• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERUBAHAN POLA PIKIR MASYARAKAT TENTANG URGENSI PENDIDIKAN (Studi di Kalangan Keluarga Desa Bukit Sejahtera Musi Banyuasin) TESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERUBAHAN POLA PIKIR MASYARAKAT TENTANG URGENSI PENDIDIKAN (Studi di Kalangan Keluarga Desa Bukit Sejahtera Musi Banyuasin) TESIS"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

PERUBAHAN POLA PIKIR MASYARAKAT TENTANG URGENSI PENDIDIKAN

(Studi di Kalangan Keluarga Desa Bukit Sejahtera Musi Banyuasin)

TESIS

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar S-2 Program Studi Magister Sosiologi

Oleh:

ZULFA MAZIDAH 201810270211014

DIREKTORAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)
(3)
(4)

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkah rahmat, hidayah dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan Tesis dengan judul “Perubahan Pola Pikir Masyarakat Tentang Urgensi Pendidikan (Studi Dikalangan Keluarga Desa Bukit Sejahtera Musi Banyuasin)”. Semoga Allah memberikan manfaat atas ilmu pengetahuan ini. Penyusunan Tesis ini sebagai persyaratan untuk menyelsaikan studi S-2 di Program studi Magister sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah sabar membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Vina salviana D,S, M.Si dan Dr. Ahmad Habib, M.A selaku dosen pembimbing yang telah memberikan ilmu, bantuan dan bimbingannya dalam menyelesaikan tesis ini.

2. Prof. Dr. Ishommudin, M.Si dan Dr. Fauzik Lendriyono, M.Si beserta Dr. Oman Sukmana, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang sangat berharga dalam penyusunan tesis ini.

3. Prof. Akhsanul In’am, Ph.D beserta staff TU pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang atas segala bantuan yang diberikan.

4. Kedua orangtuaku M. Khoeroni dan Nur Azizah untuk semua doa dan dukungannya yang tak pernah berhenti tercurah untuk saya hingga terselesaikannya tesis ini.

5. Sahabat seperjuangan dari program masgister sosiologi yang senantiasa memberi semangat.

Semoga Allah membalas semua kebaikan yang diberikan kepada penulis dengan mendapat limpahan rahmat-Nya. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun untuk tesis ini penulis terima dengan lapang dada.

Malang, 18 Februari 2021

(5)
(6)

v DAFTAR ISI

JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGUJI

KATA PENGANTAR ... i SURAT PERNYATAAN... ii DAFTAR GAMBAR ... iv DAFTAR TABEL ... v ABSTRAK ... 1 ABSTRACK ... 2 Pendahuluan ... 3 Kajian Pustaka ... 5 Penelitian Terdahulu ... 5

Teori Praktik Bourdieu ... 8

Metode Penelitian ... 12

Hasil Penelitian ... 14

Analisis dan Pembahasan ... 22

Penutup ... 37

Kesimpulan ... 37

Saran ... 38

(7)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Bagan Teori Praktik Bourdieu... 11

Gambar 2 Model Interaktif Miles, Huberman & Saldana ... 13

Gambar 3 Bagan Struktur Desa Bukit Sejahtera ... 19

(8)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jarak Tempuh Antar Desa ... 14

Tabel 2 Jumlah Penduduk ... 15

Tabel 3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kepercayaan ... 16

Tabel 4 Sarana Pendidikan ... 17

Tabel 5 Data Tingkat Keramaian Pendidikan ... 17

Tabel 6 Mata Pencarian Masyarakat ... 18

(9)

1

PERUBAHAN POLA PIKIR MASYARAKAT TENTANG

URGENSI PENDIDIKAN

(Studi Di Kalangan Keluarga Desa Bukit Sejahtera Musi Banyuasin)

Zulfa Mazidah

(mazidah1511@gmail.com / NIM : 201810270211014) Dr. Vina Salviana D.S.,M.Si

(vina@umm.ac.id / NIDN : 0721036201) Dr. Achmad Habib, M.A

(habib@umm.ac.id /NIDN : 0027124901) Program Studi Magister Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang

ABSTRAK

Pola pikir yang dimiliki masyarakat tentang pentingnya pendidikan mempunyai dampak besar bagi kehidupan generasi mendatang. Dengan adanya pendidikan kehidupan sosial masyarakat akan berubah. Desa Bukit Sejahtera merupakan salah satu desa yang mengalami perubahan pola pikir tentang urgensi pendidikan. Penelitianini bertujuan untuk menganalisis perubahan pola pikir masyarakat tentang pendidikan menurut perspektif teori praktik Pierre Bourdieu.

Metode penelitian menggunakan kualitatif deskriptif. Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data berupa observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam menentukan subjek penelitian menggunakan teknik purposive sampling. Model interaktif Miles, huberman dan saldana digunakan dalam analisis sedangkan untuk Validitas data menggunakan triangulasi sumber.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pola pikir masyarakat tentang urgensi pendidikan telah mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi di kalangan keluarga desa Bukit Sejahtera diantaranya adalah dahulu masyarakat mempunyai pola pikir bahwa pendidikan bukanlah suatu hal yang penting untuk dilakukan menjadi pendidikan itu suatu hal yang penting untuk kelanjutan hidup anak-anaknya.

(10)

2

ABSTRACT

The mindset that people have about the importance of education has a big impact on the lives of future generations. With education, the social life of the community will change. Bukit Sejahtera Village is one of the villages that has experienced a change in mindset about the urgency of education. This study aims to analyze changes in people's mindsets about education from the perspective of Pierre Bourdieu's theory of practice.

Research method using descriptive qualitative. Techniques used in collecting data in the form of observations, interviews and documentation. In determining the subject of the study using purposive sampling techniques. Interactive models of Miles, Huberman and Saldana are used in analysis while for data validity using source triangulation.

The results of this study show that people's mindset about the urgency of education has changed. The changes that occurred among the Bukit Sejahtera village family include the former community has a mindset that education is not an important thing to do into education is an important thing for the continuation of children's lives.

(11)

3 A. Pendahuluan

Pendidikan menjadi suatu keharusan dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia. Dengan mengenyam pendidikan sesorang dapat menjadi cerdas, kritis dan mudah beradaptasi. Indikator kemajuan sosial dapat dilihat dari status pendidikan suatu negara. Agar dapat terus bertahan masyarakat harus memberikan nilai, pengetahuan, keterampilan, dan bentuk perilaku yang diharapkan dapat dimiiki oleh generasi mendatang(Nasution, 2010).

Hakikat pendidikan adalah berusaha untuk mewariskan nilai-nilai dan menjadi faktor penentu bagi manusia untuk mewujudkan kehidupan dan memelihara peradaban manusia. Tanpa pendidikan manusia sekarang ini jauh tertinggal dalam hal kehidupan dan pemberdayaan sama seperti manusia di masa lalu. Dapat dikatakan jika individu mempunyai pendidikan tinggi maka dia akanmempunyai wawasan yang luas (Hasbullah, 2001). Akan tetapi pendidikan dalam arti sempit merupakan sebuah alat untuk mempertahankan kelas dominan atau selalu terkait dengan status sosial.

Semakin tinggi pendidikan yang diperoleh oleh seseorang maka seseorang tersebut dapat menempati kelas elit dalam status sosial masyarakat. Sehingga secara umum masyarakat yang bisa menempuh pendidikan tinggi berasal dari kelompok dengan status sosial ekonomi yang lebih tinggi. Namun yang terjadi pada masyarakat saat ini adalah masyarakat yang ekonominya tinggi belum tentu memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Faktanya, banyak orang yang tidak mampu dalam hal ekonomi memiliki kemampuan untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan tinggi. Pasalnya, masyarakat sadar bahwa dengan pendidikan mereka mempunyai prestise di masyarakat. Pendidikan yang semula sebagai sarana transformasi ilmu pengetahuan pada akhirnya menjadi alat untuk memperkuat kelas sosial yang ada.

Kabupaten Musi Banyuasin tepatnya di Desa Bukit Sejahtera Kecamatan Batanghari leko merupakan daerah yang masih tradisional dimana Desa tersebut berada dalam kawasan hutan yang memilliki lahan dengan luas kurang lebih 1.623,6 H (Monografi, 2019) Mayoritas masyarakat Desa Bukit Sejahtera bermata pencarian sebagai petani perkebunan kelapa sawit dan perkebunan

(12)

4

karet. Desa ini ditempat tinggali oleh berbacam-macam suku diantaranya suku sengit (orang lokal), suku jawa, suku sunda, suku Palembang, suku sekayu dan suku anak dalam. Kondisi geografis Desa Bukit Sejahtera sangat jauh dari pusat keramaian seperti kota, kabupaten maupun kecamatan menjadikan hambatan dalam mengakses pendidikan.

Dahulu masyarakat desa Bukit Sejahtera menganggap bahwa pendidikan sebagai suatu hal yang tabu. Sikap ini mengacu pada masa lalu, karena diwarisi oleh nenek moyang berupa habitus atau pikiran bahwa yang terpenting dalam kehidupan adalah uang bukan tentang pendidikan. Sehingga masyarakat pada saat itu tidak menyekolahkan anak-anaknya. Menurut masyarakat Desa Bukit Sejahtera, masyarakat yang tidak sekolah dapat memiliki kehidupan sejahtera lagi kaya. Oleh karena itu, tidak perlu pendidikan tinggi karena menurut mereka bersekolah hanya membuang-buang waktu dan uang. Yang terbaik adalah menghabiskan waktu bekerja di bidang yang menguntungkan (Khoeroni, 2019).

