• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memperoleh Gelar. Sarjana Pendidikan Islam. Oleh: Muhammad Ansori

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan Untuk Memperoleh Gelar. Sarjana Pendidikan Islam. Oleh: Muhammad Ansori"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PADA SISWA KELAS V

MADRASAH IBTIDAIYAH MA’ARIF KARANGASEM KECAMATAN WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2012/2013

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

Muhammad Ansori 11508045

JURUSAN TARBIYAH

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Orang yang berpikiran positif, dalam kondisi apapun juga

selalu memacu dirinya sendiri ke arah yang lebih baik, tanpa

terpengaruh oleh kondisi luar, selalu berusaha melihat dari

segi positif, dan menjadikan halangan sebagai tantangan

untuk maju

.

PERSEMBAHAN

Kedua Orang tuaku,

sahabat ku tersayang,

Teman-teman mahasiswa seperjuanganku.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayahnya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan tugas dan syarat yang wajib dipenuhi guna memperoleh gelar kesarjanaan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah STAIN Salatiga.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman, sehingga dapat menjadi bekal hidup kita di dunia dan akhirat kelak.

Suatu kebanggaan tersendiri, jika tugas dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Bagi penulis, penyusunan skripsi ini merupakan tugas yang tidak ringan. Penulis sadar banyak hambatan yang menghadang dalam proses penyusunan skripsi ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Kalaupun akhirnya skripsi dapat terselesaikan, tentunya karena beberapa pihak yang membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bentuannya, khususnya kepada:

1. Dr. Imam Sutomo, M. Ag, selaku ketua STAIN Salatiga.

2. Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd, selaku ketua program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Stain Salatiga

3. Miftachurrif’ah, M. Ag, selaku sekretaris Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah STAIN Salatiga.

4. Jaka siswanta, M.Pd, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, arahan dan bimbingan serta keikhlasan dan kebijaksanaan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

5. Segenap Bapak dan Ibu dosen serta staf karyawan di lingkungan program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

6. Umroni, A. Ma. selaku kepala Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif karangasem yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian madrasah yang beliau pimpin.

7. Bapak/Ibu guru dan Karyawan MI Ma’arif karangasem yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian di madrasah tersebut.

(8)

8. Murid-murid kelas V MI Ma’arif karangasem yang telah mendukung dan membantu penulis dalam melakukan penelitian.

9. Bapak dan Ibu tercinta yang telah mencurahkan kasih sayang, doa dan dukungan demi keberhasilan penulis.

10. Sahabat Kuliahku azza faiq, daim abadi, joni, fitri, dan tadkiroh yang selalu bersama-sama dalam keadaan suka maupun duka.

11. Teman seperjuangan PGMI 2008, yang selama ini telah berjuang bersama.

12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Atas jasa mereka, penulis hanya dapat memohon doa semoga amal mereka mendapat balasan yang lebih baik serta mendapat kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat.

Penulis dalam hal ini juga mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini. Dan akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Salatiga, 22 Maret 2013 Penulis

(9)

ABSTRAK

Ansori, Muhammad. 2013. Penerapan model mind mapping untuk meningkatkan hasil

belajar siswa Ilmu pengetahuan Sosial pada siswa kelas v di MI Ma’arif Karangasem kec. wonosegoro kab. boyolali tahun 2013. Skripsi. Jurusan

Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Jaka siswanta, M.Pd.

Kata kunci: Penerapan, model mind mapping dan Hasil belajar siswa.

