SKRIPSI
OlehASTUTI LUBIS 111101078
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Mekanisme Koping, dan Kesiapan Melaksanakan Kolaborasi
pada
Mahasiswa Profesi Ners dan Mahasiswa Profesi Dokter USU
SKRIPSI
OlehASTUTI LUBIS 111101078
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Kolaborasi merupakan suatu bentuk kerjasama antara perawat dengan dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi mekanisme koping, dan kesiapan mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokter USU dalam melaksanakan kolaborasi. Pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling, jumlah mahasiswa profesi ners sebanyak 21 orang dan mahasiswa profesi dokter sebanyak 63 orang. Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas keperawatan dan Fakultas kedokteran USU. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa profesi ners menggunakan mekanisme koping yang berfokus pada emosi dalam melaksanakan kolaborasi sebanyak 52,4%, dan mekanisme koping mahasiswa profesi dokter dalam melaksanakan kolaborasi paling banyak berfokus pada masalah, yaitu sebanyak 60,3%. Hasil penelitian terhadap kesiapan mahasiswa dalam melaksanakan kolaborasi adalah baik, yaitu sebanyak 76,2% pada mahasiswa profesi ners dan 69,8% pada mahasiswa profesi dokter. Pada penelitian ini direkomendasikan agar mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokte rmemiliki kesiapan yang baik dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit, sehingga tercipta pelayanan yang bermutu.
Title of the Thesis : Coping Mechanism and Readiness for Collaboration in Medical and Nursing Internship Students of USU Name of Student : Astuti Lubis
Std. ID Number : 111101078
Department : S1 (Undergraduate) Nursing Academic Year : 2015
ABSTRACT
Collaboration is a team work among nurse and doctor who will take part in providing health service in the hospital. This research applied the descriptive design which is aimed at finding out the estimation of coping management and readiness of the medical and nursing internship students in collaborative work. The samples were collected by using the simple random sampling technique, mount of nursing students are 21 and mount of medical students are 63. This research took a place in medical and nursing faculty of USU. The results of this research showed that the coping mechanism of nursing internship students was by focusing on their emotions (52.4 %) whereas the coping mechanism of medical internship students was collaboration by focusing on the problem (69.8 %). Moreover, the results also showed good level of readiness in implementing collaboration by the nursing internship students (76.2 %) and the medical internship students (69.8 %). In this research, recommended to have a good readiness for nursing and medical students in providing health service in the hospital to establish integrated and qualified health service.
Melaksanakan Kolaborasi Mahasiswa Profesi Ners dan Mahasiswa Profesi Dokter USU”. Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak dengan memberikan butir-butir pemikiran yang sangat berharga bagi penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Dedi Ardinata, M. Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Erniyati, S. Kp., MNS sebagai Pembantu Dekan I, Evi Karota Bukit, S.Kp., MNS sebagai Pembantu Dekan II, dan Ikhsanudin A. Harahap, S.Kp., MNS sebagai Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. 3. Ibu Salbiah, S. kp., M. Kep sebagai dosen pembimbing skripsi penulis yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat serta selalu sabar untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam proses penulisan skripsi ini.
4. Ibu Diah Ar-ruum, S.Kep., Ns., M. Kep sebagai dosen penguji I dan Bapak Achmad Fathi, S. Kep., Ns., MNS sebagai dosen penguji II yang telah berkenan menyediakan waktu dan memberikan masukan-masukan yang berharga dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Kedua orangtua yang sangat penulis sayangi Ayahanda Sayuti Lubis dan Ibunda Asmina Rangkuti yang tidak pernah berhenti dalam membimbing, menghibur, memperhatikan, memberikan motivasi dan semangat kepada penulis. Kakanda-kakanda dan adinda yang penulis sangat sayangi juga Kak Ida, Bang Zuh, Kak Tina, dan Si Bungsu Septi.
7. Seluruh teman-teman Fakultas Keperawatan Stambuk 2011 yang selalu memberikan semangat dan motivasi yang tiada henti-hentinya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
8. Kakanda dan abanganda stambuk 2010 mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokter yang telah bersedia sebagai responden dalam penelitian ini.
Semoga Allah SWT memberikan rahmat, ridho dan karunia-Nya kepada kita semua. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Medan, Agustus 2015
Lembar pengesahan... iii
Abstrak ... iv
Prakata ... vi
Daftar isi ... viii
Daftar tabel ... xi
Daftar skema ... xii
Bab 1. Pendahuluan ... 1
1. Latar belakang ... 1
2. Perumusan masalah ... 5
3. Pertanyaan penelitian ... 5
4. Tujuan penelitan ... 5
5. Manfaat penelitian... 6
Bab 2. Tinjauan pustaka... 8
1. Konsep koping ... 8
1.1.Pengertian mekanisme koping ... 8
1.2.Klasifikasi mekanisme koping ... 8
1.3.Strategi koping ... 9
1.4.Faktor-faktor yang mempengaruhi koping... 11
2. Kesiapan ... 12
2.1. Pengertian kesiapan... 12
2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan... 13
2.3. Prinsip-prinsip kesiapan ... 13
3. Kolaborasi ... 14
3.1. Pengertian kolaborasi ... 14
3.2. Dasar-dasar kompetensi kolaborasi... 15
3.3. Faktor penghambat kolaborasi perawat dengan dokter ... 17
Bab 3. Kerangka penelitian ... 18
1. Kerangka penelitian ... 18
2. Definis ioperasional ... 20
Bab 4. Metodologi penelitian... 21
1. Desain penelitian ... 21
2. Populasi penelitian ... 21
3. Sampel penelitian ... 21
5. Pertimbangan etik... 22
6. Instrumen penelitian ... 23
6.1.Kuesioner data demografi ... 24
6.2.Kuesioner mekanisme koping ... 24
6.3.Kuesioner kesiapan ... 25
7. Validitas dan reliabilitas... 26
8. Pengumpulan data ... 27
9. Analisa data ... 28
Bab 5. Hasil dan pembahasan ... 30
1. Hasil penelitian... 30
1.1.Karakteristik mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokter ... 30
1.2.Mekanisme koping mahasiswa profesi dalam melaksanakan Kolaborasi ... 32
1.3.Kesiapan mahasiswa profesi dalam melaksanakan Kolaborasi ... 37
2. Pembahasan ... 40
2.1.Mekanisme koping mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokter USU dalam melaksanakan kolaborasi yang berfokus pada masalah ... 40
2.2.Mekanisme koping mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokter USU dalam melaksanakan kolaborasi yang berfokus pada emosi... 42
2.3.Kesiapan mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokter USU dalam melaksanakan kolaborasi ... 44
3. Hambatan dalam penelitian ... 46
Bab 6. Kesimpulan dan saran ... 47
1. Kesimpulan ... 47
3. Surat pernyataan keaslian terjemahan ... 60
4. Surat izin uji validitas... 61
5. Surat izin uji reliabilitas ... 63
6. Surat izin pengumpulan data ... 64
7. Surat selesai pengumpulan data ... 66
14. Master tabel data mekanisme koping ... 116
15. Master tabel data kesiapan ... 119
16. Jadwal penelitian ... 122
Daftar tabel
Tabel 1. Definisi operasional ………..20 Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase data demografi mahasiswa
profesi ners dan profesi dokter USU ... 31 Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase mekanisme koping mahasiswa
profesi ners dan mahasiswa profesi dokter USU ... 32 Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase kesiapan mahasiswa profesi
ners dan mahasiswa profesi dokter USU ... 33 Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase mekanisme koping dalam
melaksanakan kolaborasi berfokus masalah pada mahasiswa
profesi ners dan mahasiswa profesi dokter USU ... 33 Tabel 6. Distribusi frekuensi dan persentase mekanisme koping dalam
melaksanakan kolaborasi berfokus emosi pada mahasiswa
profesi ners dan mahasiswa profesi dokter USU ... 37 Tabel 7. Distribusi frekuensi dan persentase kesiapan melaksanakan
kolaborasi pada mahasiswa profesi ners dan mahasiswa
pada Mahasiswa Profesi Ners dan Mahasiswa Profesi Dokter USU Nama Mahasiswa : Astuti Lubis
NIM : 111101078
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2015
ABSTRAK
Kolaborasi merupakan suatu bentuk kerjasama antara perawat dengan dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi mekanisme koping, dan kesiapan mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokter USU dalam melaksanakan kolaborasi. Pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling, jumlah mahasiswa profesi ners sebanyak 21 orang dan mahasiswa profesi dokter sebanyak 63 orang. Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas keperawatan dan Fakultas kedokteran USU. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa profesi ners menggunakan mekanisme koping yang berfokus pada emosi dalam melaksanakan kolaborasi sebanyak 52,4%, dan mekanisme koping mahasiswa profesi dokter dalam melaksanakan kolaborasi paling banyak berfokus pada masalah, yaitu sebanyak 60,3%. Hasil penelitian terhadap kesiapan mahasiswa dalam melaksanakan kolaborasi adalah baik, yaitu sebanyak 76,2% pada mahasiswa profesi ners dan 69,8% pada mahasiswa profesi dokter. Pada penelitian ini direkomendasikan agar mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokte rmemiliki kesiapan yang baik dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit, sehingga tercipta pelayanan yang bermutu.
