BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5
2.2 Minyak Sawit
2.3.4 Faktor – faktor peningkat efisiensi pelepasan
Faktor-faktor yang diperhatikan untuk meningkatkan efisiensi pelepasan buah
1. Pembuangan udara
Udara merupakan penghantar panas yang lambat dan berpengaruh
negatif terhadap proses perebusan. Udara yang terdapat dalam rebusan akan
menurunkan tekanan. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa udara yang
terdapat dalam bejana rebusan hendaknya dikeluarkan terlebih dahulu, cara ini
disebut “daerasi”.
Upaya memperkecil jumlah udara dalam bejana rebusan ialah dengan:
a. Mengatur isian lori agar buah di susun penuh sesuai dengan kapasitas
disain. Keadaan ini sering tidak disertai oleh sioperator, yang perlu
diketahui bahwa pengisian lori yang penuh selain mengurangi jumlah
udara dalam bejana juga mempertahankan kapasitas olah.
b. Melakukan deaerasi, yaitu pembuangan udara dari bejana
Dengan cara pengusiran oleh uap. Deaerasi dilakukan dengan
memasukkan uap dari bagian atas bejana rebusan dan mengeluarkannya
dari bagian dasar bejana. Uap dimasukkan dari atas bejana karena berat
jenis udara lebih tinggi dibandingkan dengan uap air, yakni berat jenis
uap pada suhu 100oC adalah 0,598 kg/m3, sedangkan uadara bercampur
uap air pada suhu 50oC berat jenisnya adalah 1,043 kg/m3. Prinsip
perbedaan berat jenis tersebut merupakan alasan pemilihan tempat titik
masuk uap.
Pembuangan udara yang terlalu cepat dapat menyebabkan
yang menyebabkan kebutuhan waktu deaerasi yang lebih lama. Di
dalam pelaksanan deaerasi perlu diperhatikan beberapa hal:
Lama deaerasi, semakin lama proses deaerasi maka semakin
sempurna proses pembuangan udara akan tetapi sebaliknya terjadi
penurunan kapasitas olahan sterilizer.
Proses deaerasi dapat dilakukan bertahap dan terpadu denagan pembuangan air kondensat terus-menerus melalui pipa kecil (diameter
0,5 inchi) di dasar rebusan.
2. Pembuangan air kondensat
Uap air yang terkondensasi berada di dasar bejana rebusan yang
merupakan penghambat dalam proses perebusan. Air yang terdapat dalam
rebusan akan mengadsorbsi panas yang diberikan sehingga jumlah air semakin
bertambah. Pertambahan ini yang tidak diimbangi dengan pengeluaran air
kondensat dan akan memperlambat usaha pencapaian tekanan puncak.
Diperkirakan jumlah air kondensat 13 persen dari TBS yang diolah,
sehingga oleh beberapa pabrik dilakukan blow down terus menerus melalui
pipa diameter inchi. Cara ini menunjukkan buah rebus yang kering dan lebih
mudah diolah dalam screw press.
Perebusan membutuhkan waktu penetrasi uap hingga kebagian tandan
yang paling dalam. Hubungan waktu perebusan dengan efisiensi ekstraksi
minyak adalah sebagai berikut:
i. Semakin lama perebusan buah maka jumlah buah yang terpilih
semakin tinggi, atau persentase tandan yang tidak terpipil semakin
rendah.
ii. Semakin lama perebusan buah maka biji semakin masak dan
menghasilkan biji yang lebih mudah pecah dan sifat lekang.
iii. Semakin lama perebusan buah maka kehilangan minyak dalam air
kondensat semakin tinggi.
iv. Semakin lama perebusan buah maka kandungan minyak dalam tandan
kosong semakin tinggi yaitu terjadinya penyerapan minyak oleh tandan
kosong akibat terdapatnya rongga-rongga kosong.
v. Semakin lama perebusan buah maka mutu minyak sawit akan semakin
menurun, yang dapat diketahui dengan penurunan nilai Deterioration of
Bleachability Index (DOBI).