Faktanya, masyarakat desa bukit sejahtera telah merubah pola pikirnya mengenai pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari data tingkat keramaian pendidikan desa bukit sejahtera yang mana pada tahun 2006 terdapat 205 orang yang tidak tamat SD, penduduk yang tidak tamat SMP berjumlah 455, tidak tamat SMA 505 orang bahkan tidak ada masyarakat yang melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Akan tetapi pada tahun 2019 telah terjadi perubahan dimana jumlah penduduk yang sudah menyelesaikan SD berjumlah 700 orang dan 38 orang yang telah menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi. Dari data diatas dapat dikatakan jumlah masyarakat yang melanjutkan pendidikannya telah mengalami peningkatan sehingga menguatkan bahwa telah terjadi perubahan pola pikir masyarakat tentang pentingnya pendidikan(Monografi, 2019).

Pendidikan dalam pandangan masyarakat desa bukit sejahtera adalah alat untuk memasuki kelas sosial tertentu dimana dengan pendidikan mereka akan mempunyai prestise di lingkungan masyarakat Sehingga sedikit demi sedikit pola pikir masyarakat mengalami perubahan karna didukung oleh habitus yang

(13)

5

baik disertai modal yang dimiliki masyarakat dan lingkungan yang sudah menyediakan sarana pendidikan.

Dengan adanya keadaan tersebut dan didukung oleh pesatnya perkembangan teknologi informasi yang ada di desa Bukit Sejahtera maka peneliti tertarik untuk mendeskripsikan perubahan pola pikir masyarakat tentang urgensi pendidikan di kalangan keluarga desa Bukit Sejahtera. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan perubahan pola pikir masyarakat tentang urgensi pendidikan menurut perspektif teori The Logic Of Practice Pierre Bourdieu yang terjadi dikalangan keluarga desa Bukit Sejahtera Musi Banyuasin.

B. Kajian Pustaka

1. Penelitian Terdahulu

Pertama, perubahan pola pikir kaum marginal terhadap pendidikan dalam novel orang miskin dilarang sekolah (Nitayadnya, 2016). Hasil penelitian menemukan bahwa masyarakat yang terpinggirkan menganggap pendidikan sebagai hal tidak adanya manfaat dalam aktivitas mereka dan menganggap pendidikan itu pekerjaan yang menyita waktu dan uang. Adanya persepsi tersebut, kelompok marjinal lebih mengutamakan kegiatan yang menghasilkan pendapatan yang akan mengurangi beban keluarga. Sikap masyarakat marginal berubah ketika mereka menyadari keterampilan dan pengetahuan yang tidak dikuasai masyarakat sehingga mereka mudah tertipu dan tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.

Kedua, peran pendidikan terhadap eksistensi kehidupan masyarakat adat di TasikmalayaJawa Barat oleh (Kurniawan, 2018). Adapun hasil penelitian ini membuktikan bahwa masyarakat adat didorong untuk mengutamakan pendidikan setiap warganya. Kalaupun sebagian besar tidak tamat SD, mereka tetap menggali potensinya dalam pendidikan lain. Peran pendidikan memang sangat membantu dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat itu sendiri, walaupun hal ini tidak serta merta berarti pendidikan eksternal akan mengubah persepsi masyarakat Kampong Nagar, karena mereka

(14)

6

mempunyai filosofi bahwa pengetahuan bisa mendunia, tetapi berperilaku itu masih lokal.

Ketiga, Perubahan pola pikir masyarakat nelayan Desa tanjung pala kabupaten Natuna dilakukan oleh (Andika, 2016). Dalam studi ini, perubahan pola pikir pada komunitas nelayan dikaitkan dengan pertarungan. Pertarungan ini terlihat dari meluapnya pendatang baru yang berdarma mencari ikan dan tinggal menetap yang menurunkan pendapatan masyarakat setempat. Dahulu masyarakat nelayan hanya memprioritaskan pekerjaan nelayan, ketimbang membiarkan anaknya mengenyam pendidikan tinggi. Namun seiring berjalannya waktu, perolehan mereka dari laut semakin berkurang, sehingga masyarakat memiliki pekerjaan paruh waktu, yaitu menjadi petani untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dari segi pendidikan, konsep bermasyarakat juga telah berubah, yaitu masyarakat kini meyakini bahwa pendidikan itu sangat penting.

Keempat, Perubahan pola pikir masyarakat nelayan terhadap pendidikan di desa Panimbawang Kabupaten Morowali. Kesimpulannya, konsep pendidikan masyarakat nelayan Desa Panimbawang Kabupaten Morowali telah berubah, mereka percaya bahwa pendidikan anak sungguh penting bagi masa depan mereka supaya tidak tertinggal zamannya. Dari pada itu, demi futur anaknya, masyarakat nelayan mengaku tidak menginginkan jika anaknya bekerja menjadi nelayan. Aspek yang memicu perubahan pola pikir yakni kemajuan ekonomi dan sarana prasarana pendidikan.

Kelima, Kesadaran Masyarakat Terhadap Pentingnya Kelanjutan Pendidikan Anak studi Kasus terhadap Masyarakat Petani di Desa Bontongan Kabupaten Enrekang (Hamzah, 2011). Jurnal tersebut menyimpulkan bahwa meskipun sebagian besar masyarakat menganggap pendidikan itu penting, petani di Desa Bontongan memahami keberlanjutan pendidikan anak-anaknya. Levelnya masih sangat rendah. Namun, pola pikir masyarakat sekitar adalah orang yang mengenyam pendidikan tinggi hanya untuk bekerja. Oleh karena itu, masyarakat petani di Desa Bangtongan memiliki sedikit kemauan untuk melanjutkan pendidikan anak-anaknya.

(15)

7

Metode yang digunakan peneliti metode kuantitatif dengan populasi 642 orang, 50 di antaranya adalah sampel.

Ke enam, Selain itu penelitian (Rima Permata sari, 2015) The Faktors That Influence Societys’ Mind Set On The Important Of Education In Cugung Village. Penelitian ini menghasilkan faktor yang menimbulkan mentalitas masyarakat berubah terhadap pendidikan memiliki hubungan 57,7% dengan faktor lingkungan keluarga, karena masih banyak keluarga yang belum menyadari makna pendidikan dan tidak didapatkanya pengetahuan tentang pentingnya pendidikan. Faktor kedua adalah pendidikan, masyarakat masih kurang memahami pentingnya pendidikan. Faktor lainnya adalah faktor interaksi dengan masyarakat kualitas kehidupan sosial.

Ketujuh, Kajian pustaka selanjutnya dari (Mujiati, 2018) tentang Kepedulian Masyarakat Petani Dalam Meningkatkan Pendidikan Anak Di Desa Warugunung Kabupaten Mojokerto.Hasil dari penelitian ini adalah masyarakat petani pedesaan di Warugunung meyakini bahwa pendidikan merupakan sarana pembelajaran yang penting, dan pendidikan juga diharapkan dapat membawa prestasi yang lebih baik untuk masa depan anak, Orang tua berharap agar anaknya tidak mengikuti jejak orang tua sebagai petani. Terlihat disini bahwa pendidikan sangat penting untuk kelangsungan hidup anak, terutama untuk kelangsungan hidup kelak.

Kedelapan, Penelitian dilakukan (Mulyadi, 2016) adalah tentang pengembangan perhatian terhadap pendidikan untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas pemulung TPA Banban Gebang. Hasil penelitian ini menemukan bahwa 72% orang tua di sana masih memerintahkan anaknya menjadi pemulung setelah sekolah 19% orangtua membiarkan anaknya bersekolah tanpa memungut sampah, sedangkan 9% orangtua menyuruh anaknya menjadi pemulung dan tidak memperbolehkan anaknya bersekolah.

2. Landasan Teoritik

(16)

8

Pemikiran Bourdieu sangat diperlukan dalam ilmu-ilmu sosial, karena yang membedakan pemikiran Bourdieu dengan yang lain yaitu gagasan Bourdieu dalam mengatasi masalah dikotomi individu dan masyarakat, kebebasan (determinisme) yang berkaitan dengan upaya-upaya yang dilakukan oleh agen sosial.

Didalam proses interaksi dialektis terjadilah pertemuan antara struktur dan agen kemudian struktur objektif dan subjektif disinilah kemudian dinamakan praktik. Dalam prosesnya Bourdieu berusaha membangun model teoritis dari praktik sosial. Praktik diketahui laksana efek dari internalisasi eksterior dan eksternalisasi interior. Internalisasi eksternal merupakan segenap keseluruhan yang dijalani dan dicermati dari luar perilaku sosial. Sementara itu eksternalisasi interior merupakan keseluruhan yang diekspresikan dan membentuk komponen dari pelaku sosial.

Praktiksosial merupakan hasil dialektika antara internalisasi eksternal dan eksternalisasi internal. Aspek interiornya dibentuk oleh habitus sedangkan aspek eksteriornya berasal dari arena (struktur objekti yang berada diluar diri pelaku sosial) dan dialektika yang terjadi sangat ditentukan oleh kapital/modal.

a. Habitus

Habitus bukan hanya sekedar kebisaaan atau kepribadian yang abadi dalam diri seorang individu. Melainkan sesuatu yang kompleks dan rumit. George Ritzer dalam buku (Goodman, 2003) menyebutkan habitus seperti “struktur mental” yang dipakai oleh individu untuk mengimbangi aktivitas sosialnya. Individu dilengkapi dengan serangkaian program untuk memahami, merasakan, dan menilai atau mengevaluasi dunia sosial. Melalui program ini aktor dapat melakukan tindakannya sendiri dan membuat penilainya.

Pierre Bourdieu mengartikan habitus selaku kondisi keberadaan kelas. Berdasarkan kondisitersebutpola pikir akan kebal terhadap waktu dan bisaditurunkan kepada keluarga dan dihasilkannya struktur

(17)

9

yangdijadikan sebagai pembentuk habitus. Oleh karena itu habitus merupakan dampak yang diperoleh dari kecakapanseseorang diwujudkan dalamperilaku atau praktik dan setelah itu menjadi kecapakan di lingkungan masyarakat tersebut tinggal. Seperti halnyaketika seseorang menguasai bahasa, menulis atau berpikir. Dikatakan bahwa seniman dan sastrawan dapat berkarya karena adanya kebebasan berkreasi, karena tidak lagi menyadari bahwa mereka telah menyatu dengan pikirannya. Oleh karenanya habitus merupakan sumber pendorongperilaku, pikiran dan representasi.

