• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Kambuh Kembali

2.4.2. Faktor-Faktor Penyebab

Adapun yang menjadi faktor penyebab kambuh kembali pada penyalahguna NAPZA adalah sebagai berikut (Nasution, 2004) :

a. Mantan penyalahguna NAPZA yang sudah pulih seringkali mengalami euforia. Mereka cenderung mabuk dengan keberhasilannya, lalu menjadi sombong dan serakah. Ia melupakan unsur-unsur penopang keberhasilannya. Mabuk keberhasilan, ditambah dengan keserakahan itulah yang membuatnya lengah dan kembali memakai NAPZA.

b. Stress. Mungkin mantan penyalahguna NAPZA banyak beban atau juga sering menyalahkan dirinya sendiri. Semua itu membuatnya stress. Seperti yang pernah dulu ia alami dan lakukan, setiap kali mengalami masalah, ia lari ke NAPZA. Ia ingin lari dari kenyataan.

c. Kepribadian yang tidak tahan perubahan. Mantan penyalahguna NAPZA yang tidak tahan perubahan potensial kambuh. Mereka ini termasuk yang tidak disiplin. Hal-hal yang sebelumnya sudah berusaha keras ia lakukan atau hindarkan, kembali lagi ia langgar.

d. Mereka yang demam obat. Yaitu mereka yang doyan makan obat. Setiap kali sakit, ia akan memakan obat. Suatu saat nanti ia pasti akan menjadikan NAPZA sebagai obatnya.

e. Kepribadian tanpa perlindungan. Maksudnya mereka yang sudah sembuh tidak mendapat pengawasan dari keluarganya ataupun dari teman sebaya. Mereka bisa dengan bebas kembali ke ‘habitatnya’.

f. Tidak adanya dukungan atau bimbingan dari keluarga. Hingga saat ini ada kesalahan yang tak disadari yaitu mereka yang berobat lebih banyak berorientasi pada pengobatan fisik, sementara kurang dukungan penyembuhan yang berasal dari keluarga.

2.4.3. Proses Kambuh Kembali

Menurut Groski dan Miller (1986), proses kambuh kembali terjadi dalam sebelas tahap yaitu sebagai berikut :

Tahap ke-1 : Perubahan Dalam Diri

Terlihat baik di luar, tetapi mulai menggunakan pemikiran yang tidak sehat dan adiktif untuk mengelola perasaan negatif mengenai citra diri. Beberapa gejala sebagai berikut:

a. Stres meningkat - dapat disebabkan oleh keadaan besar atau hal-hal kecil. b. Berubah dalam berpikir - program pemulihan tidak penting lagi.

c. Perubahan perasaan - perubahan suasana hati dan perasaan positif atau negatif yang berlebihan.

d. Perubahan perilaku - tidak ikut serta pada program seperti sebelumnya, mengetahui sesuatu yang salah.

Tahap ke-2 : Menyangkal

Mulai mengabaikan apa yang dipikirkan dan dirasakan, dan berhenti berkata jujur kepada orang lain mengenai apa yang dipikirkan dan rasakan. Beberapa gejala sebagai berikut:

a. Mengkhawatirkan tentang diri sendiri - merasa takut menggunakan NAPZA, dan memberhentikan ketakutan karena pikiran yang terlalu tidak nyaman.

b. Menyangkal diri dalam keadaan khawatir - meyakinkan diri bahwa semuanya baik, padahal sebenarnya tidak.

Tahap ke-3 : Menghindar dan Mempertahankan Diri

Menghindari orang atau situasi yang akan memaksa evaluasi akan kejujuran dari pemikiran, perasaan dan perubahan perilaku: dan jika dihadapkan, menjadi defensif dan tidak mendengarkan. Beberapa gejala sebagai berikut:

a. Yakin bahwa alkohol atau obat-obatan tidak akan digunakan lagi - meyakinkan diri sendiri bahwa energi tidak banyak yang dibutuhkan untuk menjaga ketenangan hati, dan menjaga ini meskipun rahasia.

b. Khawatir tentang orang lain - lebih berfokus pada ketenangan orang lain dari pada diri sendiri, menilai program lainnya, dan membuat segala sesuatunya menjadi rahasia.

c. Defensif - menghindari diskusi tentang masalah pribadi karena takut dikritik. d. Perilaku kompulsif - kembali ke cara lama, kaku dan merugikan diri sendiri dalam

e. Perilaku impulsif - menggunakan penilaian buruk dan menyebabkan masalah karena perilaku impulsif tanpa memikirkan dengan tuntas.

f. Menghindari orang - merasa tidak nyaman di sekitar orang lain dan mengubah perilaku untuk menyendiri, mencari-cari alasan untuk tidak bersosialisasi, dan merasa kesepian.

