• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISA DATA

5.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fungsi DPRD Kota Medan Dalam Pembentukan Perda

5.2.1 Faktor-Faktor Penghambat

Setelah penulis melakukan peneltian di DPRD Kota Medan, penulis mencatat adanya 2 hambatan besar bagi anggota DPRD untuk melaksanakan fungsinya, yaitu :

a. Sumber Daya Manusia

Faktor yang mempengaruhi kinerja DPRD adalah pola rekruitmen para anggotanya. Peraturan Perundang-undangan hanya mensyaratkan latar belakang pendidikan yang terlalu minimal yaitu : setingkat Sekolah lanjutan Tingkat Atas (SLTA), sehigga sebagian tidak punya pengetahuan dan kemampuan untuk menjalankan fungsi yang diembannya. Mengingat untuk melakukan fungsi legislasi harus mempunyai pengetahuan yang luas karena produk daerah yang dihasilkan akan menjadi dasar bagi anggota DPRD dalam membuat kebijakan disamping itu juga harus memenuhi rasa keadilan dan kebutuhan masyarakat.

”Latar belakang pendidikan sangat berpengaruh dalam melakukan fungsi legislasi, karena setiap kebijakan yang dihasilkan sangat bermanfaat bagi masyarakat, bagaimana bisa kebijakan dijalankan apabila setiap anggota DPRD tidak memiliki akar dalam masyarakat.”

b. Tenaga Ahli

Ketidakadaan tenaga atau staff ahli yang profesional dibidangnya merupakan faktor yang menghambat anggota DPRD Kota Medan dalam melaksanakan tugasnya, peran tenaga ahli sangat penting dalam memberikan masukan kepada DPRD tentang berbagai permasalahan yang sedang berkembang

serta solusinya. Pada survey yang kami lakukan bahwa didalam menjalankan fungsi legislasi tidak dibantu oleh staff ahli.

”Pernah diadakan usulan untuk mendatangkan tenaga ahli, tetapi ditolak dengan alasan tidak adanya anggaran untuk mendatangkan tenaga ahli tersebut. Padahal tenaga ahli sangat penting dalam membantu tugas-tugas DPRD.”

Hal senada juga diutarakan Drs. Zainuddin Naution, Map :

“Tidak adanya anggaran untuk tenaga ahli oleh pemerintah, bisa jadi pihak pemerintah takut tersaingi anggota DPRD menjadi lebih dominan dalam membuat suatu kebijakan.”

Pernyataan diatas sangat kontradiksi dengan pernyataan Sekretaris Daerah (Sekwan) menyangkut masalah tenaga ahli pihak DPRD menpunyai anggaran untuk mendatangkan tenaga ahli, seperti pihak-pihak universitas, jadi untuk mendatangkan tenaga ahli tersebut merupakan kebijakan dari anggota DPRD.

Apabila anggota DPRD merasa tenaga ahli dibutuhkan mereka dapat memasukkannya ke anggaran, karena mereka mempunyai fungsi anggaran. Itu kebutuhan mereka, sepanjang mereka meminta sesuai dengan ketentuannya pasti akan dianggarkan, yang mengesahka anggaran mereka yang masuk ke dalam APBD, kami (pemerintah) menyediakan tenaga ahli apabila ada kriteria permintaan-permintaan dan kegunaan-kegunaan yang riil.

Sekretaris Dewan dapat dikatakan kemampuannya sangat baik walaupun belum optimal untuk mendukung mobilitas para anggota, baik perorangan mapupun dalam hubungannya fraksi atau komisi. Sesungguhnya secara logika, Sekretaris Dewan diperlukan adanya suatu badan/kelompok staff ahli yang tugasnya membantu (para anggota) Dewan dalam melaksanakan fungsinya, baik fungsi legislatif, fungsi anggaran maupun fungsi pengawasan. Kelompok ahli yang dimaksud hendaknya terdiri dari berbagai bidang keahlian di dalam pembuatan perundang-undangan (legal drafter), hal ini diperlukan untuk menutupi kekurangan keahlian para anggota.

