• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Faktor Penyebab Stres Dan Mekanisme Koping Pada Mahasiswa Profesi Keperawatan USU Angkatan 2006 Dalam Menghadapi Pendidikan Profesi NERS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Faktor Penyebab Stres Dan Mekanisme Koping Pada Mahasiswa Profesi Keperawatan USU Angkatan 2006 Dalam Menghadapi Pendidikan Profesi NERS"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA FAKTOR PENYEBAB STRES DAN MEKANISME KOPING PADA MAHASISWA PROFESI KEPERAWATAN USU ANGKATAN

2006 DALAM MENGHADAPI PENDIDIKAN PROFESI NERS

SKRIPSI

Oleh

Rianti Pramita

071101005

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

PRAKATA

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayahNyalah penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul “Analisa Faktor Penyebab Stres dan Mekanisme Koping pada Mahasiswa Profesi Keperawatan USU Angkatan 2006 dalam Menghadapi Pendidikan Profesi Ners.”

Dalam penyusunan proposal ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak dengan memberikan butir-butir pemikiran yang sangat berharga bagi penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, SKp, MNS sebagai Pembantu Dekan I, Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan II, dan Ikhsanudin A. Harahap, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Wardiyah Daulay, S.Kep Ns, M.Kep sebagai dosen pembimbing skripsi penulis yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat serta selalu sabar untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam proses penulisan skripsi ini.

(4)

5. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS sebagai dosen pembimbing akademik dan seluruh dosen Fakultas Keperawatn USU yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan.

6. Bapak Achmad Fathi S.Kep MNS yang telah bersedia melakukan uji validitas.

7. Kedua orangtua yang penulis sayangi Ayah Hafnar Jani Siregar SH MM dan Mama Ratna Daulay S.Pd yang tidak pernah berhenti dalam membimbing, menghibur, memperhatikan, memberikan motivasi dan semangat kepada penulis.

8. Abang dan adik-adik yang penulis sayangi Dodi Pramana S.Pd, Nanda Febinahara, Aulia Rahman yang selalu menghibur dan memberikan semangat kepada penulis.

9. Senior yang penulis sayangi yaitu Rahmad Edi Sembiring S.Kep yang selalu memotivasi dan memberikan semangat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini dan telah membantu dalam pengambilan data.

10. Kedua Bapak dan Ibu di Binjai yang penulis sayangi yaitu Bapak Rahim Sembiring dan Ibu A.N Sinuraya yang selalu memperhatikan dan memberi semangat kepada penulis.

(5)

12. Seluruh mahasiswa keperawatan stambuk 2006 yang telah bersedia menjadi responden penelitian dan meluangkan waktu untuk membantu penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan baik dalam penulisan, pengetikan maupun percetakan. Karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar penulisan skripsi yang akan datang dapat dianggap perbaikan. Akhirnya, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Medan, Juni 2011

(6)

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Lembar Pengesahan ... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel. ... ix

Daftar Skema ... x

Abstrak ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah. ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

4.1 Bagi Mahasiswa Profesi. ... 7

4.2 Bagi Institusi Pendidikan. ... 7

4.3 Bagi Rumah Sakit. ... 8

4.4 Bagi Peneliti ... 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stres ... 9

2.1.1 Defenisi Stres ... 9

2.1.2 Gejala Stres ... 10

2.1.3 Faktor-faktor Penyebab Stres ... 11

2.1.4 Tahapan Stres ... 16

2.1.5 Cara Mengatasi Stres ... 18

2.2 Konsep Mekanisme Koping ... 19

2.2.1 Defenisi Mekanisme Koping ... 19

2.2.2 Penggolongan Mekanisme Koping. ... 20

2.2.3 Respon Koping ... 22

2.2.4 Sumber Koping. ... 23

2.3 Program Pendidikan Ners ... 24

2.4 Faktor Stres Mahasiswa Program Pendidikan Ners ... 27

2.5 Mekanisme Koping Mahasiswa Program Pendidikan Ners... 29

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 31

3.2 Kerangka Penelitian ... 33

3.3 Defenisi Operasional ... 35

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian. ... 38

4.2 Populasi dan Sampel ... 38

(7)

4.4 Pertimbanagn Etik ... 39

4.5 Instrumen Penelitian ... 39

4.6 Validitas ... 41

4.7 Reliabilitas ... 41

4.8 Teknik Pengumpulan Data ... 41

4.9 Analisa Data ... 42

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian.. ... 44

5.1.1 Karakteristik Responden. ... 44

5.1.2Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor-faktor Penyebab Stres pada Mahasiswa Profesi Keperawatan USU Angkatan 2006 dalam Menghadapi Pendidikan Profesi Ners. ... 46

5.1.3Distribusi Frekuensi dan Persentase Mekanisme Koping pada Mahasiswa Profesi Keperawatan USU Angkatan 2006 dalam Menghadapi Pendidikan Profesi Ners. ... 49

5.1.4Faktor Dominan Penyebab Stres pada Mahasiswa Profesi Keperawatan USU Angkatan 2006 dalam Menghadapi Pendidikan Profesi Ners ... 52

5.1.5Faktor Dominan Mekanisme Koping pada Mahasiswa Profesi Keperawatan USU Angkatan 2006 dalam Menghadapi Pendidikan Profesi Ners ... 5.2.Pembahasan... 55

5.2.1Faktor –faktor Penyebab Stres pada Mahasiswa Profesi Keperawatan USU Angkatan 2006 dalam Menghadapi Pendidikan Profesi Ners. ... 55

5.2.2Mekanisme Koping pada Mahasiswa Profesi Keperawatan USU Angkatan 2006 dalam Menghadapi Pendidikan Profesi Ners ... 59

5.2.3 Faktor Dominan Penyebab Stres pada Mahasiswa Profesi Keperawatan USU Angkatan 2006 dalam Menghadapi Pendidikan Profesi Ners ... 61

5.2.4 Faktor Dominan Mekanisme Koping Mahasiswa Profesi Keperawatan USU Angkatan 2006 dalam Menghadapi Pendidikan Profesi Ners ... 62

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 64

6.2 Saran ... 65

(8)

Lampiran

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2. Instrumen Penelitian

3. Taksasi Dana

4. Surat Izin Pengumpulan Data 5. Surat Izin Penelitian

6. Hasil Pengolahan Data dengan Komputerisasi 7. Hasil Metode Backward

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden .... 45 Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Jawaban Responden

tentang Faktor-faktor Penyebab Stres pada Mahasiswa Profesi Keperawatan USU Angkatan 2006 dalam Menghadapi Pendidikan Profesi Ners ... 47 Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban Responden

tentang Mekanisme Koping pada Mahasiswa Profesi Keperawatan USU Angkatan 2006 dalam Menghadapi Pendidikan Profesi Ners. ... 50 Tabel 4. Hasil Uji Regresi Linier Ganda dengan Metode ( Backward )

tentang Faktor-faktor Penyebab Stres pada Mahasiswa Profesi Keperawatan USU Angkatan 2006 dalam Menghadapi Pendidikan Profesi Ners.. ... 52 Tabel 5. Hasil Uji Regresi Linier Ganda dengan Metode ( Backward )

(10)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka Konsep Penelitian Analisa Faktor Penyebab Stres dan

(11)

Judul : Analisa Faktor Penyebab Stres dan Mekanisme Koping pada Mahasiswa Profesi Keperawatan USU Angkatan

2006 dalam Menghadapi Pendidikan Profesi Ners Nama Mahasiswa : Rianti Pramita

Nim : 071101005

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2011

ABSTRAK

Pendidikan Profesi Ners merupakan transformasi untuk menjadi perawat profesional. Stressor dapat terjadi yang diakibatkan oleh kondisi lingkungan kerja dan kondisi personal. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab stres dan mekanisme koping mahasiswa profesi keperawatan USU angkatan 2006 dalam menghadapi pendidikan profesi ners serta mengatahui faktor penyebab stres dan mekanisme koping yang paling dominan. Desain penelitian adalah deskriptif eksploratif. Pengambilan sampel dengan menggunakan total sampling. Sampel sebanyak 51 orang. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 2 Februari 2011. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner stres dan mekanisme koping mahasiswa keperawatan USU yang meliputi data demografi dan pertanyaan terkait stres dan mekanisme koping mahasiswa profesi USU. Kemudian data yang diperoleh diolah dengan menggunakan analisa deskriptif untuk menentukan distribusi frekuensi dan persentase serta analisis regresi linier ganda dengan metode backward untuk faktor dominan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stres akibat kondisi sosial ekonomi dari faktor kondisi personal merupakan faktor dominan penyebab stres mahasiswa pendidikan profesi ners dengan diperoleh nilai P-value=0,005. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa faktor kondisi personal yaitu kondisi sosial ekonomi menimbulkan stres pada mahasiswa dan menggunakan mekanisme koping planful problem solving. Institusi pendidikan keperawatan USU agar dapat memberikan penjelasan yang baik pada mahasiswa tentang pendidikan profesi ners, juga mengenalkan dan mengakrabkan mahasiswa pada lingkungan rumah sakit, salah satunya dengan mengadakan kunjungan/pertemuan dari pihak rumah sakit.

