• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gerakan Sosial Melalui Sosio Drama Berbasis Kearifan Lokal Untuk Meningkatkan Nasionalisme Daerah Pedalaman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Gerakan Sosial Melalui Sosio Drama Berbasis Kearifan Lokal Untuk Meningkatkan Nasionalisme Daerah Pedalaman"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Gerakan Sosial Melalui Sosio Drama Berbasis Kearifan Lokal Untuk

Meningkatkan Nasionalisme Daerah Pedalaman

Ahmad Sudi Pratikno, Dewi Nur Masita

Universitas Negeri Yogyakarta

Jl. Colombo No. 1, Karangmalang, Sleman, Yogyakarta 55281 E-mail: ahmadsudi.ibnsuman@gmail.com; masitadewinur@gmail.com

Abstrak

Gerakan sosial merupakan upaya yang dilakukan untuk memberikan manfaat bagi orang lain. Namun, dalam konteks penanaman karakter, penelitian mengenai gerakan sosial melalui sosio drama berbasis kearifan lokal sangat terbatas jumlahnya. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti peningkatan karakter nasionalisme melalui gerakan sosial berupa sosio drama. Subjek penelitian adalah siswa Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) yang berada di daerah pedalaman. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi, observasi, dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternyata peningkatan karkater nasionalisme hanya timbul saat bermain sosio drama saja, mereka akan kembali pada karakter sebelumnya. Penanaman karakter membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga perubahan karakter tidak serta merta terjadi.

Kata Kunci: gerakan sosial; sosio drama; kearifan lokal; karakter nasionalisme.

Abstract

Social movement is an effort to provide benefits to others. However, within the context of cultivating the character, research on social movement through socio-drama based on local wisdom is very limited. This study aims to examine the increasing character of nationalism through social movements in the form of socio-drama. Research subjects were elementary and secondary students residing in rural area. This research used qualitative and descriptive method. Data collection techniques were documentations, observations, and interviews. The results showed that the increased character of nationalism only arise when playing socio-drama only, they would return to the previous character. Cultivating the character values need a long time, so the change of character did not necessarily happen.

Keywords: social movement; socio-drama; local wisdom; nationalism character

PENDAHULUAN

(2)

Karakter mengandung nilai-nilai yang baik serta tercermin dalam setiap sikap yang muncul dalam diri seseorang. Karakter yang kuat dan terpatri dalam diri akan terwujud dalam perilaku sehari-hari. Karakter secara koheren memancar dari hasil olahpikir (intellectual development), olahhati (spiritual and emotional development), olahraga (physical development), serta olahrasa (affective development) dan karsa (creativity development) sesorang atau suatu kelompok masyarakat (Salahudin dan Alkrienciechie, 2013: 42). Berkaitan dengan hal tersbeut, tujuan pendidikan karakter menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2011), yakni mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karkater bangsa yakni Pancasila yang meliputi:

1. Mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia berhati baik, berpikrian baik, dan berperilaku baik;

2.. Membangun bangsa yang berkarakter Pancasila;

3. Mengembangkan potensi warganegara agar memiliki sikap percaya diri, bangga pada bangsa dan negaranya serta mencintai umat manusia.

Pemerintah saat ini sedang menggalakkan gerakan Pendalaman Pendidikan Karakter (PPK) yang diinisasi oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Pendidikan Karakter menjadi penting karena dalam beberapa penelitian menunjukkan nilai moral dan norma kesopanan generasi muda Indonesia sudah mulai hilang. Secara etimologis kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta “budhayah”, yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal (Nuswantoro, 2015). Keberagaman budaya yang ada di Indonesia merupakan sesuatu yang harus dijaga dan dilestarikan bersama. Keberagaman ini menunjukkan kekayaan budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Budaya dapat berupa seni tari, seni lukis, seni kriya, karya sastra, dan senin patung. Apabila ditinjau dari asal wilayahnya, budaya dapat berbeda-beda, contohnya budaya jawa, budaya sunda, budaya batak, budaya dayak, budaya bugis, serta budaya-budaya lain. Salah satu budaya yang diangkat dalam penelitian ini adalah budaya jawa.

