• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor perubahan pola pikir masyarakat tentang urgensi pendidikan

D. Hasil Penelitian 1. Letak geografis

3. Faktor-faktor perubahan pola pikir masyarakat tentang urgensi pendidikan

ataupun modal sosial berupa relasi dengan masyarakat yang mempunyai kelas sosial atas.

3. Faktor-faktor perubahan pola pikir masyarakat tentang urgensi pendidikan

Tidak mungkin tercapai perkembangan pendidikan tanpa bantuan dan partisipasi serta kerjasama dari semua pemangku kepentingan seperti pemerintah, guru, dan masyarakat lokal. Oleh karena itu, Untuk mencapai tujuan pendidikan Desa Bukit Sejahtera, maka faktor kerjasamanya adalah menjaga hubungan baik dengan semua pemangku kepentingan. Secara keseluruhan, hasil penelitian memperlihatkan perubahan pola pikir tentang pentingnya pendidikan di Desa Bukit Sejahtera telah mencapai taraf kualitas Cukup, karena sedikit demi sedikit telah menempuh pendidikan tinggi.

29

Dalam cermatan Bourdieu pendidikan itu proses membangun kembalikekuasaan sosial yang sebelumnya sudah ada dalam kehidupan masyarakat. Bagi masyarakat yang tidak memilik habitus ataupunmodal selaku individu pembelajar maka pendidikan akanmenutup pintu. Apalagi mereka yang ditolak biasanya adalahmasyarakat yang kondisi ekonominya sangat tidak memadai untuk belajar di sekolah. Masyarakat desa Bukit Sejahtera dalam hal ini telah menyadari apa yang menjadi persaingan dalam lingkungan kehidupan sosial masyarakatnya. Dimata masyarakat desa Bukit Sejahtera seseorang yang baik dalam hal pendidikan akan mempunyai nilai lebih dan dipandang bahwa orang tersebut telah mendapatkan predikat sukses. Sehingga masyarakat sedikit demi sedikit mengalami perubahan berpikir bahwa pendidikan itu akan membawa dampak positif bagi anak-anaknya. Pendidikan dalam hal ini merupakan strategi yang digunakan oleh keluarga untuk memperluas posisi sosial pada arena.

Adapun faktor yang menghambat perubahan pola pikir sebagai berkut: 1) Kurangnya kesadaran masyarakat

Kesadaranmasyarakat akan kemauan untuk menyekolahkan anaknya masih sangat rendah karena mereka menganggap bahwa sekolah itu hanya untuk materi (mencari pekerjaan). Kondisi seperti itu dapat teratasi jika pemerintah punya kemampuan untuk mempengaruhi tokoh masyarakat tentang pentingnya pendidikan anak melalui sosialisasi. Sesorang yang sudah mempunyai kebisaaan berpikir bahwa pendidikan tidaklah penting akan sulit untuk dihilangkan, bisa dihilangkan akan tetapi membutuhkan waktu yang relative lama. Disini keluarga menjadi penentu untama dalam membangun habitus seorang anak.

Pola pikir masyarakat tercipta dari lika-liku kehidupan individu ketika berinteraksi dengan individu lainnya dalam ruang sosial. Dan pola pikir sendiri bukanlah bentuk pengetahuan yang alamiah atau bawaan lahir. Akan tetapi habitus merupakan sebuah pengetahuan yang didapatkan dari proses belajar dalam waktu yang panjang sehingga setiap orang akan memiliki habitus yang berbeda-beda. Seorang agen atau individu akan memiliki kecenderungan habitus

30

yang sama jika agen tersebut mempunyai kedudukan yang sama dalam kehidupan sosial.