(12)

Title : Analisis of causal factors in stress and coping mechanisms USU students force nursing profession in dealing with education profession 2006 ners.

Researches : Rianti Pramita

Nim : 071101005

Faculty : Undergraduate Nursing Year of Academic : 2011

ABSTRACT

Profession education ners a transformation to become a professional nurse. Stressors may occur as result of working conditions and personal circumstances. The purpose of this study is to identity factors that cause stress and coping mechanisms of the nursing profession USU student class of 2006 in the face of professional education nurse and to know factors causing stress and coping mechanisms of the most dominant. The study design is descriptive exploratory. Sampling using the total sampling. Sample as many as 51 people. The research was conducted on February 2,2011. The data was collected using a questionnaire of stress and coping mechanisms USU nursing students which includes demographic data and questions related to stress and coping mechanisms profession USU students. Then the processed data obtained by using descriptive analysis to determine the frequency and percentage distributions and multiple linear regression analysis with backward method for the dominant factor. The results showed that the stress caused by socio-economic conditions of the personal condition factor is the dominant factor causing stress professions education student nurses with values obtained P-value=0,005. The conclusion from this study indicate that the factor of personal condition that is socio-economic conditions cause stress on students and using planful problem solving coping mechanisms. USU nursing education institusions in order to provide a good explanation to students about the education profession nurses, also introduce and familiarize students to the hospital environment, one with a visit/meeting of the hospital.

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Untuk menghasilkan seorang perawat profesional, harus melewati dua tahap pendidikan yaitu tahap pendidikan akademik yang lulusannya mendapat gelar S.Kep. dan tahap pendidikan profesi yang lulusannya mendapat gelar Ners (Ns). Kedua tahap pendidikan keperawatan ini harus diikuti, karena keduanya merupakan tahapan pendidikan yang terintegrasi sehingga tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain. Pada tahap akademik mahasiswa mendapatkan teori-teori dan konsep-konsep. Mata kuliah pada tahap ini terbagi menjadi kelompok mata kuliah yang sifatnya umum, mata kuliah penunjang seperti mata kuliah medis yang secara tidak langsung menunjang mata kuliah keperawatan dan mata kuliah keahlian berupa mata kuliah keperawatan. Sedangkan pada tahap profesi mahasiswa mengaplikasikan teori-teori dan konsep-konsep yang telah didapat selama tahap akademik yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menerapkan ilmu yang telah dipelajarinya selama pada tahap akademik (Nursalam 2008).

(14)

Melalui pendidikan program profesi diharapkan dapat terbentuk kemampuan akademik dan professional serta kemampuan mengembangkan keterampilan dalam memberikan pelayanan/asuhan keperawatan professional dan dapat bersosialisasi dengan peran profesionalnya. Oleh karena itu diperlukan berbagai metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar dan fasilitas belajar serta komunitas profesional yang kondusif, baik dirumah sakit, pendidikan maupun di komunitas (Nursalam 2008).

Stres telah menjadi mimpi buruk bagi mahasiswa. Salah satunya banyak di alami oleh mahasiswa yang sedang menjalani profesi. Menurut Sugiono (2006), melaporkan bahwa mahasiswa yang sedang menjalani kegiatan profesi pada jurusan akuntan publik mengeluh stres karena beban kuliah yang banyak dan anggapan bahwa karir sebagai seorang akuntan publik akan menghasilkan gaji yang kecil apabila belum mempunyai pengalaman. Demikian juga pada mahasiswa yang mengambil program studi kedokteran dengan adanya metoda pembelajaran PBL (Problem Based Learning) menuntut pendidikan yang penuh kompetensi dan praktek klinik yang ketat tidak jarang mahasiswanya mengalami stres. Kondisi stres ini dapat memicu terjadinya kegagalan dalam menempuh profesi. Kondisi stres juga mendorong terjadinya perubahan perilaku pada mahasiswa profesi seperti penurunan minat dan aktifitas, penurunan energi, tidak masuk atau terlambat kerja, cenderung mengekspresikan pandangan sinis pada orang lain, perasaan marah, malu, kecewa, frustasi, bingung, putus asa serta melemahkan tanggungjawab (Abraham& Skalay, 1997).

(15)

mengalami kondisi yang memicu stres saat berhadapan dengan masalah-masalah nyata selama menjalani pembelajaran profesi. Pembelajaran pada program profesi dapat memicu stres karena menjadi kegiatan yang sulit bagi mahasiswa. Umumnya kesulitan-kesulitan yang ada berkaitan pada masalah interpersonal, perasaan frustasi dan perasaan lelah yang muncul pada saat kebutuhan mahasiswa tidak teridentifikasi dengan baik, serta situasi nyata di lapangan yang tidak sekedar menggambarkan situasi di teori.

Seperti halnya mahasiswa profesi psikologis dan mahasiswa kedokteran dimana manusia sebagai objek pelayanan, mahasiswa keperawatan juga mengalami kondisi yang memungkinkan terjadinya stres. Penelitian yang dilakukan oleh Hadiyanto (2006), didapatkan data sebanyak 3% mahasiswa mengalami stres berat dan akan bertambah jika institusi pendidikan tidak melakukan pencegahan stres pada mahasiswa keperawatan.

(16)

Perbedaan ini menimbulkan stres karena jalur A merasa kemampuan yang dimiliki lebih rendah dibanding jalur B. Hal ini dapat terjadi karena mahasiswa jalur A sebelumnya tidak pernah memperoleh pengalaman praktek baik di Rumah Sakit maupun di komunitas. Mahasiswa regular menghadapi peristiwa-peristiwa yang diluar perkiraan saat berhadapan dengan kondisi nyata di lapangan karena sebelumnya belum pernah mereka temukan seperti respon klien yang tidak diharapkan, kondisi pasien yang tiba-tiba berubah dan adanya kesenjangan antara teori dan praktek. Sementara mahasiswa jalur B telah mendapatkannya ketika mereka belajar di SPK atau D3 keperawatan. Sehingga kalau saja stres terjadi pada mahasiswa jalur B, maka mekanisme untuk beradaptasi pada stres yang terjadi memungkinkan lebih baik jika dibandingkan mahasiswa jalur A. Dari hasil penelitiannya disebuah Rumah Sakit besar menemukan data bahwa mahasiswa regular (pemula) lebih idealis. Mahasiswa regular berkehendak apa yang diperoleh selama pendidikan benar-benar diaplikasikan di Rumah Sakit, namun kenyataannya tidak terjadi sehingga mahasiswa regular mengalami stres (Finn, King & Thornburn, 2000).

(17)

praktek membuat mahasiswa regular stres dan frustasi (Syahreni & Waluyanti, 2007).

Mahasiswa profesi ners dari lintas jalur berbeda dengan mahasiswa profesi ners dari kelas regular. Mahasiswa lintas jalur biasanya lebih memiliki pengalaman klinik dibanding mahasiswa regular. Pengalaman yang sudah mereka miliki dapat membantu dalam pelaksanaan praktek profesi, dibandingkan mahasiswa pemula yang belum pernah ke lahan praktek, sehingga mahasiswa lintas jalur cenderung menganggap praktek di Rumah Sakit sebagai suatu kerutinan dan hal yang biasa (Psathas, 2000).

Universitas Sumatera Utara adalah salah satu universitas di Sumatera yang memiliki Fakultas Keperawatan. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah membuka program ners baik dari kelas regular dan kelas lintas jalur. Mahasiswa angkatan 2006 memiliki jumlah mahasiswa regular sebanyak 51 orang yang sekarang sedang menjalani pendidikan profesi diberbagai rumah sakit di Sumatera Utara (Data mahasiswa 30 Agustus 2010).

Stres yang terjadi pada mahasiswa perlu dicarikan solusi penanganan lebih dini agar tidak berkembang menjadi stres yang hebat. Hal ini bisa dilakukan dengan pengenalan dan kewaspadaan tentang stres secara tepat sehingga nantinya individu menganggap stres adalah bagian dari tantangan dan bukanlah akhir dari segalanya yang tidak bisa dipecahkan (Sunaryo, 2004). Tindakan inilah yang kemudian dikenal dengan mekanisme koping terhadap stres.

(18)

menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan dan respon terhadap situasi yang mengancam (Kelliat, 1998). Namun demikian setiap orang mempunyai pendekatan yang berbeda dalam menanggulangi dan mengatasi stres (Dewe, 1989). Bila mekanisme penanggulangan ini berhasil, maka individu dapat beradaptasi dan tidak menimbulkan gangguan kesehatan, tetapi bila mekanisme koping gagal artinya individu gagal untuk beradaptasi maka akan timbul gangguan kesehatan baik berupa gangguan fisik, psikologis maupun perilaku (Kelliat, 1998). Bila hal ini terjadi pada mahasiswa yang sedang melakukan praktek di tatanan pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Komunitas) maka dapat mempengaruhi prestasi dan kualitas kinerja yang dilakukan.

Berdasarkan fenomena tersebut perlu dilakukan pengkajian apakah faktor-faktor penyebab mahasiswa mengalami stres dan bagaimana mekanisme koping yang digunakan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang analisa faktor penyebab stres dan mekanisme koping pada mahasiswa profesi keperawatan USU angkatan 2006 dalam menghadapi pendidikan profesi ners.