Penelitian ini merupakan upaya dalam Penerapan Model Mind Mapping Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Ilmu Pengetahuan Sosial Pada Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Karangasem Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali Tahun 2012/2013 Masalah utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah apakah penerapan model mind mapping dapat meningkatkan Hasil belajar IPS pokok bahasan: Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pada siswa kelas V MI Ma’arif karangasem Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali tahun 2013 ?. Guna menjawab pertanyaaan tersebut peneliti melakukan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dengan 1 pra-siklus dan 3 siklus. Tiap siklusnya merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari 1) Planning, untuk mengindentifikasi masalah dan merencanakan kegiatan pembelajaran, dan membuat instrument penelitian lainnya. 2) Acting, melaksanakan pembelajaran pada mata pelajaran IPS 3) Observing, pengambilan data tentang hasil melalui tes dan lembar pengamatan, 4) Reflecting, menganalisis data hasil pengamatan. Subyek dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas V MI Ma’arif Karangasem Kec. Wonosegoro, Kab. Boyolali tahun 2013/2013 yang berjumlah 15 Siswa, terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 8 siswi perempuan. Penelitian ini menggunakan penerapan model mind mapping pada saat pembelajaran IPS.

Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model mind

mapping mampu meningkatkan hasil belajar dengan pokok bahasan:

Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Nilai yang tidak memenuhi KKM pada pra-siklus (66,66%), setelah menggunakan Penerapan model mind mapping pada siklus I menjadi (53,33%), dan siklus II menjadi (26,66%), dan siklus III menjadi (0%). Dengan menggunakan penerapan model mind mapping yang tepat akan mampu meningkatkan hasil belajar dan pemahaman materi IPS maupun ketuntasan belajar siswa, dilihat dari rata-rata hasil tes formatif pada setiap siklus yaitu pra-siklus (55,66%), siklus I menjadi (58,33%), siklus II menjadi (74,6%) dan siklus III menjadi (83,33). Mengacu pada hasil penelitian, peneliti menyarankan kepada para guru atau calon guru untuk selalu meningkatkan inovasi pembelajarannya dengan menggunakan media, model, metode dan strategi pembelajaran yang bervariasi.

(10)

DAFTAR ISI

Sampul Judul... i

Lembar Berlogo... ii

Persetujuan Pembimbing... iii

Pengesahan Kelulusan... iv

Pernyataan Keaslian Tulisan... v

Motto dan Persembahan... vi

Kata pengantar... vii

Abstrak... ix

Daftar Isi... x

Daftar Tabel... xiii

Daftar Gambar... xiv

Daftar Lampiran... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 6 C. Tujuan Penelitian... 6 D. Hipotesis Tindakan... 6 E. Kegunaan Penelitian... 8 F. Penegasan Istilah …... 9 G. Metode Penelitian... 10 H. Sistematika Pembahasan... 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar………... 18

(11)

2. Tipe Hasil Belajar……….………. 19

3. Prinsip Belajar………. 22

4. Faktor-faktor belajar……… 23

5. Teori Belajar IPS………. 24

6. Standar kompetensi dan kompetensi dasar SD/MI……….. 26

B. Pemahaman………... 28

1. pengertian pemahaman... 28

a. Pemahaman menurut para teori………. 28

C. Pembelajaran IPS………. 29

1. Definisi pembelajaran IPS SD/MI... 29

2. Tujuan Pembelajaran IPS SD/MI…... 30

3. Ruang lingkup pembelajaran IPS SD/MI……... 31

4. Karakteristik Pembelajaran IPS SD/MI……… 32

5. Problematika Pembelajaran IPS SD/MI……… 33

D. Model Pembelajaran... 33

1. Pengertian Model pembelajaran... 33

2. Pengertian mind mapping…... 35

a. Fungsi mind mapping……….. 36

b. Tujuh Langkah membuat Mind mapping………... 36

c. Langkah-langkah membuat mind mapping……… 37

d. Manfaat membuat mind mapping……….. 38

e. Kelebihan dan Kekurangan mind mapping……… 38

f. Aplikasi mind mapping dalam pembelajaran………. 39

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN 42 A. Subjek Penelitian... 42

(12)

B. Deskripsi Pelaksanaan siklus…... 47

1. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I... 47

2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II... 50

3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 59 A. Deskripsi Per Siklus... 59