Budaya jawa memiliki karakteristik yang luwes dan lembut. Hal ini tercermin pada perilaku masyarakat jawa yang kesehariannya menggunakan bahasa dan bertegur sapa satu sama lain. Namun, seiring berjalannya waktu, budaya yang dahulu terkenal bahwa, masyarakat jawa bertutur kata lembut, berperilaku sopan, sekarang perlahan mulai luntur. Salah satu penyebabnya adalah ekspansi teknologi informasi yang semakin masif. Dampak yang diakbatkan oleh perkembangan teknologi ini dirasakan mulai dari orang tua hingga para remaja, bahkan anak-anak. Permaian game online, akses media sosial yang berlebihan memunculkan problematika baru. Selain dampak negatif yang ditimbulkan dapat berimbas pada kesehatan, juga perilaku seseorang sehari-hari akan berubah. Contohnya orang yang dahulu bangun pagi membuka jendela dan menghirup udara segar, sekarang kebiasaan tersebut mulai luntur karena orang sekarang saat bangun tidur mereka mengecek notifikasi whatsapp di smartphone masing-masing. Tidak jarang juga ditemui siswa SD sudah memiliki akun Instagram, padahal umur mereka belum sampai 17 tahun. Perlunya pengawasan orangtua dan guru harus ditingkatkan secara berangsur-angsur. Tentu harapannya dampak positif dari perkembangan teknologi semakin dirasakan oleh berbagai kalangan.

Indikasi lain yang dirasakan tentang dampak negatif yakni adanya penurunan karakter nasionalisme. Nasionalisme merupakan salah satu dari 18 nilai karakter yang diinisasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Nasionalisme merupakan rasa cinta terhadap tanah kelahiran. Bahkan terdapat fatwa yang berbunyi “ḥubbul waṭan min al-īmān” artinya cinta tanah air adalah sebagian dari iman. Pentingnya cinta tanah air memberikan benteng yang kokoh bagi keutuhan suatu negara. Negara akan aman dan tenteram tanpa diselimuti oleh propaganda dan perpecahan.

(3)

memunculkan dan menyegarkan kembali budaya-budaya asli Indonesia yang saat ini sudah mulai menghilang. Apabila dikorelasikan dengan kondisi saat ini, terutama pada generasi muda, reaktualisasi dan revitalisasi budaya dapat diterapkan pada pembelajaran di sekolah maupun kegiatan di luar kelas, salah satunya berupa kegiatan sosio drama.

Sosio drama merupakan bagian dari adegan sosial masyarakat yang dilakukan melalui alur skenario yang telah dirancang sebelumnya berdasarkan fakta sejarah masa lampau. Sosio drama dapat dilakukan di ruang terbuka maupun di dalam kelas. Pada saat sosio drama diterapkan, para generasi muda terutama siswa akan merasakan sendiri dan meresapi nilai-nilai yang terkandung di dalam cerita yang diperankannya. Sosio drama bertujuan untuk melatih siswa dalam bersastra, merevitalisasi dan mereaktualisasi nilai-nilai budaya, serta menumbuhkan kecintaannya. Melalui sosio drama, siswa akan lebih mudah memahami nilai-nilai budaya maupun amanat yang terkandung dalam sebuah cerita. Hal ini dikarenakan mereka terlibat secara aktif dan langsung sehingga memberikan kesan bahwa kejadian tersebut hampir serupa dengan aslinya.