Tahap ke-4 : Terbangunnya Krisis

Bekerja keras untuk memecahkan masalah tetapi menyebabkan timbulnya permasalahan yang baru. Beberapa gejala sebagai berikut:

a. Perubahan visi - berfokus pada satu bagian kecil dari kehidupan dengan mengesampingkan segala sesuatunya.

b. Depresi - merasa sedih, tidur terlalu banyak dan kurang energi.

c. Hilangnya perencanaan konstruktif - bukan melihat ke depan atau berpikir tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya.

d. Kegagalan rencana - rencana mulai gagal dan setiap kegagalan menyebabkan reaksi yang berlebihan menciptakan masalah baru dan perasaan bersalah dan penyesalan.

Tahap ke-5 : Immobilisasi

Merasa terjebak dalam masalah yang berkelanjutan, tidak terkendali dan merasa tidak termotivasi untuk mengambil tindakan. Beberapa gejala sebagai berikut: a. Berangan-angan - memiliki fantasi untuk melarikan diri jika seseorang akan

b. Kekalahan - perasaan seperti kegagalan, seseorang yang tidak bisa mendapatkan sesuatu dengan benar.

c. Kebahagiaan - keinginan untuk bahagia tapi tidak tahu bagaimana mewujudkannya.

Tahap ke-6 : Kebingungan dan Reaksi Berlebihan

Bermasalah dalam hal berpikir jernih dan mengelola pikiran, perasaan dan tindakan. Beberapa gejala sebagai berikut :

a. Kesulitan berpikir jernih - masalah biasanya sederhana namun membingungkan karena mental yang jatuh dan pemikiran yang tidak terkendali.

b. Kesulitan mengelola perasaan dan emosi - bereaksi berlebihan atau menjadi mati rasa, pikiran gila.

c. Kesulitan mengingat – kesulitan mengingat sesuatu dari masa lalu dan belajar hal baru yang menjadi suatu tantangan.

d. Kebingungan - tidak tahu apa yang benar atau salah, sehat atau tidak sehat, dan tidak tahu bagaimana memecahkan masalah.

e. Ketidakmampuan mengelola stress - perasaan mati rasa dan tidak mengakui itu, merasa kewalahan tanpa alasan, tidak bisa terlepas dari situasi atau lingkungan. Tahap ke-7 : Depresi

Merasakan bahwa hidup ini tidak layak atau berpikir untuk mengobati diri sendiri dengan obat - obatan atau alkohol untuk menghindari depresi. Beberapa gejala sebagai berikut :

mengganti makanan sehat dengan siap saji.

b. Tidak termotivasi - tidak bisa memulai dan menyelesaikan apapun dan merasa terjebak.

c. Susah tidur - tidak bisa tidur, mimpi buruk dan tidak nyenyak tidur. d. Hilangnya kegiatan harian - rutinitas sehari-hari menjadi berantakan.

e. Depresi mendalam - depresi diperhatikan oleh orang lain dan tidak dapat dengan mudah disangkal, merasa tidak ada yang peduli atau memahami.

Tahap ke-8 : Tingkah Laku Hilang Kontrol

Ketidakmampuan untuk mengendalikan pemikiran, perasaan, dan tingkah laku. Beberapa gejala sebagai berikut :

a. Tidak teratur menghadiri pertemuan - mencari alasan untuk tidak pergi pertemuan dan bertemu dengan sponsor, membuat hal-hal lain menjadi lebih penting.

b. Sikap tidak peduli - tidak peduli tentang masalah untuk menyembunyikan perasaan putus asa.

c. Ketidakpuasan dengan kehidupan - perasaan ingin kembali ke alkohol dan obat-obatan karena segala sesuatu tidak akan menjadi lebih buruk.

d. Ketidakberdayaan - perasaan seolah-olah tidak ada yang bisa dilakukan dan tidak ada jalan keluar.