2) Sarana dan Prasarana

Seperti yang dikatakan oleh ibu evi dalam wawancara pada tanggal 11 februari 2020 bahwa :

“Masalah yang ado didesa kita nih yang berkaitan dengan pendidikan diperlukan penanganan khusus terutamo sarana sekolah yang kito rasotidak memadai. Untuk menempuh pendidikan smp-sma anak-anak sekolah ke luar desa yang mana jarak tempuhnya sangat jauh. Ini yang jadi sebab kurangnya minat orangtua untuk menyekolahkan anaknya dikarenakan mempertimbangkan biaya, keamanan dan medan tempuh. Hal yang sama dikatakan oleh pak Aruji bahwa:

Kondisi desa yang jauh dari pusat keramain termasuk jugo kondisi sekolah SMP-SMA yang jauh dari desa membuat kito para orangtua harus berpikir berkali-kali jiko nak sekolahkan anak.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa orangtua akan berpikir ribuan kali jika ingin menyekolahkan anak-anaknya setelah menempuh sekolah dasar karena memikirkan biaya dan keamanan yang notabene anak mereka harus menempuh jarak selama kurang lebih satu jam di daerah rawan terjadinya pembegalan. Menurut Bourdieu seseorang yang telah mempunyai habitus yang bagus namun tidak memiliki modal maka tidak akan terwujud atau tidak bisa masuk ke dalam arena. Disini orangtua telah mempunyai pikiran bahwa mereka akan melanjutkan pendidikan anaknya akan tetapi tidak didukung oleh modal maka apa yang menjadi keinginan anak maupun orangtua tidak bisa terlaksana.

3) Ekonomi

Tolak ukur tingkat kesejahteraan masyarakatdapat dilihat dari seberapa majukahperekonomianmasyarakatnya. Tingkat kesejahteraan masyarakat yang makmur menunjukkan perekonomian dimiliki oleh masyarakat lebih tinggi begitu pula sebaliknya. Disinah alasan kenapa faktor ekonomi mempunyai andil yang sangat penting. Hal ini sangat penting agar semua kegiatan masyarakat dapat berjalan dengan lancar dalam hal pendidikan. Untuk bisa mengenyam pendidikan yang lebih tingi tentunya membutuhkan biaya yang tidak sedikit, dan masyarakat dengan kondisi ekonomi yang memprihatinkan terpaksa harus memendam keinginannya.

31

Dari uaraian diatas, tidak selamanya kondisi ekonomi yang serba kekurangan menjadi penghalang masyarakat dalam menuntut ilmu. Akan tetapi bisa jadi kondisi ekonomi yang serba kecukupan bahkan berlebihan dapat menyebabkan kurangnya minat orangtua untuk melanjutkan pendidikan anak. Diantara banyaknyakasus putus sekolah sebenarnya bukan karena disebabkan orangtua tidak mampu membiayai sekolah akan tetapi karena tidak adanya minat orangtua untuk menyekolahkan anaknya. Hal ini senada dengan perkataan Bpk Darso dalam wawancara, bahwa:

“Kito sebenernyo mampu membiayai sekolah anak kami. Tapi dari pada sekolah tinggi hanya untuk mencari kerja lebih baik membantu kami di ladang kan lebih jelas hasilnya”

Seperti yang dapat dilihat dari penjelasan di atas, ini bukan hanya lingkungan perekonomian yang tidak memadai namunmasyarakat yang mempunyai ekonomi serba kecukupan juga dapatmempengaruhi minat orangtua dalam menyekolahkan anak. Dimana mereka mempunyai asumsi bahwa tidak perlu sekolah tinggi jika akhirnya untuk mendapatkan pekerjaan atau uang. Dari pada bersekolah lebih baik bantu orang tua menjadi petani yang baik yang hasilnya jelas.

Adapun faktor yang mendukung perubahan pola pikir yaitu: 1) Keluarga

Keluarga mempunyai kontribusi yang sangat besar dalam proses terjadinya perubahan cara pandang terhadap pendidikan. Dikarenakan adanya campur tangan yang paling dominan dalam membentuk pola pikir anak. Keluarga juga menjadi penentu dalam kebijakan pendidikan yang bertujuan agar masa depan anak-anak mereka menjadi terarah. Seperti yang dikatan oleh ibu Tri pada 28 februari 2020 bahwa:

Pengene kulo, lare-lare niku sekolah seng duwur misal sampek sarjana. Ben uripe apik ora koyok wong tuwone. Ben uripe mulyo dipandang apek neng masyarakat. {keinginan saya anak-anak itu sekolah sampai jenjang yang tinggi seperti sarjana. Agar kehidupan anak-anak itu bagus tidak seperti orangtuanya dan supaya dipandang baik di lingkungan sekitar}. (hasil wawancara dengan ibu susan, pada tanggal 25 february 2020 ).

