• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses bimbingan Islam pada penderita skizofrenia di panti rehabilitasi cacat mental Yayasan Galuh Bekasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Proses bimbingan Islam pada penderita skizofrenia di panti rehabilitasi cacat mental Yayasan Galuh Bekasi"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Reninta Latifa

Nim: 105052001764

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

U I N SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya pergunakan telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 18 Maret 2010

(3)

Proses Bimbingan Islam Pada Penderita Skizofrenia Di Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi .

Bimbingan Islam adalah segala usaha untuk merealisasikan ajaran agama Islam dalam kenyataan hidup sehari-hari tidak hanya diprioritaskan kepada satu sisi kehidupan saja, tetapi ditujukan keseluruhan, agar tercapai kebahagiaan dunia maupun akhirat kelak.

Dalam masyarakat modern yang serba kompleks, sebagai produk dari kemajuan teknologi, mekanisasi, industrialisasi, dan urbanisasi, begitu banyak munculnya masalah sosial. Kesulitan mengadakan adaptasi dan adjustment menyebabkan kebingungan, kecemasan dan konflik-konflik baik yang terbuka maupun yang sifatnya eksternal, maupun yang tersembunyi dan internal dalam batin sendiri. Sehingga begitu banyak manusia itu sendiri mengembangkan pola tingkah laku menyimpang dari norma-norma umum. Atau berbuat semaunya sendiri, mengganggu atau dapat merugikan manusia yang lainnya.

Konflik-konflik yang sifatnya eksternal maupun internal. Menyebabakan faktor-faktor sosial bisa dikatakan “penyakit masyarakat atau sosial” itu adalah segenap tingkah laku manusia yang dianggap tidak sesuai, melanggar norma-norma dan adat istiadat, atau tidak terintegrasi dengan tingkah laku umum. Termasuk didalamnya itu Skizofrenia.

Skizofrenia adalah salah satu contoh manusia yang melakukan tindakan negative yang sangat merugikan diri sendiri dan skitarnya yang sering terjadi di masyarakat. Maka itulah penderita skizofrenia manusia yang tersesat dan patut untuk dibina, dibimbing dalam menumbuhkan kembangnya mental, mengembalikan harga diri, dan menghargai manusia serta memulihkan kesadaran bahwa skizofrenia mampu ditangani secara benar di tempat rehabilitasi cacat mental. Sebab pada dasarnya mereka adalah manusia-manusia yang juga menginginkan pola kehidupan yang wajar saling berdampingan.

Pada penelitian ini mengetahui bagaimana upaya yang dilakukan pembimbing dan proses apa saja yang digunakan dalam bimbingan islam pada penderita skizofrenia yang dilakukan melalui pendekatan kualitatif dengan pencatatan data dari hasil observasi dan wawancara. Dengan ini dapat diketahui bahwa upaya yang dilakukan pembimbing dan memberikan empati yang tinggi bersamanya rasa kasih sayang secara utuh untuk proses bimbingan itu sendiri. Dari semua upaya bimbingan ini tak jauh dari tujuan dan fungsi bimbingan pada penderita skizofrenia.

(4)

iii

Sehingga membawa seorang Muslim untuk selalu mendekatkan diri

kepada Allah dan menghindari larangannya……….

(5)

melimpahkan nikmat dan rahmatNya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini tanpa mengalami hambatan yang berarti.

Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW. Yang telah

membimbing umatNya menuju jalan yang penuh dengan ridhoNya.

Skripsi yang berjudul ” Proses Bimbingan Islam Pada Penderita Skizofrenia di

Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi” terselesaikan berkat bantuan

semua pihak. Untuk itu, penulis pada kesempatan ini menyampaikan ucapan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA, Rektor Universitas Islam Negeri

Syarief Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi beserta Pembantu Dekan I, II, dan III yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis dalam mengikuti perkuliahan di Fakultas ini.

3. Bapak Drs. M. Lutfi, MA selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam

yang telah memberikan motivasi kepada penulis demi pelaksanaan skripsi ini.

4. Ibu Nasichah, MA selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam

yang menbantu proses pelaksanaan skripsi ini.

(6)

6. Bapak dan ibu dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

begitu banyak mencurahkan ilmu pengetahuan kepada penulis sehingga

memperluas wawasan keilmuan sebagai kewajiban ummat Islam, semoga ilmu

dalam perkuliahan dapat bermanfaat.

7. Bapak Suhartono selaku dewan pembinaan di Panti Rehabilitasi Yayasan Galuh

Bekasi yang telah memberikan izin dan kesempatan penulis melakukan penelitian.

Serta para pembimbing lainnya di yayasan yang bersedia meluangkan waktunya

untuk diwawancarai dalam mempercepat proses penyelesaian skripsi ini.

8. Teruntuk Ayah penulis Drs. H. Marzal, MM. Kita semua bersama pap, cepat

sembuh ya pap, kami di sini menanti kesembuhan pap. Untuk Ibunda, Mandar

Aini, S.Pd: Mam hebat, yang telah mencurahkan kasih sayangnya, serta kesabaran

dan keikhlasan dalam doa yang tak pernah henti di setiap malam demi kelancaran

penulis menempuh study terutama dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga

mereka senantiasa dalam lindungan Allah SWT.

9. Kakak-kakak penulis yang bernama Rena Latifa dan Reza Muhammad, yang

selalu mendoakan dan mendukung penulis dalam penyusunan skripsi ini.

10.Adik penulis yang bernama Refika Latifa yang centil dan cerewet yang selalu

mengganggu penulis di dalam penyusunan skripsi.

(7)

14.Teman-teman penulis di BPI’ angkatan 2005.

15.Dan semua pihak yang telah ikut membantu hingga tersusunnya skripsi ini yang

tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Pada akhirnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Untuk kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini sangat penulis

harapkan. Semoga Allah SWT memberikan taufiq dan hidayahNya kepada kita semua.

Amin!

Jakarta, 18 Maret 2010

Penulis

(8)

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... iv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 9

D. Metodologi penelitian ... 10

E. Sistematika Penelitian……… 13

BAB II TINJAUAN TEORI... 15

A. Bimbingan Islam ... 15

1. Pengertian Bimbingan Islam ... 15

2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Islam ... 17

B. Skizofrenia... 19

1. Pengertian Skizofrenia ... 19

2. Gejala-gejala Klinis Skizofrenia ... 21

3. Penyebab Munculnya Penyakit Skizofrenia ... 22

4. Tipe-Tipe Skizofrenia ... 25

(9)

YAYASAN GALUH BEKASI

A. Sejarah Berdirinya... 29

B. Bentuk dan Jenis Pelayanan………... 31

C. Visi, Misi, Motto dan Tujuan ... 32

D. Struktur Organisasi... 33

E. Sarana dan Prasarana ... 36

F. Kedudukan Lembaga Dengan Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lain……….. 38

G.Program Kegiatan dan Pembinaan ... 38

H. Kondisi Penderita Skizofrenia... 40

BAB IV PROSES BIMBINGAN ISLAM A. Proses Bimbingan Islam Pada Penderita Skizofrenia... 43

B. Faktor-faktor penghambat dan pendukung dalam Proses Bimbingan Islam ... 48

(10)

viii DAFTAR PUSTAKA………... 52

(11)

A. Latar Belakang Masalah

Sudah menjadi sunnatullah, bahwa manusia memerlukan orang lain

dalam hidupnya, sebab ia tidak mampu memenuhi semua keperluanya

sendiri tanpa bantuan orang lain. Bahkan untuk tertawa saja perlu ada

orang lain di sampingnya. Begitu penting hubungan antara satu sama lain.

Yang memungkinkan terjadinya tolong menolong, yang berarti manusia

memerlukan teman. Dianjurkannya pula untuk bertakwa kepada Allah

supaya hubungan kasih sayang dapat dihayati, dengan berpegang teguh

kepada agama Allah. Manusia diciptakan Allah memiliki sifat-sifat yang

baik dan buruk.

Untuk dapat membedakan mana sifat yang baik dan buruk. Allah

memberikan manusia akal dan menunjukkan mana yang baik dan

buruknya. Semua itu berkenaan dengan perbuatan, maupun dengan sifat

tertentu yang terdapat didalam Agama Islam, maka setiap manusia

mengakui bahwa manusia itu beragama, dan harus mempelajari agama

yang dianutnya agar manusia itu mampu melakukan pemilihan antara yang

baik untuk diikutinya dan mana yang tidak baik agar ditinggalkannya.

Proses pendidikan dan pengajaran agama tersebut dapat dikatakan

sebagai “bimbingan” dalam bahasa psikologi. Nabi Muhammad Saw.

Menyuruh manusia muslim untuk menyebarkan ajaran Agama Islam yang

(12)

diketahuinya, walaupun hanya satu ayat saja. Dengan demikian jelaslah

sudah bahwasannya nasihat Agama itu ibarat bimbingan.