Pola pikir yang berada dalam periode yang relati lama adalah dampak dari adanya kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dan kehidupan semacam ini berlangsung dalam kurun waktu sejarah yang panjang. Habitus diproduksi oleh kehidupan sosial. Perilaku ini merupakan perantara antara kebisaaan dan kehidupan sosial. Bourdieu percaya bahwa kebisaaan hanya "mengusulkan" sesuatu hal yang harus agen pilih dan suatu hal yang harus dipikirkan orang (George Ritzer, 2003, pp. 523-524). Seperti makan, minum, berbicara, dll. Dapat disimpulkan bahwa Habitus mempunyai tiga sifat yaitu: Bertahan lama dan tidak mudah berubah, dapat diwariskan atau dialihkan dan Mendorong tumbuhnya praksis sosial baru. b. Ranah (arena)

Konsep habitus tidak dapat dipisahkan dengan ranah dikarenakan habitus dan ranah saling mengansumsikan bahwahabitus berada didalam pikiran agen sedangkan arena berada disisi luar pikiran agen (Mahar, 2010). Maksudnya habitus beroperasi di suatu arena tertentu. Bourdieu mengatakan bahwa setiap struktur sosial dibangun melewati sederajat arena yang tertata rapi salah satunya seperti arenapendidikan.

Dalam penyusunan teorinya, Bourdieu kerap kali memakai istilah dominasi simbolik, hubungan simbolik dan kekuatan simbolik silih berganti atau bergiliran (Bourdieu, Language and symbolic power, 1991, p. 170). Ketiganya dipakai untuk memperjelas prosedurmenghasilkan kehidupan sosial yang mengikutsertakansubjek didalam arena. Setiap

(18)

10

individu mempunyai kapital dan habitus yang berbedaakan tetapi saling bersaing. MenurutBourdieu, kekuatan simbolik adalah kemampuan untuk menciptakan dan mengubah segala sesuatu yang dianggap, dikenali dan membuat seseorang percaya pada apa yang dilihatnya serta mengubah pandangan atau pemikiran orang tentang dunia.

Ketika otonomi ranah atau arena dalam keadaan lemah proses penguasaan simbolik ini akan terjadi yang akan memungkinkan ide-ide baru yang disampaikan oleh subjek lain didalam lingkungan tertentu tumbuh untuk menentang apa yang menurut mereka tidak sesuai (Grenell, 2008). Disini Bourdieu menyebut konsep heterodoksa (memikirkan apakah gagasan saat ini baik atau tidak) dan ortodoksa (situasi dimana keyakinan diakui dan diterima oleh praktik).

c. Modal atau Kapital

Menurut Bourdieu modal tidak selalu berbentuk materi melainkan dapat berbentuk modal kultural, modal simbolik dan modal sosial.

a. Modal budaya atau kultural dianggap benar oleh masyrakat dalam bentuk kepercayaan pada nilai dan selalu diikuti, atau semua kualitas intelektual yang dihasilkan melalui pendidikan atau warisan keluarga. Oleh karena itu modal budaya adalah kemampuan seseorang yang berhubungan dengannalar, akhlak dan estetika. (George Ritzer, 2003, p. 583).

b. Modal simbolik mengacu pada sumberdaya yang dioptimalkan dalam meraih kekuasaan simbolik berupa kehormatan, jabatan, prestise, dan gelar. Simbol memiliki kemampuan mengkontruksi realitas yang dapat membuat masyarakat percaya dan mengubah persepsi masyarakat terhadap realitas yang ada.

c. Modal sosial, menurut Bourdieu modal sosial adalah hubungan sosial yang terdiri dari koneksi berbasis kekuasaan dan anggota dalam kelompok tertentu. Dibandingkan dengan partai politik lain yang berkuasa modal sosial dimiliki oleh individu atau kelompok (Haryatmoko, 2003) .

(19)

11

d. Modal ekonomi adalah jenis modal yang dapat dengan mudah diubah menjadi bentuk modal lainnya. Misalnya termasuk alat produksi, pendapatan dan mata uang.

Modal mempunyai peranan penting dalam teori praktik Bourdieu akan tetapi tidak secara otomatis dapat memainkan peranan penting didalam arena. Karena pada dasarnya setiap arena mempunyai keperluan modal yang berbeda-beda. Dalam hal ini modal dan habitus sangat erat kaitannya, dimana modal berada pada diri seseorang bersamaan dengan habitus dan sama seperti habitus, modal juga tidak bisa dipisahkan dari pertarungan individu didalam sebuah arena. Habitus selalu menemukan dirinya di dalam sebuah arena sedangkan arena menganggap bahwa modal sebagai suatu yang penting dalam diri seseorang.

Gambar 1: bagan teori praktik Bourdieu

C. Metodologi

Kajian ini menggunakan paradigma definisi sosial. Paradigma definisi sosial mengkaji tindakan individu yang mempunyai makna bagi dirinya dan diarahkan kepada oranglain. Dengan kata lain, dalam berinteraksi seorang individu tetap dibawah pengaruh baying-bayang struktur sosial dalam masyarakat. Namun fokus paradigma ini tetap tertuju perilaku individu (Ritzer, 2016, p. 96).

Peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan tujuan untuk mendeskripsikan fakta-fakta secara detail atau mendeskripsikan ciri-ciri gejala maupun masalah yang akan diteliti guna mendapatkan hasil terkait dengan perubahan cara berpikir masyarakat Desa Bukit Sajahtera tentang urgensi pendidikan.

(Habitus x Modal)

Arena (Ranah)

Merasakan Menyadari Memahami

Melakukan tindakan Masyarakat

(20)

12

Lokasi penelitian ini di desa Bukit sejahtera Kecamatan Batanghari Leko Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera selatan. Dimana di Desa Bukit Sejahtera telah terjadi perubahan pola pikir masyarakat bahwa pendidikan itu sangatlah penting bagi kehidupan anak-anaknya dan mayoritas anak-anaknya sekarang ini telah menempuh pendidikan minimal SMA/SMK.

Dalam menentukan subjek penelitian, peneliti menggunakan purposive sampling dengan tujuan untuk menentukan objek penelitian dengan standar atau pertimbangan berdasarkan kemampuan di bidangnya (Hikmat, 2011, p. 108). Teknik tersebut dirancang dengan fokus pada sumber topik penelitian sehingga peneliti dapat dengan mudah mengumpulkan sumber data di lapangan.

Pengambilan Subjek dilakukan dengan menggunakan purposive yang didasarkan pada kriteria-kriteria sebagai berikut:

1) Orangtua yang mempunyai anak usia sekolah SMP-SMA

2) Orang yang tinggal di Desa Bukit Sejahtera dalam kurun waktu 15 tahun lebih

3) Keluarga yang mengalami perubahan pola pikir. Contoh anak pertama tidak sekolah atau sekolah hanya sebatas SD kemudian anak kedua bisa sekolah sampai jenjang yang lebih tinggi. Diantaranya adalah :

a. Bu susan memiliki 7 anak yang mana anak pertama tidak tamat SD, anak kedua tidak sekolah, anak ketiga tamat SD, anak Keempat-lima putus sekolah di jenjang SMP dan anak yang ke enam lulus SMP sedangkan anak yang terakhir telah selesai mengenyam pendidikan tinggi di kampus Jogja dengan jurusan komunikasi b. Bu sri memiliki 5 anak, anak pertama dan kedua tidak sekolah,

anak ketiga tidak lulus SD, anak keempat Lulus SMP dan anak yang kelima lulus SMA

c. Bu tri memiliki 2 anak yang mana anak pertama tidak lulus SD dan anak yang kedua lulus SMA.

d. Pak Darso Mempunyai 3 anak, anak yang pertama hanya lulusan SD, anak yang kedua lulusan SMA dan yang ketiga lulusan universitas

Jumlah keseluruhan penelitian ini yaitu 7 orang, yang mana terdiri dari 1 informan kunci yang tingal di Desa Bukit Sejahtera dalam kurun

(21)

13

waktu lebih 23 tahun dan subjek penelitian berjumlah 6 orang yang sudah tinggal didesa selama kurang lebih 15 tahun dan sebagai orangtua yang mengalami perubahan pola pikir.

Peneliti melakukan pengamatan di desa Bukit Sejahtera pada bulan September 2019 secara langsung ke lapangan dengan maksud mendapatkan informasi yang meliputi keadaan sosial, budaya, lingkungan dan lain sebagainya yang dibutuhkan dalam memperoleh data yang sesuai dengan fenomena di kalangan keluarga desa bukit sejahtera. Tahap wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah membuat pedoman penelitian yang berkaitan dengan fokus penelitian. Berdasarkan fokus tersebut peneliti kemudian mengembangkan pertanyaan akan tetapi tetap berpedoman pada fokus penelitian. Langkah selanjutnya adalah menentukan waktu dan tempat bertemu dengan informan. Sebelum proses wawancara terjadi peneliti terlebih dahulu memberitahukan maksud dan tujuan diadakan wawancara tersebut terutama yang terkait dengan penelitian. Peneliti mendokumentasikan suatu hal yang berkaitan dengan perubahan pola pikir masyarakat tentang pentingnya pendidikan seperti data monografi desa Bukit Sejahtera, profil desa, dan terdapat foto wawancara.

