• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PROSES BIMBINGAN ISLAM

B. Faktor-faktor penghambat dan pendukung dalam Proses Bimbingan

B. Faktor-faktor Penghambat dan Pendukung Dalam Proses Bimbingan Islam.

1. Faktor Penghambat dalam proses Bimbingan Islam secara umum yaitu; a) Minimnya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Yayasan untuk

proses bimbingan Islam.

b) Kurangnya perhatian warga sekitar pada pasien-pasien skizofrenia (sakit jiwa).

c) Warga (masyarakat) sekitar masih berpandangan rendah terhadap pasien sakit jiwa lainnya, dan pengurus panti.

d) Sering terjadinya deskriminasi antar warga dengan pihak Yayasan. e) Adanya sarana dan prasarana yang sering rusak dan hilang.

f) Kurangnya tenaga pekerja yang handal dan professional didalam proses bimbingan Islam.

g) Adanya peran pemerintah pada bidang kesehatan yang kurang birokrasi.

2. Faktor Pendukung dalam proses Bimbingan Islam.

a) Adanya kemauan pada pasien didalam proses bimbingan Islam itu sendiri.

b) Mampu untuk menunjukkan pada masyarakat banyak bahwa mantan pasien sakit jiwa bisa untuk sembuh, mampu untuk beradaptasi kembali pada lingkungannya, dan mampu untuk berkarya, berhak untuk mendapatkan kehidupan yang layak seperti semula.4

4

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di dalam Proses Bimbingan Islam Pada Penderita Skizofrenia Di Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi, telah dapat disimpulkan bahwa:

a. Upaya yang dilakukan pembimbing dalam Proses Bimbingan Islam Pada Penderita Skizofrenia di Yayasan Galuh, bermanfaat dalam pemberian bantuan, membimbing, dan mengobati agar dapat mengembalikannya menjadi warga masyarakat yang berguna dan dapat hidup berdampingan secara wajar sebagai makhluk sosial lainya.

b. Indikasinya dapat terlihat dari cara perubahan hidup yang dialami oleh pasien selama berada di Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi. Pasien belajar hidup tertib dan teratur: makan, mandi, beribadah sesuai jadwal yang diberlakukan di yayasan. Metode yang digunakan adalah metode direktif (yang bersifat mengarahkan pada pasien) dalam pembelajarannya tersebut, ke dalam pola hidup pasien dan sesuai dengan pola hidup dalam Islam.

c. Selain itu, metode yang digunakan pembimbing dalam Proses Bimbingan Islam di panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh ialah membimbing pasien dengan bimbingan berkelompok (group guidance) dalam kesehariannya. Dimana hal ini dapat membantu pasien skizofrenia

51

mempelajari strategi untuk meningkatkan relasi dengan orang lain. Melalui pendekatan ini pasien juga dibantu untuk menghadapi konflik-konflik dalam dirinya dan masalah-masalah lain yang menghambat perkembangannya. Berikut Materi-materi yang digunakan:

a) Pada Proses awal b) Proses Menengah dan c) Proses Akhir

B. Saran

Proses Bimbingan Islam Pada Penderita Skizofrenia Di Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi, yang telah berjalan selama ini ada baiknya jika dilengkapi dengan berupa saran berikut ini:

1. Bagi Yayasan, khususnya di dalam proses bimbingan agama (yang beragama Islam) perlu diperhatikan kembali dengan dilengkapinya sarana dan prasarana bagi fasilitas pembimbing di dalam proses bimbingan Islam guna menumbuhkan dan membangun kembali mental Islami pada pasien. 2. Dengan bertambahnya pasien masuk ke Panti Rehabilitasi Cacat Mental

Yayasan Galuh Bekasi, maka perlu ditambahkannya tenaga-tenaga pembimbing yang terlatih dan professional di dalam bidangnya seperti psikolog. Agar dalam proses bimbingan Islam dapat lebih mengkondisikan dan menyesuaikan sesuai dengan kapasitas jumlah pasien dan pembimbingnya.

Golden Trayon Press, 1994.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta, 1996.

______________. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2003, Cet Ke- 2.

Daradjat, Zakiah. Psikoterapi Islami Jakarta : Bulan Bintang, 2002.

______________, Kesehatan Mental. Jakarta : PT. Toko Gunung Agung, 2001.

_______________, Psikoterapi Islam. Jakarta : PT. Bulan Bintang, 2002.

Dewi, Yeni Febrianti Kumala. Schizofrenia and The Other Psychotic, Jakarta : 2007.

Faqih. Aunnur Rahim. Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, Yogyakarta : UII Press, 2001.

Firdaus. Skhizofrenia Sebuah Panduan Bagi Keluarga Penderita Skhizofrenia.

Yogyakarta : Qalam, 2005.

Hawari, Dadang. Pendekatan Holistic Pada Gangguan Jiwa Skhizofrenia. Jakarta : FKUI. 2007.