Allah telah memberikan petunjuk kepada manusia agar mereka

beriman dan mampu mengetahui mana yang baik, kemudian

melaksanakannya sehingga mereka dapat bertahan dalam keadaan yang

baik dan tidak dilemparkan ketempat yang paling rendah (buruk). Dapat

pula dikatakan bahwa Allah menurunkan bimbingan dan petunjuknya bagi

manusia.

Petunjuk dan bimbingan agama, merupakan bimbingan yang

datang dari Allah melalui Rasul atau pun NabiNya, cukup lengkap dan

memadai untuk mengantar manusia kepada kehidupan bahagia didunia dan

diakhirat. Ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad dapat

membimbing manusia dalam semua segi kehidupan: Jasmani, rohani,

sosial, ekonomi dan politik. Dan dapat berkembang sesuai dengan

kebutuhan manusia pada zamannya masing-masing.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terjadi cepat sekali,

hal ini dimungkinkan karena Allah memberi manusia akal, dan seluruh

perangkat kejiwaan dalam berbagai dimensinya.

Pada abad ke duapuluh, ilmu pengetahuan menemukan bahwa yang

terpenting dan yang paling berpengaruh dalam kehidupan manusia adalah

jiwanya. Jiwa itulah yang menggerakan manusia untuk bekerja, belajar dan

berjuang. Dan jiwa pula yang mempengaruhi kesehatan tubuh manusia.

(13)

terdapat didalam tubuh yang sehat (mens sana in corpore sano). Terbukti

belakangan ini banyak penyakit yang terjadi akibat jiwa tidak sehat. Dan

penyakit tersebut sulit untuk disembuhkan, untuk itu jiwa perlu

disembuhkan lebih dulu. Penyakit tersebut terkenal dengan kata

“psiko-so-matik” (penyakit badan yang disebabkan oleh keadaan jiwa). Orang yang

sehat jiwanya, insya-Allah badannya pun akan sehat pula.

Perkembangan ilmu pengetahuan terus berjalan, berbagai ilmu

pengetahuan baru muncul sampai kepada menjadikan manusia sebagai

obyek penelitian, maka berkembanglah ilmu psikologi yang mengkaji

berbagai daya, unsur-unsur kejiwaan yang sangat mempengaruhi cara

berpikir, bertindak, berprilaku, berbicara, dan sebagainya, yang dapat

membantu manusia mencapai kebahagiaan dalam hidupnya.

Dengan berkembangnya ilmu jiwa (psikologi), diketahui bahwa

manusia memerlukan bantuan untuk mengatasi kesulitan yang

dihadapainya dan muncullah layanan berbagai kejiwaan, dari yang paling

ringan (bimbingan), yang sedang (konseling), dan yang paling berat

(terapi). Dan berkembanglah psikologi sehingga mempunyai

cabang-cabang terapan, diantaranya bimbingan, konseling dan terapi.

Selanjutnya ditemukan bahwa agama, terutama Agama Islam

mempunyai fungsi-fungsi pelayanan bimbingan, konseling, dan terapi

(14)

Maka terjadilah Proses Bimbingan Islam hendaknya membawa

kepada peningkatan iman, ibadah dan jalan hidup yang telah di ridhoi

Allah.1

Dalam aliran psikologi positif setiap harapan adalah hal yang bagus

sekali bagi kemaslahatan hidup manusia. Harapan (Hope) ini akan menjadi

sumber kekuatan kejiwaan manusia untuk menjadi lebih sempurna.2

Allah berfirman dalam Al-Quran surat Al-Isra: 82

Artinya: “Dan kami turunkan dari Al-Quran suatu yang jadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang dzolim selain kerugian.” (QS. Al-Israa: 82)

Skizofrenia merupakan suatu bentuk psikosa yang dapat dijumpai

dimana-mana sejak dahulu kala. Sebelum Kraepelin (1856-1926) tidak ada

kesatuan pendapat mengenai berbagai gangguan jiwa yang sekarang

dinamakan skizofrenia. Skizofrenia juga merupakan sejenis gangguan

terhadap fungsi otak, dimana penyebab skizofrenia disebabkan oleh faktor

perubahan kimiawi otak, perubahan dalam struktur otak dan faktor-faktor

genetis. Banyak penyakit yang merupakan interkoreksi di antara penyakit

(15)

Kraepelin adalah seorang ahli kedokteran jiwa di kota Munich dan

ia mengumpulkan gejala-gejala dan sindroma itu dan menggolongkannya

ke dalam satu kesatuan yang dinamakannya: dementia praekox.

Dilukiskannya secara tepat sekali gejala-gejala gangguan ini dan dibuatnya

suatu klasifikasi yang sampai sekarang masih dipakai.

Menurutnya penyakit ini terjadi kemunduran intelegensi sebelum

waktunya, sebab itu dinamakannya demensia (kemunduran intelegensi)

prekox (muda sebelum waktunya). Bahwa dementia praecox melibatkan

hilangnya kesatuan di dalam diri antara pemikiran, perasaan dan tindakan.

Sindrom ini dimulai dari awal masa kehidupan, dan proses detoriorasi yang

terjadi sering sekali menghasilkan “disintegrasi dari kepribadian” yang

menyeluruh.3

Hingga sekarang kita belum mengetahui dasar sebab skizofren.

Dapat dikatakan bahwa faktor keturunan mempunyai pengaruh. Faktor

yang mempercepat, yang menjadikan faktor pencetusnya, seperti penyakit

badaniah atau stress psikologik, biasanya tidak menyebabkan skizofrenia,

walaupun pengaruhnya terhadap suatu penyakit skizofren yang sudah ada

tidak dapat disangkal.4

Skizofrenia bukan merupakan kesatuan penyakit tunggal tetapi

malah merupakan suatu kelompok gangguan dari berbagai etiologi dengan

3

Jeffrey S. Nevid, Spencer A. Rathus, Beverly Greene, Psikologi Abnormal, ( Jakarta : PT. Erlangga, 2003), Cet. Ke-5, jilid 2, h. 105.

4

(16)

ciri-ciri umum berikut: adanya cirri-ciri psikotik tertentu selama fase akut

penyakit.5

Dalam sejarah perkembangan skizofrenia, penderitanya

digambarkan mengalami deteriorasi jangka panjang dan disertai gejala

klinis umum yang berupa halusinasi dan waham. Istilah skizofrenia sendiri

diperkenalkan oleh Eugen Bleuler (1857-1939), untuk menggambarkan

munculnya perpecahan antara fikiran, emosi, dan perilaku pada pasien yang

mengalami gangguan ini. Bleuler mengidentifikasikan simtom dasar (atau

primer) dari skizofrenia. Bleuler juga mengemukakan simtom penunjang

(sekunder) adalah indikasi utama dementia precox berupa halusinasi dan

waham.6

Ada beragam treatment atau penanganan yang dapat diberikan pada

penderita skizofrenia yakni: terapi biologis berupa pemberian obat-obat

anti-psikosis dalam rangka menghilangkan halusinasi dan gangguan

syarafnya, adapula terapi intervensi psikososial seperti terapi kelompok dan

terapi keluarga. Dalam penelitian ini, penulis merasa tertarik untuk

mengetahui bagaimana proses yang digunakan di Yayasan Galuh terhadap

penderita skizofrenia. Dimana proses yang digunakan adalah dalam bentuk

metode kelompok bernuansa bimbingan Islam. Tujuan proses ini yakni

membantu pasien mempelajari strategi untuk meningkatkan relasi dengan

orang lain.

5

Steven Richeimer, dan Daniel J. Siegel, Buku Saku Psikiatri, (Jakarta : Buku Kedokteran EGC, 1997), h. 114.

6

(17)

Penderita skizofrenia di Yayasan Galuh merupakan binaan yang

memiliki latar belakang pendidikan agama yang kurang memadai, baik

berupa pendidikan formal maupun pendidikan non formal yang

ditanamkan di lingkungan keluarga. Hal ini menjadi salah satu faktor

penyebab bagi mereka yang menjadi penghuni Panti Rehabilitasi Yayasan

Cacat Mental Galuh. Maka bimbingan Islam adalah salah satu hal yang

menjadi kebutuhan bagi mereka untuk dapat memperbaiki diri.

Proses bimbingan Islam tidak hanya diprioritaskan kepada satu sisi

kehidupan saja, tetapi lebih jauh dari itu kegiatan bimbingan Islam

ditujukan untuk seluruh kehidupan agar tercapai kebahagiaan dunia dan

akhirat. Proses bimbingan Islam adalah salah satu usaha untuk

merealisasikan ajaran agama Islam di dalam kenyataan hidup sehari-hari,

baik bagi kehidupan untuk memperoleh keridhoan Allah SWT.

Allah berfirman dalam Al-Quran Surat Thaaha : 46.

Artinya: “Allah berfirman, Jangan kamu berdua khawatir, sesungguhnya aku beserta kamu berdua. Aku mendengar dan melihat”. ( QS.Thaaha: 46)

Setiap orang mukmin hendaknya berdoa kepada Allah agar Dia

melapangkan hatinya, memudahkan segala kesulitannya, memberinya

solusi atas berbagai permasalahan serta menghilangkan duka laranya.