1. Pra-Siklus………..…….. 59 2. Siklus I... 63 3. Siklus II... 71 4. Siklus III... 79 B. Pembahasan………... 87 1. Hasil Rekapitulasi... 87 2. Kondisi Awal... 87 3. Siklus I... 90 4. Siklus II... 91 5. Siklus III……….….. 92 6. Kondisi Ahir………. 92 BAB V PENUTUP 94 A. Kesimpulan... 94 B. Saran ... 94 Daftar Pustaka 96 Lampiran-Lampiran 98

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 6.1 Hasil rekapitulasi nilai siswa per siklus... 86

Tabel 6.2 Hasil rekapitulasi tentang ketuntasan siswa... 88

Tabel 1.1 SK dan KD SD/MI………. 26

Tabel 1.2 Daftar jumlah guru MI Ma’arif Karangasem………. 43

Tabel 1.3 Nama jumlah keseluruhan siswa ... 44

Tabel 1.4 Nama jumlah siswa kelas v………. 46

Tabel 2.1 Hasil tes formatif pada Pra-Siklus... 59

Tabel 2.2 Hasil tes formatif pada Siklus I... 63

Tabel 2.3 Hasil tes formatif pada Siklus II... 71

Tabel 2.4 Hasil tes formatif pada Siklus III... 79

Tabel 3.1 Hasil pemusatan perhatian siklus I……….. 65

Tabel 3.2 Hasil Aktivitas Bertanya siswa siklus I……….. 66

Tabel 3.3 Hasil isi pertanyaan siswa siklus I……….. 67

Tabel 3.4 Hasil Aktivitas menjawab pertanyaan siklus I…………... 68

Tabel 3.5 Hasil Isi jawaban siswa siklus I……….. 69

Tabel 3.6 Hasil logika berfikir siswa siklus I………. 70

Tabel 4.1 Hasil pemusatan perhatian siklus II..……….. 73

Tabel 4.2 Hasil Aktivitas Bertanya siswa siklus II...……….. 74

Tabel 4.3 Hasil isi pertanyaan siswa siklus II..……….. 75

Tabel 4.4 Hasil Aktivitas menjawab pertanyaan siklus II..………... 76

Tabel 4.5 Hasil Isi jawaban siswa siklus II..……….. 78

Tabel 4.6 Hasil logika berfikir siswa siklus II..………. 78

Tabel 5.1 Hasil pemusatan perhatian siklus III.……….. 81

Tabel 5.2 Hasil Aktivitas Bertanya siswa siklus III.……….. 82

Tabel 5.3 Hasil isi pertanyaan siswa siklus III.……….. 83

Tabel 5.4 Hasil Aktivitas menjawab pertanyaan siklus III..………... 84

Tabel 5.5 Hasil Isi jawaban siswa siklus III.………... 85

(14)

Tabel 6.3 Hasil rekapitulasi pemusatan perhatian siswa per siklus... 88

Tabel 6.4 Hasil rekapitulasi aktivitas bertanya siswa per siklus…… 88

Tabel 6.5 Hasil rekapitulasi Isi pertanyaan siswa per siklus... 89

Tabel 6.6 Hasil rekapitulasi aktivitas menjawab siswa……... 89

Tabel 6.7 Hasil rekapitulasi Isi jawaban siswa per siklus…... 90

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Siklus Penelitian... 11 Gambar 1.2 Mind mapping……… 37

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1Rencana pelaksanaan pembelajaran pada pra-siklus

Lampiran 2 Rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus I Lampiran 3 Rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus II Lampiran 4 Rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus III Lampiran 5 Lembar tes formatif pra-siklus

Lampiran 6 Lembar tes formatif siklus I Lampiran 7 Lembar tes formatif siklus II Lampiran 8 Lembar tes formatif siklus III Lampiran 9 Lembar jawab pra siklus Lampiran 10 Lembar jawab siklus I Lampiran 11 Lembar jawab siklus II Lampiran 12 Lembar jawab siklus III