____________. Al-Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Prima Yasa. 2004.

Hidayat, Bahril. Aku Tahu Aku Gila. Jakarta : Studia Press, 2007.

Kartono, Kartini. Patologi Sosial. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005. ____________, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental Islam. Bandung : Mandar

Maju, 1989.

Maramis, WF. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press, 1980.

Maulana, Muhammad Ali. Islamologi atau Dinul Islam, Jakarta : Darul Kutubi Islamiyyah, 1996, Cet Ke- 5,

Moleong, Lexy J. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005.

Musnamar, Thohari. Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam. Yogyakarta : UII Press, 1992.

Nasarudin, Razaq, Peninjauan Kembali Islam Sebagai Suatu Dogma. Bandung : Al-Mari’f, 1997, Cet Ke- 2.

Natawidjaya, Rahman. Peranan Guru Dalam Bimbingan di Sekolah. Bandung : CV Abardi, 1998.

Nevid S, Jeffrey Dkk. Psikologi Abnormal. Jakarta : PT. Erlangga. 2003.

Prayitno, Amti, dan Erman. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rineka Cipta, 1999.

Richeimer, Steven, J. Siegel, Daniel. Buku Saku Psikiatri. Jakarta : EGC, 1997. Sarwono, Sarlito Wirawan, Pengantar Umum Psikologi. Jakarta : Bulan Bintang,

2003.

Sayih - al, Ahmad Abdul Raheem. Keutamaan Islam. Terjemahan Muhammad Muhcson Ansy. Jakarta : Pustaka Azzam, 2001.

Sukardi, Dewa Ketut. Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah. Surabaya : Usaha Nasional, 1982.

Walgito, Bimo. Bimbingan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta : Andi Offset. 1993.

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Suhartono

Jabatan : Ka. Pelayanan Rehabilitasi Yayasan Galuh Bekasi

Alamat kantor : Jl. Bambu Kuning IX Rt. 03/02 Kel. Sepanjang Jaya Kec.

Rawa Lumbu. Bekasi

Dengan ini memberikan keterangan bahwa :

Nama : Reninta Latifa

No. Mahasiswa : 105052001764

Program Studi : Bimbingan dan Penyuluhan Islam

Fakultas : Dakwah Dan Komunikasi

Universitas : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Alamat : Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat, Tangerang

Pada tanggal 24 Maret 2009, telah mengadakan penelitian di Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi. Dalam rangka menyelesaikan Skripsi, dengan judul Penelitian :

“PROSES BIMBINGAN ISLAM PADA PENDERITA SKHIZOFRENIA DI PANTI REHABILITASI CACAT MENTAL YAYASAN GALUH BEKASI”

Demikian surat keterangan ini untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Mengetahui Bekasi, 12 Agustus 2009

Pendiri/Ketua Yayasan Galuh

NAMA : Bp. Suhartono

JABATAN : Dewan Pembina Yayasan Galuh

TEMPAT : Ruang Kantor Yayasan

WAKTU WAWANCARA : 12 Agustus 2009. Pukul 16.00

1. Seperti apa pelaksanaan kegiatan bimbingan pada penderita skhizofrenia di Yayasan Galuh ?

Jawaban : Pelaksanaan kegiatan bimbingan di Yayasan Galuh ini dilakukan secara umum tidak khusus pada penderita skhizofrenia saja melainkan pada penderita gangguan jiwa lainnya, yang meliputi; pembinaan secara inteks (terapi bicara) dengan cara pelaksanaan mentalitas dengan merehab seluruh mental pasien itu sendiri. Caranya menimalisir hasil dari hail positif dan hasil negatife dari hasil pembinaan yang sudah dilakukan. Pelaksanaan hasil kegiatan individu dan umum dari hasil kegiatan sehari-hari yang telah dilakukan oleh pasien. Kegiatan di bidang agama islam yang berkala dengan melihat kondisi mental pasien. Dapat memberikan semangat dan mencoba membantu dengan menghilangkan dunia halusinasi (khayalan) dengan yang nyata (sebenarnya). Memberikan pelayanan secara moral, beretika, santun dan terhormat.

2. Metode apa saja yang digunakan didalam Proses Bimbingan Islam di Yayasan Galuh, dan seperti apa penerapanya?

Jawaban : Program Bimbingan Islam dimana pasien tidak bisa dipercaya keimanannya buruk, adanya pemasukan keagamaan pada hokum ajaran agama islam dan pada pengalaman terdahulu hanya berupa memorinya saja (sejarahnya pasien itu). Pengenaan secara simulasi (pengajaran) dapat mengajarkan. Pelaksanaan objektifitas yang baik 70%. Hasil dari penilaian (terminasi) pada pasien.

