• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.4 Faktor-faktor Penghambat Wanita Berwirausaha

Menurut Alma (2005:43) faktor-faktor yang menghambat wanita wirausaha,yaitu:

1. Faktor kewanitaan di mana sebagai ibu rumah tangga ada masa hamil, menyusui yang ini tentu akan mengganggu aktivitas usahanya

2. Faktor sosial budaya, adat istiadat. Wanita sebagai ibu rumah tangga bertanggung jawab penuh dalam urusan rumah tangga. Bila anak sakit, suami sakit ia harus memberikan perhatian penuh dan ini akan mengganggu aktivitas usahanya.

3. Faktor emosional yang dimiliki wanita. Kadang dalam pengambilan keputusan mengutamakan emosional sehingga kehilangan rasionalitasnya.

4. Sifat pandai, cekatan, hemat dalam mengatur keuangan rumah tangga, akan berpengaruh terhadap keuangan perusahaan. Kadang wanita pengusaha agak sulit dalam mengeluarkan uang, dan harga-harga dipasang agak tinggi. Kebiasaan kaum ibu ialah bila mau membeli ia menawar rendah sekali, tetapi bila menjual ingin harga tinggi.

Terdapat beberapa faktor pembatas yang mempengaruhi peran gender perempuan (Hastuti, 2004:12):

1. Status Sosial

Status gender perempuan terutama yang berkaitan dengan proses pendidikan, kesehatan, dan posisi dalam proses pengambilan keputusan umumnya memberikan dampak terhadap produktivitas mereka. Perbedaan yang terjadi antara pencapaian pendidikan laki-laki dan perempuan, disertai kenyataan bahwa perempuan secara umum kurang memperoleh akses yang sama terhadap sumber daya pendidikan dan pelatihan telah menciptakan konsekuensi kritis terhadap perempuan dalam peran produktif dan reproduktif mereka.

2. Hambatan Memperoleh Pekerjaan

Pada umumnya pekerjaan perempuan dikaitkan dengan kegiatan rumah tangga. Selain itu, gender perempuan menghadapi hambatan mobilitas

reatif. Dalam hal ini perempuan seringkali enggan bekerja jauh secara fisik, karena mereka diharapkan selalu berada dekat dengan anak-anaknya. 3. Status Pekerjaan

Sering terjadi pembedaan posisi untuk gender yang berbeda. Perempuan sering memperoleh posisi yang lebih rendah dari rekannya laki-laki. Demikian juga sering terjadi imbalan yang berbeda untuk jenis pekerjaan yang sama.

4. Beban Ganda

Kaum perempuan memiliki peran ganda yang jauh lebih banyak dibandingkan laki-laki. Masalah mempersatukan keluarga dengan pekerjaan bagi perempuan jauh lebih rumit dibandingkan dengan laki-laki, karena perempuan secara tradisional selalu diasumsikan untuk selalu berada dekat dengan anak-anaknya sepanjang hari, sekaligus mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Akibatnya, perempuan mempunyai tuntutan peran ganda dari pekerjaan dan keluarga.

Muller (2006:29) menyebutkan masalah yang dialami perempuan adalah:

1. Memperoleh rasa percaya masyarakat, personil bank maupun konsumen bahwa perempuan pengusaha mampu menjalankan usaha dan menawarkan produk dan pelayanan yang baik

2. Menggabungkan tanggung jawab usaha dan keluarga karena keluarga seharusnya menjadi prioritas perempuan, yang menciptakan beban yang berat dan tekanan waktu bagi perempuan pengusaha.

3. Tingkat pendidikan adalah faktor yang menentukan bagi pendaftaran usaha maupun bagi akses pinjaman resmi. Sulit bagi pengusaha dengan tingkat pendidikan yang rendah untuk meresmikan usaha mereka ataupun untuk mengajukan kredit resmi.