Unsur di dalam sosio drama disesuiakan dengan kearifan lokal yang ada, sehingga amanah yang ada dalam cerita rakyat, legenda, maupun dongeng dapat diserap dan dimaknai di dalam diri masing-masing siswa yang ikut serta pada kegiatan tersebut. Kegiatan sosio drama berbasis kearifan lokal dapat menggerakkan para generasi muda setempat untuk sadar dan peduli dengan cerita rakyat, legenda, maupun mite asli daerah. Para pelaku yang terlibat di dalam sosio drama ini merupakan anak-anak desa yang berasal dari berbagai latar belakang dan jenjang pendidikan yang berbeda. Kearifan lokal juga tersebar di berbagai wilayah Indonesia dengan berbagai karakteristik dan keunikan masing-masing (Kartikawangi, 2017). Hal tersebut merupakan bentuk kebanggan bagi bangsa Indonesia, karena memiliki keberagaman yang banyak namun tetap utuh dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya meneliti tentang penananamn karakter berbasis kearifan lokal (Kim, Kim, Yo, 2014; Patriadi, Bakar, Hamar, 2015; Liao, Chan, 2016; Osman, & Farahat, 2017), namun sedikit sekali yang menggunakan sarana sosio drama sebagai wadah menerapkan nilai karakter nasionalisme pada siswa atau generasi muda pada umumnya.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dilakukan penelitian mengenai upaya merevitalisasi dan mereaktualisasi karakter nasionalisme generasi muda Indonesia berupa gerakan sosial melalui kegiatan sosio drama.

METODE

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan karakter nasionalisme melalui gerakan sosial berbentuk sosio drama sebagai wadah bagi generasi muda untuk meningkatkan karkater nasionalisme. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa SD dan MTs di sebuah sekolah negeri di wilayah pedalaman provinsi DIY (Daearh Istimewa Yogyakarta).

Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi, observasi, dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif dengan menjabarkan segala kegiatan yang telah diakukan selama penerapan sosio drama.

HASIL DAN PEMBAHASAN

(4)

hanya sekedar teori. Akan tetapi, setelah dianalisis hingga beberapa waktu berikutnya, karakter nasionalisme yang telah diajarkan dalam bentuk sosio-drama masih kurang maksimal. Indikasinya adalah karakter nasionalisme dalam diri siswa masih lemah.

Hasil dalam penelitian ini didukung oleh teori sosial yang dipelopori oleh Albert Bandura. Albert Bandura (1977), menyatakan bahwa terdapat ada tiga hal yang saling berpengaruh pada saat manusia belajar (entah belajar akademik maupun belajar dari lingkungan), yakni diri sendiri (pribadi), lingkungan, dan tingkah laku. Perilaku siswa dipengaruhi oleh ketiga faktor. Guru dan orangtua seharusnya mampu mengontrol secara penuh pengaruh ketiga faktor tersebut pada lingkungan di sekolah maupun di keluarga.

Penanaman nilai-nilai karakter terutama karakter nasionalisme membutuhkan proses yang cukup lama. Karakter bukan hal yang serta merta dapat dilihat hasilnya dalam waktu singkat, namun lebih kepada bagaimana proses penanamannya dan kondisi siswa. Solusinya adalah dengan keteladanan guru yang setiap hari dilihat oleh siswa sebagai figur panutan siswa dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Kedua, peran orangtua dalam mendidik anaknya di rumah merupakan hal penting dalam penanaman karakter. Perlu adanya proses yang membutuhkan waktu karena pembentukan karakter bukan sesuatu yang instan dan matematis yang dapat langsung dilihat hasilnya. Semua proses membutuhkan usaha dan kesabaran.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan, dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan pendidikan karakter nasionalisme perlu dilakukan dengan melibatkan berbagai unsur dengan usaha dan kesabaran. Hasil dari kegiatan sosio drama tidak dapat dilihat secara cepat, sehingga untuk peningkatan rasa nasionalisme tidak serta merta meningkatkan kesadaran mereka untuk berperilaku nasionalis dan patriotis. Hal inilah yang menjadi temuan utama dalam penelitian ini. Bahwa sosio drama hanyalah upaya kecil untuk meningkatkan karakter nasionalisme siswa. Semua tergantung dari kondisi siswa, keadaan siswa, latar belakang siswa, serta upaya guru, orangtua, dan pemerintah secara maksimal.