Lama Perebusan yang menjadi penentu dan yang berpengaruh terhadap
efisiensi ekstraksi dan mutu minyak adalah masa penahanan pada puncak
terpanjang (untuk triple peak adalah puncak ke 3).
Pembuangan uap dilakukan dengan sistem perebusan yang dilakukan.
Uap dibuang melalui cerobong atas yang pipanya berukuran besar diameter 8
inchi. Umumnya ukuran pipa pembuangan lebih besar dari pipa uap masuk
sehingga pembuangan uap dapat terlaksana dengan cepat sehingga buah lebih
mudah lepas dari tangkainya. Pembuangan uap pada peak-peak sebelum akhir
perebusan pada SPDP dan SPTP dilakukan bersamaan dengan pembuangan air
kondensat, dengan maksud agar penurunan tekanan dapat berlangsung uap
(blow up) air kondensat dibuang terlebih dahulu sehingga buah yang direbus
kering. Untuk mempermudah pengaturan uap dapat dilakukan dengan
automatic control valve yang belakangan ini telah banyak digunakan oleh PKS
yang baru didirikan.
5. Penyaluran uap masuk dan keluar selama perebusan
a. Manual, yang kesemuanya kejadian pemasukan uap, pengeluaran uap dan
kondensat menggunakan tenaga manusia. Seperti diutarakan diatas bahwa
pengaturan uap didasarkan pada kondisi sumber uap dan pemakaian uap.
Karena pelaksanaannya membutuhkan kekuatan fisik di operator maka
diperlukan 2-3 orang tiap sift untuk kapasitas 30 ton TBS/jam. Dalam
pelaksanaan pola perebusan tiga puncak maka keadaan pembukaan dan
penutupan kran uap sangat sibuk sehingga sering terlupakan
b. Automatisasi, yang menggunakan bantuan alat yang diprogram. Pada
perebusan manual yang digunakan adalah kran” globe valve” yang
merupakan pemutaran beberapa kali dan membutuhkan waktu yang lama
untuk buka/tutup 100% dan 0%. Karena kelemahan tersebut maka
dikembangkanlah automatisasi yang didasarkan pada waktu dan tekanan
rebusan. Untuk mempertinggi efisiensi pengoperasian pembukaan dan
penutupan uap maka kran yang digunakan ialah “ butterfly valve” yang
pembukaan dan penutupannya dibantu oleh alat “compressor” dan
dikontrol dengan program.
i. Automatisasi dasar waktu, yaitu pembukaan dan penutupan kran
uap masuk, keluar dan air kondensat didasarkan pada waktu yang
telah ditetapkan. Waktu yang menjadi dasar adalah tahapan waktu
selama perebusan. Tahapan yang diprogramkan didasarkan pada
tekanan rebusan yang normal, dan apabila terjadi perubahan
tekanan uap dari “back pressure vessel” tidak menunda atau
memperpanjang masa rebus. Dengan kata lain buah yang direbus
masak atau tidak masak kran buangan uap atas dan air kondensat
secara otomatis akan terbuka.
ii. Aoutomatisasi dasar tekanan, yaitu masa rebusan dihitung bila
tekanan tercapai, hal ini berbeda dengan dasar waktu. Apabila
penjumlahan waktu yang didasarkan pada tekanan uap dalam
computer(PLC)mengatur compressor untuk membuka dan
menutup kran. Pada program ini dapat dikembangkan untuk
mengatur pemasukkan uap dalam % pada sterilizer berarti bukan
hanya 0% dan 100%, akan tetapi dapat diatasi 85% dan
sebagainya.