1.2 Rumusan Masalah

(19)

tersebut mengakibatkan terjadinya stres belum diketahui dan mekanisme koping seperti apa yang dilakukan mahasiswa profesi juga belum jelas diketahui. Berdasarkan latar belakang tersebut, perumusan masalah penelitian ini adalah faktor-faktor apa sajakah yang paling banyak menyebabkan mahasiswa program profesi ners mengalami stres dan bagaimana mekanisme koping yang paling sering digunakan oleh mahasiswa untuk menanggulangi stres tersebut?

1.3 Tujuan penelitian

1. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab stres pada mahasiswa program profesi ners regular Universitas Sumatera Utara.

2. Mengidentifikasi mekanisme koping mahasiswa program profesi ners regular Universitas Sumatera Utara

3. Menganalisa faktor penyebab stres dan mekanisme koping mahasiswa program profesi ners regular Universitas Sumatera Utara

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Mahasiswa Profesi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk mahasiswa yang akan mengikuti kegiatan profesi, sehingga mereka akan melakukan mekanisme penyesuaian yang baik dalam menghadapi stres.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

(20)

menentukan metode pembelajaran program pre klinik yang efektif dan kondusif sebagai persiapan mahasiswa memasuki kegitan klinik (program profesi ners).

1.4.3 Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan persiapan kebutuhan mahasiswa dalam menjalankan praktek pendidikan profesi ners.

1.4.4 Bagi Peneliti

(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Stres

2.1.1 Defenisi stres

Stres adalah sebagai suatu hubungan yang khas antar individu dan lingkungan yang dinilai oleh individu tersebut sebagai suatu hal yang mengancam atau melampaui kemampuannya untuk mengatasinya sehingga membahayakan kesejahteraannya (Lazarus dan Folkman, 1984). Stres menurut Maramis (1999) adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri, oleh karena itu stres dapat mengganggu keseimbangan kita. Sementara itu menurut Kelliat (1998), stres adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari,disebabkan oleh perubahan yang memerlukan penyesuaian.

Stres tidak terlepas darimana datangnya dan apa saja sumbernya. Sumber stres atau yang disebut stresor adalah suatu keadaan, situasi objek atau individu yang dapat menimbulkan stres. Stres yang berasal dari dalam diri disebut internal sources dan yang berasal dari luar disebut eksternal sources (Potter dan Perry,

1999).

(22)

2.1.2 Gejala stres

Cooper dan Straw (1995) mengemukakan gejala stres fisik, perilaku, dan dalam bentuk watak. Bentuk gejala fisik oleh Cooper dan Straw (1995) ditandai dengan adanya kerongkongan kering, tangan lembab, merasa panas, otot-otot tegang, pencernaan terganggu, sembelit, letih yang tidak beralasan, sakit kepala, salah urat dan gelisah. Sementara dalam bentuk perilaku umumnya ditandai dengan perasaan bingung, cemas dan sedih, jengkel, salah paham, tidak berdaya, tidak mampu berbuat apa-apa, gelisah, gagal, kehilangan semangat, sulit konsentrasi, sulit berfikir jemih, sulit membuat keputusan, hilangnya kreatifitas, hilangnya gairah dalam penampilan dan hilangnya minat terhadap orang lain. Dalam bentuk gejala watak dan kepribadian biasanya tanda yang dapat dilihat adalah sikap hati-hati menjadi cermat yang berlebihan, cemas menjadi lekas panik, dan kurang percaya diri menjadi rawan (Cooper dan Straw, 1995).

(23)

menyerang, dan kelesuan mental. Braham sebagaimana dikutip oleh Handoyo (2001) menambahkan bahwa gejala stres yang bersifat intelektual umumnya ditandai dengan mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun, sulit untuk berkonsentrasi, suka melamun berlebihan, dan pikiran hanya dipenuhi satu pikiran saja. Sedangkan tanda stres yang bersifat interpersonal adalah acuh dan mendiamkan orang lain, kepercayaan pada orang lain menurun, mudah mengingkari janji pada orang lain, senang mencari kesalahan orang lain atau menyerang dengan kata-kata, menutup diri secara berlebihan, dan mudah menyalahkan orang lain (Braham dalam Handoyo, 2001).

2.1.3 Faktor-faktor Penyebab Stres

Terdapat dua faktor penyebab atau sumber munculnya stres atau stres kerja, yaitu faktor lingkungan kerja dan faktor personal (Dwiyanti, 2001). Faktor lingkungan kerja dapat berupa kondisi fisik, manajemen kantor maupun hubungan sosial di lingkungan pekerjaan. Sedang faktor personal bisa berupa tipe kepribadian, peristiwa/pengalaman pribadi maupun kondisi sosial-ekonomi keluarga dimana pribadi berada dan mengembangkan diri, maka faktor pribadi ditempatkan sebagai sumber atau penyebab munculnya stres.

Secara umum faktor yang menyebabkan terjadinya stres oleh Dwiyanti (2001) adalah akibat tidak adanya dukungan sosial, tidak adanya kesempatan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, kondisi lingkungan kerja, manajemen yang tidak sehat, tipe kepribadian, dan pengalaman pribadi.

(24)

bisa berupa dukungan dari lingkungan pekerjaan maupun lingkungan keluarga. Banyak kasus menunjukkan bahwa, individu yang mengalami stres kerja adalah mereka yang tidak mendapat dukungan (khususnya moril) dari keluarga, seperti orang tua, mertua, anak, teman dan semacamnya. Begitu juga ketika seseorang tidak memperoleh dukungan dari rekan sejawatnya akan cenderung lebih mudah terkena stres. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya dukungan sosial yang menyebabkan ketidaknyamanan menjalankan pekerjaan dan tugasnya.

Tidak adanya kesempatan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan sebagai penyebab stres yang kedua menurut Dwiyanti (2001) berkaitan dengan hak dan kewenangan seseorang dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya. Banyak orang mengalami stres kerja ketika mereka tidak dapat memutuskan persoalan yang menjadi tanggung jawab dan kewenangannya. Stres juga bisa terjadi ketika seorang tidak dilibatkan dalam pembuatan keputusan yang menyangkut dirinya. Kondisi lingkungan kerja juga dapat memicu terjadinya stres. Kondisi fisik ini bisa berupa suhu yang terlalu panas, terlalu dingin, terlalu sesak, kurang cahaya, dan semacamnya. Ruangan yang terlalu panas menyebabkan ketidaknyamanan seseorang dalam menjalankan pekerjaannya, begitu juga ruangan yang terlalu dingin (Margiati, 1999).

(25)

bawahan, membesarkan peristiwa/kejadian yang semestinya sepele dan semacamnya, seseorang akan tidak leluasa menjalankan pekerjaannya, yang pada akhirnya akan menimbulkan stres

Tipe kepribadian seseorang dapat juga memicu terjadinya stres. Seseorang dengan kepribadian tipe A cenderung mengalami stres dibanding kepribadian tipe B. Beberapa ciri kepribadian tipe A ini adalah sering merasa diburu-buru dalam menjalankan pekerjaannya, tidak sabaran, konsentrasi pada lebih dari satu pekerjaan pada waktu yang sama, cenderung tidak puas terhadap hidup (apa yang diraihnya), cenderung berkompetisi dengan orang lain meskipun dalam situasi atau peristiwa yang non kompetitif. Dengan begitu, bagi pihak perusahaan akan selalu mengalami dilema ketika mengambil pegawai dengan kepribadian tipe A. Sebab, di satu sisi akan memperoleh hasil yang bagus dan pekerjaan mereka, namun di sisi lain perusahaan akan mendapatkan pegawai yang mendapat resiko serangan/sakit jantung

(26)

Davis dan Newstrom dalam Margiati (1999) stres kerja disebabkan tugas yang terlalu banyak, terbatasnya waktu, kurang mendapatkan tanggungjawab, ambiguitas peran, perbedaan nilai, frustasi, perubahan tipe pekerjaan, dan perubahan atau konflik peran. Adanya tugas yang terlalu banyak memang tidak selalu menjadi penyebab stres, namun akan menjadi sumber stres bila banyaknya tugas tidak sebanding dengan kemampuan baik fisik maupun keahlian dan waktu yang tersedia bagi individu. Sementara terbatasnya waktu dalam mengerjakan pekerjaan mampu memicu terjadinya stres karena bila seseorang yang biasanya mempunyai kemampuan menyelesaikan tugas yang dibebankan kepadanya. Kemampuan berkaitan dengan keahlian, pengalaman, dan waktu yang dimiliki. Dalam kondisi tertentu, pihak atasan seringkali memberikan tugas dengan waktu yang terbatas. Akibatnya, individu dikejar waktu untuk menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditetapkan atasan. Kurang mendapat tanggungjawab yang memadai dapat menyebabkan terjadinya stres pada seseorang terutama jika hal ini menyangkut dengan hak dan kewajiban. Sementara itu ambiguitas peran menjadi penyebab stres bila seseorang agar menghasilkan performan yang baik, perlu mengetahui tujuan dari pekerjaan, apa yang diharapkan untuk dikerjakan dan tanggungjawab dari pekerjaan mereka. Saat tidak ada kepastian tentang definisi kerja dan apa yang diharapkan dari pekerjaannya akan timbul ambiguitas peran.