Saran dalam penelitian ini adalah agar terus digalakkan gerakan social terutama untuk meningkatkan penanaman nilai-nilai karakter luhur bangsa Indonesia, agar generasi muda Indonesia tidak semakin kehilangan jati diri dan identitasnya dalam berkehidupan dan berbangsa.[]

DAFTAR PUSTAKA

Bandura, A. (1977). Social learning theory. New Jersey: Prentice Hall.

Gao, J., & Wu, B. (2017). Revitalizing traditional villages through rural tourism: A case study of Yuanjia Village, Shaanxi Province, China. Tourism Management. 63(2017), 223-233. doi:10.1016/j.tourman.2017.04.003

Kartikawangi, D. (2017). Symbolic convergence of local wisdom in cross–cultural collaborative social responsibility: Indonesian case. Public Relations Review, 43(2017), 33-45. doi:10.1016/j.pubrev.2016.10.012

(5)

Liao, K., H., & Chan, J., K., H. (2016). What is ecological wisdom and how does it relate to ecological knowledge?. Landscape and Urban Planning, 155(2016), 111-113. doi: 10.1016/j.landurbplan.2016.07.006

Nuswantoro, U. D. (2015). Kebudayaan dan masyarakat. Retrieved from: http://eprints.dinus. ac.id/14516/1/%5BMateri%5D_Bab_04_kebudayaan_dan_masyarakat.pdf

Osman, K. A., & Farahat, B. I. (2017). The conservation of the waterfront of Saida: A model for tourism and culture-led revitalization in valuable areas. HBRC Journal, doi:10.1016/j.hbrcj.2017.02.003

Patriadi, H. B., Bakar, M., Z., A., & Hamar, Z. (2015). Human security in local wisdom perspective: Pesantren and its responsibility to protect People. Procedia Social and Behavioral Sciences, 28(2015), 100-105. doi:10.1016/j.proenv.2015.07.015

Pompimon, C. Wallapha, A., & Prayuth, C. (2014). Strategy challenges the local wisdom applications sustainability in schools. Procedia Social and Behavioral Sciences, 112(2014), 626-634. doi: 10.1016/j.sbspro.2014.01.1210

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum pada periode ini berlaku konstitusi RIS sehinga bentuk negara Indonesia adalah serikat dan mempunyai sistem pemerintahan republik parlementer. Hal ini

KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa telah membantu saya berproses dalam melakukan penelitianskripsi yang berjudul : Pendekatan Keadilan

Oleh sebab itu mengoptimalkan kecerdasan anak sejak dini dalam belajar bahasa Arab adalah hal yang sangat penting untuk dilakukan baik bagi para orang tua dirumah maupun

ANALISIS KEMAMPUAN BERTANYA SISWA DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR (PENELITIAN DESKRIPTIF KUALITATIF PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DI

- Pemeriksaan dahak lanjutan (follow-up) dalam waktu-waktu tertentu selama masa pengobatan, diikuti dengan pemeriksaan biakan, untuk memastikan bahwa M.tuberculosis sudah tidak

Prastyani (2011) melakukan penelitian mengenai faktor eksternal yang berhubungan dengan perilaku agresif, berdasarkan penelitiannya didapatkan data bahwa terdapat hubungan

Perencanaan dinding geser sebagai elemen struktur penahan beban gempa pada gedung bertingkat bisa dilakukan dengan konsep gaya dalam (yaitu dengan hanya meninjau

Surat balasan resmi dari instansi seyogyanya dan sebaiknya menuliskan informasi tentang nama kegiatan yang akan dilakukan mahasiswa pada saat KP serta waktu dimulai dan