Academic Year : 2015
ABSTRACT
Collaboration is a team work among nurse and doctor who will take part in providing health service in the hospital. This research applied the descriptive design which is aimed at finding out the estimation of coping management and readiness of the medical and nursing internship students in collaborative work. The samples were collected by using the simple random sampling technique, mount of nursing students are 21 and mount of medical students are 63. This research took a place in medical and nursing faculty of USU. The results of this research showed that the coping mechanism of nursing internship students was by focusing on their emotions (52.4 %) whereas the coping mechanism of medical internship students was collaboration by focusing on the problem (69.8 %). Moreover, the results also showed good level of readiness in implementing collaboration by the nursing internship students (76.2 %) and the medical internship students (69.8 %). In this research, recommended to have a good readiness for nursing and medical students in providing health service in the hospital to establish integrated and qualified health service.
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Salah satu hal yang menjadi tantangan bagi institusi kesehatan adalah bagaimana agar bisa mendayagunakan tenaga kerja kesehatan yang ada secara optimal untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pasien, keluarga, dan masyarakat serta menyelesaikan permasalahan kesehatan yang menyangkut berbagai aspek kehidupan (IPEC, 2011). Berbagai permasalahan kesehatan yang ada tidak dapat diatasi hanya dengan sistem uniprofesional. Kontribusi dan interaksi dari berbagai disiplin ilmu seperti ilmu keperawatan dan kedokteran sangat membantu dalam penyelesaian berbagai masalah kesehatan (WHO, 2010).
yang membutuhkan penyesuaian atau mekanisme koping (Lazarus & Folkman, 1984).
Mekanisme koping digunakan untuk mengatasi situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan, ancaman, luka, dan kehilangan. Mekanisme koping bukan hanya satu kejadian yang terjadi dengan sendirinya, karena koping juga melibatkan lingkungan. Koping muncul untuk mengatasi tuntutan lingkungan internal dan eksternal yang dinilai membebani atau melebihi sumber daya yang dimiliki individu, baik itu fokus pada masalah maupun emosi (Lazarus & Folkman, 1984).
Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan kolaborasi antara perawat dan dokter secara profesional terus berkembang. Masalah pasien yang kini semakin kompleks dan menyita waktu membutuhkan penanganan yang lebih efektif dan efisien, selain itu semakin meningkatnya biaya kesehatan menyebabkan rumah sakit merumuskan tujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Salah satunya melalui peningkatan pendekatan berbagai profesi kesehatan (Cooper, 2007).
3
2010) tentang pelaksanaan kolaborasi perawat dengan dokter di Rumah Sakit Dr. Mohammad Husin Palembang, didapatkan hasil (51,3%). Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi kolaborasi yang termasuk dalam kategori baik, tetapi dengan persentasi yang rendah.
Oleh sebab itu, mahasiswa dari berbagai profesi kesehatan termasuk profesi ners dan profesi dokter harus diperkenalkan praktik kolaborasi sejak dini. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kolaborasi antar tenaga kesehatan setelah menjadi seorang profesional (WHO, 2010). WHO mengakui bahwa kolaborasi antar profesi kesehatan, termasuk profesi ners dan profesi dokter dalam pendidikan dan praktek merupakan suatu strategi yang inovatif untuk memperbaiki mutu pelayanan kesehatan.
Hasil penelitian pada 42 negara yang telah menerapkan praktik kolaborasi menunjukkan bahwa praktik kolaborasi dapat meningkatkan keterjangkauan serta koordinasi layanan kesehatan, penggunaan sumber daya klinis yang sesuai, dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan serta keselamatan pasien. Disamping itu, praktik kolaborasi dapat menurunkan total komplikasi yang dialami pasien, jangka waktu rawat inap, ketegangan dan konflik di antara pemberi layanan, biaya rumah sakit, rata-rata clinical error, dan rata-rata jumlah kematian pasien (WHO, 2010).
profesi, mahasiswa dari berbagai profesi kesehatan akan saling bertemu. Tidak bisa dihindari bahwa praktik kolaborasi yang tidak terencana telah terjadi dengan sendirinya tanpa disadari oleh kolaborator yang sedang menjalaninya, termasuk mahasiswa profesi ners dan profesi dokter.
Hal tersebut menunjukkan bahwa fenomena yang ada di USU adalah belum ada praktik kolaborasi yang terencana antara berbagai profesi kesehatan, termasuk profesi ners dan profesi dokter. Sehingga mahasiswa profesi ners dan profesi dokter harus dipersiapkan sejak dini beberapa pendekatan untuk melaksanakan kolaborasi setelah menjadi seorang profesional nanti. Pendekatan kompetensi interprofesional pada dasarnya menekankan pada kebiasaan-kebiasaan esensial yang merupakan perpaduan antara pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang membuat mahasiswa siap untuk melaksanakan praktik kolaborasi (WHO, 2010). Antusiasme dan kemauan mahasiswa profesi ners dan profesi dokter terhadap sesuatu yang baru dapat dijadikan sebagai patokan kesiapan. Kesiapan merupakan sikap psikologis yang harus dimiliki seseorang sebelum melakukan sesuatu (Slameto, 2003).
5
kesediaan, yaitu kondisi dimana seseorang sanggup atau rela untuk berbuat sesuatu sehingga dapat mengalami secara langsung segala hal yang seharusnya dialami sebagai salah satu proses kehidupan.
Berdasarkan fenomena yang ada dan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana mekanisme koping, dan kesiapan melaksanakan kolaborasi pada mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokter semester akhir yang nantinya akan menjadi tenaga kesehatan profesional.
2. Perumusan masalah
Bagaimana mekanisme koping, dan kesiapan melaksanakan kolaborasi pada mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokter USU?
3. Pertanyaan penelitian
a. Bagaimana mekanisme koping dalam melaksanakan kolaborasi pada mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokter USU?
b. Bagaimana kesiapan dalam melaksanakan kolaborasi pada mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokter USU?
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis mekanisme koping, dan kesiapan melaksanakan kolaborasi pada mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokter USU.