Lampiran 13 Lembar hasil pengamatan terhadap pemahaman siswa pada siklus I Lampiran 14 Lembar hasil pengamatan terhadap pemahaman siswa pada siklus II Lampiran 15 Lembar hasil pengamatan terhadap pemahaman siswa pada siklus III Lampiran 16 Lembar hasil pengamatan terhadap guru pada siklus I

Lampiran 17 Lembar hasil pengamatan terhadap guru pada siklus II

Lampiran 18 Lembar hasil pengamatan terhadap guru pada siklus III Lampiran 19 Hasil tes formatif siswa pada pra-siklus

Lampiran 20 Hasil tes formatif siswa pada siklus I Lampiran 21 Hasil tes formatif siswa pada siklus II Lampiran 22 Hasil tes formatif siswa pada siklus III

(17)

Lampiran 23 Dokumentasi Lampiran 24 Profil sekolah

Lampiran 25 Lembar konsultasi skripsi Lampiran 26 Surat permohonan ijin penelitian Lampiran 28 Nilai SKK mahasiswa

Lampiran 29 Nota pembimbing Lampiran 30 Daftar Riwayat Hidup

(18)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam KTSP mata pelajaran IPS di SD/MI disebutkan bahwa mata pelajaran IPS di SD/MI bertujuan agar perserta didik memiliki sebagai berikut: (1). Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat dan lingkungannya. (2). Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan ketrampilan dalam kehidupan sosial. (3). Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusian. (4). Memiliki kemampuan berkomunikasi, berkerja sama, dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional, dan global. Berdasarkan tujuan mata pelajaran IPS di SD/MI. Siswa diharapkan mampu menyadari gejala sosial yang dihadapi dan memiliki kemampuan menyelesaikan secara logis sesuai dengan Nilai-nilai sosial kemanusian. Konsep-konsep gejala sosial bersifat abstrak sehingga harus disosialisasikan dalam kegiatan pembelajaran. Keabstrakan konsep-konsep materi IPS menjadi hambatan belajar siswa dalam memperoleh ketuntasan belajar.

Hambatan belajar dalam hal kesulitan mengingat materi yang telah diajarkan, kesulitan memecahkan masalah dalam soal evaluasi tertulis, dan kesulitan dalam memahami soal tes tertulis. Dari hasil observasi kelas ditemukan data tentang aktivitas siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran sebagai berikut. (1). Siswa kurang disiplin dalam menyelesaikan Tugas-tugas perkerjaan rumah mata pelajaran IPS. (2). Siswa kadang-kadang menjahili Teman-temannya. (3). Siswa banyak berbicara sendiri, suka melamun, dan bermain dengan temannya. (4). Siswa belum dapat menyelesaikan tugas evaluasi tepat waktu. (5). Siswa sering ijin ke kamar mandi. (6). Siswa kurang memperhatikan guru saat menerima penjelasan materi

(19)

pelajaran. (7). Siswa gelisah dalam mengerjakan tugas. (8). Siswa memperoleh nilai dibawah ketuntasan minimal pada evaluasi ahir mata pelajaran IPS. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan taraf hidup bangsa agar tidak tertinggal dengan bangsa lain. Karena itu sistem pendidikan nasional harus menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan kualitas pendidikan, serta relevansi efesiensi menejemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan lokal, nasional, global sehingga diperlukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan. Untuk mewujudkan sistem pendidikan yang demikian itu perlu adanya peran aktif dari semua pihak diantaranya adalah pemerintah, orang tua siswa, guru dan lain-lain.