Maka itulah diperlukan adanya kegiatan bimbingan Islam yang akan

membantu penderita skizofren untuk menghadapi dan menaggulangi

(18)

suatu sarana dimana diberikan jaminan keamanan kepada masyarakat

untuk tidak mendapatkan gangguan abnormal dari si penderita. Dalam

kehidupan panti rehabilitasi memiliki suatu aturan beserta kebudayaannya

sendiri. Sebagian diantara penderita telah terbiasa dengan kejiwaannya

yang telah terganggu. Fakta di lapangan telah membuktikan para skizofren

terasing dan terkucil di masyarakat. Selain itu peran keluarga tidaklah

mendukung. Pihak keluarga sangat tidak peduli, pada penderita

skizofrenia. Keluarga memberikan secara utuh si penderita pada Yayasan

dan mereka menjalani rehabilitasi di Yayasan.

Dari uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti

lebih dalam tentang hal ini dan disajikan dalam skripsi dengan judul

“Proses Bimbingan Islam Pada Penderita Skizofrenia di Panti

Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi.”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Adapun batasan dalam penelitian ini hanya difokuskan untuk

melihat proses bimbingan Islam pada penderita Skizofrenia di Panti

Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi.

2. PerumusanMasalah

Adapun perumusan masalah dalam peneliti Faktor-faktor apa

(19)

Islam pada Penderita skizofrenia di Panti Rehabilitasi Yayasan Galuh

Bekasi.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui Proses Bimbingan Islam Pada penderita

skizofrenia.

b. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung dalam

Proses Bimbingan Islam Pada Penderita skizofrenia di Panti

Rehabilitasi Yayasan Galuh Bekasi.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi :

a. Teoritis:

Sebagai wadah untuk memperluas wawasan pengetahuan

dan pengalaman sehingga dapat meningkatkan kemampuan serta

sebagai bahan informasi akademik bagi kemungkinan pelaksanaan

penelitian berikutnya yang lebih meluas dan lebih mendalam.

b. Praktis:

Sebagai bahan masukan yang dapat digunakan dalam

pengembangan dan peningkatan program kegiatan. Hasil penelitian

ini diharapkan dapat dipergunakan oleh pemerintah sebagai

(20)

pada penderita Skizofren di panti rehabilitasi, sehingga bermanfaat

untuk menambah sumbangan pemikiran dalam membuat kebijakan

dan selanjutnya dapat lebih meningkatkan pelayanan pembangunan

kepada masyarakat.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah jenis

penelitian lapangan (field research) dimana penelitian secara langsung

dilakukan di lapangan (objek) penelitian untuk mengadakan

pengamatan tentang sesuatu. Dalam hal ini mengenai Proses

Bimbingan Islam Pada Penderita Skizofrenia Di Panti Rehabilitasi

Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi.

Pendekatan yang dilakukan adalah penelitian dengan

pendekatan kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian yang dapat

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dengan informasi dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Ini adalah suatu tema dimana suatu komunitas sosial yang

mengharuskan data diperoleh secara langsung di lapangan.7

7

(21)

2. Instrumen Penelitian

Karena metode yang digunakan adalah observasi atau suatu

pengamatan secara langsung di lapangan, maka instrumen

penelitiannya adalah penelitian secara sendiri yang menjadi

keseluruhan proses penelitian tersebut. 8

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah komunikasi langsung dan tak langsung, dengan

menggunakan instrumen pengumpulan data sebagai berikut :

a. Observasi

Dalam hal ini penulis mengamati secara langsung proses

bimbingan, kemudian mencatat fenomena dan fakta yang terlihat

ketika proses itu dilaksanakan. Observasi dilakukan seperti saat

pembimbing berkomunikasi dengan penderita atau saat penderita

sedang sendiri tanpa arahan pembimbing.

b. Wawancara

Dalam hal ini penulis melakukan wawancara langsung

kepada pembimbing, petugas penanggung jawab bimbingan rohani

di lapangan.

8

(22)

c. Dokumentasi

Dalam hal ini penulis mencari keterangan dan bacaan yang

dibutuhkan mengenai masalah yang terkait, melalui

sumber-sumber yang ada di lapangan secara langsung.

4. Teknik Analisis Data

Yang dimaksud dengan teknik analisis data adalah suatu proses

mengorganisasikan dan mengurutkan ke dalam pola, kategori dan

satuan uraian dasar kemudian dianalisis agar mendapati hasil

berdasarkan data yang telah ada. Hal ini disesuaikan dengan metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif.9

Setelah penulis menghimpun data yang sesuai dengan

permasalahan penelitian ini, maka selanjutnya penulis mengelola dan

menganalisis data-data tersebut:

a. Data dan informasi yang diperoleh melalui observasi yang dapat

mengamati objek penelitian secara langsung menggunakan seluruh

alat indera kemudian penulis mengumpulkan data secara akurat,

dengan mencatat fenomena (kejadian) dan perilaku yang terlibat

dengan objek.

b. Data dan informasi yang diperoleh melalui wawancara yakni

peneliti menyalin hasil wawancara ke dalam catatan lapangan

kemudian memberikan tanggapan pada bagian penting.

9

(23)

c. Data dan dokumentasi digunakan sebagai bahan dan kerangka

analisis dalam menimbang dan menguraikan hasil penelitian ini

ke dalam skripsi ini.

5. Subjek dan Obyek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah orang atau sekelompok orang

yang mampu memberikan informasi. Terdiri dari petugas yayasan,

orang-orang yang memberikan binaan (pembimbing) skizofrenia di

Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi.

6. Waktu dan Tempat Penelitian

Penulis melakukan penelitian sejak 25 Juni 2009 sampai

dengan selesai 14 Agustus 2009. Adapun tempat penelitian ini di Panti

Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi, yang beralamat di Jl.

Bambu Kuning IX Kp. Sepatan Rt 02/003, Kelurahan Sepanjang Jaya,

Kecamatan Rawa Lumbu Kota Bekasi, Kode Pos 17114.

7. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan penelitian ini, penulis menggunakan

pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) yang

diterbitkan oleh UIN Jakarta tahun 2007.

E. Sistematika Penelitian

Adapun sistematika dalam penulisan ini dituangkan dalam

beberapa bab dan pada masing-masing bab dijabarkan kedalam

(24)

BAB I. PENDAHULUAN. Terdiri dari empat sub diantaranya: Latar

Belakang Masalah. Pembatasan dan Perumusan Masalah. Tujuan dan

Manfaat Penelitian. Metodelogi Penelitian. Sistematika Penelitian.

BAB II. TINJAUAN TEORI. Mengenai Tinjauan dalam Bimbingan

Islam Pada Penderita Skizofrenia. Pengertian Bimbingan Islam,

Tujuan dan Fungsi. Pengertian Skizofrenia. Gejala-gejala Klinis

Skizofrenia. Penyebab Munculnya Penyakit Skizofrenia. Tipe-tipe

Skizofrenia. Tindak Lanjut Penganan Skizofrenia.

BAB III. GAMBARAN UMUM YAYASAN REHABILITASI

CACAT MENTAL GALUH BEKASI. Dalam bab ini dijelaskan

Sejarah Berdirinya Yayasan. Bentuk dan Jenis Pelayanan. Visi Misi

Motto dan Tujuan. Struktur Organisasi. Sarana dan Prasarana. Program

Kegiatan Pembinaan. Kondisi Penderita Skizofrenia di Panti

Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi.

BAB IV. PROSES BIMBINGAN. Proses Bimbingan Islam Pada

Penderita Skizofernia di Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan

Galuh Bekasi. Faktor-faktor Penghambat dan Pendukung Dalam

Proses Bimbingan Islam.

BAB V. PENUTUP. Merupakan bagian Penutup yang meliputi uraian

(25)

A.

Bimbingan Islam

1. Pengertian Bimbingan Islam

Bimbingan menurut bahasa (etimologi) ialah kata terjemahan

guidance” yang berasal dari bahasa Inggris. Bimbingan memiliki arti

sebagai bantuan atau tuntunan. Mengartikan “guidance” atau

bimbingan dengan kata menunjukan “menuntun” atau membimbing ke

jalan yang benar.1

Secara terminologi, bimbingan itu adalah suatu proses

pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara

berkesinambungan agar individu tersebut dapat memahami dirinya,

sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara

wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan, sekolah,

keluarga, masyarakat serta kehidupan pada umumnya dengan

sumbangan yang berarti pada kehidupan masyarakat. Bimbingan

membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal

sebagai makhluk sosial.2

1 H M. Arifin, Pedoman pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan agama. ( Jakarta : Golden Trayon Press, Cet ke-1, h. 1.