Proses mereduksi data menjadi data yang dapat dengan mudah dibaca dan diterapkan. Adapun tujuannya adalah untuk memperjelas berita yang dikumpulkan. Dalam menganalisis datanya peneliti memakai analisis kualitatif model interaktif Miles dan Huberman (A. Michael Huberman, 2017) yang mencakup empat aspek utama yakni antara lainberikut :

(22)

14

Gambar 2: Model interaktif Miles, Huberman dan Saldana

Pengecekan validitas data dilaksanakan oleh peneliti dengan menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi ini dilakukan dengan mencari orang-orang yang menganggap bahwa pendidikan penting untuk kelangsungan hidup anaknya. Peneliti disini membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen terkait, menyusun data hasil observasi kegiatan penelitian dan membandingkan keadaan dari perspektif seseorang dengan perspekti oranglain.

D. Hasil Penelitian 1. Letak geografis

a) Kabupaten Musi banyuasin

Kabupaten musi banyuasin merupakan kabupaten yang berada di provinsi sumatera selatan yang ibu kotanya Sekayu. Luas wilayah sekitar 14.265,96 km2 berlokasidiantara 1,3 derajat sampai dengan 4 derajat Lintang Selatan dan 103 derajat sampai 105 derajat Bujur TimurKecamatan Batanghari Leko

b) Kecamatan Batanghari leko

Luas wilayahnya 2.107,79 kilometer persegi. Keadaan topografi dikecamatan kebanyakan terdiri dari dataran rendah yang sebagian besar penduduknya tinggal di tepian aliran sungai Batanghari. Kecamatan Batanghari leko mempunyai 16 wilayah Desa dengan 46 dusun yang rata-rata jumlah penduduk perdusunnya 375 orang (Monografi, 2019).

Conclusions: drawing/ verfying Kesimpulan penarikan/verifikasi Data condensation (Kondensasi Data) Data Collection (Pengumpulan data) Data display (Penyajian data)

(23)

15 c) Batas Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Desa Bukit Sejahtera kecamatan Batanghari leko. Desa Bukit Sejahtera adalah sebuah desa yang terletak di kecamatan Batanghari leko kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera selatan. Luas wilayah desa Bukit Sejahtera kurang lebih 1623.6 hektar. Desa Bukit Sejahtera mempunyai batas wilayah yang mana berbatasan dengan kawasan Dengku Sebelah Utara, desa Tanjung Bali di sebelah selatan, desa Bukit Pangkuasan di sebelah Barat dan Desa Saud di sebelah timur. Keterjangkauan Desa Bukit Sejahtera adalah sebagai berkut:

Tabel 1 ; Jarak tempuh

Ke Ibu Kota Kecamatan 27 Km Ke Ibu Kota Kabupaten 52 Km Ke Ibu Kota Provinsi 180 Km Sumber data: Data monografi desa Bukit Sejahtera tahun 2019

Kondisi topografi atau bentang alam Desa Bukit Sejahtera diantaranya berupa dataran tinggi, Bukit-Bukit, aliran sungai Batanghari dan Sungai Musi. Jarak tempuh Desa Bukit Sejahtera ke ibu kota kecamatan maupun kabupaten dan provinsi begitu jauh. Adapun akses jalan menuju Desa Bukit Sejahtera masih berupa tanah koral dan ada sebagian yang masih tanah merah jika sedang hujan maka akses keluar maupun masuk sangat susah.

d) Sejarah Desa Bukit Sejahtera

Sebelum menjadi pemukiman penduduk, Desa Bukit Sejahtera awalnya berupa hutan belantara di wilayah Desa Saud pada tahun 1992. Hutan tersebut dibuka oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit MBI (Musi Banyuasin Indah). Dimana perusahaan berkerjasama dengan pemerintah kemudian dibangunlah pemukiman penduduk transmigrasi yang dipimpin oleh stap KUPT Bpk. Iskandar pada tahun 1994. Setelah itu didatangkanlah transmigran asal jawa tengah (merapi), Magelang, Boyolali. Jumlah penduduk translokal/ penduduk pribumi saat itu kurang lebih 50 kk dan jumlah keseluruhan penduduk semuanya kurang lebih 450 KK. Pada tahun 1997-1998 berakhirlah masa kepemimpinan KUPT

(24)

16

kemudian diserahkan ke Desa dan dibentuklah kepala Desa dan jajarannya sampai sekarang dengan nama desa Bukit Sejahtera.

e) Persebaran dan Kepadatan Penduduk

Penduduk desa Bukit sejahtera berkisar 1691 jiwa. Dimana terdiri dari 931 jiwa laki-laki dan 721 jiwaperempuan.

Tabel 2; jumlah penduduk Desa Bukit Sejahtera

No Data Penduduk Tahun 2019

1 Jumlah penduduk 1691 jiwa

2 Jumlah laki-laki 834 jiwa

3 Jumlah perempuan 856 jiwa

4 Jumlah Kepala Keluarga 468 KK

5 Jumlah Kematian 8 jiwa

6 Jumlah Kelahiran 27 jiwa

7 Jumlah warga yang pindah 17 jiwa

8 Jumlah Pendatang 12 jiwa

Sumberdata :profil Desa Bukit Sejahtera 2019

Perubahan penduduk berdasarkan tabel diatas yang terjadi di Desa Bukit Sejahtera dari segi mutasi maupun mobilitas dari keterangan mati, lahir, transmigran maupun urban jumlahnya mendekati seimbang. Akan tetapi angka kematian disini lebih sedikit dibandingkan yang lainnya.

Desa Bukit Sejahtera dari tahun ketahun semakin berkembang dilihat dari pembangunan jalan. Dimana dahulu akses menuju Desa Bukit Sejahtera sangatlah susah jalan licin berlumpur dan rusak. Pembangunan jalan Desa Bukit Sejahtera sudah berkembang sejak tahun 2015. Senada dengan ungkapan kepala Desa “kito alokasikan dana Desa tu untuk bebenah jalan, supayo budak-budak yang nak sekolah ke Desa sebalah tak de kendala dan masyarakat sikak mudah man nak kemane-mane” ( kita alokasikan dana Desa itu untuk memperbaiki jalan, supaya ketika anak-anak sekolah tidak ada hambatan dan masyarakat Desa mudah untuk menjangkau tujuannya). Wawancara dengan Kades Aruji, 26 september 2020.

Agama yang dianut oleh Masyarakat Desa Bukit Sejahtera terdiri dari dua agama yaitu islam dan kristen. Mayoritas penduduknya beragama islam. Sarana ibadah di desa Bukit Sejahtera terdiri dari tiga jenis bangunan yaitu 3 masjid, 5 mushola dan 2 gereja.

(25)

17

Tabel 3; Jumlah penduduk Desa berdasarkan kepercayaan

No Agama Pemeluk Rumah Ibadah

Masjid Gereja Mushola Pura

1 Islam 1.605 3 - 5 -

2 Kristen 48 - 1 - -

Sumber: Data monografi Desa Bukit Sejahtera 2019 f) Kondisi Pendidikan Desa Bukit Sejahtera

Sebagian upaya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia khususnya peningkatan pengetahuan dan keterampilan adalah dengan memiliki sarana pendidikan yang memadai. Disini yang dimaksudkan adalah lembaga pendidikan formal. Dengan adanya lembaga tersebut peneliti akanmencantumkan sarana dan prasarana pendidikan di Desa Bukit Sejahtera:

Tabel 4; Keadaan Pendidikan di Desa Bukit Sejahtera No Kategori

sekolah

Jumlah sekolah

Jumlah Guru Jumlah siswa

1 PAUD Satu 3 24

2 TK Satu 3 19

3 SD Satu 10 215

Sumber : Data monografi Desa Bukit Sejahtera 2019

Dari data tersebutbisa dimengerti bahwa fasilitas pendidikan di desa bukit sejahtera hanya sebatas tingkat Sekolah Dasar. Anak-anak yang ingin melanjutkan pendidikannya pada tingkat SMP dan SMA menempuh pendidikan di Desa lain.

Tabel 5; Data Tingkat Keramaian Tingkat Pendidikan Pendidikan penduduk Tahun

2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 penduduk buta huruf 55 orang 55 orang 40 orang 39 orang penduduk tidak tamat

SD

205 orang 298 orang 200 orang 150 orang penduduk tamat SD 455 orang 495 orang 565 orang 700 orang penduduk tidak tamat

SLTP sederajat

505 orang 585 orang 421 orang 430 orang penduduk tidak tamat

SLTA sederajat

88 orang 95 orang 80 orang 75 orang penduduk tamat D-1 5 orang 7 orang 7 orang 8 orang penduduk tamat D-2 2 orang 2 orang 2 orang 2 orang penduduk tamat D-3 0 orang 1 orang - -

(26)

18

penduduk tamat S-2 2 orang 2 orang 2 orang 6 orang penduduk tamat S-3 0 orang 1 orang - -

Sumber data dari (profil desa bukit sejahtera kecamatan batang hari leko, 2018)

Berdasarkan data di atas menunjukkan adanya perubahan pola pikir masyarakat mengenai pendidikan. Yang mana dahulu masih banyak masyarakat Desa yang tidak menyelesaikan sekolahnya entah jenjang SD ataupun jenjang pendidikan selanjutnya. Dan jumlah lulusan perguruan tinggi dari tahun ketahun mengalami peningkatan sehingga menguatkan bahwa telah terjadi perubahan pola pikir masyarakat tentang pentingnya pendidikan. Sekarang ini masyarakat Desa Bukit Sejahtera sangat menjunjung pendidikan sehingga para orangtua menganjurkan anak-anak mereka untuk meneruskan sekolahnya sampai pada tingkat perguruan tinggi walaupun ada sebagaian masyarakat yang tidak melanjutkan pendidikan anak-anaknya bukan dikarenakan ekonomi yang tidak mampu melainkan kurangnya minat dan pengetahuan mereka bahwa pendidikan itu penting.

g) Kondisi sosial dan budaya

Desa Bukit Sejahtera adalah desa yang berada di daerah perbukitan dikelilingi oleh perkebunan kelapa sawit maupun karet dan masih banyak sekali hutan lebat karena itu dapat dipastikan bahwa masyarakat Desa Bukit Sejahtera menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian yaitu perkebunan.