Peningkatan kualitas pendidikan disekolah dapat di tempuh dengan berbagai cara, antara lain: peningkatan kurikulum, peningkatan kompetensi guru, peningkatan kualitas pembelajaran, efektivitas metode pembelajaran, peningkatan sarana dan prasarana belajar dan bahan ajar yang memadai. Selama ini proses pembelajaran di lingkungan SD/MI masih menganut metode pembelajaran konvensional, yaitu proses pembelajaran berpusat pada guru dan selama itu pada kemampuan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran dan kemandirian dalam belajar tidak akan tampak. Pembelajaran konvensional menggangap guru adalah Satu-satunya sumber belajar yang serba tahu. Hal ini di perkuat oleh hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian, dan terbukti saat pelajaran di mulai banyak siswa yang berbicara sendiri dan kelihatan sekali mereka merasa bosan dengan metode yang di lakukan oleh guru dalam mata pelajaran IPS. Jika penerapan metode pembelajaran untuk mata pelajaran IPS hanya mengunakan metode ceramah sebagai metode pokok, maka proses pembelajaran akan terasa membosakan bagi siswa

(20)

karena terasa monoton. Kondisi ini diduga akan sangat mempengaruhi keaktifan siswa di dalam kelas. Metode ceramah sebagai metode pokok bukan berarti tidak cocok untuk di gunakan tetapi pengunaan metode tersebut yang mendominasi menyebabkan siswa merasa bosan, jenuh dan tidak berperan aktif serta tidak bisa belajar mandiri.

Untuk itu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan misi kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan pemilihan metode yang tepat untuk melaksanakan penerapan pendekatan tersebut. Guna meningkatkan keaktifan dan pemahaman proses belajar bagi siswa, penulis tertarik untuk melakuakan pembelajaran inovatif dengan mengunakan penerapan model mind mapping sesuai penerapan misi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP). Konsep pembelajaran inovatif dengan penerapan mind mapping akan mendorong guru dan perserta didik melaksanakan praktik pembelajaran secara aktif dan kreatif sehingga dapat di harapakan tercapainya peningkatan dalam pembelajaran. Menurut james W. Brow seperti yang dikutip oleh Sardiman A.M (2004: 67) mengemukakan bahwa: tugas dan peranan guru antara lain menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mepersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa. Sedangkan tujuan mengajar adalah membantu siswa untuk menjawab tantangan lingkungan dengan cara yang efektif. MI Ma’arif karangasem kecamatan wonosegoro kabupaten boyolali hingga saat ini dalam pelaksanaan pembelajaran, khususnya mata pelajaran IPS masih disampaikan dengan metode ceramah (metode pembelajaran konvensional) sebagai metode yang lebih dominan diterapkan dari pada metode yang lain. Hal ini di perkuat oleh hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti sebelum melakuakn penelitian dan terbukti saat pelajaran dimulai banyak siswa yang berbicara sendiri dan kelihatan

(21)

sekali mereka merasa bosan dengan metode yang dilakukan oleh guru. Hal ini diduga akan mempengaruhi aktifitas belajar siswa di dalam kelas. Karena materi IPS banyak pemahaman konsep maka peneliti menawarkan diri untuk menerapkan model

mind mapping untuk meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa. Model mind mapping sebagai metode mencatat efektif dan menyenangkan dapat membantu

siswa dalam belajar, menyusun, dan menyimpan sebanyak mungkin informasi belajar (Tony Buzan.2006:12).

Keberhasilan pendidikan tidak terlepas dari peran guru yang merupakan komponen pendidikan yang terlibat langsung dalam pelaksanaan Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP) di lapangan. Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran. Kepiawaian dan kewibawaan guru sangat menentukan kelangsungan proses pembelajaran dikelas maupun efeknya diluar kelas. Guru harus pandai membawa siswanya kepada tujuan yang hendak dicapai. Guru memiliki peranan yang sangat penting sehubungan dengan tugasnya sebagai perencana dan pelaksana sekaligus mengevaluasi kegiatan Belajar mengajar (KBM). Guru sebagai pelaksana utama pendidikan dan pelajaran sekolah, maka guru dituntut untuk mampu menerapkan Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP) dalam kegiatan pembelajaran. Guru dan siswa diharapkan dapat mengetahui apa yang harus dicapai dan sejauh mana efektivitas belajar dicapai. Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan suatu format untuk menetapkan suatu kompetensi yang diharapkan siswa dalam setiap tingkat dan mengambarkan langkah kemajuan siswa menuju kompetensi yang lebih tinggi. Peran guru sebagai pemberi ilmu sudah saatnya berubah menjadi fasilitator yang memfasilitasi siswa untuk dapat belajar dan mengkontruksi pengetahun mereka sendiri. Proses belajar tidak harus dari guru, siswa bisa saling mengajar dengan