2 Rahman Natawidjaya, Peranan Guru Dalam Bimbingan di Sekolah. (Bandung : CV Abardin, 1998), Cet ke-1. h, 7.

(26)

Dewa Ketut Sukardi menjelaskan, “Bimbingan adalah suatu

proses yang diberikan kepada seseorang agar membanggakan

potensinya yang dimiliki, mengenal diri sendiri, mengatasi persoalan

sehingga ia dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara

bertanggung jawab tanpa tergantung pada orang lain”.3

Bimo Walgito menyebutkan bahwa bimbingan adalah bantuan

atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan

individu-individu dalam menghindari atau mengatasi

kesulitan-kesulitan dalam hidupnya. Agar individu atau sekumpulan

individu-individu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.4

Sedangkan menurut Thohari Musnamar “bimbingan” adalah

“proses memberikan bantuan terhadap individu agar mampu hidup

selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT, sehingga mencapai

kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat”.5

Pengertian Islam menurut Nasarudin Razaq, memberikan

pengertian bahwa kata Islam secara kebahasaan berasal dari bahasa

arab yaitu ”salima yang berarti selamat, sentosa dan berarti pula

(27)

Pengertian secara kebahasaan, menurut Maulaan Muhammad

Ali, kata Islam mempunyai pengertian perdamaian. Damai dengan

Allah dengan berserah diri sepenuhnya kepada kehendaknya.7

Hal ini dipertegas oleh Ahmad Abdul Raheem Al-Sayih bahwa

Bimbingan Islam adalah salah satu titik tolak ajaran Islam, yang

menjadi salah satu prinsip interaksi sosial disemua bentuk

kemasyarakatan.8

Dari uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa bimbingan

Islam adalah upaya memberikan bantuan dan motivasi kepada individu

dalam ajaran agama untuk mencapai tujuan kebaikan dunia dan

akhirat.

2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Islam

Dalam melaksanakan bimbingan Islam terhadap individu atau

kelompok agar mendapat hasil yang sesuai dengan apa yang

diharapkan serta mengarahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang

dihadapi, maka perlu diperhatikan terlebih dahulu tujuan dari kata

bimbingan, menurut Prayitno ada dua tujuan, yaitu:

a) Tujuan Umum adalah untuk membantu individu dalam

mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap

perkembangan dan predeposisi, dan berbagai latar belakang yang

ada dan sesuai dengan tuntunan positif lingkungannya.

7 Maulana Muhammad Ali, Islamologi atau Dinul Islam, (Jakarta : Darul Kutubi Islamiyyah, 1996) Cet Ke- 5, h. 4.

(28)

b) Tujuan Khusus merupakan dari penjabaran tujuan yang dikaitkan

langsung dengan permasalahan yang dialami oleh individu sesuai

dengan kompleksitas diri dari permasalahannya.9

Dalam keadaan individu yang membutuhkan bantuan maka

fungsi bimbingan Islam dengan individu dapat dibagi menjadi empat

tingkatan yaitu:

a) Fungsi Pencegahan (Preventif), yakni membantu individu menjaga

atau mencegah timbulnya masalah bagi klien.

b) Fungsi Kuratif (Korektif), yaitu memberikan bantuan kepada klien

dalam memecahkan suatu masalah yang sedang dihadapi atau

dialaminya.

c) Fungsi Pemeliharaan (Preservatif), konselor membantu klien yang

sudah sembuh agar tetap sehat, tidak mengalami problem yang

dihadapi.

d) Fungsi pengembangan (Developmental), yakni membantu

seseorang memelihara dan dapat mengembangkan situasi dan

kondisi yang telah baik agar tetap baik, atau menjadi lebih baik.

Uraian di atas menunjukan bahwa bimbingan memiliki fungsi

yang komprehensif (menyeluruh), bagi pembinaan individu pada arah

(29)

tujuan yang diinginkan yakni terbentuknya individu yang sesuai

dengan ketentuan agama.10

B. SKIZOFRENIA

1. Pengertian Skizofrenia

Di dalam buku Hygiene Mental dan kesehatan mental Islam

dijelaskan skizofrenia adalah nama untuk kelompok reaksi-reaksi

psikotis yang dicirikan dengan adanya penarikan diri, gangguan

(kekacauan) pada kehidupan emosional dan afektif disertai halusinasi

dan delusi-delusi perilaku negatifistik dan kerusakan/kemunduran

jiwanya yang progresif.11

Skizofren berasal dari bahasa Yunani, “schizein” yang artinya

“terpisah” atau “pecah”, dan “phren” yang artinya “jiwa’. Pada

skizofrenia terjadi pecahnya atau ketidakserasian antara afeksi,

kognitif dan prilaku.

Skizofrenia merupakan “sejenis gangguan terhadap fungsi otak.

Dimana penyebab skizofrenia disebabkan oleh faktor diantaranya

perubahan kimiawi otak, perubahan dalam struktur otak dan

faktor-faktor genetis”.12

10 Aunnur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta : UII Press, 2001), h. 37.

11 Kartini kartono, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental Islam (Bandung : Mandar maju, 1989), h. 131.

(30)

Blueler, seperti dikutip Yeni Febriyanti, mengidentifikasikan

simtom dasar (primer) dari skizofrenia yang dikenal dengan asosiasi,

afek, autisme, dan ambivalensi. Ia juga mengemukakan simtom

penunjang (sekunder) yang menurut Kraepelin adalah indikasi utama

dementia praecox yang berupa halusinasi dan waham.13

Kartini Kartono dalam bukunya Patologi Sosial 3 Gangguan

Kejiwaan, menjelaskan skizofrenia adalah bentuk kegilaan dengan

disintegrasi pribadi, tingkah laku emosional dan intelektual yang

ambigous (majemuk) dan terganggu secara serius mengalami regresi

atau dementia total. Pasien banyak melarikan diri dari kenyataan hidup

dan berdiam di dalam dunia fantasi.14

Zakiah Daradjat berpendapat bahwa skizofrenia adalah

penyakit jiwa yang dapat menyebabkan kemunduran kepribadian yang

mulai tampak pada masa puber dan paling banyak menderita ialah

orang yang umurnya berkisar 15-30 tahun.15

Dadang Hawari menyebutkan bahwa Skizofrenia berasal dari

dua kata “skhizo” yang berarti retak atau pecah dan “frenia” yang

berarti jiwa. Dengan demikian seseorang yang menderita gangguan

13 Ibid, h. 1.

14 Kartini, Kartono, Patologi Sosial, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 357.

(31)

jiwa skizofernia adalah orang yang mengalami keretakan jiwa atau

keretakan kepribadian (splitting of personality).16

2. Gejala-gejala Klinis Skizofrenia

Adapun gejala-gejala klinisnya yakni sebagai berikut:

1. Gejala primer:

a) Gangguan proses pikiran (bentuk, langkah, dan isi pikiran).

Pada skizofrenia inti gangguan memang terdapat pada proses

pikiran. Pikiran melayang sering tidak ada hubungan antara

emosi dan pikiran, biasanya pikaran tidak dapat diikuti sama

sekali timbulnya lebih cepat.

b) Gangguan afek dan emosi. Adanya kedangkalan afek dan

emosi. Pasien lebih menjadi acuh tak acuh terhadap hal-hal

yang penting bagi dirinya sendiri. Adanya kemampuan untuk

mengadakan hubungan emosi yang baik. Karena terpecahnya

kepribadian, maka dua hal yang berlawanan terdapat

bersama-sama, umpanya mencintai dan membenci pada satu orang yang

sama.

c) Gangguan kemauan. Skizofrenia mempunyai kelemahan

kemauan, yang tidak dapat mengambil keputusan dan tidak

dapat bertindak dalam suatu keadaan. Mereka selalu

memberikan alasan walaupun alasan tersebut tidak jelas atau

tidak tepat.

(32)

d) Gejala psikomotor. Berupa gangguan perbuatan. Gejala ini

dapat pula dikelompokan pada gejala sekunder.

2. Gejala sekunder:

a) Delusi. Pada skizofrenia waham (isi pikir) sering tidak logis

sama sekali. Bagi pasien wahamnya merupakan fakta yang

tidak dapat diubah oleh siapapun.

b) Halusinasi. Yang timbul tanpa penurunan kesadaran dan ini

merupakan suatu gejala. Paling sering pada skizofrenia

halusinasi pendengaran dalam bentuk suara-suara.17 Yang

terdengar suara yang jelas yang tampaknya timbul diluar diri

sendiri, suara ini harus terdiri lebih dari bisikan, gerutu yang

tak dapat dipahami, atau kata tunggal. Seringkali, suara-suara

ini mengomentari atau mengarahkan tindakan pasien.18

3. Penyebab Munculnya Penyakit Skizofrenia

Sebab-sebab terjadinya skizofrenia

a) Faktor biologis

Berdasarkan teori yang mengintegrasikan faktor biologis

seseorang mungkin memiliki kerentanan spesifik (diatesis) yang

apabila diaktifkan oleh pengaruh stress dapat memungkinkan

berkembangnya skizofrenia.

17 Wf. Maramis Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, ( Surabaya : Air Langga University Press, 1980) Cet ke-1, h. 215.

