadap nilai perbedaan warna porselen yang dihasilkan jika dibandingkan dengan alat pengukur warna yang lain, seperti kolorimeter (Shillingburg dkk. 2012; Anusavice 2004; O’Brien 2002; Rosentiel dkk. 2004).

2.4.1.2 Sumber Cahaya

Ada dua jenis sumber cahaya, antara lain:

1. Sumber Cahaya Alami

Yang termasuk sumber cahaya alami adalah sinar matahari. Sinar matahari merupakan sumber cahaya yang paling baik digunakan untuk penentuan warna. Waktu yang paling ideal dalam penentuan warna adalah pada siang hari ( jam 12 siang ) sampai dengan jam tiga sore, yaitu saat matahari tepat di atas kepala sehingga mengurangi atmosfer terhadap perubahan warna (Awinashe & Dugad 2010; Corcodel dkk. 2009; Dosari 2010; Baharin dkk. 2013).

2. Sumber Cahaya Buatan

Ada tiga jenis sumber cahaya buatan, antara lain:

a. Daylight (Cahaya Standar)

Sumber cahaya yang disarankan adalah Cahaya Standar (Diffused North Noon

Daylight), dengan temperatur warna 6500K, CIE Standard Illuminant C atau

mempengaruhi persepsi warna yang akan didapatkan. Corcodel dkk. (2009)

dalam penelitiannya menyatakan bahwa sumber cahaya buatan tipe daylight

dapat meningkatkan kemampuan operator untuk menyesuaikan warna.

b. Fluorescent light

Cahaya lampu fluorescent cenderung menghasilkan spektrum dominan warna

biru.

c. Incandescent light

Cahaya lampu incandescent cenderung menghasilkan spektrum dominan warna

merah atau kuning. 2.4.1.3 Metamerisme

Metamerisme adalah suatu fenomena warna yang dihasilkan berbeda jika dilihat pada dua sumber cahaya yang berbeda, misalnya warna suatu benda yang dilihat di bawah sinar matahari akan berbeda bila warna benda tersebut dilihat di bawah sinar fluorescent (Shillingburg dkk. 2012; Anusavice 2004; O’Brien 2002; Rosentiel dkk. 2004).

2.4.1.4 Lingkungan

Lingkungan mempengaruhi warna yang dihasilkan, seperti hindari pakaian yang

berwarna cerah, tidak memakai lipstik atau make-up, pastikan seluruh gigi dalam rongga

mulut sudah bersih, gigi tidak boleh dikeringkan (Joiner 2004). Li dkk. 2009 dalam

penelitiannya bahwa selama proses penentuan warna berlangsung, pasien sebaiknya memakai handuk berwarna abu-abu pada lehernya dan tidak memakai lipstik (Li dkk. 2009).

Sebaiknya penentuan warna dilakukan di awal kerja untuk menghindari kelelahan

mata operator. Dosari dkk. 2010dalam penelitiannya menyatakan bahwa perlunya keahlian

dan pengalaman baik dokter gigi maupun teknisi di laboratorium, serta bekerja sama dengan pasien dalam penentuan warna.

2.4.1.6 Posisi Pasien

Posisi pasien pada saat penentuan warna di dental unit sebaiknya dalam keadaan

tegak. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Baharin dkk. (2013) yang

membandingkan antara posisi tegak (upright position) dengan setengah tegak (supine

position) dalam penentuan warna (Baharin dkk. 2013).

2.4.2 Komunikasi antara Dokter Gigi-Teknisi di Laboratorium

Dokter gigi dan teknisi di laboratorium sebaiknya memiliki komunikasi yang baik dan jelas untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam menentukan dan menyesuaikan warna porselen pada pembuatan mahkota keramik-logam. Berikut ini beberapa ketentuan yang harus dimiliki oleh dokter gigi menurut American Dental

Association (ADA) untuk meningkatkan hubungan yang baik antara dokter gigi

dengan teknisi laboratorium, antara lain (Rosentiel dkk. 2004):

1. Dokter gigi memberikan instruksi yang jelas secara tertulis disertai tanda tangan tentang hal-hal yang akan dilakukan oleh teknisi sehubungan dengan gigitiruan yang telah diberikan.

2. Dokter gigi harus memiliki bahan cetak yang akurat, model, catatan interoklusal ataupun model sudah ditanam dalam artikulator.

3. Dokter gigi harus menandai daerah tepi, outline model, dan disain gigitiruan yang telah diberikan kepada teknisi laboratorium.

4. Foto gigi dan penjelasan tentang warna gigitiruan.

5. Intruksi secara verbal jika ada modikikasi yang diperlukan sehubungan dengan intruksi secara tertulis yang kurang jelas.

6. Menyimpan fotokopi lembar instruksi tertulis yang telah dikirimkan.

7. Memiliki shade guide yang sama dengan jenis bahan yang tersedia di laboratorium.

Beberapa ketentuan yang harus dimiliki oleh teknisi laboratorium menurut

American Dental Association (ADA), antara lain:

1. Menghasilkan gigitiruan sesuai dengan intruksi dokter gigi, dan menggunakan cetakan, model serta catatan interoklusal atau model yang telah ditanam di artikulator.

2. Mengevaluasi kembali kasus pada model yang telah dikirim oleh dokter gigi. 3. Menyesuaikan warna gigitiruan yang telah diinstruksikan oleh dokter gigi dengan

warna shade guide yang tersedia di laboratorium. Perlunya informasi yang jelas tentang jenis shade guide yang dipakai di laboratorium kepada dokter gigi, dan

shade guide yang tersedia di laboratorium harus sama dengan jenis bahan yang dipakai.

4. Memberitahukan segera kepada dokter gigi apabila ada pekerjaan yang tidak dapat diproses di laboratorium.

5. Menyelesaikan gigitiruan tepat pada waktunya sesuai dengan persetujuan kedua belah pihak.

6. Menjelaskan bahan yang dipakai pada pembuatan gigitiruan kepada dokter gigi.

Dokumen terkait