Disini orangtua mempunyai peranan penting dalam menentukan masa depan anaknya. Sejak kecil orangtua telah menanamkan habitus pada anak

32

bahwa ukuran sukses itu jika kamu sudah jadi dokter, sarjana, pns dll. Masyarakat beranggapan bahwa ukuran sukses seseorang itu dilihat dari seberapa tinggi mereka menempuh pendidikan dan jika tidak menempuh pendidikan tinggi maka tidak akan bisa bekerja.

2) Kemajuan Pembangunan

Pembangunan yang ada di desa Bukit Sejahtera menjadi salah satu perubahan pola pikir masyarakat. Dimana dahulu untuk pergi kesekolah harus melewati medan yang susah berupa tanah berlumpuh yang menjadikan jauhnya perjalanan yang ditempuh oleh peserta didik. Seiring perkembangan zaman, desa Bukit Sejahtera telah mengalami perubahan diantaranya pembangunan jalan yang sebagian sudah di aspal dan sebagian masi berupa tanah liat, dan koral. Seperti yang disampaikan Pak Roni:

Tentunya banyak sekali perubahan yang terjadi sejak pertama kali saya tinggal didesa ini tahun 1993, khususnya perubahan dalah hal pembangunan. Dulu mbak desa ini masih berupa hutan belantara, tidak ada akses transportasi maupun aliran listrik. Setiap harinya masyarakat memanfaatkan damar sebagai penerangan. Barulah tahun 2009 listrik masuk ke desa itupun sering padam. Kemudian adanya pembangunan jalan yang mana dulu susah sekali untuk kemana-mana karena medan yang ditempuh berupa tanah lumpur. Bayangke bae mbak kalo hujan jalanan jadi tidak bisa dilalui. Sekarang ini akses jalan sudah diperbaiki sehinga masyarakat mudah jika keluar masuk desa.

Dalam hal ini pembangunan yang ada di desa menjadikan seseorang juga bisa merubah pola ppikirnya. Dikarenakan dengan adanya pembangunan desa seperti adanya aliran listrik dan perbaikan jalan memudahkan masyarakat dalam menjalankan aktivitasnya. Salah satu contohnya anak-anak yang akan melanjutkan pendidikan pada tingkat SMP dan SMA yang notabene sokolahnya berada diluar desa akan mendapatkan kemudahan dalam perjalanannya, yang mana sebelum terjadinya pembangunan untuk keluar desa pun membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam karena disebabkan jalanan yang rusak parah berupa lumpur.

33 Skema Hasil Penelitian

Perubahan pola pikir masyarakat tentang urgensi pendidikan dalam teori praktik Bourdieu mengatasi agen dan struktur sosial. Dimana dalam agen dan struktur terdapat kekuasan yang satu sama lain saling mengendalikan. Agen atau individu tidak serta merta mempunyai kebebasan dalam menentukan

The logic of practice

Agen Habitus Modal Arena Struktur Sosial Budaya Ekonomi Kekuasaan Pendidikan Politik Ekonomi Habitus dahulu

Pendidikan bukanlah suatu hal yang penting dan yang terpenting dalam kehidupan masyarakat desa bukit sejahtera adalah tentang

menghasilkan uang

Habitus sekarang

Pendidikan merupakan hal yang penting untuk kelanjutan hidup yang lebih baik.

Simbolik k

Perubahan Pola Pikir Tentang Urgensi Pendidikan

34

kehidupannya. Didalam diri seorang agen terdapat habitus yang mana menjadi pengendali seseorang dalam bertindak maupun berpikir dalam suatu arena dan didalam arena terdapat modal yang ada dalam diri seseorang. Disini modal mempunyai peranan penting dalam suatu arena.