(33)

Semakin besar kerentanan seseorang semakin kecil pula

menyebabkannya menjadi skizofren, semakin kecil kerentanan

maka butuh stressor yang besar untuk menjadi penderita

skizofrenia.

b) Faktor psikososial

Pengalaman yang penuh stress dapat memberikan

kontribusi terhadap perkembanagan skizofrenia pada individu yang

memiliki kerentanan secara genetis. 19

c) Faktor kesalahan belajar

Seseorang menjadi skizofrenia karena pada masa

kanak-kanak ia belajar pada model yang buruk. Karena ia mempelajari

reaksi dan cara pikir yang tidak rasional dengan meniru dari orang

tuanya, yang sebenarnya juga memiliki masalah emosional.

Orang tua atau pengasuh mungkin memperlihatkan sikap

kritis, dan sangat ingin ikut campur dalam urusan anak. Banyak

penelitian menunjukan keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi

(dalam hal apa yang dikatakan maupun maksud perkataan).

Bandura menyetujui keyakinan dasar behaviorisme yang

mempercayai bahwa kepribadian dibentuk melalui belajar. Namun

ia berpendapat bahwa bukan proses yang mekanis, manusia

menjadi partisipan yang pasif. Sebaliknya manusia itu aktif

(34)

mencari dan memproses informasi tentang lingkungannya, agar

dapat memaksimalkan hasil yang menyenangkan.20

d) Faktor-faktor sosial

Beberapa teori menyebutkan bahwa industrialisasi dan

urbanisasi banyak berpengaruh dalam menyebabkan skizofrenia.

Meskipun ada data pendukung, namun penekanan saat ini adalah

dalam mengetahui pengaruhnya terhadap waktu timbulnya onset

dan keparahan penyakit.21

e) Faktor religius

Dalam kenyataan sehari-hari banyak orang yang tidak

berhasil dalam mencapai kebahagiaan di dunia lebih-lebih

kebahagiaan di akhirat kelak. Akibatnya kegagalan dan

ketidakmampuan manusia mencapai yang diinginkannya, maka ia

akan dihinggapi oleh rasa kecewa, khawatir, dan rasa takut tidak

akan berhasil dalam usaha apapun akibatnya ada di antara mereka

yng berkeluh kesah, bimbang dan rasa cemas yang mendalam.

Keadaan seperti itu banyak terjadi yang tidak hanya pada

orang-orang tertentu saja tetapi dapat terjadi pada siapapun. Allah

menyatakan bahwa sifat manusia sering gelisah dan berkeluh

kesah.22

20 Syamsu Yusuf Ln, A. Juntika Nuhrisan. Teori Kepribadian (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007) Cet ke-1, h. 133.

21 Yeni Febriyanti Kumala Dewi, Skizofrenia Dan Gangguan Psikotik lainnya, h. 11.

(35)

Sebagaimana Synderman menyatakan bahwa terapi medik

tanpa agama (doa dan dzikir) tidaklah lengkap, sementara agama

(doa dan dzikir) tanpa terapik medik tidaklah efektif.23

4. Tipe-tipe Skizofrenia

a) Skizofrenia yang Hebefrenik (kanak-kanak).

Permulaannya secara perlahan-lahan sering timbul pada

masa remaja dan dewasa awal antara 15-25 tahun. Ada reaksi sikap

dan tingkah laku yang kegila-gilaan, suka tertawa-tawa untuk

kemudian menangis tersedu-sedu. Sangat irritable atau mudah

tersinggung. Sering dihinggapi sarkasme (sindiran tajam) dan

menjadi meledak-ledak penuh kemarahan atau menjadi explosif

sekali tanpa sebab. Fikirannya selalu melantur.

Banyak tersenyum-senyum. Mukanya selalu berekspresi

aneh tanpa ada satu stimulus pun. Halusinasinya dan delusinya

biasanya bersifat aneh-aneh, pendek-pendek dan cepat

berganti-ganti.

b) Skizofrenia yang Katatonic (otot yang kaku).

Timbulnya pertama kali berkisar 15-30 tahun. Biasanya

sering didahului oleh stress emosional. Urat-uratnya jadi kaku.

Mengalami chorea-flexybility (wax-flexibility), yaitu badan jadi

beku-beku seperti malam. Sering menderita catalepsy, yaitu dalam

keadaan tidak sadar seperti kondisi trance. Seluruh badannya

(36)

menjadi kaku dan tidak bisa dibengkokkan. Jika dia mengambil

posisi tertentu, misalnya berdiri miring, berlutut, jongkok, kepala

di bawah dan lain-lain, maka dia bertingkah sedemikian untuk

berjam-jam atau berhari-hari lamanya. Sering juga pasien dalam

keadaan tidur yang hypnotic, seperti kena sihir. 24

c) Skizofrenia yang Paranoid.

Dimulai sejak umur sesudah usia 30 tahun. Si penderita

diliputi oleh macam-macam delusi dan halusinasi yang terus

menerus berganti coraknya dan tidak teratur sifatnya (misalnya

delusion of grandeur dan delusion of persecution). Sering merasa

iri hati, dendam, cemburu, dan curiga. Emosinya pada umumnya

beku dan apatis. Pasien tampak lebih waras dan tidak seganjil aneh,

jika dibandingkan dengan penderita skizofrenia jenis lainnya. Akan

tetapi, biasanya bersikap bermusuhan terhadap siapapun juga.25

d) Skizofrenia simplex.

Sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala awal

pada jenis ini adalah kedangkalan emosi dan kemunduran

kemauan. Gangguan proses berfikir biasanya sukar ditemukan.

Waham dan halusinasi biasanya jarang sekali terdapat, karena pada

jenis ini timbulnya secara perlahan-lahan sekali. Pada awal

permulaan mungkin si pasien mulai kurang memperhatikan

24 Wf. Maramis Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, (Surabaya : Airlangga University Press, 1980), Cet ke-1, h. 223.

(37)

keluarganya atau mulai menarik diri dari pergaulan. Semakin lama

ia semakin mundur dalam pekerjaan dan pada akhirnya menjadi

pengangguran, dan bila tidak ada orang yang menolongnya

mungkin ia menjadi pengemis, pelacur, bahkan penjahat sekalipun.

e) Episoda skizofrenia akut.

Pada gejala ini timbul mendadak sekali dan pasien seperti

pada keadaan mimpi. Kesadaran mungkin berkabut. Pada keadaan

ini timbul keadaan seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri

berubah, seolah memiliki satu arti yang khusus baginya.

Prognosanya baik, dalam waktu beberapa minggu atau biasanya

kurang dari 6 bulan pasien sudah membaik.

f) Skizofrenia residual.

Ialah keadaan skizofrenia dengan gejala-gejala primernya

Bleuer, tetapi tidak jelas adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan

ini timbul sesudah beberapa kali terserang skizofrenia.

g) Jenis skizo-afektif.

Disamping gejala-gajala skizofrenia terdapat menonjol

secara bersamaan juga gejala-gejala depresi. Yang lebih cenderung

untuk menjadi sembuh tanpa efek, tetapi dapat timbul tanpa

serangan.26

(38)

5. Tindak Lanjut Penanganan Skizofrenia,

Diperkirakan tidak lebih dari 10% pasien skizofrenia yang

dapat berfungsi secara baik dengan pendekatan yang hanya

menekankan pada obat antipsikotik dan perawatan rumah sakit singkat.

Sedangkan 90% sisanya membutuhkan berbagai pendekatan dinamis

termasuk farmokoterapi, terapi individu, terapi kelompok, keluarga,

dan perawatan rumah sakit didalam perawatan skizofrenia. Oleh

karenanya tidak ada pendekatan tertentu yang dapat disebut sebagai

pengobatan untuk skizofrenia. Karena setiap intervensi yang dilakukan

harus sesuai dengan kebutuhan untuk setiap pasien. Pengobatan

ataupun tindak lanjut dalam penanganan pasien skizofrenia harus

mempertimbangkan beberapa hal :

a) Penderita skizofrenia memiliki sifat individual, latar belakang

keluarga dan kondisi psikologis yang unik, oleh sebab itu,

penanganan mungkin berbeda antara pasien yang satu dengan yang

lainnya.

b) Perlu diperkirakan strategi penanganan yang sifatnya nonkimiawi

(tidak hanya melibatkan obat).

c) Skizofrenia merupakan gangguan yang kompleks, pendekatan

terapi tunggal kurang mencukupi.27

(39)

MENTAL YAYASAN GALUH BEKASI.

A. Sejarah Berdirinya

Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi adalah

salah satu tempat rehabilitasi yang menggunakan sistem pengobatan

tradisional secara herbal, yang terdiri dari: doa, pitua, ramuan, urut, dan

pijat. Dengan proses inilah asal mula cara pengobatannya. Kata “GALUH”

yang berarti bentuk dari “Gagasan Leluhur”. Dimana suatu bentuk

Gagasan dari salah satu orang tua (Leluhur) dari yayasan tersebut, maka

terbentuklah nama “GALUH”. Pendiri Yayasan ini bernama Bapak Gendu

Mulatip, yang lahir pada tahun 1916. Sebagai manusia biasa yang sangat

sederhana. Bapak Gendu memiliki rasa sosial yang sangat tinggi, ia begitu

memperdulikan sesama, atas dasar kemanusiaan. Terutama pada

sekalangan orang yang memiliki gangguan jiwa (sakit jiwa).