4.2. Tujuan khusus
a. Menganalisis mekanisme koping dalam melaksanakan kolaborasi yang berfokus pada masalah (problem focused coping) pada mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokter USU.
b. Menganalisis mekanisme koping dalam melaksanakan kolaborasi yang berfokus pada emosi (emotion focused coping) pada mahasiswa ners dan mahasiswa profesi dokter USU.
c. Menganalisis kesiapan dalam melaksanakan kolaborasi yang terdiri dari aspek pemahaman, aspek penghayatan, dan aspek kesediaan pada mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokter USU.
5. Manfaat penelitian 5.1. Praktik keperawatan
7
profesi menjadi tenaga kesehatan profesional dalam memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu.
5.2. Pendidikan keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau sumber informasi yang berguna bagi mahasiswa keperawatan terutama pada mahasiswa yang melaksanakan pembelajaran klinik untuk dapat mempersiapkan diri sebelum melakukan praktik klinik di rumah sakit, yakni dengan memperkenalkan praktik kolaborasi sejak dini.
5.3. Penelitian keperawatan
1.1. Pengertian mekanisme koping
Koping adalah upaya yang dilakukan oleh individu untuk mengatasi situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan, ancaman, luka, dan kehilangan Lazarus and Folkman (1984 dalam Siswanto, 2007). Pendapat lain mengatakan bahwa koping merupakan kognitif dan perilaku seseorang dalam menghadapi ancaman fisik dan psikososial (Stuart & Laraia, 2005). Menurut Keliat (2001 dalam Sunaryo, 2004) mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan serta respon terhadap situasi yang mengancam.
Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa mekanisme koping adalah cara atau upaya yang dilakukan seseorang dalam menghadapi stressor berupa ancaman, tantangan, dan perubahan.
1.2. Klasifikasi mekanisme koping
Stuart dan Sundeen (2005) menggolongkan mekanisme koping menjadi 2 (dua) yaitu:
9
Adalah mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar, dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang, dan aktivitas konstruktif.
b. Mekanisme koping maladaptif
Adalah mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi, dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah makan berlebihan atau tidak makan, bekerja berlebihan menghindar.
1.3. Strategi koping
Dalam kehidupan sehari-hari individu telah menggunakan strategi koping dalam menghadapi stres. Strategi koping adalah cara yang dilakukan untuk merubah lingkungan atau situasi atau menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi/dirasakan Lazarus dan Folkman (1984).
Lazarus dan Folkman (1984) menggolongkan strategi koping menjadi 2 (dua) yaitu:
a. Koping yang berfokus pada masalah ( problem focused coping)
apabila mereka percaya bahwa sumber masalah atau stresornya dapat diatasi. Strategi yang dipakai dalam problem focused coping adalah confrontatif coping (koping konfrontasi), seeking sosial support (penggunaan dukungan sosial), dan planful problem solving (perencanaan penyelesaian masalah).
Koping konfrontasi berarti bertahan atau melawan terhadap suatu permasalahan yang sedang dihadapi. Penggunaan dukungan sosial berarti mencari atau berpaling pada orang lain untuk mendapatkan kenyamanan dan nasihat bagaimana menangani stres. Bisa juga dengan mengandalkan teman, keluarga atau para profesional untuk mendapatkan nasihat dan anjuran. Perencanaan penyelesaian masalah yaitu pemikiran rencana untuk tindakan dalam menghadapi situasi atau melihat beberapa pilihan yang dapat dilakukan, bersikap objektif dan mempertimbangkan beberapa kemungkinan sebelum mengambil tindakan.
b. Koping yang berfokus pada emosi (emotion focused coping)
11
Kontrol diri merupakan pendekatan diri tanpa menunjukkan emosi atau beraksi dengan tenang tanpa menunjukkan emosi atau perasaan. Pelepasan diri berarti menarik diri, sikap yang tidak terpengaruh, berusaha untuk mengurangi situasi stres atau tidak memikirkan masalah dengan mencoba melakukan aktivitas lain. Penilaian positif adalah berusaha untuk menghadapi situasi dari sudut pandang yang berbeda dan berusaha untuk menciptakan arti yang positif atau mempunyai fungsi dimensi religi.
Penerimaan tanggungjawab yaitu pengakuan peran seseorang dalam suatu peristiwa atau mencoba belajar dari kesalahan. Pelarian atau penghindaran adalah menolak situasi yang terjadi dan kadang menarik diri atau menghindari dengan cara menggunakan obat-obat terlarang.
Lazarus dan Folkman (1984) menjelaskan bahwa biasanya individu yang menghadapi stres menggunakan mekanisme koping yang berfokus pada masalah dan mekanisme koping yang berfokus pada emosi. Dimana mekanisme koping berfokus pada masalah merupakan mekanisme koping yang secara langsung berfokus pada sumber penyebab stres, sedangkan mekanisme koping berfokus pada emosi lebih menekankan pada manajemen emosi dalam setiap individu.
1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi koping
Kesehatan fisik merupakan hal yang penting, karena dalam mengatasi masalah individu dituntut untuk mengarahkan tenaga yang cukup besar. Keyakinan atau pandangan yang positif merupakan sumber daya psikologi yang sangat penting, karena dapat mengarahkan individu untuk menilai masalah sebagai suatu hal yang positif dan dapat diatasi.
Keterampilan memecahkan masalah adalah mencari informasi dan menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dan menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut untuk merencanakan tindakan yang tepat. Keterampilan sosial yaitu kemampuan komunikasi dan bertingkah laku sesuai dengan cara-cara atau nilai yang berlaku di masyarakat.
Dukungan sosial merupakan kebutuhan informasi dan emosional pada diri individu, yang didapatkan dari keluarga, teman, kelompok sosial, dan lingkungan. Materi dapat berupa uang, barang-barang, atau layanan yang biasanya dapat dibeli individu untuk menyelesaikan masalah.
2. Kesiapan
2.1. Pengertian kesiapan
13
Kesiapan yang dimaksud adalah keseluruhan kondisi baik secara fisik, psikologis, maupun emosional mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokter untuk melaksanakan kolaborasi. Ada tiga aspek mengenai kesiapan seperti yang dijelaskan oleh (Yusuf, 2002), yaitu:
a. Aspek pemahaman, yaitu kondisi dimana seseorang mengetahui dan mengerti kejadian yang dialaminya bisa dijadikan sebagai salah satu jaminan bahwa dia akan merasa siap menghadapi hal-hal yang terjadi.
b. Aspek penghayatan, yaitu kondisi dimana seseorang siap secara alami bahwa segala hal yang terjadi secara alami hampir menimpa semua orang adalah segala sesuatu yang wajar, normal, dan tidak perlu dikhawatirkan.
c. Aspek kesediaan, yaitu kondisi dimana seseorang sanggup atau rela untuk berbuat sesuatu sehingga dapat mengalami secara langsung segala hal yang seharusnya dialami sebagai salah satu proses kehidupan.
2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan
2.3. Prinsip-prinsip kesiapan
Ada beberapa prinsip kesiapan yang harus dipahami oleh mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokter, yaitu:
a. Semua aspek perkembangan berinteraksi (saling pengaruh mempengaruhi). b. Kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh manfaat dari
pengalaman.
c. Pengalaman-pengalaman memiliki pengaruh yang positif terhadap kesiapan. d. kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode tertentu
selama masa pembentukan dalam periode perkembangan (Slameto, 2003).