(27)

banyak faktor. Faktor yang diduga berkaitan dengan frustrasi adalah, ketidakjelasan tugas dan wewenang serta penilaian/evaluasi staf. Perubahan tipe pekerjaan, khususnya jika hal tersebut tidak umum juga mampu memicu terjadinya stres terutama situasi ini bisa timbul akibat tugas atau pekerjaan yang tidak sesuai dengan keahlian. Konflik peran juga mampu menimbulkan stres pada seseorang. Terdapat dua tipe umum konflik peran yaitu (a) konflik peran intersender, dimana individu berhadapan dengan harapan organisasi terhadapnya yang tidak konsisten dan tidak sesuai; (b) konflik peran intrasender, konflik peran ini kebanyakan terjadi pada yang menduduki jabatan di dua struktur. Akibatnya, jika masing-masing struktur memprioritaskan pekerjaan yang tidak sama, akan berdampak pada individu yang berada pada posisi dibawahnya, terutama jika mereka harus memilih salah satu alternatif.

(28)

suasana hati dan perilaku negatif. Peningkatan peluang untuk berperan serta menghasilkan peningkatan produktivitas, dan peningkatan taraf dari kesehatan mental dan fisik, 3) Faktor ciri-ciri individu sebagai faktor lainnya yang dapat memicu terjadinya stres artinya stres ditentukan pula oleh individunya sendiri, sejauh mana ia melihat situasinya sebagai kondisi stres. Reaksi-reaksi psikologis, fisiologis, dan dalam bentuk perilaku terhadap stres adalah hasil dari interaksi situasi dengan individunya, mencakup ciri-ciri kepribadian yang khusus dan pola-pola perilaku yang didasarkan pada sikap, kebutuhan, nilai-nilai, pengalaman masa lalu, keadaan kehidupan dan kecakapan (antara lain inteligensi, pendidikan, pelatihan, pembelajaran). Faktor-faktor dalam diri individu berfungsi sebagai faktor pengaruh antara rangsang dari lingkungan yang merupakan pembangkit stres potensial dengan individu. Faktor pengubah ini yang menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap pembangkit stres potensial (Davis dan Newstrom dalam Margiati, 1999).

2.1.4 Tahapan Stres

Seseorang yang stres akan mengalami beberapa tahapan stres. Menurut Amberg (1979), sebagaimana dikemukakan oleh Dadang Hawari (2001) bahwa tahapan stres adalah sebagai berikut:

a. Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai perasaan nafsu bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam.

(29)

sesudah makan, tidak dapat rileks, lambung dan perut tidak nyaman (bowel discomfort), jantung berdebar, otot tengkuk dan punggung tegang. Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak memadai.

c. Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan seperti defekasi tidak teratur, otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan susah tertidur lagi, bangun terlalu pagi dan sulit tidur lagi, koordinasi tubuh terganggu, akan jatuh pingsan.

d. Stres tahap keempat, yaitu tahapan stres dngan keluhan, seperti tidak mampu bekerja sepanjang hari, aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, respon tidakadekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan.

e. Stres tahap kelima, yaitu tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental, ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung dan panik.

f. Stres tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stres dengan tanda- tanda, seperti jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin dan banyak keluar keringat, lemah, serta pingsan.

(30)

a. Stres ringan

Adalah stresor yang dihadapi seseorang secara teratur, kemacetan lalu lintas, kritikan dari orang lain. Situasi ini biasanya berlangsung beberapa menit atau jam.

b. Stres sedang

Berlangsung lebih lama dari beberapa jam sampai beberapa hari, seperti perselisihan dengan teman.

c. Stres berat

Adalah situasi kronis yang dapat berlangsung beberapa minggu sampai beberapa tahun, seperti perselisihan perkawanan terus menerus, penyakit fisik jangka panjang.

Berdasarkan tahapan stres diatas, maka harus dipahami pula tentang bagaimana cara mengatasi stres.

2.1.5 Cara Mengatasi Stres

Menurut Agus Hardjana (1994) ada 2 cara mengatasi stres yaitu:

a. Mengatasi secara negatif, seperti lari ke tempat- tempat hiburan (bioskop, diskotik), minum- minuman keras, makan banyak, minum obat penenang, gelisah, kacau pikiran, menghisap rokok berlebihan dan acuh tak acuh, menyalahkan peristiwa dan menyimpan dendam.

b. Mengatasi stres secara positif

a) Tindakan langsung (direct action), berbuat yang nyata secara khusus dan langsung, seperti meminta nasehat, mempelajari ilmu atau kecakapan baru b) Mencari informasi dengan pengetahuan yang membuat stres sehingga

(31)

c) Berpaling pada orang lain. Misal orang tua, saudara, sahabat.

d) Menerima dengan pasrah, yaitu berusaha menerima peristiwa atau keadaan apa adanya, karena dengan cara apapun kita tidak dapat mengubah sumber penyebab stresnya, kita hanya bisa melepaskan emosi dan mengurangi ketegangan seperti menangis, berteriak atau melucu, bisa juga melakukan tindakan meloncat- loncat, memukul- mukul meja atau berjalan keluar rumah untuk menghirup udara segar.

e) Proses interpsikis yaitu dengan memanfaatkan strategi kognitif atau usaha pemahaman untuk menilai kembali situasi stres yang dialami, berupa strategi merumuskan kembali secara kognitif bentuk lain dari proses intrapsikis adalah apa yang disebut oleh Sigmund Frued yaitu mekanisme pertahanan (defence mechanisme), denial (penyangkalan), penekanan (suppresi).

2.2 Konsep Mekanisme Koping

2.2.1 Pengertian Mekanisme Koping

(32)

2.2.2 Penggolongan Mekanisme Koping

Mekanisme koping juga dibedakan menjadi dua tipe menurut (Kozier, 2004) yaitu :

a. Mekanisme koping berfokus pada masalah (problem focused coping), meliputi usaha untuk memperbaiki suatu situasi dengan membuat perubahan atau mengambil beberapa tindakan dan usaha segera untuk mengatasi ancaman pada dirinya. Contohnya adalah negosiasi, konfrontasi dan meminta nasehat.

b. Mekanisme koping berfokus pada emosi (emotional focused coping), meliputi usaha-usaha dan gagasan yang mengurangi distres emosional. Mekanisme koping berfokus pada emosi tidak memperbaiki situasi tetapi seseorang sering merasa lebih baik.

Mekanisme koping juga dilihat sebagai mekanisme koping jangka pendek dan jangka panjang. Mekanisme koping jangka panjang merupakan cara konstruktif dan realistik. Sebagai contoh, dalam situasi tertentu berbicara dengan orang lain tentang masalah dan mencoba untuk menemukan lebih banyak informasi tentang situasi. Mekanisme koping yang selanjutnya adalah mekanisme koping jangka pendek, cara ini digunakan untuk mengurangi stres untuk sementara tetapi merupakan cara yang tidak efektif untuk menghadapi realitas.

Sedangkan metode koping menurut Folkman & Lazarus; Folkman et al, dalam Afidarti (2006) adalah :

1. Planful problem solving (problem-focused)

(33)

2. Confrontative coping (problem-focused)

Individu mengambil tindakan asertif yang sering melibatkan kemarahan atau mengambil resiko untuk merubah situasi.

3. Seeking social support (problem or emotion- focused)

Usaha individu untuk memperoleh dukungan emosional atau dukungan informasional.

4. Distancing (emotion-focused)

Usaha kognitif untuk menjauhkan diri sendiri dari situasi atau menciptakan pandangan yang positif terhadap masalah yang dihadapi.

5. Escape-Avoidanceting (emotion-focused)

Menghindari masalah dengan cara berkhayal atau berpikir dengan penuh harapan tentang situasi yang dihadapi atau mengambil tindakan untuk menjauhi masalah yang dihadapi.

6. Self Control (emotion-focused)

Usaha individu untuk menyesuaikan diri dengan perasaan ataupun tindakan dalam hubungannya dengan masalah.

7. Accepting responcibility (emotion-focused)

Mengakui peran diri sendiri dalam masalah dan berusaha untuk memperbaikinya.

8. Positive Reappraisal (emotion-focused)

(34)

2.2.3 Respon Koping

Respon koping sangat berbeda antar individu dan sering berhubungan dengan persepsi individual dari kejadian yang penuh stres. Koping dapat diidentifikasi melalui respon, manifestasi (tanda dan gejala) dan pernyataan klien dalam wawancara. Koping dapat dikaji melalui berbagai aspek : fisiologis dan psikososial. Reaksi fisiologis merupakan indikasi klien dalam keadaan stres.

Koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi dua (Stuart dan Sundeen, 1995 dalam Mustikasari, 2006) yaitu; Mekanisme koping adaptif dan mekanisme koping maladaptif. Mekanisme koping adaptif adalah mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Katagorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif. Sedangkan mekanisme koping maladaptif adalah mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah makan berlebihan / tidak makan, bekerja berlebihan, menghindar. Koping dapat diidentifikasi melalui respon, manifestasi (tanda dan gejala) dan pernyataan klien dalam wawancara. Koping dapat dikaji melalui berbagai aspek : fisiologis dan psikososial (Kelliat, 1999).

a. Reaksi fisiologis merupakan manifestasi tubuh terhadap stres. b. Reaksi psikososial terkait beberapa aspek antara lain :

(35)

2) Reaksi yang berkaitan dengan respon verbal seperti, menangis, tertawa, teriak, memukul dan menyepak, menggenggam, mencerca respon.