Pada awalnya Bapak Gendu Mulatip melihat orang sakit jiwa

(gangguan jiwa) melintas dijalan yang sedang diganggu oleh anak-anak,

lalu anak-anak tersebut dilempar batu oleh orang sakit jiwa sehingga orang

tua dari anak tersebut marah kepadaorang sakit jiwa itu, atas kejadian

tersebut Bapak Gendu Mulatip membawa orang sakit jiwa kerumh

pribadinya untuk dirawat, dan diobati secara tradisional hal ini terjadi pada

tahun 1982, kemudian Bapak gendu Mulatip dan keluarga mendirikan

(40)

“GALUH” sebagai tempat penampungan, pengobatan, dan pembinaan

penyandang cacat mental (sakit jiwa) untuk membantu pemerintah dalam

usaha menanggulangi orang terlantar dan cacat mental (sakit jiwa).

Adapun pengobatan yang dilakukan dengan menggunakan cara

tradisional didapatkan dari warisan leluhur serta pengalaman, khususnya

dengan ramuan tradisional yang diracik sendiri bahannya didapatkan dari

tanaman-tanaman obat yang berada disekitar bekasi, hal ini merupakan

pengobatan alternatif.

Dari usaha tersebut terwujudlah kepercayaan dari masyarakat atau

keluarga pasien yang menitipkan keluarganya yang menderita sakit jiwa

dan terlantar, dari hasil operasi K3 (Kebersihan, Ketertiban, dan

Keindahan) dan siskamling (sistem keamanan lingkungan) diwilayah

kelurahan Margahayu, sehingga tertampung pasien sakit jiwa sebanyak 20

orang. Dengan cara pengobatan tradisional yang dilakukan. Banyak

p[asien yang sembuh normal dan keberfungsian sosialnya kembali di

masyarakat seperti dapat bekerja dan berkumpul dengan keluarganya. Dari

peristiwa tersebut tersebarlah informasi dari mulut kemulut sehingga

bertambahlah jumlah pasien sakit jiwa bahkan ada yang dari luar daerah

Bekasi.

Setelah adanya pembinaan dan kerjasama dengan Dinas Sosial DT.

II Bekasi dan bergabungnya kawan-kawan yang mempunyai tekad serta

tujuan yang sama untuk memajukan Yayasan Galuh juga berdasarkan pada

(41)

pengobatan dan rehabilitasi sakit jiwa secara tradisional dan didorong oleh

rasa tanggung jawab untuk lebih maju, maka yayasan mendaftarkan ke

notaris Laksmi Moerti Adhianto, SH dengan Akte No. 264 dan Dinas

Sosial Provinsi Jawa Barat. No 062/342/PRKS/2003 serta kedinas-dinas

terkait.

Setelah mempunyai lahan seluas 1.700 m di Kp. Poncol Rt. 01 Rw.

24 Kelurahan Margahayu Kec. Bekasi Timur Kotamadya Bekasi< maka

dibangunlah sebuah panti dengan kondisi sangat sederhana sebagai tempat

istirahat pasien yang ditampung, dirawat, diobati, serta direhabilitasi.

Pasien yang dirawat diYayasan Galuh berjumlah 243 orang dan 50persen

diantaranya tidak memiliki keluarga.

Pada tanggal 5 Juli 2007 Yayasan Galuh berpindah tempat di Jl.

Bambu Kuning IX Kp. Sepatan Rt. 02/003, Kelurahan Sepanjang Jaya,

Kecamatan Rawa Lumbu Kota Bekasi. Kode Pos 17114. 1

B. Bentuk dan Jenis Pelayanan

Yayasan Galuh memberikan pelayanan kepada pasien dalam

bentuk pengobatan secara tradisional yang diberikan dengan beberapa

metode seperti; Do’a, pitua, dan rasa kasih sayang.

Dan jenis pelayanannya berupa penyembuhan, pembinaan, dan

terapi mental agar dapat mengetahui emosi dari pasien, seperti pasien

1

(42)

diberikan pertanyaan mengenai identitas dirinya, diberikan beberapa tugas

agar pasien dapat belajar dan bertanggung jawab.2

C. Visi, Misi, Motto, dan Tujuan

1. Visi

Membantu mengurangi garis kemiskinan kehidupan di

kalangan Masyarakat sekitar maupun luar.

2. Misi

Meningkatkan harkat dan martabat manusia.

3. Motto

Hati yang bergembira adalah obat. Suatu kata dan perbuatan

patah tumbuh hilang berganti.

4. Tujuan

Mengembalikan harga diri, rasa percaya diri, dan keberfungsian

sosial.3

D. Struktur Organisasi

Struktur organisasi di Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan

Galuh Bekasi. Menggambarkan tentang mekanisme pola hubungan yang

menunjukan kedudukan, tugas wewenang dan tanggung jawab yang

berbeda dalam suatu organisasi.

2

Dadang, Wak. Kepala Umum Yayasan Galuh. Wawancara Pribadi, Bekasi : 25 Juni 2009.

3

(43)

STRUKTUR ORGANISASI SOSIAL YAYASAN GALUH BEKASI

Uraian tugas personil lembaga sebagai berikut:

1. Ketua

a. Mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keputusan yang

(44)

b. Mempunyai tugas untuk mengatur bawahannya.

2. Pengobatan

a. Memberikan pengobatan secara menyeluruh kepada seluruh pasien.

b. Menentukan penyembuhan pasien.

c. Menerima laporan dari kepala panti dan kepala perawat tentang

keperawatan pasien.

3. Sekretaris

a. Membuat program-program seperti laporan pengurus.

b. Bertugas mengatur surat menyurat.

4. Bendahara

a. Mencatat setiap pemasukan yang diberikan keluarga pasien,

donatur, serta mencatat hasil pengeluaran panti.

b. Membuat laporan kas bulanan.

c. Memberikan gaji penguryus yang telah ditetntukan ketua.

5. Pembukuan

a. Mencatat setiap data mengenai pasien dan menyimpan data.

b. Bertanggung jawab dengan dokumentasi dan penyimpanannya.

6. Keuangan

a. Mengatur gaji pengurus.

b. Menerima sumbangan dari pasien maupun donatur

7. Ka. Panti

a. Mempunyai tugas untuk bertanggung jawab mengenai pekerjaan

(45)

b. Bertanggung jawab terhadap seluruh pasien.

c. Bertanggung jawab seluruh aset panti, seperti kendaraan panti.

8. Ka. Perawat

a. Mempunyai tugas untuk menangani pasien, berupa identifikasi

permasalahan pasien, dan memberikan bimbingan nmental dan

fisik pasien.

b. Bertanggung jawab terhadap seluruh kondisi pasien.

c. Bertanggung jawab untuk menyediakan bahan-bahan pengobatan.

d. Mempunyai tanggung jawab langsung terhadap ketua.

9. Wak. Perawat

a. Mempunyai tugas untuk membantu setiap pekerjaan yang

dilakukan oleh Ka. Perawat.

b. Dapat mewakili Ka. Perawat bila tidak dapat hadir dalam suatu

kegiatan.

10.Ka. Humas

a. Mempunyai tugas untuk memberikan informasi kepada keluarga

pasien mengenai panti.

b. Mempunyai tugas untuk dapat bekerjasama dengan masyarakat.

11.Wak. Humas

a. Dapat bekerjasama dengan Ka. Humas dalam setiap pekerjaan.

b. Dapat mewakili atau menggantikan Ka. Humas bila tidak dapat

(46)

12.Bag. Umum

a. Mempunyai tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dapur.

13.Bag. Perawat

a. Bertugas untuk melakukan perawatan terhadap pasien, seperti

memandikan pasien.

14.Bag. Konsumsi

a. Bertugas untuk memasak, belanja kebutuhan panti, dan memelihara

peralatan dapur.4

E. Sarana dan Prasarana

Di Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi

memiliki sarana dan prasarana berupa:

1. Bentuk bangunan dengan luas tanah berkisar 3200 M persegi yang

terdiri dari :

a. Bangunan untuk kegiatan Yayasan.

b. Rumah Dinas bagi pembimbing sebanyak 15 unit bangunan.

c. Lahan untuk sarana berolah raga maupun upacara bendera.

2. Bangunan-bangunan yang terdiri dari :

a. Bangunan perkantoran sebanyak 1 ruangan.

b. 3 Barak diperuntukkan

1) Barak 1 : untuk pasien Wanita

2) Barak II dan III : untuk pasien Pria

4

(47)

c. 8 MCK berupa

1) 4 MCK : untuk pembimbing.

2) 4 MCK : untuk pasien

3. Bangunan-bangunan lainnya seperti, dapur, musholla, gudang yang

meliputi :

a. Penerangan : Listrik dari PLN

b. Air : Air PAM dan Pompa Listrik.

c. Peralatan lainnya : Administrasi Kantor, peralatan pada perawatan,

dan kebersihan lingkungan, jalan yang sudah diaspal, beserta

keamanan lainnya.

4. Beberapa Kendaraaan

a. 4 unit mobil berupa:

1) 1 unit mobil ambulans : untuk pasien yang meninggal atau

kebutuhan warga sekitar.