Pendidikan merupakan sarana peningkatan mutu dan produktifitas sumber daya yang dapat menjadi sarana dan wadah pengembangan keahlian untuk digunakan dalam berwirausaha. Ketika perempuan kekurangan akses untuk memperoleh pendidikan dalam berwirausaha, maka mereka telah kekurangan kesempatan yang lebih baik untuk memaksimalkan potensi mereka di segala bidang, terutama dibidang ekonomi dan bisnis.(Widyadari, dkk, n.d:18)

Febriani (2012:16) menyebutkan wanita memiliki kelemahan-kelemahan yang dapat menjadi penyebab kegagalannya sebagai pelaku bisnis antara lain:

1. Memanfaatkan kesempatan untuk kepentingan pribadi, tidak berani mengambil resiko, kurang percaya diri, atau terlalu percaya diri, terlalu berambisi sehingga menangani usaha diluar kemampuannya.

2. Wawasan sempit sehingga kurang informasi, tidak bisa membagi waktu atas peran gandanya, sibuk dengan urusan keluarga sehingga curahan waktu untuk kegiatan usahanya minimal, kurang sabar atau emosi tinggi. 3. Menetapkan keputusan dengan tergesa-gesa, masih bergantung atau

didominasi suami, konsumtive, tidak terbuka, tidak bersungguh-sungguh, yang mana kelemahan-kelemahan tersebut hendaknya diminimalisir.

Singh (2012:51) menyebutkan masalah yang dihadapi wirausahawan wanita, yaitu:

1. Kelangkaan Bahan Baku 2. Persaingan yang Ketat 3. Pergerakan yang Terbatas 4. Hubungan Keluarga 5. Kurangnya Pendidikan

6. Masyarakat Laki-Laki yang Mendominasi

7. Tidak Berani Mengambil Resiko

Menurut Tambunan (2009:39) faktor rendahnya representatif women entrepreneur yaitu:

- Rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya kesempatan pelatihan yang membuat perempuan sangat dirugikan baik dalam ekonomi dan masyarakat

- Beratnya pekerjaan rumah tangga

- Hukum , tradisi , adat istiadat , kendala budaya atau agama pada sejauh mana wanita dapat membuka bisnis mereka sendiri

2.1.5 Produktivitas

Gaspersz (2001:24) menyatakan bahwa produktivitas merupakan suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa kualitas hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini.

Pandangan hidup dan sikap mental yang demikian ini akan mendorong manusia untuk tidak cepat merasa puas akan tetapi harus lebih mampu didalam mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan kerja, oleh karena itu didalam usaha mencapai apa yang dinginkan hendaknya terlebih dahulu harus ada upaya yang bersifat pengorbanan, sehinga didalam arti yang sederhana dan teknis, pengertian prokdutivitas adalah perbandingan antara hasil yang dikeluarkan dengan sumber-sumber dayanya yang ada pada kurun waktu tertentu (Sumarsono, 2003:40).

Mali dan Coeli, dkk. dalam Gasperz (2001:26) juga menyatakan bahwa produktivitas tidak sama dengan produksi, tetapi produksi, kinerja, kualitas, hasilhasil merupakan komponen dari usaha produktivitas. Dengan demikian produktivitas merupakan kombinasi antara efektivitas dan efisiensi.

Menurut Henry Simamora (2004: 612) faktor-faktor yang digunakan dalam pengukuran produktivitas kerja meliputi kuantitas kerja, kualitas kerja dan ketepatan waktu. Produktivitas sangat erat kaitannya dengan apa yang dilakukan pengusaha karena apa yang dilakukan pengusaha memiliki pengaruh terhadap efektifitas dan efisiensi usaha. Dalam pengukuran produktivitas output mencakup pengertian kualitas, dengan demikian produktivitas tidak dapat diukur secara

kuantiatif semata-mata, sehingga tidak mempunyai nilai mutlak, melainkan nisbi yang mengambarkan keragaman dari suatu kegiatan.