Masyarakat Desa Bukit Sejahtera mempunyai mata pencarian yang bermacam-macam akan tetapi sebagian besar mata pencarian penduduk Desa adalah sebagai petani perkebunan kelapa sawit dan karet. Untuk melihat lebih jelasnya tentang mata pencarian masyarakat Desa Bukit dibawah ini:

Tabel 6; Mata pencarian Masyarakat Desa Bukit Sejahtera

No Jenis Pekerjaan Jumlah

1 Petani pekebun 408 orang

2 Pedagang /Wiraswasta 18 orang

3 Peternak 42 orang

4 Buruh tani perkebunan 77 orang

(27)

19

6 Jasa 22 orang

7 PNS 8 orang

8 Perawat 2 orang

Sumber: Data Monograi Desa Bukit Sejahtera tahun 2019

h) Badan struktural Desa Bukit Sejahtera kecamatan Batanghari leko

Gambar 3; Bagan Susunan Organisasi Kecamatan Batanghari Leko Tabel 7; Kepengurusan Desa Bukit Sejahtera

No Perangkat Desa Nama Alamat

1 Kades ARUJI Desa Bukit Sejahtera

2 Sekdes ZAINUL ARIFIN Desa Bukit Sejahtera 3 Kaur Pembangunan HADI SUBROTO Desa Bukit Sejahtera 4 Kaur Pemerintahan SUARDINATA Desa Bukit Sejahtera 5 Kaur Umum ARIE YANTO Desa Bukit Sejahtera 6 Kepala Dusun M.KHOERONI Desa Bukit Sejahtera 7 Rukun Tetangga ANDRI Desa Bukit Sejahtera 8 BPD WITA HUNDAYANI Desa Bukit Sejahtera

9 LPM HENDRI

MANURUNG

Desa Bukit Sejahtera 10 Karang Taruna AGUS SUSILO Desa Bukit Sejahtera

11 Hansip ROMSAN Desa Bukit Sejahtera

12 Kelompok Tani SUPRINGAT Desa Bukit Sejahtera Sumber data : data monografi desa bukit sejahtera 2019

i) Gambaran Umum Subjek Dan Informan Penelitian 1) Pak Kades (Aruji)

Pak aruji menjabat sebagai kepala Desa sejak tahun 2016. Beliau berumur 46 tahun dan memiliki 3 anak. Anak pertama telah selesai mengenyam pendidikan tinggi di kampus universitas raden Fattah

KEPALA DESA

BPD

HANSIP RUKUN

TETANGGA KELOMPOK TANI KARANG TARUNA

LPM KEPALA DUSUN SEKRETARIAT DESA KAUR PEMERINTAHAN KAUR

(28)

20

Palembang, anak kedua memasuki semester 5 di universitas raden Fattah Palembang dan anak yang ketiga kelas VII Smp. Selain menjadi kepala Desa belaiu juga mempuyai kebun kelapa sawit dan karet untuk menghidupi kehidupan keluarganya.

2) Pak Kadus (M. Khoeroni)

Pak Roni merupakan seorang yang pertamakali membuka hutan yang dijadikan tempat bermukim warga yang sampai sekarang dinamakan Desa Bukit Sejahtera. Beliau tinggal di Desa Bukit Sejahtera sejak tahun 1993. Jadi beliau termasuk orang yang benar-benar faham dengan kondisi Desa, perubahan-perubahan yang terjadi. Dari sebelum adanya listrik sampai ada, dari penduduk yang masih memakai tradisi barter di sepanjang aliran sungai Batanghari dan lain sebagainya. Beliau sangat antusias dalam menceritakan segala macam perubahan salah satunya cara pandang masyarakat tentang pendidikan. Pak roni menjabat kepala dusun sekitar 23 tahun sampai sekarang. Menurut masyarakat sekitar pak roni seseorang yang bisa dalam segala hal seperti Agama, sosial, politik, pertanian dsb. Beliau memiliki 3 anak, yang pertama lulusan UIN Metro Bandar lampung dan sudah menikah, yang kedua masih mengenyam pendidikan S2 di Universitas malang sedangkan yang ke 3 masih menduduki sekolah menengah atas.

3) Bu Evi

Bu evi tinggal di Desa Bukit Sejahtera sudah sekitar 15 tahun. Lulusan universitas rahmaniyah sekayu yang sekarang ini menjabat sebagai ketua BPD Desa Bukit Sejahtera. Menurut beliau pendidikan itu sangat penting bagi generasi-generasi sekarang ini.

4) Bu Susan

Beliau berumur 80 tahun. Bu susan ini termasuk orangtua yang mempunyai perubahan pola pikir dalam memandang pendidikan. Dahulu belaiu memandang pendidikan itu tidaklah penting akan tetapi sekarang ini beliau sangat mengedepankan pendidikan. Bu susan memiliki 7 anak yang mana anak pertama tidak tamat SD, anak kedua

(29)

21

tidak sekolah, anak ketiga tamat SD, anak Keempat-lima putus sekolah di jenjang SMP dan anak yang ke enam lulus SMP sedangkan anak yang terakhir telah selesai mengenyam pendidikan tinggi di kampus Jogja dengan jurusan komunikasi. Bukan karena beliau tidak mampu menyekolahkan anak-anaknya tapi karena tidak ada keinginan dari orangtua maupun anak untuk sekolah. Bu susan berpikir lebih baik mereka bekerja menghasilkan uang dari pada sekolah menghabiskan uang. Profesi beliau adalah sebagai dukun bayi

5) Pak Darso

Pak darso seorang buruh perkebunan karet. Meskipun dalam keadaan ekonomi kurang akan tetapi beliau sangat memperhatikan pendidikan anak-anaknya. Menurutnya masa depan anak-anak mereka harus lebih baik dari orangtuanya.

6) Bu Sri

Ibu Sri berusia 56 tahun. Seorang Warga Desa Bukit Sejahtera yang dahulu pekerjaan sehari-hari sebagai petani kelapa sawit dan karet. Beliau telah tinggal didesa Bukit Sejahtera selama 18 tahun. Memiliki 5 anak yang mana dalam hal pendidikan telah mengalami perubahan.

7) Bu Tri

Seorang pedangang camilan keripik tempe yang mempunyai antusias besar dalam mendidik putra-putranya. Beliau mempunyai dua anak yang mana satu tidak lulus SD dan yang kedua lulus SMA. E. Pembahasan dan Analisis

1. Perubahan Pola Pikir Masyarakat Tentang Urgensi Pendidikan Desa Bukit Sejahtera

Teori Praktik Pierre Bourdieu menjelaskan bagaimana terjadinya perubahan sosial. Dimana dalam teorinya menjelaskan bahwa terjadinya perubahan sosial dikarenakan adanya habitus, capital/ modal dan arena.

“Nenek Moyang” merupakan pola pikir masyarakat Desa Bukit Sejahtera. Dimana pada hakikatnya pola pikir ini sulit menerima ide-ide baru termasuk teknologi jaman sekarang. Contohnya dalam bidang pendidikan

(30)

22

orangtua tidak mau menyekolahkan anaknya dikarenakan pendidikan itu hanyalah membuang-buang uang dan mereka takut bahwa kelak anak-anak akan mendapatkan pengaruh akibat sekolah. Sekolah menurut masyarakat sangat tabu dan tidak penting. Kurangnya minat masyarakat terhadap pendidikan dapat dilihat dari banyaknya anak yang tidak sekolah maupun putus sekolah. Seperti yang dikatakan oleh pak Roni pada 14 februari 2020

“Masyarakat dahulu tidak mementingkan pendidikan, bagi masyarakat dulu yang peting itu bisa makan, bekerja yang jelas menghasilkan uang dari pada sekolah yang pasti menghabiskan uang”

Dahulu nenek moyang masyarakat desa Bukit Sejahtera telah menanamkan habitus pada anak-anak mereka dengan mengatakan kalau pendidikan itu tidak penting karena hanya menghabiskan uang. Lebih baik mereka bekerja yang sudah pasti menghasilkan uang dari pada sekolah. Sehingga tertanam pada pikiran menjadi suatu kebisaaan atau pola pikir yang susah untuk dihilangkan dan mereka terapkan kepada anak-anaknya. Dipertegas dengan perkataan pak aruji pada 20 oktober 2019 bahwa:

“Kurangnya pemahaman orangtua mengenai pendidikan berdampak besar bagi masa depan generasi muda maupun tua, yang mano banyak sekali didesa ini yang melakukan penyimpangan seperti pergaulan bebas, pembunuhan, dan pembegalan. Dahulu di desa ini mbak, melihat mayat berceceran sudah bisaa. Bahkan masyarakat sini tidak ada yang berani melaporkan ke aparat kepolisian (hasil wawancara dengan pak Roni, tanggal 25 februari 2020)”.

Dari keterangan diatas, dapat dikatakan bahwa terjadinya penyimpangan sosial dapat terjadi karena minimnya pemahaman masyarakat tentang pendidikan. Seseorang yang mengerti pendidikan akan mempunyai sikap atau perilaku yang baik dalam menyelesaikan permasalahan sosial. Sama halnya yang disampaikan oleh Bu Evi pada tanggal 11 februari 2020 bahwa :

“Jika seseorang sudah mempunyai landasan agama dan pendidikan, mereka akan mengerti mengenai hukum. Kalau orang yang tak tau agama dan pendidikan maka bubar segalanya”

Seperti yang dikatakan oleh Bourdieu masyarakat memiliki kebisaaan atau kemampuan buatmengimbangi kehidupan sosial. Dimana individu diberikansebarismodel dimana dapat diaplikasikan untuk menginterprestasikan,

(31)

23

memafhumi bahkan mengevaluasi dunia sosial. Dengan adanya mode tersebut masyarakat bebas dalam mengambil tindakan.