2) 1 unit mobil untuk Tim Buser (Buru Sergap) sebagai mobil

jemputan bagi pasien.

3) 1 unit mobil dinas untuk pengurus.

4) 1 unit mobil bak untuk sarana pembelanjaan.

b. Kendaraan bermotor bagi tiap pembimbing panti diperuntukan

untuk mengejar pasien yang berada di jalanan dan mencari pasien

(48)

F. Kedudukan Lembaga dengan Lembaga Pelayanan Kesejahteraan

Sosial Lain.

Dalam melaksanakan semua kegiatan Yayasan Galuh saat ini

belum bekerjasama dengan lembaga pelayanan kesejahteraan sosial lain,

hal ini disebabkan tidak adanya aksi timbal balik antara kedua belah pihak,

dan sedikitnya lembaga sosial yang bergerak dibidang cacat mental.

Namun Yayasan Galuh tidak lepas dari kerjasama instansi-instansi

berbagai bidang, antara lain:

1. Dinas Sosial Provinsi.

2. Dinas Kesehatan.

3. Polisi Pamong Peraja.

4. Kepolisian.

G. Program Kegiatan dan Pembinaan

Adapun kegiatan harian yang dilaksanakan di Yayasan Galuh ialah:

1. Bangun Pagi

2. Upacara bendera

3. Mandi Cuci Kakus (MCK)

4. Makan pagi

5. Kerja Bakti

6. Nonton Tv

7. Makan siang

(49)

9. Mandi sore

10.Mengembala ternak

11.Makan sore

12.Istirahat total.

Kegiatan dan pembinaan di Yayasan Galuh Bekasi ialah:

1. Pembinaan yang melalui faktor pendekatan adanya sosialisasi berupa

karakteristik yang akan ditonjolkan oleh pasien untuk kepada

pembimbing. Agar pembimbing mampu merawat pasien dengan

layanan intensif yang bersifat mampu memberikan

pengertian-pengertian yang tinggi dengan cara melawan arus (mengikuti maunya

pasien) dan dapat menegaskan hal positifnya kepada pasien itu sendiri.

2. Pembinaan kesadaran beragama bagi pasien dengan cara:

a) Belajar membaca Al-Quran.

b) Membentuk manusia yang utuh dalam melaksanakan, mengamalkan

dan mampu mempelajari perintah agama Islam.

c) Mempelajari tata cara sopan santun saling menghormati dan saling

menghargai antar pasien yang lain.

d) Membina kesadaran agar mampu menciptakan rasa aman dan saling

melindungi bagi pasien dan untuk pasien yang lainnya.5

(50)

G. Kondisi Penderita Skizofrenia

Proses awal masuknya pasien di pantai Rehabilitasi Cacat Mental

pada Yayasan Galuh Bekasi dilakukan melalui tahapan identifikasi tingkah

laku, sikap dan sifat, karakteristik (pasif, aktif, hiperaktif dan non

hiperaktif). Proses terbentuknya gangguan jiwa pada setiap penderita dapat

dibedakan menjadi lima, yakni: 1) faktor kebiasaan, 2) faktor emosional,

3) halusinasi waham, 4) imajinasi, 5) keputusasaan (jiwa akut sulit

disembuhkan).

Penderita gangguan jiwa di panti rehabilitasi Yayasan Galuh

Bekasi rata-rata merupakan penderita skizofrenia, yakni hampir setengah

dari pasien mengalami gangguan skizofrenia. Faktor utama dari pasien

penderita skizofrenia ialah penderita narkotika (narcotics) yakni zat-zat

yang dapat mengakibatkan ketidaksadaran atau pembiusan dikarenakan

zat-zat tersebut bekerja mempengaruhi susunan pusat syaraf. Istilah

narkotika biasanya digunakan untuk obat adiktif yang memiliki

kemampuan melepaskan rasa sakit dan menyebabkan tidur, hal ini yang

membuat setiap orang yang menggunakan akan mengalami kecanduan.

Dimana telah diketahui bahwasanya narkotika sangat berbahaya untuk

dikonsumsi bagi tubuh. Karena banyak penderita skizofrenia yang rata-rata

mengkonsumsi narkotika dan akhirnya mengalami gangguan mental dan

perilaku, sebagai akibat dari kerusakan sistem syaraf yang tidak seimbang

(51)

Ada pula penyimpulan bahwa penderita skizofren terjadi karena

adanya pandangan dari penyesuaian diri, yaitu karena ketidakmampuan

dalam menghadapi kesukaran hidup, tidak mampu dalam menyesuaikan

diri sedemikian rupa, sehingga penderita sering sekali menemui suatu

kegagalan di dalam kehidupannya. Kebanyakan penderita skizofrenia

terjadi setelah menghadapi suatu peristiwa yang menekan, dan berakibat

muncullah penyakit yang sudah terdapat secara sembunyi di dalam diri

penderita tersebut.

Dalam perkembangan penyakit skizofrenia sangatlah lamban,

mungkin dalam beberapa bulan atau beberapa tahun barulah menunjukan

adanya suatu gejala-gejala yang cukup ringan, dan bertitik pada suatu

gejala yang sangat hebat.

Pada pendekatan biologis perkembangan tidak berlangsung

spontan, melainkan harus dimengerti sebagai pemekaran yang ditentukan

secara biologis yang tidak dapat berubah lagi. Pendekatan kerohanian

menjelaskan pada sisi psikis manusia yang sebenarnya sulit untuk

dipahami karena menggunakan penekanan pada rasa. Dan setiap tingkah

laku adalah hasil pertemuan antara faktor pribadi dan lingkungan. 6

6

(52)

Jumlah Penderita Gangguan Jiwa Secara Umum hingga tahun 2009

di Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh bekasi.7

No Jenis Jumlah

1. 2.

Pria Wanita

185 Orang 95 Orang

Total 280 Orang

7

(53)

BAB IV

PROSES BIMBINGAN ISLAM

A. Proses Bimbingan Islam Pada Penderita Skizofrenia

Proses Bimbingan Islam pada penderita Skizofrenia di Panti

Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi, yaitu memperkenalkan

dari awal mengenai pembelajaran ajaran-ajaran Islami. Hal tersebut

diharapkan dapat diaplikasikan pada proses bimbingan Islam. Dimana

pasien mengalami gangguan jiwa (sifatnya umum), Skizofrenia (sifatnya

khusus).

Pada pengembangan kepribadian Islam hati menjadi sorotan utama.

Hati diartikan sebagai muara segala kebaikan Ilahiyah. Karena hati adalah

cerminan baik buruk seseorang.

Di dalam proses bimbingan Islam, pasien diarahkan secara

individual oleh seorang pembimbing, karena pasien umumnya

membutuhkan figur yang baik untuk membantunya dalam mencapai

kesembuhannya. Dengan mudah pembimbing akan memunculkan pasien

di dalam merespon permasalahan yang lebih sehat di dalam

kehidupannya.1

Setelah penulis melakukan pengamatan dan wawancara, maka

penulis dapat menggambarkan proses apa saja yang telah dilakukan oleh

1

(54)

Yayasan atau pembimbing di Yayasan Galuh Proses Bimbingan Islam

Mencangkup :

1. Metode Bimbingan, yang dilakukan oleh pasien skizofrenia secara

berkelompok.

2. Materi yang digunakan:

a. Pada proses awal tahapan permulaan, mencangkup Fiqih

ibadah. Dimana pasien mengenali materi:

a) Sholat sebagaimana telah diketahui bahwa sholat dapat

menimbulkan kesadaran penuh tentang identitas diri yang berperan

sebagai sikap mental yang sehat. Yang terdapat dalam surat

Al-Baqarah (2):43

Artinya: “Dirikanlah Sholat, tunaikanlah Zakat dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk.” (QS. Al-Baqarah:43)

b) Membimbing bacaan Dzikir, selesai kegiatan Shalat. Beberapa

manfaat dzikir bagi kesehatan jiwa adalah:

1) Menjaga alam kejiwaan dari hal-hal negatif.

2) Perjanjian kepada Allah untuk menjaga dan mengakui

keberadaannya di dalam hati hamba-hambaNya.

3) Menjadikan hati senantiasa taat padaNya.

4) Sugesti diri agar menjadi lebih mempercayai diri sendiri.

(55)

c) Muhasabah ialah waktu dimana pasien harus mempunyai

kesempatan untuk merenungkan dirinya.

d) Tafakkur, memikirkan segalanya tentang kebesaran Allah.