Habitus yang dimiliki orangtua di desa bukit sejahtera pada saat itu adalah pekerjaan yang menghasilkan uang dan bukan tentang pendidikan karena arena atau lingkungan tempat mereka tinggal berada dipelosok desa yang notabene tidak ada sarana yang menunjang dalam melaksanakan pendidikan, letak desa yang sangat jauh dari peradapan manusia atau pusat keramaian, kondisi jalan yang tidak memungkinkan untuk pulang pergi dengan mudah sehingga mendukung pola pikir masyarakat tidak peduli untuk menyekolahkan anak-anak mereka bahkan menganggap pendidikan itu tabu. Meskipun mereka mempunyai modal ekonomi berupa pendapatan dari hasil perkebunan akan tetapi tidak diiringi dengan pola pikir yang baik dan lingkungan yang tidak menyediakan sarana pendidikan maka tidak akan berhasil suatu keinginan masyarakat untuk menyekolahkan anaknya setinggi mungkin.

Seiring berjalannya waktu, desa bukit sejahtera telah mengalami perkembangan dalam pembangunan desanya. Dengan adanya perkembangan tersebut tidak memungkinkan jika pola pikir masyarakat tidak mengalami perubahan. Adanya pembangunan desa membuat pola pikir masyarakat mengalami perubahan khususnya dalam hal pendidikan. Dimana lingkungan yang mereka tinggali telah mendukung keinginan seseorang untuk mengenyam pendidikan dengan disertai modal yang mereka miliki berupa pendapatan, warisan keluarga ataupun kemampuan dalam berinteraksi. Pola pikir yang dimiliki masyarakat desa bukit sejahtera saat ini adalah pendidikan merupakan suatu hal yang urgent dalam kehidupannya serta kelanjutan hidup anak-anaknya menjadi baik.

Pendidikan bukan hanya sebagai sarana indikator kemajuan suatu negaraakan tetapi sebagai reproduksi kelas. Hal ini dapat digambarkan ketika seorang anak dari ekonomi kebawah, karena mempunyai keterbatasan modal ekonomi maka ia hanya mampu bersekolah di desanya yang notabene pelosok

35

desa dengan berbagai fasilitas yang serba minim. Dengan keterbatasan materi tersebut mengakibatkan anak tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, akhirnya ia hanya mampu bertahan sampai lulus SD bahkan ada yang tidak. Sedangkan dalam dunia kerja apa yang dapat diharapkan dari anak yang hanya lulusan SD, mampukah mereka memperoleh pekerjaan berstatus tinggi dengan penghasilan yang juga tinggi. Secara umum, sebagian besar diantara mereka akhirnya akan kembali mengulang posisi orangtuanya, berada pada posisi kelas bawah. Dengan kata lain, seseorang yang berasal dari golongan ekonomi kebawah nantinya juga akan mereproduksi anak yang juga berada diposisi bawah. Proses ini akan menjadi siklus yang sulit diubah akibat biaya pendidikan yang selalu melambung tinggi. Pendidikan yang mempunyai predikat terbaik hanya bisa diakses oleh orang-orang dari golongan ekonomi keatas sedangkan masyarakat yang berada digolongan ekonomi kebawah hanya bisa menikmati sekolah biasa yang tidak mempunyai predikat unggulan ataupun terbaik.

Masyarakat desa bukit sejahtera yang mempunyai habitus sesuai dengan kelas atas akan menerima keberhasilan, sementara mereka yang tidak mampu menyesuaikan habitusnya akan mengalami kegagalan. Agar kelas bawah dapat mengalami keberhasilan, maka mereka harus meniru habitus kelas atas. Dikarenakan kelas atas mempunyai modal budaya yang jauh melebihi kapasitas kelas bawah seperti budaya membaca, menulis, diskusi, dan sikap yang membuat mereka lebih siap untuk bersaing di arena pendidikan (sekolah).

F. Penutup

Dokumen terkait