3) Reaksi yang berorientasi pada penyelesaian masalah. Jika mekanisme pertahanan mental dan respon verbal tidak menyelesaikan masalah secara tuntas karena itu perlu dikembangkan kemampuan menyelesaikan masalah. Ini merupakan koping yang perlu dikembangkan. Koping ini melibatkan proses kognitif, afektif dan psikomotor. Koping ini meliputi : Berbicara dengan orang lain tentang masalahnya dan mencari jalan keluar dari informasi orang lain. Mencari tahu lebih banyak tentang situasi yang dihadapi melalui buku, masmedia, atau orang ahli. Berhubungan dengan kekuatan supernatural. Melakukan ibadah secara teratur, percaya diri bertambah dan pandangan positif berkembang. Melakukan penanganan stress, misalnya latihan pernapasan, meditasi, visualisasi, otigenik, stop berpikir. Membuat berbagai alternatif tindakan dalam menangani situasi. Belajar dari pengalaman yang lalu. Tidak mengulangi kegagalan yang sama.

2.2.4 Sumber Koping

Sumber koping, pilihan, atau strategi membantu untuk menetapkan apa yang dapat dilakukan sebagaimana yang telah ditetapkan. Lazarus (1985) dalam Rasmun (2001), mengidentifikasikan lima sumber koping yang dapat membantu individu beradaptasi dengan stressor yaitu, ekonomi, keterampilan dan kemampuan, tehnik pertahanan, dukungan sosial dan motivasi.

(36)

meningkatkan kemungkinan memperoleh kerjasama dan dukungan dari orang lain. Aset materi mengacu kepada keuangan, pada kenyataannya sumber keuangan meningkatkan pilihan koping seseorang dalam banyak situasi stres. Pengetahuan dan intelegensia adalah sumber koping yang lainnya yang memberikan individu melihat cara lain untuk mengatasi stres. Sumber koping juga termasuk untuk kekuatan identitas ego, komitmen untuk jaringan sosial, stabilitas kultural, suatu sistem yang stabil dari nilai dan keyakinan, orientasi pencegahan kesehatan dan genetik atau kekuatan konstitusional (Stuart, 1998).

2.3 Program Pendidikan Ners

Hasil Lokakarya Nasional dalam bidang keperawatan tahun 1983 telah menghasilkan kesepakatan nasional secara konseptual yang mengakui keperawatan di Indonesia sebagai profesi, mencakup pengertian, pelayanan keperawatan sebagai profesional dan pendidikan keperawatan sebagai pendidikan profesi (profesional education). Sesuai dengan hakikatnya sebagai pendidikan profesi, maka kurikulum pendidikan tinggi keperawatan disusun berdasarkan pada kerangka konsep pendidikan yang kokoh, yang mencakup: penguasaan IPTEK keperawatan, menyelesaikan masalah secara ilmiah, sikap tingkah laku dan kemampuan profesional, belajar mandiri serta belajar dimasyarakat.

(37)

Program pendidikan tahap profesi di Indonesia dikenal dengan pengajaran klinik dan lapangan, yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan ilmu yang dipelajari di kelas (pada tahap akademik) ke praktik klinik. Ini merupakan suatu proses transformasi mahasiswa menjadi seorang perawat profesional yang memberi kesempatan mahasiswa untuk beradaptasi dengan perannya sebagai perawat profesional dalam melaksanakan praktik keperawatan profesional disituasi nyata pada pelayanan kesehatan klinik atau komunitas dengan melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar, menerapkan pendekatan proses keperawatan, menampilkan sikap profesional dan menerapkan ketrampilan profesional (Nursalam, 2008).

Pembelajaran klinik merupakan wadah untuk mahasiswa dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan terhadap klien, sesuai dengan ilmu yang diperoleh dikelas dan memodifikasi kondisi situasional dilapangan dan menganalisa kritis sehingga mendapatkan perpaduan yang sempurna dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien di rumah sakit sesuai sumber daya sarana dan prasarana (Buku Panduan Program Pendidikan Profesi Ners Program Studi Ilmu Keperawatan USU, 2007).

(38)

Mahasiswa yang diperkenankan mengikuti program profesi adalah mahasiswa semester IX Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan USU yang telah menyelesaikan program sarjana (S.Kep) yang talah menempuh beban studi selama tiga semester dan telah menyelesaikan SKS sarjana keperawatan.

Pelaksanaan program studi ditempuh selama satu tahun dengan total SKS kelas regular sebesar 27 SKS. Mahasiswa tetap dinas meskipun libur nasional dan melakukan praktek selama 7-8 jam setiap hari, serta pengaturan shif putaran dinas di atur oleh Klinical Instuctur atau pihak yang berwenang sesuai aturan yang berlaku di lahan praktek (Buku Panduan Program Pendidikan Profesi Ners Program Studi Ilmu Keperawatan USU, 2007).

(39)

2.4 Faktor Stres Mahasiswa Program Pendidikan Ners

Mahasiswa keperawatan merupakan seorang calon perawat professional yang akan melaksanakan asuhan keperawatan di pelayanan kesehatan. Dalam menjalankan profesinya mahasiswa rawan terhadap stres. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat stres perawat dengan kategori tinggi sebesar 47%, tingkat stres tinggi cenderung mengarah pada gangguan fisiologis, seperti: sering mengalami sakit kepala (pusing), tekanan darah meningkat, mengalami ketegangan dalam bekerja, sering mengalami jantung berdebar, bola mata melebar, barkeringat dingin, nyeri leher dan bahu (Ilmi, 2003).

(40)

Demikian pula halnya pada mahasiswa keperawatan USU, berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 20 Oktober 2010 didapatkan informasi secara verbal dari beberapa mahasiswa regular bahwa dalam melakukan praktik sebagai mahasiswa program ners selain melakukan asuhan keperawatan kepada klien sesuai kompetensi yang ditetapkan oleh institusi, mereka juga harus membuat tugas dalam bentuk laporan pendahuluan, makalah seminar, dan laporan data kasus. Beberapa diantaranya menyatakan bahwa tugas-tugas yang diberikan tidak jarang menyebabkan para mahasiswa menjadi sangat terbebani (Juli, komunikasi personal,20 OKtober 2010). Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 20 Oktober 2010 pada 10 mahasiswa profesi ners didapatkan 7(70%) orang mengatakan selama praktek profesi mengalami kelelahan (ngantuk dan capek) hal ini disebabkan karena banyaknya tugas berkaitan dengan laporan pendahuluan, laporan studi kasus dan laporan presentasi seminar, 2 (20%) orang menyatakan praktek profesi menyenangkan karena banyak mendapat pengalaman baru di rumah sakit. 1(10%) orang mengatakan membosankan karena rutinitas yang monoton. Informasi tambahan lainnya yaitu tidak jarang mahasiswa meminta bantuan temannya untuk mengerjakan tugas, meskipun ada juga yang tetap semangat mengerjakan tugasnya dengan kemampuan yang dimiliki.

(41)

Reilly dan Oermann (2002), menyatakan bahwa program pendidikan profesi ners (rumah sakit dan komunitas) merupakan bagian penting dalam proses pendidikan mahasiswa keperawatan, karena memberikan pengalaman yang kaya kepada mahasiswa bagaimana cara belajar yang sesungguhnya. Keberhasilan pendidikan tergantung ketersediaan lahan praktek di rumah sakit harus memenuhi persyaratan, diantaranya 1) melaksanakan pelayanan atau asuhan keperawatan yang baik (good nursing care), 2) lingkungan yang kondusife, 3) ada role model yang cukup, 4) tersedia kelengkapan sarana dan prasarana serta staf yang memadai, 5) tersedia standar pelayanan keperawatan yang lengkap. Dalam memasuki lahan praktek klinik, mahasiswa diharapkan mempersiapkan diri dengan baik, faktor-faktor kesiapan mental mahasiswa dipengaruhi oleh perkembangan, pengalaman, kepercayaan diri, dan motivasi (Minarsih, 2004).

2.5 Mekanisme Koping Mahasiswa Program Pendidikan Ners

(42)

lebih banyak menggunakan teknik refresing sebesar 75,3%, karena teknik tersebut mungkin lebih murah dan bisa dilakukan bersama orang lain.

Menurunkan stres yang terkait dengan pekerjaan dapat menyebabkan perubahan konteks organisasional keperawatan atau pendekatan perawat individual terhadap kerja. Perbaikan lingkungan kerja dapat dipandang sebagai suatu tanggungjawab manajerial dalam upaya meminimalkan stressor yang terkait kerja. Dalam pelayanan kesehatan, perawat yang mengalami stres berat dapat kehilangan motivasi, mengalami kejenuhan yang berat dan tidak masuk kerja lebih sering (Gray & Anderson, 1981).