Menurut pola pikir masyarakat Desa Bukit Sejahtera, yang sebelumnya menolak menyekolahkan anaknya keadaan sekarang ini sudah mulai berkurang. Masyarakat desa secara bertahap mulai menyekolahkan anaknya dari tingkat PAUD, SD, SMP, SMA, maupun Universitas. Para orangtua sedikit demi sedikit menyadari anak yang mampu bersikukuh atau mempunyai tekad yang kuatdalam mencari ilmu pengetahuan maka mempunyai banyak wawasan. Kemudiandalam keadaan ekonomi seperti apapun itu tidak akan menjadi kendala artinya mereka akan menyekolahkan anak-anaknya ke tingkat yang paling tinggi. Senada dengan yang disampaikan pak Aruji pada wawancara tanggal 20 oktober 2019 bahwa:

‘ Pendidikan di desa Bukit Sejahtera telah mengalami peningkatan sekitar 50%, masyarakat yang dahulunya putus sekolah kini telah menempuh sekolah paket. Yang dahulunya desa ini tidak ada sarjana sekarang sudah banyak yang menempuh pendidikan tinggi ’

Dalam hal ini, masyarakat Desa Bukit Sejahtera telah mengalami perubahan pola pikir dan sekarang ini mereka cukup peduli dengan pendidikan. Dengan adanya perkembangan teknologi, masyarakat Desa Bukit Sejahtera mulai meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan anak walaupun tidak seluruhnya masyarakat menganggap bahwa pendidikan itu penting. Seperti halnya yang dikatakan oleh ibu Evi selaku ketua BPD Desa Bukit Sejahtera, bahwa:

Aslinyo wong sikak tu tau man pendidikan itu penting. Tapi masih banyak dari mereka jugo yang tak mau melanjutkan pendidikan anak-anaknyo. Dengan dalih sekolah tinggi itu menghabiskan uang. (Masyarakat Desa Bukit Sejahtera tau bahwa pendidikan itu penting. Tapi masih banyak masyarakat yang tidak mau melanjutkan pendidikan anaknya dengan alasan bahwa pendidikan tinggi itu menghabiskan uang).

Dengan begitu, sebenarya masyarakat tahu bahwa pendidikan itu penting tetapi minat orangtua mengantarkan anak kedalam jenjang pendidikan masih sangatlah rendah. Karena yang mereka anggap bahwa sekolah itu hanya menghabiskan uang. Dari pada uang dihabiskan untuk sekolah lebih baik anak-anaknya melanjutkan pekerjaan orangtua mereka diperkebunan. Pemikiran ini

(32)

24

berkembang di masyarakat karena mereka melihat bahwa saat ini benar-benar sukar mendapatkan kesibukan dalam bekerja walaupun seseorang mempunyai pendidikan tinggi sehinga masyarakat memilih lebih baik tidak melanjutkan pendidikan anak-anaknya.

Masyarakat yang masih menganggap bahwa pendidikan itu tidaklah peting karena mempunyai pola pikir bahwa lebih baik mengajarkan pekerjaan kepada anak, yang dapat langsung menghasilkan uang dari pada membuang-buang uang untuk sekolah toh pada akhirnya hanya untuk mencari uang. Jadi menurut mereka pendidikan itu sudah cukup ketika anaknya sudah bisa membaca dan berhitung (walaupun notabene belum tamat SD), tamat SMP maupun SMA. Seperti yang dikatakan oleh ibu Sri pada 03 maret 2020 bahwa ;

“Aku ni punyo 5 anak, 2 diantaranyo tamat SD dan 3 anak tamat SMP. Man aku tu pendidikan itu la cukup biso baco nulis. Selepas itu aku suruh anak membantu berkebun”(aku ini punya anak 5, 2 tamat SD dan 3 tamat SMP. Menurutku pendidikan itu cukup bisa membaca dan menulis. Setelah itu aku ingin anak-anak membantuku berkebun).

Hal ini sangat memprihatinkan ketika banyak orang berlomba-lomba mencari ilmu namun tetap saja adasebagian masyarakat menganggap bahwa pendidikan tidaklahperkara yang penting. Masyarakatdi desa Bukit Sejahtera sebagian lagi beranggapan bahwa sekolah tinggi belum pasti memastikan masa depan anak-anaknya. Pendidikan adalah suatu hal yang wajib diutamakan khususnya bagi generasi muda. Kebanyakan orangtua menginginkan pendidikan anaknya harus lebih tinggi dari mereka. Meskipun notabene orangtua tidak mengenyam pendidikan tinggi. Senada dengan ucapan pak Darso dalam wawancara pada tanggal 08 maret 2020 bahwa:

Pendidikan yo kudu diutamakno. Masio aku ora sekolah,ekonomi pas-pasan tapi anak-anakku kudu sekolah bene ora gampang diapusi lan bocah iku ora ketinggalan zaman. (Pendidikan itu harus diutamakan. Walaupun saya tidak sekolah dan mempunyai ekonomi rendah tapi anak-anakku harus sekolah supaya tidak mudah dibodohi dan tidak ketinggalan zaman).

Senada dengan yang diucapkan oleh bu susan dalam wawancara pada tanggal 27 februari 2020 bahwa:

Pendidikan itu yo penting yuk, man budak idak sekolah cak mano agek idak tau apo-apo. Bedo man zaman aku dulu, yang penting biso makan.

(33)

25

(pendidikan itu penting mbak, kalau anak-anak tidak sekolah bagaimana besok kehidupannya tidak tau apa-apa. Beda dengan zamanku dulu yang penting bisa makan).

Dari hasil wawancara diatas bisa disimpulkan bahwa orangtua mempunyai tinggi kemauandalammendidik putra putrinya untuk sekolah ke jenjang yang lebih tinggi meskipun terkendala dengan urusan biaya sekolah. Dalam penelitian ini, Desa Bukit Sejahtera mempunyai sejarah yang panjang dalam kehidupannya yang mana desa Bukit Sejahtera merupakan desa transmigrasi yang masyarakatnya sebagian kecil penduduk lokal dan mayoritas masyarakatnya berasal dari pulau jawa. Dimana masyarakat yang datang ke desa Bukit Sejahtera pada awalnya mempunyai habitus yang berbeda-beda. Dikarenakan berasal dari tempat yang berbeda-beda, pengalaman, pengetahuan dan kedudukan sosial yang berbeda-beda. Ketika agen atau individu yang menetap di desa Bukit Sejahtera otomatis mereka akan menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada sehingga pada akhirnya mempunyai kecenderungan habitus yang sama karena keadaan struktur sosial agen yang sama yaitu berada di desa Bukit Sejahtera.

Seorang agen atau individu yang mendiami desa Bukit Sejahtera secara tidak langsung mereka akan menerima habitus masyarakat lokal. Habitus yang secara turun temurun mengendap dipikiran agen seperti tujuan utama masyarakat sana yaitu menghasilkan uang dari hasil perkebunan kelapa sawit ataupun karet dan menganggap bahwa pendidikan merupakan suatu hal yang tabu dan suatu hal yang tidak bermanfaat yang hanya menghabiskan uang. Habitus itu kemudian diterima oleh masyarakat pendatang dengan alasan bahwa seorang agen membutuhkan tempat tinggal baru ketika mereka merantau ke desa Bukit Sejahtera musi banyuasin.

Habitus yang ada di kalangan keluarga desa Bukit Sejahtera berupa habitus dahulu dan sekarang. Habitus dahulu merupakan kebiasaan yang terbentuk setelah berinteraksi dengan dunia sosial sehingga membentuk pola pikir dan bertindak sesuai dengan nasib yang diterimanya. Dalam hal ini dahulu masyarakat yang notabene berasal dari perkotaan dimana habitus yang mereka miliki berbeda salah satunya tentang pandangan agen mengenai pendidikan

(34)

26

kemudian mengadu nasibnya dengan mengikuti transmigrasi ke desa Bukit Sejahtera yang merupakan kawasan perhutanan jauh dari pusat keramaian, pusat pendidikan dan lain sebagainya yang mempunyai habitus bahwa yang terpenting dalam kehidupan adalah bagaimana mereka mendapatkan uang dan pendidikan bukanlah suatu hal yang urgent dilakukan dikarenakan adanya agen menuntut pendidikan sama artinya mereka menghabiskan uang. Sedangkan habitus sekarang adalah kebiasaan yang terbentuk setelah bersosialisasi yang kemudian membentuk para agen untuk bertindak dan berpikir mengenai kelanjutan hidup yang lebih baik lagi seperti dengan menyekolahkan anak-anak mereka sehingga kelak kehidupannya akan lebh baik dari orangtuanya.

2. Pendidikan Sebagai Reproduksi Kelas Dalam Perspekti Bourdieu Dalam kondisi seperti itu pendidikan, terutama pendidikan formal, telah dipandang selama puluhan tahun sebagai alat untuk meningkatkan daya saing negara dalam menghadapi tantangan internal dan eksternal. Pendidikan merupakan salah satu indikator kemajuan suatu negara. Padahal, dalam arti sempit, pendidikan selalu terkait dengan status sosial. Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin baik orang tersebut dapat menempati kelas elit di masyarakat.

Melalui pendidikan, siswa memperoleh modal budaya (intelektual), yang dapat memberikan pertolongan dan berguna apabila telah berada dilingkungan masyarakat. Pendidikan dijadikan modal awal bagi individu untuk memasuki jenjang sosial dalam masyarakat, karena pada dasarnya setiap orang ingin meningkatkan taraf hidup ekonomi, budaya dan sosialnya.