3. Kolaborasi
3.1. Pengertian kolaborasi
Kolaborasi adalah hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada pasien/klien, meliputi melakukan diskusi tentang diagnosa, melakukan kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling berkomunikasi serta bertanggungjawab dalam tugas dan perannya masing-masing. Apapun bentuk dan tempatnya, kolaborasi merupakan pertukaran pandangan atau ide yang memberikan perspektif kepada seluruh kolaborator. Kolaborasi merupakan suatu proses kompleks yang membutuhkan sharing (berbagi) pengetahuan yang direncanakan atau disengaja, dan menjadi tanggungjawab bersama untuk merawat pasien (Curtis, 2011).
15
kesehatan dalam lingkup praktek keperawatan profesional dengan pengawasan dan supervisi sebagai pemberi petunjuk pengembangan kerjasama. Bagi perawat, hubungan kerjasama dengan dokter sangat penting apabila ingin menunjukkan fungsinya secara independen. Kolaborasi dapat berjalan dengan baik apabila semua anggota profesi mempunyai keinginan yang sama yaitu untuk melaksanakan kolaborasi. Perawat dan dokter merencanakan dan mempraktekkan sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batasan-batasan lingkup praktek dengan berbagai nilai-nilai dan pengetahuan serta respon terhadap orang lain yang berkontribusi dalam perawatan individu, kelompok, dan masyarakat (Lindeke, 2005).
3.2.Dasar-dasar kompetensi kolaborasi
Berikut ini beberapa dasar kompetensi dalam melaksanakan kolaborasi (Siegler & Whitney, 2000):
a. Komunikasi
Komunikasi sangat dibutuhkan dalam kolaborasi, karena kolaborasi membutuhkan pemecahan masalah yang lebih kompleks. Masalah-masalah yang muncul dalam kolaborasi tersebut dapat dipecahkan dengan kolaborasi efektif yang dapat dimengerti oleh semua anggota tim profesional.
b. Respek dan kepercayaan
secara verbal dan non verbal, serta dapat dilihat dan dirasakan dalam penerapan kehidupan sehari-hari.
c. Memberikan dan menerima umpan balik (feed back)
Umpan balik (feed back) dipengaruhi oleh persepsi seseorang, pola hubungan, harga diri, kepercayaan diri, emosi, lingkungan, serta waktu. Feed back juga dapat bersifat positif dan negatif.
d. Pengambilan keputusan
Dalam pengambilan keputusan dibutuhkan komunikasi untuk mewujudkan kolaborasi yang efektif. Hal ini untuk menyatukan data kesehatan pasien secara komprehensif sehingga menjadi sumber informasi bagi semua anggota tim profesional.
e. Manajemen konflik
Masing-masing anggota profesi harus memahami peran serta fungsinya untuk menurunkan konflik. Selain itu, setiap anggota profesi juga harus melakukan klarifikasi persepsi dan harapan, mengidentifikasi kompetensi, mengidenifikasi tumpang tindih peran, serta melakukan negosiasi peran dan tanggungjawab.
17
Inti dari suatu hubungan kolaborasi adalah adanya perasaan saling ketergantungan atau interdefensasi untuk kerjasama. Bekerjasama dalam suatu kegiatan dapat memfasilitasi kolaborasi yang baik. Kerjasama mencerminkan proses koordinasi pekerjaan agar tujuan atau target yang telah ditetapkan dapat terpenuhi. Selain itu, menggunakan catatan klien terintegrasi dapat merupakan suatu alat untuk berkomunikasi antar berbagai profesional kesehatan secara formal dalam memberikan asuhan kesehatan pada klien.
3.3.Faktor penghambat kolaborasi perawat dengan dokter
Hubungan perawat-dokter adalah bentuk hubungan interaksi yang sudah lama dikenal ketika memberikan asuhan klien. Perspektif yang berbeda dalam memandang pasien menyebabkan munculnya hambatan-hambatan teknis dalam melakukan praktik kolaborasi. Selain itu, ada juga kendala psikologis keilmuan dan individual, faktor sosial serta budaya menempatkan kedua profesi ini memunculkan kebutuhan akan upaya kolaborasi yang dapat menjadikan keduanya lebih solid dengan semangat kepentingan pasien.
Hambatan kolaborasi perawat dengan dokter sering dijumpai pada tingkat profesional dan institusional. Perbedaan status dan kekuasaan tetap menjadi sumber utama ketidaksesuaian yang membatasi pendirian profesional dalam aplikasi kolaborasi. Inti sesungguhnya dari konflik perawat dengan dokter terletak pada perbedaan sikap profesional mereka terhadap pasien dan cara berkomunikasi diantara
Kerangka konsep penelitian merupakan formulasi dari teori-teori yang mendukung penelitian. Kerangka dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisa mekanisme koping, dan kesiapan melaksanakan kolaborasi pada mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokter Universitas Sumatera Utara.
Mahasiswa profesi ners maupun mahasiswa profesi dokter dituntut untuk melaksanakan tindakan kolaborasi di rumah sakit. Hal inilah salah satu faktor yang menyebabkan stres pada mahasiswa selama menjalani pendidikan profesi di rumah sakit. Untuk mengatasi stressor tersebut, setiap individu melakukan tindakan ataupun upaya yang berbeda-beda, yang dinamakan mekanisme koping.
Mekanisme koping yang diteliti berdasarkan golongan koping yaitu mekanisme koping berfokus pada masalah (problem focused coping) dan mekanisme koping berfokus pada emosi (emotional focused coping).
19
Skema 1. Kerangka konsep penelitian Kesiapan melaksanakan
Koping: cara atau upaya yang dilakukan seseorang untuk menghadapi stressor
“Problem focused coping” cara untuk menghadapi stressor yang berfokus pada masalah, seperti:
2. Definisi operasional Tabel 1. Definisi operasional
Variabel Definisi operasional Alat ukur Hasil ukur Skala ukur Mekanisme
Koping untuk melaksanakan kolaborasi
Serangkaian cara atau
upaya dalam
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif, yang bertujuan untuk mendeskripsikan serta menganalisa mekanisme koping, dan kesiapan melaksanakan kolaborasi pada mahasiswa profesi ners dan profesi dokter USU.
2. Populasi penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokter USU yang berjumlah 541 orang. Dari mahasiswa profesi ners berjumlah 123 orang dan mahasiswa profesi dokter berjumlah 418 orang (Direktori USU, 2014).
3. Sampel penelitian
Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus Slovin (Nursalam, 2009), yaitu:
n = N N.d2 + 1
Keterangan: n = jumlah sampel seluruhnya N = jumlah populasi seluruhnya
d = kesalahan (absolut) yang dapat di tolerir
Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 84 orang. Sampel untuk mahasiswa profesi ners berjumlah 21 orang dan sampel untuk mahasiswa profesi dokter berjumlah 63 orang.
4. Tempat dan waktu penelitian
Pengambilan data penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Keperawatan dan Fakultas Kedokteran USU pada Maret-April 2015. Pengambilan data ini berlangsung selama kurang lebih satu bulan. Mahasiswa profesi ners berada di stase keperawatan komunitas atau masyarakat ketika dilakukan pengambilan data, sedangkan mahasiswa profesi dokter mayoritas di RSUP H. Adam Malik.
5. Pertimbangan etik
23
berpengaruh pada nilai akademik responden). Serta menjelaskan kepada responden tentang prosedur pelaksanaan penelitian. Responden dalam penelitian ini memiliki hak sepenuhnya bersedia menjadi responden atau tidak.
Penelitian ini dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari komisi etik Fakultas Keperawatan, pemberian izin dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Selanjutnya lembar persetujuan (informed consent) ditandatangani berdasarkan keinginan responden penelitian. Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden (anonymity) pada lembar pengumpulan data atau kuesioner yang diisi oleh responden. Lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu. Kerahasiaan (confidentiality) informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti.