(22)

siswa yang lainnya. Menurut Peaget (1991:353), siswa harus secara aktif berinteraksi dengan lingkungan belajarnya sehingga dapat membantu memperoleh pemahaman yang lebih tinggi. Salah satu metode yang memungkinkan siswa lebih banyak berinteraksi dalam belajar adalah model mind mapping yaitu pembelajaran cara mempermudah belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, karena mind

mapping (Peta pikiran) adalah cara mudah menyerap dan mengeluarkan informasi

dari dalam otak siswa dan guru, mind mapping merupakan sebuah cara mencatat yang kreatif dan efektif. Semua mind mapping memiliki kesamaan semua mengunakan warna, semua memiliki struktur yang alami yang memancar dari pusat, semua mengunakan garis lengkung, simbol, kata dan gambar yang sesuai dengan satu rangkaian yang sederhana, mendasar, alami, dan sesuai dengan kerja otak. Secara harfiah peta pikiran akan memetakan pikiran-pikiran, dengan membuat sendiri peta pikiran siswa melihat bidang studi itu lebih jelas mudah belajar dengan catatan sendiri yang mengunakan bentuk huruf yang mereka miliki dan di tambah dengan warna yang berbeda di setiap catatan mereka dibanding membaca buku teks, mereka merasa kesulitan ketika persiapan akan menghadapi ujian. Model mind

mapping merupakan bagian dari Active learning yaitu suatu model pembelajaran

yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif menggunakan otak. Baik untuk menemukan ide pokok dari materi, memecahakan masalah atau mengkorelasikan apa yang mereka pelajari ke dalam masalah dikehidupan mereka. Dengan belajar aktif siswa diajak turut serta dalam semua proses pembelajaran, baik mental maupun fisik.

Dengan demikian mereka akan menemukan suasana yang menyenangkan sehingga keberhasilan pembelajaran diharapkan dapat lebih maksimal. Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian dengan juduL ‘’PENERAPAN MODEL

(23)

MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PADA SISWA KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH MA’ARIF KARANGASEM KECAMATAN WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2012/2013’’.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah melalui penerapan model mind mapping dapat meningkatkan pemahaman materi Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa kelas v MI Ma’arif Karangasem Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali Tahun 2012/2013 ? 2. Apakah melalui penerapan model mind mapping dapat meningkatkan hasil

belajar siswa Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa kelas v MI Ma’arif Karangasem Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali Tahun 2012/2013 ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pemahaman materi Ilmu Pengetahuan Sosial melalui penerapan model mind mapping pada siswa kelas v MI Ma’arif Karangasem Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali Tahun 2012/ 2013.

2. Mengetahui hasil belajar siswa Ilmu Pengetahuan Sosial melalui penerapan model mind mapping pada siswa kelas v MI Ma’arif Karangasem Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali Tahun 2012/ 2013.

(24)

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

Hipotesis penelitian adalah rangkuman atau kesimpulan-kesimpulan teoritis yang diperoleh dari pengkajian kepustakaan. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Hipotesis tindakan yang dipahami sebagai suatu dugaan tentang suatu hal yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan (Basrowi dan Suwandi, 2008:90).

Dalam penelitian tindakan kelas ini penulis mengambil hipotesis tindakan yaitu:

1. Pengunaan penerapan model mind mapping dapat meningkatkan pemahaman materi Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa kelas v MI Ma’arif Karangasem Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali Tahun 2012/ 2013.