Menurut Gomes (2003:160) bahwa produktivitas sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:

1. Knowledge (pengetahuan) 2. Skills (ketrampilan) 3. Abilities (kemampuan) 4. Attitudes (sikap) 5. Behaviors (perilaku).

Knowledge (pengetahuan). Menurut Sulistiyani dan Rosidah (2009:249)

knowledge (pengetahuan) merupakan akumulasi hasil proses pendidikan baik yang diperoleh secara formal maupun non-formal yang memberikan kontribusi pada seseorang di dalam pemecahan masalah, daya cipta, termasuk dalam melakukan atau menyelesaikan pekerjaan. Dengan pengetahuan yang luas dan pendidikan tinggi, seorang pegawai diharapkan mampu melakukan pekerjaan dengan baik dan produktif.

Skills (ketrampilan) Menurut Sulistiyani dan Rosidah (2009:249) ketrampilan adalah kemampuan dan penguasaan teknis operasional mengenai bidang tertentu, yang bersifat kekaryaan. Ketrampilan diperoleh melalui proses belajar dan berlatih. Ketrampilan berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan atau menyelesaikan pekerjaan yang bersifat teknis. Dengan ketrampilan yang dimiliki seseorang diharapkan mampu menyelesaikan pekerjaan

secara produktif. Dengan kata lain, jika seseorang memiliki ketrampilan yang baik maka akan semakin produktif.

Abilities (kemampuan). Menurut Sulistiyani dan Rosidah (2009:249) Kemampuan terbentuk dari sejumlah kompetensi yang dimiliki oleh seseorang. Konsep ini jauh lebih luas, karena dapat mencakup sejumlah kompetensi. Pengetahuan dan ketrampilan termasuk faktor pembentuk kemampuan. Dengan demikian apabila seseorang mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang tinggi, diharapkan memiliki kemampuan yang tinggi pula, maka seseorang dapat melaksanakan aktivitas dengan tanpa ada permasalahan teknis.

Attitudes (sikap). Sikap adalah pernyataan evaluative baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan-terhadap obyek, individu, atau peristiwa (Robbins, 2008:92). Sikap (attitude) merupakan kebiasaan yang terpolakan. Jika kebiasaan yang terpolakan tersebut memiliki implikasi positif dalam hubungannya dengan perilaku kerja seseorang maka akan menguntungkan.

Behaviors (perilaku). Perilaku adalah operasionalisasi dan aktualisasi sikap seseorang atau suatu kelompok dalam atau terhadap suatu (situasi dan kondisi) lingkungan (masyarakat, alam, teknologi, atau organisasi) (Ndraha, 1997:33). Perilaku manusia juga akan ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan yang telah tertanam dalam diri pegawai sehingga dapat mendukung kerja yang efektif atau sebaliknya. Dengan kondisi pegawai tersebut, maka produktivitas dapat dipastikan dapat terwujud.

Menurut Balai Pengembangan Produktivitas Daerah yang dikutip oleh Sedarmayanti (2001:71), terdapat enam faktor utama yang menentukan produktivitas tenaga kerja, adalah:

1. Sikap kerja

2. Tingkat keterampilan, yang ditentukan oleh pendidikan, latihan dalam manajemen dan supervise serta keterampilan dalam teknik industri.

3. Hubungan antara tenaga kerja dan pimpinan organisasi yang tercemin dalam usaha bersama antara pimpinan organisasi dan tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitas melalui lingkaran pengawasan mutu (quality control service) dan panitia mengenai kerja unggul.

4. Manajemen produktivitas, yaitu manajemen yang efiseien mengenai sumber dan sistem kerja untuk mencapai peningkatan produktivitas.

5. Efisiensi tenaga kerja, seperti perencanaan tenaga kerja dan tambahan tugas.

6. Kewiraswastaan, yang tercermin dalam pengambilan resiko, kreativitas dalam berusaha, dan berada pada jalur yang benar dalam berusaha

Dokumen terkait