4. Apa saja program utamanya di Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh? Jawaban : Ada tiga tahap didalam program utamanya. Untuk jangka pendek, dapat membangun panti dan dapat merehab mentalitas pasien secara kondusif. Jangka menengah, agar dapat mengangkat nama panti serta memberikan kenyataan hidup pada masyarakat untuk tidak mendiskriminasikan Panti Rehabilitasi Yayasan Galuh ini. Dan jangka panjangnya ialah, dapat mengangkat harkat dan derajat manusia serta membantu peran pemerintah didalam mengentaskan kemiskinan.

5. Sudah berapa lama Anda menjabat sebagai dewan Pembina di Yayasan Galuh? Jawaban : Kurang lebih 10 tahun.

6. Adakah kesulitan-kesulitan (hambatan) pada proses pembinaan bagi pasien Skhizofrenia?

Jawaban : Ada. Kesulitan itu terjadi pada tingkat halusinasi ( Khayalan) yang masih membekas di diri pasien. Sehingga makin pasien merasakan tingkat khayalnya semakin sulit untuk di bina.

7. Apakah keluarga mendapatkan bimbingan islam agar dapat merawat pasien jika pasien kelak kembali kerumah?

Jawaban : Ya. Tentu akan diberikan bimbingan untuk keluarga. Karena disini keluarga sangatlah berperan aktif baik lingkungan masyarakat sekitar maupun

individual, bagi pasien itu sendiri dan bentuk dari keluarga adalah suatu gambaran yang terkait pada diri seorang anak (si pasien itu).

8. Berapa lama waktu yang digunakan dalam sekali pertemuan untuk membina pasien? Jawaban : 30 menit untuk setiap harinya.

10. Apakah ada pembinaan keterampilan bagi pasien yang telah kembali di tengah masyarakat dan bagaimana cara pelaksanaanya?

Jawaban : Ya, ada pembinaan keterampilannya. Cara pelaksanaanya dengan adanya BLK ( Balai Latihan Kerja) yang dilakukan untuk pasien yang telah kembali ditengah-tengah masyarakat. BLK mampu memberikan bentuk rasa kepercayaan diri bagi pasien di lingkungannya.

Bekasi, 12 Agustus 2009

Interviuwer Interviuwe

NAMA :

Bp. Suharyono

JABATAN :

Ka. Perawat Di Yayasan Galuh

TEMPAT :

Ruang Kantor Yayasan

WAKTU WAWANCARA :

12 agustus 2009. pukul 14.35.

1. Berapa lama waktu perawatan yang digunakan dalam pemantauan bagi tiap pasien per harinya?

Jawaban : 30 menit per hari.

2. Selama ini sudah berapa daftar pasien yang datang ke Yayasan Galuh?

Jawaban : Sudah mencapai kurang lebihnya hampir 10.000 orang untuk 1.5 tahun ini total pasien sekitar 287 orang.

3. Sudah berapa daftar pasien yang pulang kerumah? Jawaban : 600 orang.

4. Berapa total pasien yang telah sembuh?

Jawaban : Kurang lebih mencapai 500-800 orang.

5. Berapa pula pasien yang sudah kembali lagi ke Yayasan Galuh?

Jawaban : Kurang lebihnya hampir mencapai 300 0rang.

6. Sudah berapa lama anda menjabat sebagai wakil K.A. perawat di Yayasan Galuh? Jawaban : Sekitar 12 tahun.

didalam melaksanakan pola kehidupan yang nyata ( berpikir hal positif didalam kehidupannya), memiliki kesempurnaan hidup yang sebenarnya yang akan dilakukan sesudah si pasien sembuh.

9. Kendala apa yang begitu sulit bapak temui selama bertugas di Yayasan Galuh? Dan bagaimana cara untuk mengatasi kendala tersebut?

Jawaban : Kendala yang sering dialami adalah, adanya sakit fisik (dimana untuk pasien Yayasan Galuh prasarana sangatlah minim sekali karena memakai dana secara sendiri, tanpa adanya campur tangan pemerintah). Warga sekitar yang berada di lingkungan Yayasan masih mendiskriminasikan pihak yayasan Galuh (kurangnya memperhatikan kami dilingkungannya) dan pola pandang masyarakat yang masih rendah terhadap Yayasan. Tenaga yang berpendidikan sangatlah kurang. Peran pemerintah pada bidang kesehatan kurang birokrasi. Cara mengatasinya kami disini dengan memberikan penyuluhan-penyyuluhan pada masyarakat khususnya masyarkat awam dan mampu memberikan pengertian pada seluruh keluarga dan anak-anak pelajar disekitar. Adanya penguasaan pengalaman yang dapat mendidik. Meminta bantuan untuk merehab Yayasan ini kepada pemerintah. Menunjukan pada khalayak banyak, bilamana jika pasien sembuh bisa menjadi pengurus dan dapat hidup ditengah masyarakat kembali.

Bekasi, 12 Agustus 2009

Interviuwer Interviuwe

Dokumen terkait