Setiap orang mungkin mempunyai pendekatan yang berbeda dalam menanggulangi dan mengurangi dampak akibat stres. Dewe (1989) meneliti respon perawat stres dan mengidentifikasi enam kategori penanggulangan, yaitu:

1. Strategi pemecahan masalah.

2. Mencoba untuk meletakkan sesuatu dalam perspektif (sebenarnya). 3. Menjaga masalah pada diri sendiri.

4. Melibatkan diri sendiri dalam pekerjaan dan bekerja lebih keras dalam waktu yang lebih lama.

(43)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Stres adalah sebagai suatu hubungan yang khas antar individu dan lingkungan yang dinilai oleh individu tersebut sebagai suatu hal yang mengancam atau melampaui kemampuannya untuk mengatasimya sehingga membahayakan kesejahteraannya (Lazarus dan Folkman, 1984).

Terdapat berbagai faktor penyebab dari stres mahasiswa. Diantaranya faktor penyebab atau sumber munculnya stres atau stres kerja, yaitu faktor lingkungan kerja dan faktor personal (Dwiyanti, 2001). Faktor lingkungan kerja dapat berupa kondisi fisik, manajemen kantor maupun hubungan sosial di lingkungan pekerjaan. Sedang faktor personal bisa berupa tipe kepribadian, peristiwa/pengalaman pribadi maupun kondisi sosial-ekonomi keluarga dimana pribadi berada dan mengembangkan diri, maka faktor pribadi ditempatkan sebagai sumber atau penyebab munculnya stres. Secara umum faktor yang menyebabkan terjadinya stres oleh Dwiyanti (2001) adalah akibat tidak adanya dukungan sosial, tidak adanya kesempatan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, kondisi lingkungan kerja, manajemen yang tidak sehat, tipe kepribadian, dan pengalaman pribadi.

(44)

dapat menimbulkan stres dalam pekerjaan adalah: 1) Faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan seperti tuntutan fisik misalnya faktor kebisingan, dan faktor tugas mencakup kerja malam, beban kerja, dan resiko dan bahaya, 2) Faktor struktur dan iklim kelompok adalah terpusat pada sejauh mana individu dapat berperan serta pada support sosial, 3) Faktor ciri-ciri individu sebagai faktor lainnya yang dapat memicu terjadinya stres artinya stres ditentukan pula oleh individunya sendiri, sejauh mana ia melihat situasinya sebagai kondisi stres.

Setelah dikelompokkan berdasarkan studi pendahuluan terhadap beberapa mahasiswa dari seluruh teori terkait stress tersebut diatas, terdapat dua faktor penyebab atau sumber munculnya stres yang mereka alami, yaitu faktor lingkungan kerja dan faktor personal. Dari kedua faktor tersebut yang termasuk faktor stres pertama yang ditimbulkan dari lingkungan kerja adalah faktor fisik dan tugas, untuk fisik misalnya kebisingan, panas, menghindari resiko dan bahaya terhadap diri sendiri dan orang lain. Sedangkan tugas mencakup menyelesaikan laporan-laporan yang harus dikumpulkan sesuai dengan waktu yang disediakan dan sangat terbatas.

(45)

Mekanisme penanggulangan (mekanisme koping) ialah merupakan suatu mekanisme yang dapat memodifikasi stres sedemikian rupa, sehingga kemungkinan proses adaptasi dapat dipermudah. Koping sebagai suatu cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan dan respon terhadap situsi yang mengancam (Kelliat, 1998).

Bila mekanisme penanggulangan ini berhasil, maka individu dapat beradaptasi dan tidak menimbulkan gangguan kesehatan, tetapi bila gagal dalam beradaptasi, maka akan timbul gangguan kesehatan yang dapat berupa gangguan fisik, psikologis maupun perilaku.

3.2 Kerangka Penelitian

(46)

Skema 1. Kerangka Penelitian

Sumber : Dwiyanti (2001); Departemen Tenaga Kesehatan RI (1999); Kozier (2004)

Faktor Penyebab Stres: - Lingkungan kerja:

1. Kondisi fisik

2. Manajemen rumah sakit 3. Hubungan sosial

4. Kesakitan mahasiswa 5. Kurang pengawasan - Kondisi Personal:

1. Tipe kepribadian 2. Pengalaman pribadi 3. Kondisi sosial ekonomi 4. Keterbatasan iptek 5. Konflik realitas

Mahasiswa

Program Profesi Stres

Mekanisme koping:

- Problem Focused : 1. Planful Problem Solving 2. Confrontative Coping

3. Seeking Social Support - Emotional Focused :1. Distancing

2.Escape-Avoidanceting

3. Self Control

4. Accepting Responcibility

(47)

3.3 Definisi Operasional

3.3.1 Faktor Penyebab Stres

Faktor penyebab stres yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan hal-hal yang dapat minimbulkan tekanan/ancaman dan ketidaknyamanan yang mengganggu kesehatan fisik maupun psikis, ketegangan emosi dan gangguan keseimbangan diri dalam melakukan suatu kegiatan yang diakibatkan oleh adanya tuntutan kehidupan yang tidak terpenuhi. Adapun faktor penyebab stres yang telah dikelompokkan berdasarkan teori yang beberapa telah dimodifikasi dan disesuaikan dengan studi pendahuluan yaitu faktor penyebab stres mahasiswa profesi keperawatan dikelompokkan atas faktor lingkungan kerja dan kondisi personal. Dari faktor lingkungan kerja hal yang menimbulkan stres diantaranya yaitu berupa kondisi fisik yaitu berupa kondisi fisik rumah sakit, manajemen rumah sakit, hubungan sosial di lingkungan pekerjaan, timbulnya kesakitan bagi mahasiswa yaitu dengan adanya gangguan kondisi fisik mahasiwa dalam melakukan tindakan perawatan seperti nyeri punggung, mudah lelah, ketegangan otot, dan lain-lain. Stres yang menimbulkan ketegangan emosi yaitu kurangnya pengawasan dan bimbingan dari perawat senior yang sangat menguji mental dalam memberikan arahan dan bimbingan ketika menjalani proses belajar di rumah sakit.

(48)

merupakan sumber stres yang menimbulkan tekanan, padahal mahasiswa dituntut untuk memiliki pengetahuan yang luas dan hal tersebut adalah tuntutan yang belum terpenuhi dan jelas akan menimbulkan stres, dan adanya konflik realitas seperti ketidakjelasan paran dan kurangnya kesempatan melakukan tindakan keperawatan. Instrument yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor penyebab stres dalam bentuk kuesioner dengan menggunakan skala likert. Skor yang digunakan untuk jawaban Selalu=4, Sering=3, Kadang-kadang=2, Tidak Pernah=1. Skala yang digunakan pada penelitian ini adalah skala nominal.

3.3.2 Mahasiswa Program Profesi Ners

Mahasiswa program profesi ners yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mahasiswa keperawatan jalur A angkatan 2006 yang sedang menjalani program pendidikan profesi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan profesi ners tidak jarang mengalami stres, apalagi bagi mahasiswa jalur A yang sama sekali tidak mempunyai pengalaman belajar langsung ke rumah sakit dan komunitas. Banyaknya faktor-faktor penyebab stres yang timbul pada mahasiswa sehingga perlu dicarikan solusi penanganannya yang disebut dengan mekanisme koping.

3.3.3 Mekanisme Koping

(49)
(50)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif eksploratif yang bertujuan untuk mengetahui secara luas tentang faktor-faktor penyebab stres dan mekanisme koping pada mahasiswa program profesi ners regular angkatan 2006 Universitas Sumatera Utara.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa program profesi ners Universitas Sumatera Utara angkatan 2006 yaitu sebanyak 51 orang.

4.2.2 Sampel

Adapun tehnik pengambilan sampel dalam .penelitian ini adalah dengan cara total sampling. Pada tehnik ini peneliti mengambil keseluruhan populasi untuk dijadikan sampel sehingga didapatkan jumlah sampel sebanyak 51 orang responden. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah terdaftar sebagai mahasiswa program pendidikan ners kelas reguler angkatan 2006 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan bersedia menjadi responden penelitian.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

(51)

penyebab stres dan mekanisme koping pada mahasiswa keperawatan program pendidikan profesi ners regular di Fakultas Keperawatan USU. Waktu penelitian berlangsung Januari – Pebruari 2011.

4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapatkan izin dalam pengumpulan data, maka dilakukan pendekatan kepada responden dan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Menurut Nursalam (2003), ada beberapa pertimbangan etik yang diperhatikan pada penelitian ini yaitu : 1) Self Determination, peneliti memberi kebebasan kepada responden untuk menentukan apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian, 2) Informed Consent, peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden setelah peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan, dan manfaat penelitian. Jika responden bersedia menjadi peserta penelitian maka responden diminta menandatangani lembar persetujuan, 3) Anonimity, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, tetapi akan memberikan kode pada masing-masing lembar persetujuan tersebut, 4) Confidentiality, peneliti menjamin kerahasiaan informasi responden dan kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang akan digunakan adalah kuisioner yang dibagi menjadi dua bagian.

(52)
(53)

4.6 Uji Validitas Instrumen

Instrument di buat sendiri oleh peneliti, untuk instrument baru perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui seberapa besar derajat kemampuan alat ukur dalam mengukur secara konsisten sasaran yang akan diukur.