Tahap ke-9 : Pengakuan Atas Hilangnya Kontrol

Penolakan atas gangguan dan realisasi atas kehidupan yang tidak terkendali, masalah semakin parah, dan ada sedikit kontrol atas keadaan, ketakutan dan kecemasan akibat hasil isolasi dan merasa bahwa tidak seorangpun yang membantu.

Beberapa gejala sebagai berikut :

a. Kesulitan dengan koordinasi fisik - pusing, kehilangan keseimbangan, koordinasi tangan-mata dan refleks lambat menyebabkan kecanggungan dan kecelakaan. b. Mengasihani diri sendiri - percaya bahwa tidak ada harapan dan merasa bersalah

pada diri sendiri.

c. Pengalaman penggunaan sosial - berharap kembali ke alkohol dan penggunaan narkoba dapat dikontrol dan mungkin satu-satunya alternatif untuk merasa lebih baik.

d. Sadar berbohong - hal-hal yang dikatakan adalah kebohongan, dan tidak bisa berhenti berbohong.

e. Hilangnya kepercayaan diri – percaya pada diri sendiri hal yang tidak berguna, tidak kompeten dan tidak akan pernah mampu mengelola kehidupan.

Tahap ke-10 : Isolasi Diri

Percaya hanya ada tiga jalan keluar: gila, bunuh diri, atau pengobatan sendiri dengan zat alkohol dan atau kimia. Beberapa gejala sebagai berikut :

a. Kebencian yang tidak masuk akal - kemarahan akibat ketidakmampuan untuk berperilaku dengan cara yang tidak sehat.

b. Penghentian pengobatan - berhenti menghadiri semua pertemuan dengan konselor dan kelompok, dan menghentikan semua pengobatan farmakoterapi.

c. Kesepian, frustasi, kemarahan dan ketegangan - merasa tak berdaya, putus asa dan hampir gila.

d. Kehilangan kontrol perilaku - ketidakmampuan untuk mengendalikan pemikiran, emosi, dan penilaian.

Tahap ke-11 : Penggunaan Alkohol dan Obat-obatan

Kembali ke penggunaan alkohol atau obat-obatan dan cepat kehilangan kontrol. Beberapa gejala sebagai berikut :

a. Mencoba mengendalikan penggunaannya - berencana untuk menggunakan karena sosial atau jangka pendek.

b. Kecewa, malu dan rasa bersalah - penggunaan alkohol dan obat tidak menghasilkan hasil yang diinginkan dan kekecewaan diikuti dengan rasa malu dan rasa bersalah karena kambuh.

c. Hilangnya kontrol - alkohol dan kimia, penggunaan narkoba di luar kendali.

d. Hidup dan masalah kesehatan - kualitas hidup merosot sebagai masalah berat dengan hubungan, pekerjaan, keuangan, kesehatan mental dan fisik sehingga memerlukan perawatan profesional.

2.4.4. Pencegahan Kekambuhan Kembali

Pencegahan kekambuhan kembali adalah suatu metode yang sistematik bagi penyalahguna yang sedang pulih, untuk mengenal dan mengelola munculnya kembali perilaku adiktif. Tujuan program pencegahan kekambuhan kembali, meliputi :

a. Mengembangkan keterampilan untuk mengatasi situasi risiko tinggi, b. Mengidentifikasi tanda-tanda peringatan munculnya kekambuhan,

d. Meningkatkan kegiatan-kegiatan yang produktif.

Pencegahan kekambuhan harus menjadi bagian dari upaya pemulihan. Penyalahguna NAPZA yang telah pulih harus diajarkan keterampilan untuk mengatasi masalah. Adapun kegiatan pencegahan kekambuhan antara lain :

1. Pemulihan fisik

a) Perawatan aspek medik dan kesehatan b) Kebiasaan makan yang sehat

c) Latihan relaksasi d) Tidur teratur e) Kegiatan rekreasi

2. Pemulihan psikologis dan perilaku a) Membangun citra diri

b) Mengembangkan nilai-nilai, seperti kejujuran c) Mengikuti kegiatan yang teratur dan terencana d) Bekerja tepat waktu

e) Mengambil tanggung jawab dan mengelolanya 3. Pemulihan sosial

a) Menyediakan waktu dengan keluarga dan teman-teman b) Pergi bersama anggota keluarga

c) Makan bersama anggota keluarga d) Mengambil peran tertentu

4. Pemulihan rohani

Meningkatkan nilai-nilai moral dan spiritual.