Staff ahli pendamping akan membantu anggota Dewan dalam menjalankan tugasnya, karena banyaknya bidang pekerjaan yang diemban oleh anggota Dewan sehingga tidak mungkin setiap anggota Dewan mengetahui dan menguasai bidang tersebut, hal ini akan memudahkan kerja anggota Dewan mengingat orang-orang yang dijadikan staff ahli adalah orang-orang yang profesional dibidang masing-masing seperti bidang ekonomi, politik, hukum, sosial dan budaya dan lain-lain. Staf ahli ini bisa dari unsur akademik dari perguruan tinggi, pakar, tokoh masyarakat dan kalangan Lembaga Swadaya masyarakat (LSM).

“Dulu pernah dianggarkan, tetapi sekarang tidak karena tidak ada indikator-indikator dan kriteria-kriterianya.”

dengan mudah disetujui oleh Sekwan, karena dalam mendatangkan tenaga ahli yang bersifat permanen harus mempunyai kriteria-kriteria yang sesuai dengan manfaat dan kegunaan yang diperlukan untuk membantu fungsi dan tugas anggota DPRD. Sekwan tidak pernah menolak untuk didatangkannya tenaga ahli degan alasan anggota DPRD berhak mendatangkannya sesuai dengan anggaran mereka dan kemampuan keuangan daerah.

Dalam melakukan penelitian ini penulis dapat menyimpulkan bahwa seharusnya tenaga ahli yang bersifat permanen bukanlah menjadi alasan untuk menghambat kinerja anggota DPRD untuk bekerja secara maksimal. Apabila tidak ada anggaran, anggota DPRD harus berinisiatif untuk mendatangkan tenaga ahli yang bersifat temporer untuk membantu kelancaran fungsi dan tugas anggota DPRD.

c. Tatib DPRD

Tujuan diciptakannya sebuah peraturan adalah agar tugas-tugas yang dijalankan dapat dijalankan secara tertib dan efisien. Namun bila peraturan itu terlalu detail akan dapat menghambat pelaksanaan suatu tugas. Peraturan tata tertib yang terlalu detail inilah yang akan menjerat para anggota DPRD untuk melaksanakan tugasnya.

Contoh dari pelaksanaan hak inisiatif yang telah memberikan kewenangan yang lebih mudah kepada pihak legislatif dalam melaksanakan fungsi legislasinya. Hal ini dapat kita lihat Peraturan Tata Tertib tahun 2004 Pasal 28 yang memberikan kemudahan bagi DPRD dalam mengajukan Ranperda usul inisiatif

DPRD dengan jumlah anggota hanya lima orang, aturan yang seperti ini tidak kita temukan pada zaman sebelumnya, Peraturan Tata Tertibnya mensyaratkan pengajuan Ranperda usul inisiatif harus berjumlah 10 anggota DPRD yang terdiri dari atas minimal dua fraksi. Namun usul tersebut harus diserahkan secara tertulis ke Pimpinan DPRD berikut nama, tanda tangan, dan asal fraksi pengusul. Usulan ini kemudian dibawa ke Rapat Badan Musyawarah untuk ditentukan apakah usulan tersebut dapat dibawa ke Sidang Paripurna. Dalam Sidang Paripurna, para pengusul diberi kesempatan untuk menjelaskan usulan mereka dihadapan fraksi-fraksi. Disini ditenrukan apaka usulan tersebut diterima atau ditolak. Jika diterima, pimpinan DPRD menugaskan kepada Komisi, Rapat Gabungan Komisi atau Panitia Khusus untuk menyempurnakan usul inisiatif tersebut sebelum disampaikan ke Kepala Daerah. Setelah itu baru dibicarakan dengan Kepala Daerah sebelum ditentukan apakah usulan tersebut dapat diterima atau ditolak.

“Tatib yang berasal dari Peraturan Pemerintah tidak memihak kepada Dean, karena pengajuan dari Dean prosedurnya sangat panjang.”

Proses yang lama, terkesan bertele-tele, hingga materi usulan itu basi atau tidak sesuai lagi untuk dibicarakan. Namun, tentu saja segi positifnya adalah adanya asas musyawarah dan mufakat dalam demokrasi Pancasila, dapat menyelesaikan perbedaan pendapat yang mungkin muncul antara Pemerintah dan DPRD tanpa harus di ekspos ke masyarakat.

Dokumen terkait