6. Instrumen Penelitian
6.1.Kuesioner data demografi
Kuesioner data demografi meliputi usia, jenis kelamin, agama, suku, fakultas, dan semester untuk mengetahui karakteristik responden yang dideskripsikan dalam distribusi frekuensi dan persentase.
6.2.Kuesioner mekanisme koping untuk melaksanakan kolaborasi pada mahasiswa profesi ners dan profesi dokter USU
Kuesioner ini untuk mengetahui mekanisme koping untuk melaksanakan kolaborasi pada mahasiswa profesi ners dan profesi dokter yang terdiri dari 30 pertanyaan dengan memberikan jawaban berupa tanda check list pada jawaban yang paling sesuai. Kuesioner ini disusun dengan modifikasi dari Ways of Coping Questionnaire (Lazarus & Folkman, 1984). Instrumen modifikasi adalah instrumen yang telah dimodifikasi dalam beberapa hal seperti jumlah itemnya dikurangi, atau pilihan jawabannya dirubah.
Adapun kuesioner dalam penelitian ini memodifikasi jumlah item pertanyaan, dari 66 pertanyaan disaring menjadi 30 pertanyaan yang sesuai dan dapat mengukur variabel penelitian. Bahasa yang digunakan dalam instrumen baku adalah Bahasa Inggris yang kemudian ditranslasi menjadi Bahasa Indonesia melalui lembaga penerjemahan resmi.
25
positif yaitu nomor 1,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,21,22,23,24,25,26, dan 27, serta pernyataan negatif yaitu nomor 2,3,4,20,28,29, dan 30. Instrumen ini menggunakan skala likert dengan pilihan jawaban Tidak Pernah (TP), Jarang (J), Sering (SR), dan Selalu (SL). Skor untuk pernyataan positif adalah Tidak Pernah (TP): 1, Jarang (J): 2,Sering (SR): 3, dan Selalu (SL): 4. Sedangkan skor untuk pernyataan negatif adalah Tidak Pernah (TP): 4, Jarang (J): 3, Sering (SR): 2, dan Selalu (SL): 1.
6.3.Kuesioner kesiapan untuk melaksanakan kolaborasi pada mahasiswa profesi ners dan profesi dokter USU
Kuesioner ini untuk mengetahui kesiapan melaksanakan kolaborasi pada mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokter yang terdiri dari 10 pertanyaan dengan memberikan jawaban berupa tanda check list pada jawaban yang paling sesuai.
Instrumen ini menggunakan skala likert dengan pilihan jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Skor untuk pilihan jawaban Sangat Setuju (SS): 4, Setuju (S): 3, Tidak Setuju (TS): 2, Sangat Tidak Setuju (STS): 1. Dalam menentukan kategori kesiapan responden digunakan rumus menurut Sudjana (2005) yaitu:
Dimana rentang (nilai tertinggi – nilai terendah) sebesar 30 dan banyak kelas ada 2 kategori yaitu:siap (26-40), dan tidak siap (10-25).
7. Validitas dan reliabilitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan kemampuan instrumen pengumpulan data untuk mengukur apa yang harus diukur, untuk mendapatkan data yang relevan dengan apa yang sedang diukur. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas isi (content validity). Validitas isi menjelaskan tentang derajat suatu instrumen dalam mencakup seluruh isi yang ingin diukur atau menjelaskan tentang apakah item-item yang terdapat pada instrumen benar-benar telah mengukur hal yang sama (Arikunto, 2010).
Uji validitas ini dilakukan oleh dosen keperawatan yang ahli atau pakar yang menguasai topik yang diteliti. Skor dari setiap item pernyataan dijumlahkan, kemudian dibagi dengan jumlah nilai tertinggi dari semua pernyataan sehingga didapatkanlah hasil uji validitas. Hasil dari uji validitas ini dikatakan valid apabila hasil uji valid yang dilakukan oleh pakar mencapai indeks validitas isi (CVI) yaitu 0,80 (Polit & Beck, 2003). Nilai CVI pada penelitian ini adalah 0.99 pada kuesioner mekanisme koping, dan 0.97 pada kuesioner kesiapan.
27
ini dilakukan pada 30 orang responden yang berbeda dari sampel penelitian tetapi masih memenuhi kriteria sampel penelitian (Arikunto, 2010).
Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan alpha cronbach, yaitu menganalisis masing-masing skor item. Dikatakan reliabel apabila koefisien alpha 0,70 atau lebih (Polit & Hungler, 1997). Uji reliabilitas yang dilakukan pada penelitian ini didapatkan hasil 0,79.
8. Pengumpulan data
Peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada Dekan Fakultas Keperawatan USU dan mengirimkan surat ke bagian pendidikan Fakultas Keperawatan dan Fakultas Kedokteran, kemudian surat tersebut dibawa untuk melakukan pengambilan data penelitian. Setelah mendapat persetujuan dari pihak-pihak tersebut, peneliti melakukan pengumpulan data.
diberikan oleh peneliti dan diberikan kesempatan untuk bertanya bila ada yang tidak dimengerti.
Responden mengisi kuesioner kurang lebih selama lima menit dan ditunggu sampai selesai oleh peneliti. Keterbatasan waktu dalam penelitian dikarenakan peneliti masih ada perkuliahan selama proses pengumpulan data, sehingga peneliti meminta bantuan asisten penelitian untuk menyebarkan kuesioner. Selain itu, peneliti juga meminta bantuan dari beberapa kakak senior yang sedang profesi untuk membagikan kuesioner kepada teman-temannya. Sebagai tanda terima kasih peneliti memberikan pulpen kepada setiap responden yang telah mengisi kuesioner. Setelah semua kuesioner dibagikan sesuai jumlah yang dibutuhkan, peneliti mengumpulkannya untuk dianalisa.
9. Analisis data
Analisis data penelitian ini adalah analisis univariat. Peneliti menganalisa masing variabel penelitian, distribusi karakteristik responden dan menganalisa mekanisme koping serta kesiapan melaksanakan kolaborasi pada mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokter Universitas Sumatera Utara.
29
processing yaitu memasukkan data dari lembar observasi ke dalam program komputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi. Terakhir cleaning yaitu memeriksa kembali data yang telah dimasukkan untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak.
Bab ini menjelaskan mengenai hasil penelitian dan pembahasan setelah dilakukan pengumpulan data pada Maret-April 2015 terhadap 21 mahasiswa profesi ners dan 63 mahasiswa profesi dokter USU yang sedang menjalani pendidikan profesi mengenai mekanisme koping dan kesiapan melaksanakan kolaborasi.
1. Hasil penelitian
Hasil penelitian dijabarkan mulai dari karakteristik mahasiswa profesi berdasarkan data demografi, distribusi frekuensi dan persentase karakteristik mahasiswa profesi. Hasil penelitian ini juga akan menggambarkan distribusi frekuensi dan persentase dari mekanisme koping dan kesiapan melaksanakan kolaborasi pada mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokter USU.
1.1. Karakteristik mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokter
31
ners dan mahasiswa profesi dokter adalah batak, yaitu sebanyak 57,1% dan 61,9%. Sama halnya dengan suku yang paling sedikit pada mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokter adalah nias, yaitu sebanyak 4,8% dan 1,6%. Data karakteristik mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokter tertera pada tabel 2 berikut.
Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase data demografi mahasiswa profesi ners (n=21) dan mahasiswa profesi dokter (n=63)
Karakteristik Frekuensi(n) Persentase(%)
1.2. Mekanisme koping mahasiswa profesi dalam melaksanakan kolaborasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa profesi ners lebih banyak menggunakan mekanisme koping yang berfokus pada emosi, yaitu sebanyak 52,4%, namun angka tersebut tidak begitu signifikan karena hanya selisih satu angka dengan yang menggunakan mekanisme koping berfokus pada masalah yaitu sebanyak 47,6%. Hasil yang sebaliknya didapatkan dari mahasiswa profesi dokter, yaitu sebanyak 60,3% menggunakan mekanisme koping berfokus masalah. Data mekanisme koping dapat dilihat pada tabel 3 berikut.
Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase mekanisme koping mahasiswa profesi ners (n=21) dan mahasiswa profesi dokter (n=63)
Mekanisme Koping Frekuensi(n) Persentase(%)
Ners Dokter Ners Dokter
Fokus masalah Fokus emosi
10 11
38 25
47,6 52,4
60,3 39,7
Total 21 63 100 100
Sumber: Data Primer
33
Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase mekanisme koping dalam melaksanakan kolaborasi berfokus masalah pada mahasiswa profesi ners (n=21) dan
mahasiswa profesi dokter (n=63)
NO Pernyataan Professi ners Profesi dokter
35
Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase mekanisme koping dalam melaksanakan kolaborasi berfokus emosi pada mahasiswa profesi ners (n=21) dan
mahasiswa profesi dokter (n=63)
NO Pernyataan Professi ners Profesi dokter
37
1.3. Kesiapan mahasiswa profesi dalam melaksanakan kolaborasi
Kesiapan dalam melaksanakan kolaborasi pada mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokter mayoritas dalam kategori baik/siap yaitu sebanyak 76,2% pada mahasiswa profesi ners dan 69,8% pada mahasiswa profesi dokter. Mahasiswa yang tidak siap hanya sedikit dari jumlah seluruh mahasiswa, yaitu sebanyak 23,8% pada mahasiswa profesi ners dan 30,2% pada mahasiswa profesi dokter. Data kesiapan dalam melaksanakan kolaborasi dapat dilihat pada tabel 4 berikut.
Tabel 6. Distribusi frekuensi dan persentase kesiapan mahasiswa profesi ners (n=21) dan mahasiswa profesi dokter (n=63)
Kesiapan Frekuensi(n) Persentase(%)
Ners Dokter Ners Dokter
Siap Tidak siap
16 5
44 19
76,2 23,8
69,8 30,2
Total 21 63 100 100
Sumber: Data Primer
Tabel 7. Distribusi frekuensi dan persentase kesiapan melaksanakan kolaborasi pada mahasiswa profesi ners (n=21) dan mahasiswa profesi dokter (n=63)
NO Pernyataan Profesi ners Profesi dokter
2. Pembahasan
2.1. Mekanisme koping mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokter USU dalam melaksanakan kolaborasi yang berfokus pada masalah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa profesi dokter menggunakan mekanisme koping berfokus masalah sebanyak 60,3%, dan mekanisme koping yang digunakan mahasiswa profesi ners menunjukkan hasil yang sebaliknya, yaitu sebanyak 47,6%. Berdasarkan data yang diuraikan pada tabel 4 didapatkan data sebanyak 85,7% mahasiswa profesi ners berusaha dan berjuang untuk apa yang mereka inginkan. Artinya mahasiswa profesi ners berusaha untuk menjalin kolaborasi yang baik dengan mahasiswa profesi dokter. Hasil yang didapatkan dari mahasiswa profesi dokter menunjukkan sebanyak 66,7% mendiskusikan masalah ketika berkolaborasi kepada kepala ruangan. Salah satu cara menyelesaikan masalah adalah mendiskusikan dengan orang lain atau mencari dukungan sosial. Hal ini sesuai dengan hasi penelitian bahwa mahasiswa profesi dokter menggunakan mekanisme koping yang berfokus pada masalah.
41
(Zainun, 2003) bahwa individu menggunakan kedua cara tersebut untuk mengatasi berbagai masalah yang menekan dalam berbagai ruang lingkup kehidupan sehari-hari. Setiap individu bisa saja menggunakan mekanisme koping yang berbeda sesuai dengan faktor yang mempengaruhinya, meliputi kesehatan fisik, keyakinan atau pandangan yang positif, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan sosial, dukungan sosial, dan materi (Muktadin, 2002). Setiap individu memiliki cara yang berbeda dalam memecahkan suatu masalah, yaitu proses yang tercakup dalam usaha menemukan urutan yang benar yang mengarah pada suatu jawaban atau mengarah pada pemecahan yang ideal (Zainun, 2003). Faktor yang menentukan strategi mana yang paling banyak atau sering digunakan sangat tergantung pada kepribadian seseorang dan sejauhmana tingkat stres dari suatu masalah yang dihadapinya (Yenjeli, 2001).
2.2. Mekanisme koping mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokter USU dalam melaksanakan kolaborasi yang berfokus pada emosi
Mekanisme koping mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokter seperti yang telah dibahas sebelumnya, menunjukkan bahwa sebanyak 52,4% mahasiswa profesi ners menggunakan mekanisme koping berfokus emosi dan sebanyak 39,7% menggumakan mekanisme koping yang sama. Berdasarkan data yang diuraikan pada tabel 5 didapatkan data sebanyak 68,3% mahasiswa profesi dokter berusaha untuk tidak menutup diri dan terbuka kepada profesi lain (profesi ners). Artinya, mahasiswa profesi dokter berusaha untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi ketika berkolaborasi dengan mahasiswa profesi ners. Sedangkan hasil yang didapatkan dari mahasiswa profesi dokter menunjukkan sebanyak 71,4% melupakan masalah agar tidak mengganggu aktivitas. Artinya, mahasiswa profesi ners memilih untuk memendam masalah yang dihadapi ketika berkolaborasi dengan mahasiswa profesi dokter daripada segera untuk mencari pemecahan masalah tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa mahasiswa profesi ners menggunakan mekanisme koping yang berfokus pada emosi ketika berkolaborasi dengan mahasiswa profesi dokter.
43
Koping berfokus pada emosi akan membantu seseorang untuk dapat menggunakan koping berfokus pada masalah.
Koping setiap individu pasti berbeda sesuai dengan faktor yang mempengaruhinya (Muktadin, 2002). Muktadin juga mengatakan bahwa koping yang berfokus pada emosi lebih banyak digunakan pada situasi yang tidak mampu diubah karena keterbatasan sumber daya. Setiap individu memiliki cara yang berbeda dalam memecahkan suatu masalah, yaitu proses yang tercakup dalam usaha menemukan urutan yang benar yang mengarah pada suatu jawaban atau mengarah pada pemecahan yang ideal (Zainun, 2003). Faktor yang menentukan strategi mana yang paling banyak atau sering digunakan sangat tergantung pada kepribadian seseorang dan sejauhmana tingkat stres dari suatu masalah yang dihadapinya (Yenjeli, 2001).
2.3. Kesiapan mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokter USU dalam melaksanakan kolaborasi
Hasil penelitian yang dilakukan pada mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokter menunjukkan bahwa keduanya memiliki kesiapan yang baik, yaitu sebanyak 76,2% pada mahasiswa profesi ners dan 69,8% pada mahasiswa profesi dokter. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data bahwa baik mahasiswa profesi ners maupun mahasiswa profesi dokter memiliki kesiapan yang baik untuk melaksanakan kolaborasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Amaluddin pada tahun 2006 tentang kolaborasi perawat dengan dokter di Rumah Sakit Dr. Mohammad Husin Palembang, didapatkan hasil 51,3%. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi kolaborasi yang termasuk dalam kategori baik, tetapi dengan persentasi yang rendah.