Sangatlah efektif di dalam mengatasi gangguan psikologis.

e) Tadabur Quran pemahaman makna ayat-ayat Al-Quran. Sebagai

contoh: membacakan tiga ayat dengan pemahaman artinya.

b. Proses Menengah: Tahapan kesungguhan. Materi yang

digunakan: Mengenal hukum-hukum Islam secara dasar, proses dari

tahap bersih dari sifat-sifat tercela dan maksiat. Pasien dengan

kesungguhannya dapat mengisi diri dengan perilaku mulia yang

dimunculkan dari proses pada tahap awal.2

Tahapan ini dilakukan pada saat menjelang proses bimbingan

berakhir. Di sini pemrosesannya mengkaji bersama dengan pasien

tentang apa saja yang telah dipelajari selama bimbingan Islam

berlangsung. Dan apa saja yang telah pasien ketahui yang akan

diterapkan di dalam kehidupannya nanti. Apakah semua yang telah

dipelajari ini akan diterapkan ke dalam perilakunya sehari-hari dan hal

ini perlu adanya diskusi dengan pasien lebih lanjut. Hal ini penting

dilakukan karena proses dalam bimbingan Islam yang telah disetujui

bersama pasien dengan jelas telah terpenuhi dan tercapai.

c. Proses akhir ini materi yang digunakan ialah Pelaksanaan

kegiatan rohani dimana pada proses akhir tahap ini pasien merasakan

(56)

kesembuhannya. Karena pada tahapan ini pasien bukan hanya

menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya saja, akan tetapi

mampu merasakan kenikmatan, kedekatan, kerinduan bahkan

kebersamaan dengan Allah SWT. Dan dari sinilah Allah menunjukan

penawar bagi hambaNya yang terus meminta dan berusaha keras

padaNya. Surat An-Naml: 62

Artinya: “Atau siapakah yang memperkenalkan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepadaNya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah ibumi? Apakah disamping Allah ada illah (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati (Nya).” (QS. An- Naml: 62)

Proses dapat berakhir jika tujuannya telah tercapai, akan tetapi

dapat pula berakhir jika pasien tidak dapat melanjutkan proses

tersebut. Demikian pula seorang pembimbing dapat mengakhiri proses

bimbingannya. Dengan mengakhiri Proses Bimbingan Islam bahwa

pasien harus diberitahukan terlebih dahulu. Hal ini penting karena

pasien setelah ini akan menghadapi lingkungannya yang baru secara

sendiri tanpa ada seorang pembimbing pun. Dan ketergantungannya

pada pembimbing saat ini harus segara dihilangkan dengan cara

(57)

dipersiapkan secara baik, dan teliti jauh sebelumnya.3 Seperti yang

tercamtum didalam Al-Quran pada Surat Thahaa: 25-28. dan Surat

An-Naml: 62.

Artinya: “Berkata Musa, ‘Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku.”

(Thahaa: 25-28)

Artunya: “Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang sedang kesulitan apabila ia berdoa kepadanya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai kholifah di bumi? Apakah di samping Allah ada Illah (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingatinya.” (QS. An-Naml: 62)

Untuk mengakhiri Proses Bimbingan Islam pada pasien,

pembimbing menekankan kepada pasien bahwa pasien harus

mempertahankan proses kehidupan yang Islami secara sehat. Dengan

pembentukan yang Islami inilah secara berulang-ulang sehingga

perilakunya akan jauh lebih baik atau sehat (Akhlakul Karimah yang

akan terbentuk) bila dibandingkan pada dirinya di waktu yang lalu.

(58)

3. Waktu Pelaksanaan Bimbingan Islam

Waktu yang dilaksanakan dalam kegiatan bimbingan Islam selama

penulis melakukan penelitian adalah dua kali dalam seminggu dari jadwal

yang sudah ditentukan.

Selain itu Yayasan juga selalu melaksanakan kegiatan tahunan

yaitu memperingati hari-hari Besar Islam seperti Maulid Nabi Muhammad

SAW Isra Mi’raj, I Muharam dan Bulan Ramadhan.,

B. Faktor-faktor Penghambat dan Pendukung Dalam Proses Bimbingan

Islam.

1. Faktor Penghambat dalam proses Bimbingan Islam secara umum yaitu;

a) Minimnya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Yayasan untuk

proses bimbingan Islam.

b) Kurangnya perhatian warga sekitar pada pasien-pasien skizofrenia

(sakit jiwa).

c) Warga (masyarakat) sekitar masih berpandangan rendah terhadap

pasien sakit jiwa lainnya, dan pengurus panti.

d) Sering terjadinya deskriminasi antar warga dengan pihak Yayasan.

e) Adanya sarana dan prasarana yang sering rusak dan hilang.

f) Kurangnya tenaga pekerja yang handal dan professional didalam

proses bimbingan Islam.

g) Adanya peran pemerintah pada bidang kesehatan yang kurang

(59)

2. Faktor Pendukung dalam proses Bimbingan Islam.

a) Adanya kemauan pada pasien didalam proses bimbingan Islam itu

sendiri.

b) Mampu untuk menunjukkan pada masyarakat banyak bahwa

mantan pasien sakit jiwa bisa untuk sembuh, mampu untuk

beradaptasi kembali pada lingkungannya, dan mampu untuk

berkarya, berhak untuk mendapatkan kehidupan yang layak seperti

semula.4

4

(60)

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di dalam Proses Bimbingan Islam Pada

Penderita Skizofrenia Di Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh

Bekasi, telah dapat disimpulkan bahwa:

a. Upaya yang dilakukan pembimbing dalam Proses Bimbingan Islam Pada

Penderita Skizofrenia di Yayasan Galuh, bermanfaat dalam pemberian

bantuan, membimbing, dan mengobati agar dapat mengembalikannya

menjadi warga masyarakat yang berguna dan dapat hidup berdampingan

secara wajar sebagai makhluk sosial lainya.

b. Indikasinya dapat terlihat dari cara perubahan hidup yang dialami oleh

pasien selama berada di Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh

Bekasi. Pasien belajar hidup tertib dan teratur: makan, mandi, beribadah

sesuai jadwal yang diberlakukan di yayasan. Metode yang digunakan

adalah metode direktif (yang bersifat mengarahkan pada pasien) dalam

pembelajarannya tersebut, ke dalam pola hidup pasien dan sesuai dengan

pola hidup dalam Islam.

c. Selain itu, metode yang digunakan pembimbing dalam Proses Bimbingan

Islam di panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh ialah

membimbing pasien dengan bimbingan berkelompok (group guidance)

dalam kesehariannya. Dimana hal ini dapat membantu pasien skizofrenia

(61)

51

mempelajari strategi untuk meningkatkan relasi dengan orang lain. Melalui

pendekatan ini pasien juga dibantu untuk menghadapi konflik-konflik

dalam dirinya dan masalah-masalah lain yang menghambat

perkembangannya. Berikut Materi-materi yang digunakan:

a) Pada Proses awal

b) Proses Menengah dan

c) Proses Akhir

B. Saran

Proses Bimbingan Islam Pada Penderita Skizofrenia Di Panti

Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi, yang telah berjalan selama

ini ada baiknya jika dilengkapi dengan berupa saran berikut ini:

1. Bagi Yayasan, khususnya di dalam proses bimbingan agama (yang

beragama Islam) perlu diperhatikan kembali dengan dilengkapinya sarana

dan prasarana bagi fasilitas pembimbing di dalam proses bimbingan Islam

guna menumbuhkan dan membangun kembali mental Islami pada pasien.

2. Dengan bertambahnya pasien masuk ke Panti Rehabilitasi Cacat Mental

Yayasan Galuh Bekasi, maka perlu ditambahkannya tenaga-tenaga

pembimbing yang terlatih dan professional di dalam bidangnya seperti

psikolog. Agar dalam proses bimbingan Islam dapat lebih mengkondisikan

dan menyesuaikan sesuai dengan kapasitas jumlah pasien dan

Gambar

GAMBARAN UMUM PANTI REHABILITASI CACAT

Referensi

Dokumen terkait

Kuantitas pegawai dapat dilihat dari camat yang telah meningkatkan kinerja pemerintah kota Samarinda yang efektif, efisien, akuntabel dan transparan dalam upaya

Hasil observasi awal bahwa hasil belajar dan keaktifan belajar peserta didik MAN 2 Gresik rendah, salah satunya pada materi Dinamika Kependudukan di Indonesia, setelah

Kepala Kebun Raya Purwodadi dengan ini menerangkan bahwa material tanaman yang dibawa oleh

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui pertumbuhan penduduk usia Sekolah Dasar di Kecamatan Gabus Kabupaten Pati tahun 2011 hingga 2017; (2)Mengetahui persebaran

Karbon aktif dari limbah kulit ketela pohon yang digunakan sebagai adsorben dengan kemampuan penyerapan yang sangat tinggi dan baik.. Karbon aktif digunakan sebagai bahan

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya meneliti tentang penananamn karakter berbasis kearifan lokal (Kim, Kim, Yo, 2014; Patriadi, Bakar, Hamar, 2015;

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Sukun Artocarpus Altilis Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus Aureus Secara In Vitro [Skripsi].. Fakultas Kedokteran Universitas

6NULSVL LQL EHUMXGXO ³0RWLYDVL 3HPXVWDND 5HPDMD GDODP 0HPDQIDDWNDQ .ROHNVL GL .DQWRU Perpustakaan GDQ $UVLS 'DHUDK .DEXSDWHQ .HEXPHQ´ 7XMXDQ GDUL SHQHOLWLDQ LQL DGDODK XQWXN