• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2. Pembahasan

5.2.1 Faktor –faktor Penyebab Stres pada Mahasiswa Profes

Keperawatan USU Angkatan 2006 dalam Menghadapi Pendidikan

Profesi Ners

5.2.1.1 Faktor Lingkungan Kerja

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa penyebab stres dari faktor lingkungan kerja yang paling banyak adalah pernyataan 8 yakni dengan pekerjaan yang banyak saya merasa mengalami gangguan fisik selama masa profesi,ada 37,3% menyatakan sering merasa mengalami gangguan fisik selama masa profesi seperti kelelahan. Menurut Ernawati (2007) dalam penelitiannya yang berjudul sumber stres dan mekanisme koping mahasiswa DIII keperawatan di propinsi Bengkulu menghadapi praktek klinik keperawatan menyimpulkan dari hasil penelitiannya bahwa banyak mahasiswa mengalami kesulitan dan mengalami kondisi yang memicu stres saat berhadapan dengan masalah-masalah nyata selama menjalani pembelajaran profesi. Pembelajaran pada program profesi dapat memicu stres karena menjadi kegiatan yang sulit bagi mahasiswa. Umumnya

kesulitan-kesulitan yang ada berkaitan pada masalah interpersonal, perasaan frustasi dan perasaan lelah yang muncul pada saat kebutuhan mahasiswa tidak teridentifikasi dengan baik, serta situasi nyata di lapangan yang tidak sekedar menggambarkan situasi di teori.

Dari penelitian ini juga diperoleh tingginya angka responden menjawab pernyataan nomor 2, 4 dan nomor 10. Untuk nomor 2 diperoleh 51,0% responden menyatakan bahwa kadang-kadang mereka merasa tidak nyaman dengan beberapa petugas kesehatan yang ada di rumah sakit. Kesulitan menjalin hubungan yang baik dengan petugas kesehatan di rumah sakit dapat menyebabkan ketidaknyamanan seperti adanya konflik yang akan timbul, mengetahui orang lain tidak menghargai sumbangsih yang dilakukan dan gagal membentuk tim kerja yang baik sesuai dengan penelitian (Nurgiwiati, E& Desmaniarti, 1999) yang berjudul pengembangan daftar pengungkap sumber stres dan proses koping bagi mahasiswa keperawatan Depkes Bina Diknakes. Untuk pernyataan nomor 4 diperoleh 64,7% responden menyatakan bahwa kadang-kadang mereka merasa waktu yang diberikan tidak cukup untuk menyelesaikan tugas secara maksimal. Untuk pernyataan nomor 10 diperoleh bahwa sebanyak 43,1% responden menyatakan bahwa sering mereka merasa tertekan karena kurangnya dukungan dan perhatian dosen pembimbing.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Mc. Grath, dkk (1989) di Inggris, menemukan kesepakatan tentang sumber stres dalam bidang keperawatan yaitu waktu tidak mencukupi untuk melaksanakan tugas secara memuaskan dan waktunya telah ditentukan. Faktor stres lain yang dialami mahasiswa regular

adalah pemahaman mahasiswa yang terbatas terhadap tugas profesi, lingkungan baru, pengalaman pertama berinteraksi dengan pasien dan perannya sebagai perawat yang memberikan pelayanan langsung kepada pasien, serta keharusan bertanggung jawab pada perawat ruangan. Mahasiswa regular yang belum memiliki gambaran tentang realitas di lahan praktek menyebabkan mahasiswa merasa tertekan ketika berhadapan dengan pasien, prosedur perawatan, teman sejawat yang sebagian besar belum memahami tujuan pembelajaran dan keterbatasan mahasiswa di lahan praktek membuat mahasiswa regular stres dan frustasi (Syahreni & Waluyanti, 2007).