45
Kesiapan mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokter terlihat dari jawaban pada pernyataan sembilan , yaitu sebanyak 66,7% dan 55,6% mengetahui bahwa segala permasalahan yang terjadi selama berkolaborasi pasti bisa diselesaikan. Artinya, mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokter memiliki aspek kesediaan yang merupakan salah satu aspek yang dapat menggambarkan kesiapan dalam berkolaborasi. Yusuf (2002) menjelaskan bahwa kesiapan memiliki tiga aspek, yaitu aspek pemahaman, aspek penghayatan, dan aspek kesediaan. Aspek pemahaman, yaitu kondisi dimana seseorang mengetahui dan mengerti kejadian yang dialaminya bisa dijadikan sebagai saah satu jaminan bahwa dia akan merasa siap menghadapi hal-hal yang terjadi. Aspek penghayatan, yaitu kondisi dimana seseorang siap secara alami bahwa segala hal yang terjadi secara alami hamper menimpa semua orang adalah segala sesuatu yang wajar, normal, dan tidak perlu dikhawatirkan. Aspek kesediaan, yaitu kondisi dimana seseorang sanggup atau rela untuk berbuat sesuatu sehingga dapat mengalami secara langsung segala hal yang seharusnya dialami sebagai salah satu proses kehidupan.
3. Hambatan dalam penelitian
Dalam penelitian ini peneliti masih menemukan keterbatasan penelitian seperti keterbatasan pengumpulan data. Pengumpulan data menggunakan kuesioner mempunyai dampak yang sangat subjektif sehingga kebenaran data tergantung pada kejujuran dari responden. Ditambah lagi sampel dalam penelitian ini ada dua, yaitu mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokter sehingga peneliti mendapatkan kesulitan saat mengumpulkan responden sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisa dan pembahasan yang sesuai dengan tujuan penelitian pada BAB 1 dapat diambil kesimpulan mengenai mekanisme koping dan kesiapan melaksanakan kolaborasi pada mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokter USU.
1. Kesimpulan
2. Saran
a. Bagi praktik keperawatan
Hasil penelitian ini memberikan informasi bahwa upaya yang dilakukan seseorang dalam menghadapi suatu stresor dan kesiapannya untuk menghadapi suatu kondisi perlu dikaji terlebih dahulu. Perawat dengan dokter yang melaksanakan praktik di rumah sakit pasti akan ada saatnya saling bersinggungan, namun dengan adanya pemahaman sebelumnya mengenai kolaborasi akan membantu dalam memberikan pelayanan yang bermutu.
b. Bagi pendidikan keperawatan
Kolaborasi adalah hubungan kerja diantara berbagai profesi kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien/klien. Menjalin kolaborasi yang baik diperlukan mekanisme koping dan kesiapan yang baik sejak dini. Maka, peneliti menyarankan kepada mahasiswa keperawatan untuk mencari informasi mengenai hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum melaksanakan kolaborasi di rumah sakit untuk menambah wawasan dan berlatih untuk mempersiapkan diri menjadi lebih baik ketika menjadi bagian dari pemberi pelayanan kesehatan.
c. Bagi penelitian keperawatan
49
melaksanakan kolaborasi pada berbagai profesi kesehatan dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
http://www.jamanetwork.com diakses pada tanggal 19 Januari 2015 pukul 11:10
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. (edisi revisi). Jakarta: Rineka Cipta.
Chaplin, J. P. (2006). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Cooper, R. A. (2007). New directions for nurse practitioners and physician assistants
in the era of physician shortages. Academic medicine, 9, 827–828. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov diakses pada tanggal 18 Januari 2015 pukul 13.25
Curtis K. and Tzannes A. (2011). How to talk to doctors – a guide for effective communication. International Nursing Review, 58, 13–20. Available from: http://www.onlinelibrary.wiley.com diakses pada tanggal 18 Januari 2015 pukul 13.15
Fauziah, F. ( 2010). Analisis Gambaran Persepsi dan Kesiapan Mahasiswa Profesi Terhadap Interprofessional Education di tatanan pendidikan klinik. Skripsi S1 Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. http://www.repository.ugm.ac.id diakses pada tanggal 17 September 2014 pukul 17:00
Interprofessional Education Collaborative Expert Panel. (2011). Core competencies for interprofessional collaborative practice: Report of an expert panel. Washington, D.C.: Interprofessional Education Collaborative. Available from: http://www.aacn.nche.edu/education-resources/ipecreport.pdf diakses pada tanggal 16 September 2014 pukul 10:55
Keith, K. M. (2008). Effective Collaboration: the key to better healthcare. Canadian Journal of Nursing Leadership, 21(2): 51-61. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov diakses pada tanggal 18 September 2014 pukul 13.25
http://www.albertahealthservices.ca/Researchers/if-res-51
hswru-knowledge-synthesis-repotr-2010-pdf diakses pada tanggal 20 September 2015 pukul 11:00
Lindeke L. L., and Sieckert A. M. (2005). Nurse-physician workplace collaboration& the determinants of successful collaboration: A review of theoretical and empirical studies. The Online Journal of Issues in Nursing, 10(1), 1-8. Available from http://www.download.portalgaruda.org/artikel diakses pada tanggal 21 Januari 2015 pukul 10:00
Muktadin, Z. (2002). Konsep Koping dalam Pelayanan Keperawatan. http://www.e-psikologi.com/epsi/individual_detail.asp.id diakses tanggal 27 September 2014 pukul 20:15
Mutoharoh, I. (2009). Faktor-faktor yang berhubungan dengan mekanisme koping klien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis di RSUP Fatmawati. Skripsi S1 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh Jakarta
Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Polit, D. F. & Hungler, B.P. (1997). Nursing research: principles and methods (5th Edition). Philadelphia: J.B. Lippincott Company.
Polit, D. F & Hungler, B.P. (2003). Nursing Research: Principles and Methods (7th Edition). Philadelphia: J.B. Lippincott Company.
Pramita, R. (2011). Analisa Faktor Penyebab Stres dan Mekanisme Koping pada Mahasiswa Profesi Keperawatan USU Angkatan 2006 dalam Menghadapi Pendidikan Profesi Ners. Skripsi S1 Fakultas Keperawatan Universitas Smatera Utara
Rasmun. (2004). Stres, Koping, dan Adaptasi Teori dan Pohon Masalah Keperawatan. Edisi Pertama. Jakarta: Sagung Seto.
Siegler, E.L., Whitney, F.W. (2000). Kolaborasi Perawat-Dokter: Perawatan Orang Dewasa dan Lansia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Steinert, Y. (2005). Learning Together to Teach Together: Interprofessional Education and Faculty Development. Jurnal of Interprofessional Care, 19 (S1), 60-75. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov diakses pada tanggal 18 Januari 2015 pukul 13.25
Stuart, G.W. & Laraia, M.T. (2005). Principles and Practice of Psychiatric Nursing (8th ed).St.Louis: Mosby.
Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Sunaryo. (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Tarigan, E. (2010). Kolaborasi Perawat dengan Dokter di Ruangan Rindu B RSUP H. Adam Malik Medan. Skripsi S1 Program Sarjana Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
WHO. (2010). Framework for Action on IPE and Collaborative Practice. Health Professions Networks Nursing and Midwifery, Human Resources for Health, Geneva. Available from: http//www.WHO_HRH_HPN_10.3_eng.pdf pada tanggal 19 Oktober 2014 Pukul 20:00
Yenjeli, L. (2007). Strategi koping pada single mother yang bercerai. Sripsi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.