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang digunakan benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmojdo, 2005). Uji validitas instrument dilakukan oleh salah satu dosen keperawatan yang berkompeten dalam bidangnya yaitu bapak Achmad Fathi S.Kep MNS.

4.7 Uji Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama (Notoatmojdo, 2005).

Untuk mengetahui kepercayaan (reliabilitas) instrumen dilakukan uji reliabilitas instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian berikutnya dalam ruang lingkup yang sama. Instrumen yang reliable akan dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya atau benar sesuai kenyataannya sehingga walaupun data diambil berulang-ulang, hasilnya akan tetap sama.

Uji reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan komputerisasi untuk analisis cronbach alpha terhadap 10 orang. Instrumen dikatakan reliabel jika memiliki nilai reliabilitas > 0,600 (Arikunto, 2006).

4.8 Teknik Pengumpulan Data

(54)

Setelah mendapatkan surat izin tersebut, peneliti melakukan pengumpulan data penelitian, dengan mendatangi responden pada saat berada di fakultas keperawatan dan kemudian meminta kesediaan responden untuk mengikuti penelitian. Peneliti menjelaskan tentang tujuan, manfaat dan prosedur pengisian kuisioner pada calon responden. Calon responden yang bersedia, diminta untuk menandatangani informed consent (surat persetujuan). Selanjutnya peneliti akan meminta responden untuk mengisi kuesioner dengan tetap didampingi oleh peneliti.

4.9 Analisa Data

Setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisa data. Analisa data yang dilakukan melalui beberapa tahap yang dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas data dari responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi, dilanjutkan dengan memberi kode untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi data. Kemudian dilakukan pengolahan data dengan meggunakan teknik komputerisasi.

(55)
(56)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang analisa faktor penyebab stres dan mekanisme koping pada mahasiswa profesi keperawatan USU angkatan 2006 dalam menghadapi pendidikan profesi ners. Penelitian ini telah dilaksanakan mulai dari Januari 2011 sampai dengan Februari 2011 dengan jumlah responden sebanyak 51 orang.

Selain menjawab pertanyaan tentang analisa faktor penyebab stres dan mekanisme koping pada mahasiswa profesi keperawatan USU angkatan 2006 dalam menghadapi pendidikan profesi ners, dalam bab ini juga dijabarkan deskripsi karakteristik responden.

5.1.1 Karakteristik Responden

(57)
[image:57.595.113.518.194.548.2]

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Mahasiswa Profesi Keperawatan USU Angkatan 2006 dalam Menghadapi Pendidikan Profesi Ners pada Januari-Pebruari 2011 (n=51).

Data Demografi Frekuensi Persentase (%)

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

6 45

11,8 88,2 Agama

Islam Kristen

25 26

49,0 51,0 Status

Kawin Tidak Kawin

2 49

3,9 96,1 Tempat Tinggal

Rumah Kost Rumah Sendiri

34 17

(58)

5.1.2 Faktor-Faktor Penyebab Stres pada Mahasiswa Profesi Keperawatan

USU Angkatan 2006 dalam Menghadapi Pendidikan Profesi Ners.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor penyebab stres pada mahasiswa profesi keperawatan USU angkatan 2006 dalam menghadapi pendidikan profesi ners ada dua faktor yaitu faktor lingkungan kerja dan faktor kondisi personal.

Dari hasil penelitian faktor lingkungan kerja diperoleh bahwa yang paling banyak menyebabkan stres pada mahasiswa pendidikan profesi ners adalah pernyataan nomor 8 yaitu dengan pekerjaan yang banyak saya merasa mengalami gangguan fisik selama masa profesi seperti kelelahan, ada 37,3% yang menyatakan sering mengalami kelelahan.

Dari hasil penelitian faktor kondisi personal diperoleh bahwa yang paling banyak menyebabkan stres adalah pernyataan nomor 16 yaitu saya merasa mengeluarkan biaya yang cukup banyak selama masa profesi, ada 52,9% yang menyatakan selalu merasa mengeluarkan biaya yang cukup banyak.

(59)
[image:59.595.57.535.196.760.2]

Tabel 2 Distribusi Frekuensi dan Presentasi Jawaban Responden Tentang Faktor-Faktor Penyebab Stres pada Mahasiswa Profesi Keperawatan USU Angkatan 2006 dalam Menghadapi Pendidikan Profesi Ners pada Januari-Pebruari 2011 (n=51)

N o

PERNYATAAN TP KK SR SL

Frek (%) Frek (%) frek (%) Frek (%) 1 Saya merasa tidak nyaman

dengan kondisi ruangan di rumah sakit

4 7,8 40 78,4 7 13,7 0 0

2 Saya merasa tidak nyaman dengan beberapa petugas kesehatan yang ada dirumah sakit

2 3,9 26 51 23 45,1 0 0

3 Saya stress karena dalam

melakukan tindakan keperawatan dituntut sikap

kecekatan, kecepatan dan kesiagaan

20 39,2 23 45,1 6 11,8 2 3,9

4 Saya merasa waktu yang diberikan tidak mencukupi untuk menyekasaikan tugas secara maksimal

4 7,4 33 64,7 9 17,6 5 9,8

5 Saya merasa kurangnya kesempatan untuk ikut berperan serta atau berpartisipasi dalam melakukan tindakan keperawatan

6 11,8 28 54,9 15 29,4 2 3,9

6 Saya sedih apabila menerima bentakan-bentakan dari perawat di ruangan

11 21,6 21 41,2 13 25,5 6 11,8

7 Saya takut melakukan tindakan beresiko seperti memasang infuse yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain

25 49 24 47,1 2 3,9 0 0

8 Dengan pekerjaan yang banyak, saya merasa mengalami gangguanfisik selama masa profesi seperti kelelahan

4 7,8 13 25,5 19 37,3 15 29,4

(60)

saya lakukan kurang

dipercaya karena kemampuan mahasiswa dianggap rendah

10 Saya merasa tertekan karena kurangnya dukungan dan

perhatian dosen pembimbing

1 25,5 12 23,5 22 43,1 4 7,8

11 Saya merasa tidak puas dengan tindakan keperawatan yang saya lakukan

13 25,5 29 56,9 6 11,8 3 5,9

12 Saya merasa harus bersaing dengan teman-teman sesama profesi

39 76,5 5 9,8 5 9,8 2 3,9

13 Saya takut melakukan salah satu tindakan keperawatan karena berkaitan dengan masa lalu saya

49 96,1 1 2,0 1 2,0 0 0

14 Saya tidak sanggup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selama masa profesi

35 68,6 13 25,5 3 5,9 0 0

15 Saya merasa bosan dan jenuh dengan rutinitas yang monoton

2 3,9 15 29,4 29 56,9 5 9,8

16 Saya merasa mengeluarkan biaya yang cukup banyak selama masa profesi

1 2,0 5 9,8 18 35,3 27 52,9

17 Saya merasa tertekan karena

terbatasnya ilmu pengetahuan dan keterampilan yang saya

miliki

8 15,7 35 68,6 6 11,8 2 3,9

18 Saya merasa malu karena pengetahuan saya yang kurang apabila ditanyaoleh perawat ruangan

14 27,5 30 58,8 6 11,8 1 2,0

19 Saya merasa tertekan karena harapan saya dengan tugas seorang perawat tidak sesuai dengan kenyataan yang ada dilapangan

1 2,0 26 51 22 43,1 2 3,9

20 Saya merasa tertekan ketika mengetahui situasi nyata di rumah sakit tidak menggambarkansituasi di

(61)

Teori

5.1.3 Mekanisme Koping pada Mahasiswa Profesi Keperawatan USU

Angkatan 2006 dalam Menghadapi Pendidikan Profesi Ners.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mekanisme koping pada mahasiswa profesi keperawatan USU angkatan 2006 dalam menghadapi pendidikan profesi ners yaitu makanisme koping yang berfokus pada masalah dan berfokus pada emosi diantaranya planful problem solving (problem-focused), confrontative coping (problem-focused), seeking social support (problem or emotional-focused), distancing emotional-focused), escape avoidanceting

focused), self control focused), accepting responcibility (emotional-focused), positive reappraisal (emotional-focused).

(62)

Table 3 Distribusi Frekuensi dan Presentasi Jawaban Responden Tentang Mekanisme Koping pada Mahasiswa Profesi Keperawatan USU Angkatan 2006 dalam Menghadapi Pendidikan Profesi Ners.

N O

PERNYATAAN TP KK SR SL

Frek (%) Frek (%) Frek (%) Frek (%) 1 Saya harus menyelesaikan

segala masalah yang timbul selama masa profesi ini sesuai dengan kemampuan yang saya miliki

0 0 3 5,9 19 37,3 29 56,9

2 Saya berusaha untuk melawan dan memberontak ketika terjadi masalah selama profesi yang menimbulkan stres

24 47,1 17 33,3 8 15,7 2 3,9

3 Saya mencari dukungan dari teman, keluarga, bila menghadapi masalah selama dinas

2 3,9 8 15,7 12 23,5 29 56,9

4 Untuk menghilangkan

kejenuhan saya mendekatkan diri kepada Tuhan yang Maha Esa

0 0 0 0 8 15,7 43 84,3

(63)

segala masalah yang timbul selama dinas di rumah sakit 6 Saya berusaha mengkoreksi

dan memperbaiki diri dari segala kekurangan dan keterbatasan yang saya miliki selama masa profesi ini

0 0 2 3,9 26 51,0 23 45,1

7 Saya menganggap masa profesi ini sebagai rutinitas yang harus dijalani

1 2,0 9 17,6 15 29,4 26 51,0

8 Saya harus bisa menempatkan diri dalam menghadapi masalah selama masa profesi ini karena timbulnya masalah

akan memberikan pembelajaran bagi saya dan

berguna untuk masa depan saya sendiri

(64)

5.1.4 Faktor Dominan Penyebab Stres pada Mahasiswa Profesi

Keperawatan USU Angkatan 2006 dalam Menghadapi Pendidikan Profesi

Ners.