Menurut Dwiyanti (2001) tidak adanya dukungan sosial diartikan bahwa stres akan cenderung muncul pada para individu yang tidak mendapat dukungan dari lingkungan sosial mereka. Dukungan sosial bisa berupa dukungan dari lingkungan pekerjaan maupun lingkungan keluarga. Banyak kasus menunjukkan bahwa, individu yang mengalami stres kerja adalah mereka yang tidak mendapat dukungan (khususnya moril) dari keluarga, seperti orang tua, mertua, anak, teman dan semacamnya. Begitu juga ketika seseorang tidak memperoleh dukungan dari rekan sejawatnya akan cenderung lebih mudah terkena stres. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya dukungan sosial yang menyebabkan ketidaknyamanan menjalankan pekerjaan dan tugasnya.

Davis dan Newstrom dalam (Nurgiwiati, E& Desmaniarti, 1999) yang berjudul pengembangan daftar pengungkap sumber stres dan proses koping bagi mahasiswa keperawatan Depkes Bina Diknakes stres kerja disebabkan tugas yang terlalu banyak, terbatasnya waktu, kurang mendapatkan tanggungjawab, ambiguitas peran, perbedaan nilai, frustasi, perubahan tipe pekerjaan, dan

perubahan atau konflik peran. Adanya tugas yang terlalu banyak memang tidak selalu menjadi penyebab stres, namun akan menjadi sumber stres bila banyaknya tugas tidak sebanding dengan kemampuan baik fisik maupun keahlian dan waktu yang tersedia bagi individu. Sementara terbatasnya waktu dalam mengerjakan pekerjaan mampu memicu terjadinya stres karena bila seseorang yang biasanya mempunyai kemampuan menyelesaikan tugas yang dibebankan kepadanya. Kemampuan berkaitan dengan keahlian, pengalaman, dan waktu yang dimiliki. Dalam kondisi tertentu, pihak atasan seringkali memberikan tugas dengan waktu yang terbatas. Akibatnya, individu dikejar waktu untuk menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditetapkan atasan (Davis&Newstron,2001).

5.2.1.2 Faktor Kondisi Personal

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa penyebab stres dari faktor kondisi personal yang paling banyak adalah pernyataan 16 yakni mereka merasa mengeluarkan biaya yang cukup banyak selama masa profesi, ada 52,9% menyatakan selalu merasa mengeluarkan biaya yang cukup banyak selama masa profesi .

Dari penelitian ini juga diperoleh tingginya angka responden menjawab pernyataan nomor 15, 17 dan nomor 19. Untuk nomor 15 diperoleh bahwa sebanyak 56,9% responden menyatakan bahwa sering mereka merasa bosan dan jenuh dengan rutinitas yang monoton. Untuk pernyataan nomor 17 diperoleh bahwa sebanyak 68,6% responden menyatakan bahwa kadang-kadang mereka merasa tertekan karena terbatasnya ilmu pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki. Untuk pernyataan nomor 19 diperoleh bahwa sebanyak 51,0% responden menyatakan bahwa kadang-kadang mereka merasa tertekan karena

harapan tugas seorang perawat tidak sesuai dengan kenyataan yang ada dilapangan. Menurut NSSS (Nursing Student’s Stress Scale) terdapat 6 sumber stress pada mahasiswa keperawatan yaitu adequate knowledge, close supervision, averse sights, causing pain, insufficient resources, dan reality conflict (Wang, 2009). Perawat dituntut sebagai tenaga serba bisa, memiliki inisiatif, berperilaku kreatif serta memiliki wawasan yang luas dengan motivasi bekerja keras, berakal cerdas, berjiwa ikhlas, kerja tuntas dan berkualitas sesuai dengan profesi seorang perawat (Arwani&Heru, 2004). Oleh karena itu dengan adanya tuntutan tersebut maka mahasiswa merasa tertekan karena masih terbatasnya ilmu pengetahuan dan keterampilan yang mahasiswa miliki karena belum memiliki banyak pengalaman selama belajar di klinik atau komunitas.

Dokumen terkait