Penyalahguna NAPZA yang telah selesai mengikuti terapi atau rehabilitasi harus tetap mengikuti program pemulihan dan mengerjakan latihan atau tugas yang diberikan setiap hari selama sisa hidupnya. Jika tidak, dapat terjadi kekambuhan.

Ada perjanjian antara penyalahguna NAPZA dan tempat terapi atau rehabilitasi setelah selesai terapi, agar ia mengikuti program rawat lanjut. Ia harus secara teratur menghadiri pertemuan kelompok pendukung, beroleh dukungan dan berpartisipasi aktif. Ia harus dilatih cara mengatasi rasa rindu dan mencegah kekambuhan. Orang tua pun harus memahami masalah itu dan turut membantu anak mengidentifikasi gejala kekambuhan.

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan penyalahguna NAPZA yang sedang pulih agar tidak kambuh :

a. Mengelola perasaannya secara sehat

Cara : membiarkan perasaan itu muncul, menarik napas panjang beberapa kali, mencurahkan perasaan, mengecek perasaannya dengan kenyataan, tidak mempersalahkan orang lain atau keadaan, menuliskan perasaannya, tidak mengasihani diri sendiri, mengubah cara pandang, melakukan sesuatu yang positif dan menyenangkan.

b. Menghadapi persoalan secara konstruktif

Cara : tidak lari dari masalah, meletakkan masalah secara proporsional, membicarakannya, mendahulukan pemulihannya, menerima tanggung jawab dan tidak menyalahkan orang lain, membagi persoalan ke dalam beberapa langkah kecil, menunggu, dan meminta dukungan.

c. Menghindari situasi berisiko tinggi

Ia harus menghindari situasi berisiko tinggi, yaitu orang, tempat, benda, dan suasana yang berkaitan dengan pemakaian NAPZA di masa lalu.

d. Mengatasi situasi risiko tinggi

Jika tidak dapat menghindarkan diri dari situasi berisiko tinggi, penyalahguna terpaksa menghadapinya dengan pendampingan, menghubugi kelompok pendukung sebelum pergi ke tempat itu, dan meninggalkan segera tempat itu. e. Mengenal tanda-tanda peringatan munculnya kekambuhan

Keluarga perlu terlatih mengenal tanda-tanda peringatan munculnya kekambuhan. Mereka harus menolong penyalahguna dengan memperingatkannya ketika tanda-tanda itu muncul.

2.5.Landasan Teori

Green (1980) dalam teorinya menganalisis masalah kesehatan dengan membagi menjadi dua faktor yaitu masalah yang berkaitan dengan faktor perilaku dan faktor non perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu : faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan,

sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai. Kedua, faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik seperti ketersediaan sarana/fasilitas, informasi. Ketiga, faktor penguat (reinforcing factors), yag terwujud dalam sikap dan perilaku kelompok referens, seperti petugas kesehatan, kepala kelompok atau peer group. Bagan Precede Green secara singkat dapat dilihat pada bagan berikut :

3.

Gambar 2.1. Bagan Precede Green

Banyak faktor yang memengaruhi perilaku penyalahgunaan NAPZA. secara garis besar dengan menggabungkan teori Green di atas dan beberapa peneliti sebelumnya tentang NAPZA (Prasetyaningsih, 2003; Tasman, 2005; dan Siregar, 2004) maka penyalahgunaan NAPZA disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal meliputi pendidikan, jenis NAPZA yang dipakai, pengetahuan, sikap,

Pendidikan Kesehatan Predisposing Factors - kebiasaan - kepercayaan - tradisi - pengetahuan - sikap Enabling Factors - ketersediaan fasilitas - ketercapaian fasilitas Reinforcing Factors

- sikap dan perilaku petugas - peraturan pemerintah Non Perilaku Perilaku Masalah Kesehatan

motivasi, dan agama dan faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga, teman sebaya, masyarakat, dan lingkungan sekolah.

Penelitian ini hanya akan melihat faktor internal yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, motivasi, lama pemakaian NAPZA dan jenis NAPZA yang digunakan dan faktor eksternal meliputi teman sebaya.

Dokumen terkait