Yusuf, A. (2002). Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
53
Lampiran 1
Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian (informed consent)
Dengan hormat, saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama Peneliti : Astuti Lubis
Judul Penelitian : Mekanisme Koping, dan kesiapan Melaksanakan
Kolaborasi pada Mahasiswa Profesi Ners dan Mahasiswa
Profesi Dokter Universitas Sumatera Utara
Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam
menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Medan, bertujuan untuk menggambarkan mekanisme koping, dan kesiapan
mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokter dalam melaksanakan
kolaborasi. Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesediaan Saudara/i
untuk berpartisipasi dalam penelitian ini sebagai responden.
Partisipasi dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga Saudara/i bebas
untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Semua informasi
yang Saudara/i berikan dijamin kerahasiaannya dan hanya dipergunakan dalam
penelitian ini. Atas partisipasi Saudara/i saya ucapkan terima kasih.
Medan, Maret 2015
Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN
“Mekanisme Koping, dan Kesiapan Melaksanakan Kolaborasi pada
Mahasiswa Profesi Ners dan Profesi Dokter Universitas Sumatera Utara”
A. Data Demografi
Petunjuk pengisian
Isilah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda check list (√) pada tempat yang disediakan dengan keadaan yang sebenarnya.
1. Usia : Tahun
2. Jenis kelamin : Laki laki Perempuan 3. Agama : Islam Kristen Hindu Budha
4. Suku : Batak Minang Jawa Melayu
Lain-lain, sebutkan…
5. Fakultas : Keperawatan Kedokteran
55
Lampiran 2
B. Kuesioner Mekanisme Koping dalam Melaksanakan Kolaborasi pada
Mahasiswa Profesi Ners dan Profesi Dokter Universitas Sumatera
Utara
Petunjuk pengisian
Berilah tanda check list (√) pada jawaban yang paling sesuai.
Keterangan: Tidak Pernah (TP): sama sekali tidak dilakukan, Jarang (J):
dilakukan tapi lebih sering tidak dilakukan, Sering (SR): lebih sering
dilakukan daripada tidak dilakukan, Selalu (SL): pasti dilakukan
NO Pernyataan TP J SR SL
Berikut ini hal-hal yang saya lakukan saat merawat pasien bersama
profesi kesehatan lain…
1. Berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan kontribusi yang baik
2. Melampiaskan kemarahan kepada anggota profesi lain yang menyebabkan saya marah
3. Meluapkan semua perasaan jika ada yang tidak sesuai dengan yang seharusnya 4. Melakukan sesuatu yang sangat beresiko
untuk menyelesaikan masalah
5. Mengerjakan apa yang saya inginkan
6. Berbicara dengan teman seprofesi mengenai suatu masalah
7. Menerima rasa simpati dan pengertian baik dari teman seprofesi maupun dari profesi lain
9. Berbicara dengan orang yang lebih berpengalaman
10. Meminta nasehat dari teman seprofesi untuk menyelesaikan masalah
11. Berkonsentrasi untuk mengerjakan hal-hal yang selanjutnya
12. Membuat suatu rencana kegiatan dan melaksanakannya
13. Belajar dari kesalahan masa lalu (senior)
14. Melakukan tugas profesi saya dengan sungguh-sungguh
15. Menerima solusi dari teman seprofesi maupun profesi lain walaupun terkadang berselisih
16. Bersikap terbuka dan memberikan kesempatan kepada profesi lain
17. Berusaha untuk tidak bertindak terburu-buru
18. Melupakan masalah yang ada agar tidak mengganggu aktivitas yang lain
19. Mencari hikmah dan sisi positif dari setiap masalah yang terjadi
20. Membiarkan masalah yang ada walaupun mengganggu aktivitas
21. Berusaha membuat masalah menjadi ringan
22. Menganggap masalah yang terjadi sebagai dasar pembentukan pribadi yang baik 23. Perselisihan dengan profesi lain membuat
saya menemukan makna yang berarti dalam sebuah kolaborasi
24. Berdoa kepada tuhan atas segala sesuatu yang terjadi
25. Meminta maaf jika melakukan kesalahan
26. Mengintrospeksi diri agar lebih baik
27. Menyadari bahwa saya sendiri bisa menjadi penyebab masalah bagi profesi lain
28. Berharap masalah yang terjadi berakhir dengan sendirinya
57
Lampiran 2
C. Kuesioner Kesiapan untuk Melaksanakan Kolaborasi pada
Mahasiswa Profesi Ners dan Profesi Dokter Universitas Sumatera
Utara
Petunjuk pengisian
Berilah tanda check list (√) pada jawaban yang paling sesuai.
Keterangan: (SS: Sangat Setuju, S: Setuju, TS: Tidak Setuju, STS: Sangat
Tidak Setuju)
NO Pernyataan SS S TS STS
1. Kolaborasi adalah kerjasama berbagai profesi kesehatan (ners/dokter) untuk memberikan pelayanan kesehatan 2. Segala permasalahan pasien yang ada
di rumah sakit akan lebih mudah diselesaikan dengan kolaborasi
3. Kolaborasi bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien 4. Perbedaan pendapat diantara profesi
kesehatan (ners/dokter) pasti akan terjadi
5. Merasa sulit untuk menjalin komunikasi yang baik ketika berkolaborasi dengan profesi lain 6. Teman seprofesi maupun profesi lain
melakukan kesalahan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien
7. Kolaborasi akan berjalan dengan baik jika dilakukan dengan sungguh-sungguh
59
9. Segala permasalahan yang terjadi selama berkolaborasi dengan profesi lain pasti bisa diselesaikan
61
Lampiran 4 LEMBAR PERSETUJUAN VALIDITAS
Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara di bawah:
Nama : Astuti Lubis
Nim : 111101078
Jurusan : S1 Keperawatan
Judul : Mekanisme Koping, dan Kesiapan Melaksanakan Kolaborsai
pada Mahasiswa Profesi Ners dan Profesi Dokter USU
Mahasiswa tersebut telah melakukan uji validitas instrumen penelitian.
Instrumen penelitian ini telah diperiksa dan telah diuji kelayakannya serta dapat
dilanjutkan untuk proses penelitian selanjutnya.
Medan, 01 Maret 2015
Validator
Lampiran 4 LEMBAR PERSETUJUAN VALIDITAS
Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara di bawah:
Nama : Astuti Lubis
Nim : 111101078
Jurusan : S1 Keperawatan
Judul : Mekanisme Koping, dan Kesiapan Melaksanakan Kolaborsai
pada Mahasiswa Profesi Ners dan Profesi Dokter USU
Mahasiswa tersebut telah melakukan uji validitas instrumen penelitian.
Instrumen penelitian ini telah diperiksa dan telah diuji kelayakannya serta dapat
dilanjutkan untuk proses penelitian selanjutnya.
Medan, 01 Maret 2015
Validator
Lampiran 9 Tabel uji validitas kuesioner mekanisme koping dalam melaksanakan kolaborasi
pada mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokter
69
Lampiran 9 Tabel uji validitas kuesioner kesiapan melaksanakan kolaborasi pada mahasiswa
profesi ners dan mahasiswa profesi dokter
NO Item Relevansi
1. Pernyataan 1 4
2. Pernyataan 2 4
3. Pernyataan 3 4
4. Pernyataan 4 4
5. Pernyataan 5 4
6. Pernyataan 6 3
7. Pernyataan 7 4
8. Pernyataan 8 4
9. Pernyataan 9 4
10. Pernyataan 10 4
CVI=Jumlah nilai relevansi Jumlah nilai tertinggi =39
Tabelujireliabilitaskuesionermekanismekopingdalammelaksanakankolaborasipadamahasiswaprofesinersdanmahasiswaprofesidokter USU menggunakanrumuscronbach alpha
Sampel Pernyataan