6. Pengangkutan buah rebus
Buah rebus yang keluar dari rebusan segera akan dipipil. Lori tersebut
ditarik dengan tali atau didorong dengan “forklift” atau “lako”. Buah tersebut
diangkut kealat bantingan dengan dua cara yaitu:
a. Tipler, yaitu buah yang berada dalam lori dituang ke dalam bak
yang berbentuk cone dengan cara berputar pada sumbu. Cara ini
dahulu dikembangkan pada pabrik yang memiliki sterilisasi tegak.
Alat ini mempunyai kelemahan yaitu kerusakan pada “ Bunch
elevator” akibat beban yang berat dan panas, yang menjadi
penyebab stagnasi. Kemudian ini dikembangkan pada pabrik yang
membuat letak tippler lebih tinggi atau sama dengan alat bantingan
sehingga tidak menggunakan bunch elevator.
b. Hoisting crane
Buah rebusan yang telah dikeluarkan dari sterilizer diangkut keatas
dengan menggunakan “hoisting crane”, yang kemudian dituang
mulut hopper yang dilengkapi dengan pipa penyanggah sehingga
saat buah jatuh sudah dimulai dengan proses pemipilan. Interval
pengangkutan buah ke “Tresher” dilakukan secara kontiniu, yang
didasarkan pada kapasitas olah dan kapasitas alat. ( P. M. Naibaho,
1996 ).
2.3.5 Operasionasi dan perawatan rebusan
Rebusan merupakan sebuah bejana tekanan yang bekerja dengan tingkat resiko
yang tinggi. Oleh karena itu, rebusan dan unit pendukungnya harus diperiksa sebelum
dioperasikan. Hal-hal yang perlu diperiksa antara lain packing pintu, alat penunjuk
tekanan (manometer), pelat penyaring kondensat, katup pengaman, cantilever, dan
pompa kondensat.
i. Packing pintu
Kerusakan packing pintu biasanya terjadi pada baggian bawah pintu rebusan
karena adanya genangan air kondensat. Kebocoran packing harus benar-benar
diperiksa. Jika ada yang bocor, harus segera dilakukan penggantian.
ii. Alat penunjuk tekanan (manometer)
Manometer terdapat di bagian atas pintu depan dan belakang rebusan.
atau tidak. Operator harus memperhatikan apakah masih ada tekanan atau
tidak pada saat hendak membuka pintu rebusan. Pastikan bahwa tekanan uap
di dalam rebusan banar-banar sudah nol sebab uap akan menyembur jika
masih ada tekanannya.
iii. Pelat penyaring kondensat
Penyaring kondensat terdapat pada lantai dalam rebusan. Saringan ini harus
sering diperiksa, jangan sampai tersumbat, air kondensat ini akan tergenang di
lantai rebusan dan mempercepat rusaknya packing pintu rebusan.
iv. Katup pengaman
Periksalah mekanisme katup pengaman, apakah masih berfungsi dengan baik
atau tidak. Katup pengaman berfungsi sebagai pencegah terjadinya tekanan
berlebihan di dalam rebusan.
v. Cantilever
Cantilever berfungsi sebagai rel untuk jalan keluar-masuk lori ke dalam
rebusan. Cantilever harus dalam keadaan baik dan tidak baling (twisted) agar
lori yang keluar-masuk rebusan tidak terguling atau jatuh.
Lantai sekitar rebusan tidak boleh digenangi oleh air kondensat karena
temperatur air kondensat tinggi dan masih mengandung minyak yang
menyebabkan lantai menjadi licin.
Bagian dalam setiap bagian rebusan harus dibersihkan minimal dua minggu
serta dilakukan pemeriksaan, perawatan, dan perbaikan yang dilakukan. Semua
peralatan rebusan memerlukan perhatian.
Katup pengaman harus diperiksa setiap bulan. Penyetelan-penyetelan terhadap
pegas dari katup pengaman tidak boleh dilakukan sembarang orang, tetapi oleh
mekanik yang telah berpengalaman dibawah pengawasan seorang staf. Setelah
melakukan perbaikan, katup pengaman harus dipasang segel. Untuk membuka segel