Pendidikan membentuk habitus tertentu, dan hanya orang tertentu yang dapat menggunakan fasilitas dalam pendidikan tersebut. Pendidikan pada awalnya merupakansarana transformasi ilmu pengetahuan pada setiap generasi, namun pada akhirnya menjadi alat untuk memperkuat kelas sosial yang ada. Masyarakat desa bukit sejahtera yang notabene mempunyai habitus yang berbeda-beda, ada yang mempunyai habitus kelas atas maka dia mudah memasuki dunia pendidikan karena kebanyakan yang diterima di sekolah terbaik adalah orang-orang yang mempunyai habitus serta modal yang baik pula

(35)

27

sehingga seseorang yang tidak mempunyai habitus bahkan modal mereka akan mengalami kesusahan dalam memasuki arena pendidikan.

Reproduksi kelas dalam pemikiran Bourdieu tidak ada hubungannya dengan kepemilikan property atau alat produksi tetapi kelas yang dihasilkan lebih terkait dengan habitus, arena dan modal. Habitus berkaitan dengan kebiasaan yang dihasilkan ketika subjek membaur dengan hubungan sosial dan ranah menjadi tempat subjek menempatkan dirinya sedangkan modal menjadi penentu keduanya. Masyarakat desa Bukit Sejahtera dalam hal ini telah menyadari yang menjadi persaingan dalam lingkungan kehidupan sosial masyarakatnya. Dimata masyarakat desa Bukit Sejahtera seseorang yang baik dalam hal pendidikan mempunyai nilai lebih dan dipandang bahwa orang tersebut telah mendapatkan predikat sukses. Sehingga masyarakat sedikit demi sedikit mengalami perubahan berpikir bahwa pendidikan itu membawa dampak positif bagi anak-anaknya. Pendidikan dalam hal ini merupakan strategi yang digunakan oleh keluarga untuk memperluas posisi sosial pada arena.

Disini ada salah satu agent of change yang memberikan pengaruh besar kepada masyarakat untuk menyekolahkan anaknya sampai jenjang yang lebih tinggi. Beliau adalah Pak Roni, seseorang yang sudah sejak tahun 1993 tinggal di desa bukit sejahtera. Beliau mulai menanamkan pemikiran bahwa dengan anak-anak mereka sekolah mengetahui banyak hal, mempunyai wawasan yang luas dan dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pak khoironi mulai menanamkan habitus kepada masyarakat dengan cara beliau menyekolahkan anak-anaknya keluar kota hingga jenjang universitas. Dan ketika anak beliau pulang kampung mempunyai prestise sendiri di mata masyarakat, dihormati oleh masyarakat. Disini masyarakat mulai percaya bahwa dengan pendidikan mereka mempunyai prestise yang baik di lingkungan masyarakat.

Tanpa disadari masyarakat sedikit demi sedikit mulai menyekolahkan anaknya. Karena notabene pada saat itu di desa bukit sejatera hanya terdapat sekolah dasar sehingga anak-anak yang sudah lulus sekolah dasar melanjutkan pendidikannya diluar desa bukit sejahtera yang jarak tempuh antara desa

(36)

28

sekitar 2 jaman karena kondisi jalan yang rusak. Akan tetapi dengan adanya kondisi tersebut para orangtua memikirkan berulangkali untuk menyekolahkan anak-anaknya dengan alasan keamanan dan biaya yang diperlukan cukup banyak. Sebagian masyarakat melihat dan mengamati bahwa anak-anak pak Roni mulai dari lulus SD langsung disekolahkan di pondok pesantren sehingga orangtua tidak khawatir untuk menyekolahakan anak-anaknya. Pada akhirnya sebagian masyarakat lebih memilih untuk menyekolahkan anaknya ke pesantren atau ke pendidikan umum dan tinggal di asrama.

Perubahan pola pikir masyarakat tentang urgensi pendidikan di desa bukit sejahtera sudah mencapai lima puluh persen dari jumlah penduduk. Dimana masih ada sebagian masyarakat yang menganggap pendidikan itu tidak penting lebih baik bekerja dan menghasilkan uang, karena mereka masih mempertahankan habitus dari nenek moyang bahwa yang terpenting dalam kehidupan itu adalah uang. Dan sebagian masyarakat sudah merubah pola pikirnya mengenai pendidikan, menurut mereka pendidikan itu sangat penting untuk keberlanjutan hidup anak-anaknya dan mereka juga sudah merubah habitus dahulu menjadi habitus sekarang sehingga dapat memasuki arena pendidikan disertai modal yang dimiliki berupa modal budaya yaitu pendidikan ataupun modal sosial berupa relasi dengan masyarakat yang mempunyai kelas sosial atas.

3. Faktor-faktor perubahan pola pikir masyarakat tentang urgensi pendidikan

Tidak mungkin tercapai perkembangan pendidikan tanpa bantuan dan partisipasi serta kerjasama dari semua pemangku kepentingan seperti pemerintah, guru, dan masyarakat lokal. Oleh karena itu, Untuk mencapai tujuan pendidikan Desa Bukit Sejahtera, maka faktor kerjasamanya adalah menjaga hubungan baik dengan semua pemangku kepentingan. Secara keseluruhan, hasil penelitian memperlihatkan perubahan pola pikir tentang pentingnya pendidikan di Desa Bukit Sejahtera telah mencapai taraf kualitas Cukup, karena sedikit demi sedikit telah menempuh pendidikan tinggi.

(37)

29

Dalam cermatan Bourdieu pendidikan itu proses membangun kembalikekuasaan sosial yang sebelumnya sudah ada dalam kehidupan masyarakat. Bagi masyarakat yang tidak memilik habitus ataupunmodal selaku individu pembelajar maka pendidikan akanmenutup pintu. Apalagi mereka yang ditolak biasanya adalahmasyarakat yang kondisi ekonominya sangat tidak memadai untuk belajar di sekolah. Masyarakat desa Bukit Sejahtera dalam hal ini telah menyadari apa yang menjadi persaingan dalam lingkungan kehidupan sosial masyarakatnya. Dimata masyarakat desa Bukit Sejahtera seseorang yang baik dalam hal pendidikan akan mempunyai nilai lebih dan dipandang bahwa orang tersebut telah mendapatkan predikat sukses. Sehingga masyarakat sedikit demi sedikit mengalami perubahan berpikir bahwa pendidikan itu akan membawa dampak positif bagi anak-anaknya. Pendidikan dalam hal ini merupakan strategi yang digunakan oleh keluarga untuk memperluas posisi sosial pada arena.

Adapun faktor yang menghambat perubahan pola pikir sebagai berkut: 1) Kurangnya kesadaran masyarakat

Kesadaranmasyarakat akan kemauan untuk menyekolahkan anaknya masih sangat rendah karena mereka menganggap bahwa sekolah itu hanya untuk materi (mencari pekerjaan). Kondisi seperti itu dapat teratasi jika pemerintah punya kemampuan untuk mempengaruhi tokoh masyarakat tentang pentingnya pendidikan anak melalui sosialisasi. Sesorang yang sudah mempunyai kebisaaan berpikir bahwa pendidikan tidaklah penting akan sulit untuk dihilangkan, bisa dihilangkan akan tetapi membutuhkan waktu yang relative lama. Disini keluarga menjadi penentu untama dalam membangun habitus seorang anak.

Pola pikir masyarakat tercipta dari lika-liku kehidupan individu ketika berinteraksi dengan individu lainnya dalam ruang sosial. Dan pola pikir sendiri bukanlah bentuk pengetahuan yang alamiah atau bawaan lahir. Akan tetapi habitus merupakan sebuah pengetahuan yang didapatkan dari proses belajar dalam waktu yang panjang sehingga setiap orang akan memiliki habitus yang berbeda-beda. Seorang agen atau individu akan memiliki kecenderungan habitus

(38)

30

yang sama jika agen tersebut mempunyai kedudukan yang sama dalam kehidupan sosial.

2) Sarana dan Prasarana

Seperti yang dikatakan oleh ibu evi dalam wawancara pada tanggal 11 februari 2020 bahwa :

“Masalah yang ado didesa kita nih yang berkaitan dengan pendidikan diperlukan penanganan khusus terutamo sarana sekolah yang kito rasotidak memadai. Untuk menempuh pendidikan smp-sma anak-anak sekolah ke luar desa yang mana jarak tempuhnya sangat jauh. Ini yang jadi sebab kurangnya minat orangtua untuk menyekolahkan anaknya dikarenakan mempertimbangkan biaya, keamanan dan medan tempuh. Hal yang sama dikatakan oleh pak Aruji bahwa:

Kondisi desa yang jauh dari pusat keramain termasuk jugo kondisi sekolah SMP-SMA yang jauh dari desa membuat kito para orangtua harus berpikir berkali-kali jiko nak sekolahkan anak.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa orangtua akan berpikir ribuan kali jika ingin menyekolahkan anak-anaknya setelah menempuh sekolah dasar karena memikirkan biaya dan keamanan yang notabene anak mereka harus menempuh jarak selama kurang lebih satu jam di daerah rawan terjadinya pembegalan. Menurut Bourdieu seseorang yang telah mempunyai habitus yang bagus namun tidak memiliki modal maka tidak akan terwujud atau tidak bisa masuk ke dalam arena. Disini orangtua telah mempunyai pikiran bahwa mereka akan melanjutkan pendidikan anaknya akan tetapi tidak didukung oleh modal maka apa yang menjadi keinginan anak maupun orangtua tidak bisa terlaksana.

3) Ekonomi

Tolak ukur tingkat kesejahteraan masyarakatdapat dilihat dari seberapa majukahperekonomianmasyarakatnya. Tingkat kesejahteraan masyarakat yang makmur menunjukkan perekonomian dimiliki oleh masyarakat lebih tinggi begitu pula sebaliknya. Disinah alasan kenapa faktor ekonomi mempunyai andil yang sangat penting. Hal ini sangat penting agar semua kegiatan masyarakat dapat berjalan dengan lancar dalam hal pendidikan. Untuk bisa mengenyam pendidikan yang lebih tingi tentunya membutuhkan biaya yang tidak sedikit, dan masyarakat dengan kondisi ekonomi yang memprihatinkan terpaksa harus memendam keinginannya.