Untuk mengetahui faktor yang paling dominan penyebab stres pada mahasiswa profesi keperawatan USU angkatan 2006 dalam menghadapi pendidikan profesi ners digunakan uji regresi linier ganda. Kedua faktor-faktor penyebab akan dianalisis hubungannya dengan faktor penyebab stres pada mahasiswa profesi keperawatan USU dengan menggunakan metode backward. Faktor kesakitan bagi mahasiswa, peristiwa/pengalaman pribadi, manajemen rumah sakit, ketidakadekuatan pengetahuan, kurangnya pengawasan dan dukungan, tipe kepribadian dan hubungan sosial dilingkungan kerja dikeluarkan dari proses karena merupakan faktor paling kecil hubungannya. Kemudian sisanya dianalisis lagi. Pada akhirnya didapatkan satu faktor yang paling kuat hubungannya dengan stres pada mahasiswa profesi keperawatan USU.

[image:64.595.112.518.668.755.2]

Dari kedua faktor penyebab stres pada mahasiswa profesi keperawatan USU yang paling kuat hubungannya menjadi penyebab stres pada mahasiswa profesi keperawatan USU adalah kondisi sosial ekonomi (p=0,005).

Tabel 4 Hasil uji regresi linier ganda dengan metode ( Backward ) tentang faktor-faktor penyebab stres pada mahasiswa profesi keperawatan USU angkatan 2006 dalam menghadapi pendidikan profesi ners.

No Mode B P value (sig)

1. Kondisi Fisik 0,156 0,21

(65)

3. Koflik Realitas 0,106 0,045

Dari hasil uji regresi linear ganda dengan metode backward dapat dideteksi bahwa variabel kesakitan bagi mahasiswa, peristiwa/pengalaman pribadi, manajemen rumah sakit, ketidakadekuatan pengetahuan, kurang pengawasan dan dukungan, tipe kepribadian dan hubungan sosial dilingkungan pekerjaan ternyata tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap stres mahasiswa sehingga dikeluarkan dari analisis.

Dari hasil uji regresi linear ganda diperoleh tiga variabel yang mempengaruhi stres mahasiswa profesi keperawatan USU angkatan 2006 dalam menghadapi pendidikan profesi ners yaitu kondisi fisik, kondisi sosial ekonomi dan konflik realitas. T hitung untuk kondisi fisik 2,390 dengan probabilitas (sig)0,021< dari (α)0,05 berarti pengaruh kondisi fisik signifikan. T hitung untuk kondisi sosial ekonomi 2,962 dengan probabilitas(sig)0,005<dari (α)0,05 berarti

pengaruh kondisi sosial ekonomi signifikan. T hitung untuk konflik realitas 2,060 dengan probabilitas(sig)0,045<dari (α)0,05 berarti pengaruh konflik realitas signifikan. Faktor yang paling dominan mempengaruhi stres mahasiswa profesi keperawatan USU angktan 2006 dalam menghadapi pendidikan profesi ners yaitu kondisi sosial ekonomi dimana kondisi sosial ekonomi 0,162 kali mempengaruhi stres mahasiswa.

5.1.5 Faktor Dominan Mekanisme Koping pada Mahasiswa Profesi Keperawatan USU Angkatan 2006 dalam Menghadapi Pendidikan Profesi Ners.

(66)

ners digunakan uji regresi linier ganda. Kedelapan mekanisme koping akan dianalisis hubungannya dengan faktor penyebab stres pada mahasiswa profesi keperawatan USU dengan menggunakan metode backward. Faktor confrontative coping dikeluarkan dari proses karena merupakan faktor paling kecil

hubungannya. Kemudian sisanya dianalisis lagi. Pada akhirnya didapatkan satu faktor yang paling kuat hubungannya dengan stres pada mahasiswa profesi keperawatan USU.

Dari kedelapan mekanisme koping pada mahasiswa profesi keperawatan USU yang paling kuat hubungannya terhadap mekanisme koping stres pada mahasiswa profesi keperawatan USU adalah planful problem solving (p=0,003).

Tabel 5 Hasil uji regresi linier ganda dengan metode ( Backward ) tentang mekanisme koping mahasiswa profesi keperawatan USU angkatan 2006 dalam menghadapi pendidikan profesi ners.

No Mode B P value (sig)

1. planful problem solving 0,259 0,003

Dari hasil uji regresi linear ganda dengan metode backward dapat dideteksi bahwa variabel positive reappraisal ternyata tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap mekanisme koping pada mahasiswa sehingga dikeluarkan dari analisis.

(67)

planful problem solving paling dominan mempengaruhi mekanisme koping mahasiswa profesi keperawatan USU angktan 2006 dalam menghadapi pendidikan profesi ners.

5.2 Pembahasan

Dari hasil penelitian yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu untuk mengetahui faktor-faktor penyebab stres pada mahasiswa profesi keperawatan USU dan mengetahui faktor yang paling dominan penyebab stres pada mahasiswa profesi keperawatan USU.

5.2.1. Faktor–faktor Penyebab Stres pada Mahasiswa Profesi

Keperawatan USU Angkatan 2006 dalam Menghadapi Pendidikan

Profesi Ners

5.2.1.1 Faktor Lingkungan Kerja

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa penyebab stres dari faktor lingkungan kerja yang paling banyak adalah pernyataan 8 yakni dengan pekerjaan yang banyak saya merasa mengalami gangguan fisik selama masa profesi,ada 37,3% menyatakan sering merasa mengalami gangguan fisik selama masa profesi seperti kelelahan. Menurut Ernawati (2007) dalam penelitiannya yang berjudul sumber stres dan mekanisme koping mahasiswa DIII keperawatan di propinsi

(68)

kesulitan-kesulitan yang ada berkaitan pada masalah interpersonal, perasaan frustasi dan perasaan lelah yang muncul pada saat kebutuhan mahasiswa tidak teridentifikasi dengan baik, serta situasi nyata di lapangan yang tidak sekedar menggambarkan situasi di teori.

Dari penelitian ini juga diperoleh tingginya angka responden menjawab pernyataan nomor 2, 4 dan nomor 10. Untuk nomor 2 diperoleh 51,0% responden menyatakan bahwa kadang-kadang mereka merasa tidak nyaman dengan beberapa petugas kesehatan yang ada di rumah sakit. Kesulitan menjalin hubungan yang baik dengan petugas kesehatan di rumah sakit dapat menyebabkan ketidaknyamanan seperti adanya konflik yang akan timbul, mengetahui orang lain tidak menghargai sumbangsih yang dilakukan dan gagal membentuk tim kerja yang baik sesuai dengan penelitian (Nurgiwiati, E& Desmaniarti, 1999) yang berjudul pengembangan daftar pengungkap sumber stres dan proses koping

Gambar

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Mahasiswa Profesi
Tabel 2 Distribusi Frekuensi dan Presentasi Jawaban Responden Tentang Faktor-
Tabel 4 Hasil uji regresi linier ganda dengan metode ( Backward ) tentang faktor-

Referensi

Dokumen terkait

Kuesioner faktor – faktor yang mempengaruhi motivasi mahasiswa Sarjana Keperawatan untuk melanjutkan pendidikan profesi Ners di Universitas Muhammadiyah Surakarta ( Sikap,

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres pada Mahasiswa Angkatan 2006 Fakultas Kedokteran Universitas Jember ; Reni Septa Anggraeni, 062010101050; 2010: 49 halaman;

40 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase Konsep Diri mahasiswa program profesi ners TA 2015/2016 di Fakultas Keperawatan USU berdasarkan Konsep Diri Positif dan Konsep

Judul Penelitian : Konsep Diri Mahasiswa Program Profesi Ners di Fakultas.. Keperawatan Universitas

Disarankan institusi pendidikan dapat memberikan bimbingan pendidikan profesi ners agar lebih dapat membimbing mahasiswa profesi ners dengan memberikan pendidikan dan

Faktor pendukung minat belajar mahasiswa S1 Keperawatan semester VIII melanjutkan ke program Profesi Ners di Universitas Muhammadiyah Magelang, yaitu: 17 mahasiswa dengan

03, 2022; Revised Januari 2, 2023; Accepted Februari, 22, 2023 *Corresponding author, e-mail nknmile@gmail.com FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT STRES MAHASISWA PROFESI NERS

Tujuan diselenggarakannya Program Profesi Ners ini adalah memberikan kesempatan bagi mahasiswa lulusan sarjana keperawatan untuk memperoleh pengalaman nyata dan mengaplikasikan ilmu