(39)

31

Dari uaraian diatas, tidak selamanya kondisi ekonomi yang serba kekurangan menjadi penghalang masyarakat dalam menuntut ilmu. Akan tetapi bisa jadi kondisi ekonomi yang serba kecukupan bahkan berlebihan dapat menyebabkan kurangnya minat orangtua untuk melanjutkan pendidikan anak. Diantara banyaknyakasus putus sekolah sebenarnya bukan karena disebabkan orangtua tidak mampu membiayai sekolah akan tetapi karena tidak adanya minat orangtua untuk menyekolahkan anaknya. Hal ini senada dengan perkataan Bpk Darso dalam wawancara, bahwa:

“Kito sebenernyo mampu membiayai sekolah anak kami. Tapi dari pada sekolah tinggi hanya untuk mencari kerja lebih baik membantu kami di ladang kan lebih jelas hasilnya”

Seperti yang dapat dilihat dari penjelasan di atas, ini bukan hanya lingkungan perekonomian yang tidak memadai namunmasyarakat yang mempunyai ekonomi serba kecukupan juga dapatmempengaruhi minat orangtua dalam menyekolahkan anak. Dimana mereka mempunyai asumsi bahwa tidak perlu sekolah tinggi jika akhirnya untuk mendapatkan pekerjaan atau uang. Dari pada bersekolah lebih baik bantu orang tua menjadi petani yang baik yang hasilnya jelas.

Adapun faktor yang mendukung perubahan pola pikir yaitu: 1) Keluarga

Keluarga mempunyai kontribusi yang sangat besar dalam proses terjadinya perubahan cara pandang terhadap pendidikan. Dikarenakan adanya campur tangan yang paling dominan dalam membentuk pola pikir anak. Keluarga juga menjadi penentu dalam kebijakan pendidikan yang bertujuan agar masa depan anak-anak mereka menjadi terarah. Seperti yang dikatan oleh ibu Tri pada 28 februari 2020 bahwa:

Pengene kulo, lare-lare niku sekolah seng duwur misal sampek sarjana. Ben uripe apik ora koyok wong tuwone. Ben uripe mulyo dipandang apek neng masyarakat. {keinginan saya anak-anak itu sekolah sampai jenjang yang tinggi seperti sarjana. Agar kehidupan anak-anak itu bagus tidak seperti orangtuanya dan supaya dipandang baik di lingkungan sekitar}. (hasil wawancara dengan ibu susan, pada tanggal 25 february 2020 ).

Disini orangtua mempunyai peranan penting dalam menentukan masa depan anaknya. Sejak kecil orangtua telah menanamkan habitus pada anak

(40)

32

bahwa ukuran sukses itu jika kamu sudah jadi dokter, sarjana, pns dll. Masyarakat beranggapan bahwa ukuran sukses seseorang itu dilihat dari seberapa tinggi mereka menempuh pendidikan dan jika tidak menempuh pendidikan tinggi maka tidak akan bisa bekerja.

2) Kemajuan Pembangunan

Pembangunan yang ada di desa Bukit Sejahtera menjadi salah satu perubahan pola pikir masyarakat. Dimana dahulu untuk pergi kesekolah harus melewati medan yang susah berupa tanah berlumpuh yang menjadikan jauhnya perjalanan yang ditempuh oleh peserta didik. Seiring perkembangan zaman, desa Bukit Sejahtera telah mengalami perubahan diantaranya pembangunan jalan yang sebagian sudah di aspal dan sebagian masi berupa tanah liat, dan koral. Seperti yang disampaikan Pak Roni:

Tentunya banyak sekali perubahan yang terjadi sejak pertama kali saya tinggal didesa ini tahun 1993, khususnya perubahan dalah hal pembangunan. Dulu mbak desa ini masih berupa hutan belantara, tidak ada akses transportasi maupun aliran listrik. Setiap harinya masyarakat memanfaatkan damar sebagai penerangan. Barulah tahun 2009 listrik masuk ke desa itupun sering padam. Kemudian adanya pembangunan jalan yang mana dulu susah sekali untuk kemana-mana karena medan yang ditempuh berupa tanah lumpur. Bayangke bae mbak kalo hujan jalanan jadi tidak bisa dilalui. Sekarang ini akses jalan sudah diperbaiki sehinga masyarakat mudah jika keluar masuk desa.

Dalam hal ini pembangunan yang ada di desa menjadikan seseorang juga bisa merubah pola ppikirnya. Dikarenakan dengan adanya pembangunan desa seperti adanya aliran listrik dan perbaikan jalan memudahkan masyarakat dalam menjalankan aktivitasnya. Salah satu contohnya anak-anak yang akan melanjutkan pendidikan pada tingkat SMP dan SMA yang notabene sokolahnya berada diluar desa akan mendapatkan kemudahan dalam perjalanannya, yang mana sebelum terjadinya pembangunan untuk keluar desa pun membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam karena disebabkan jalanan yang rusak parah berupa lumpur.

(41)

33 Skema Hasil Penelitian

Perubahan pola pikir masyarakat tentang urgensi pendidikan dalam teori praktik Bourdieu mengatasi agen dan struktur sosial. Dimana dalam agen dan struktur terdapat kekuasan yang satu sama lain saling mengendalikan. Agen atau individu tidak serta merta mempunyai kebebasan dalam menentukan

The logic of practice

Agen Habitus Modal Arena Struktur Sosial Budaya Ekonomi Kekuasaan Pendidikan Politik Ekonomi Habitus dahulu

Pendidikan bukanlah suatu hal yang penting dan yang terpenting dalam kehidupan masyarakat desa bukit sejahtera adalah tentang

menghasilkan uang

Habitus sekarang

Pendidikan merupakan hal yang penting untuk kelanjutan hidup yang lebih baik.

Simbolik k

Perubahan Pola Pikir Tentang Urgensi Pendidikan

(42)

34

kehidupannya. Didalam diri seorang agen terdapat habitus yang mana menjadi pengendali seseorang dalam bertindak maupun berpikir dalam suatu arena dan didalam arena terdapat modal yang ada dalam diri seseorang. Disini modal mempunyai peranan penting dalam suatu arena.

Habitus yang dimiliki orangtua di desa bukit sejahtera pada saat itu adalah pekerjaan yang menghasilkan uang dan bukan tentang pendidikan karena arena atau lingkungan tempat mereka tinggal berada dipelosok desa yang notabene tidak ada sarana yang menunjang dalam melaksanakan pendidikan, letak desa yang sangat jauh dari peradapan manusia atau pusat keramaian, kondisi jalan yang tidak memungkinkan untuk pulang pergi dengan mudah sehingga mendukung pola pikir masyarakat tidak peduli untuk menyekolahkan anak-anak mereka bahkan menganggap pendidikan itu tabu. Meskipun mereka mempunyai modal ekonomi berupa pendapatan dari hasil perkebunan akan tetapi tidak diiringi dengan pola pikir yang baik dan lingkungan yang tidak menyediakan sarana pendidikan maka tidak akan berhasil suatu keinginan masyarakat untuk menyekolahkan anaknya setinggi mungkin.

Seiring berjalannya waktu, desa bukit sejahtera telah mengalami perkembangan dalam pembangunan desanya. Dengan adanya perkembangan tersebut tidak memungkinkan jika pola pikir masyarakat tidak mengalami perubahan. Adanya pembangunan desa membuat pola pikir masyarakat mengalami perubahan khususnya dalam hal pendidikan. Dimana lingkungan yang mereka tinggali telah mendukung keinginan seseorang untuk mengenyam pendidikan dengan disertai modal yang mereka miliki berupa pendapatan, warisan keluarga ataupun kemampuan dalam berinteraksi. Pola pikir yang dimiliki masyarakat desa bukit sejahtera saat ini adalah pendidikan merupakan suatu hal yang urgent dalam kehidupannya serta kelanjutan hidup anak-anaknya menjadi baik.

Pendidikan bukan hanya sebagai sarana indikator kemajuan suatu negaraakan tetapi sebagai reproduksi kelas. Hal ini dapat digambarkan ketika seorang anak dari ekonomi kebawah, karena mempunyai keterbatasan modal ekonomi maka ia hanya mampu bersekolah di desanya yang notabene pelosok

Gambar

Gambar 1: bagan teori praktik Bourdieu
Gambar 2: Model interaktif Miles, Huberman dan Saldana
Tabel 1 ; Jarak tempuh

Referensi

Dokumen terkait

Asam biasanya berfungsi sebagai katalisator dengan mengaktifkan air dari kadar asam yang encer. Umumnya kecepatan reaksi sebanding dengan ion H+ tetapi pada konsentrasi

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Depresi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi Hemodialisis di Unit Hemodialisa RSUD Majalaya Kab.. Bhakti

Kegiatan pengukuran tingkat curah hujan ini telah dilakukan secara rutin setiap hari dan hasilnya merupakan salah satu parameter yang diduga mempengaruhi fluktuasi radioaktivitas

Berdasarkan hasil dari penelitian yang penulis lakukan mengenai Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Pemenang Lomba Masak Serba Ikan yang telah dirancang, penulis

Berdasarkan pengamatan dan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa IPAL komunal gerbang Lingkungan IV Kelurahan Malendeng Kecamatan Paal Kota Manado dikatakan kurang

Judi Pat#l#gis ditandai dengan judi maladaptif yang erulang dan menetap dan menimulkan masalah ek#n#mi serta gangguan yang signifikan di dalam fungsi  priadi,

belajar siswa Ilmu pengetahuan Sosial pada siswa kelas v di MI Ma’arif Karangasem kec. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Sekolah Tinggi Agama Islam

Kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh, dan