2. Pengunaan penerapan model mind mapping dapat meningkatkan Hasil belajar siswa Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa kelas v MI Ma’arif Karangasem Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali Tahun 2012/ 2013.

Penerapan mind mapping ini dikatakan efektif apabila indikator yang diharapkan tercapai, adapun indikator yang dirumuskan:

1. Ada perubahan hasil belajar secara berkelanjutan ( continue) dari siklus pertama dan seterusnya.

2. Siswa kelas v memenuhi kriteria ketuntasan dalam pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Presentase pemahaman belajar siswa yang lebih tinggi bila dibandingkan sebelum penerapan model mind mapping dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

3. Siswa sangat senang dengan pembelajaran mengunakan penerapan model mind

(25)

4. Guru sebagai mitra menyatakan terkesan dan tertarik dengan pembelajaran mengunakan penerapan model mind mapping.

5. Jika model mind mapping diterapkan dalam pembelajaran IPS, maka hasil belajar siswa pada kelas v MI Ma’arif karangasem dapat ditingkatkan.

E. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis.

1. Secara Teoritis

a. Untuk pengembangan kurikulum ditingkat sekolah. b. Untuk pelaksanaan inovasi pembelajaran.

c. Untuk peningkatan profesionalisme guru melalui proses latihan sistematik secara berkelanjutan.

2. Secara Praktis a. Bagi Siswa

Dapat meningkatkan keberanian siswa bertanya, menjawab, dan mengemukakan pendapat. Dan meningkatkan pemahaman dan kreativitas siswa tentang penerapan model mind mapping dalam pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

b. Bagi Guru

Dapat meningkatkan ketrampilan pengembangan pendekatan, metode atau model dalam proses pembelajaran siswa aktif.

c. Bagi Sekolah.

Dapat memberikan masukan yang positif bagi MI Ma’arif karangasem kecamatan wonosegoro kabupaten boyolali sehingga dapat meningkatkan

(26)

kualitas pengelolan kelas atau dapat memberikan masukan kepada guru-guru yang lain untuk mencoba menerapkan model pembelajaran mind mapping.

F. Penegasan Istilah

Untuk membatasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini maka peneliti menfokuskan pada masalah mind mapping, pemahaman belajar, hasil belajar siswa adapun penegasan istilah itu sebagai berikut.

1. Mind mapping merupakan sebuah catatan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di dalam mind mapping terdapat simbol dan warna yang dapat merangsang ingatan siswa sehingga siswa dapat lebih mudah mengingat materi ilmu pengetahuan sosial dengan baik.(Tony Buzan : 2007).

2. Hasil Belajar adalah merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Menurut Benyamin Bloom (1956), Hasil belajar mencakup aspek kognitif, efektif, dan psikomotorik. Menurut Romizoswki, Hasil belajar yaitu: 1) ketrampilan kognitif berkaitan dengan kemampuan membuat keputusan memecahkan masalah dan berfikir logis ; 2) ketrampilan psikomotorik berkaitan dengan kemampuan tindakan fisik dan perseptual; 3) ketrampilan reaktif berkaitan dengan sikap, kebijaksanaan, perasaan, dan self control; 4) ketrampilan interaktif berkaitan dengan kemampuan sosial dan kepimpinan. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan, Gagne yang dikutip (Agus Suprijono).

Tolak ukur dari kegiatan ini sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan yaitu 65. Pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. 3. Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi

(27)

dari satu bentuk yang lain ( dari kata-kata kepada angka-angka ) meramalkan akibat dari sesuatu. (Usman dan Setiawati, 1993:112). Pemahaman (konprehention), kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep, Nana Sudjana (1988;50-54).

Menurut kamus psikologi kata pemahaman berasal dari kata insight yang mempunyai arti wawasan, pengertian pengetahuan yang mendalam. Jadi, arti dari

insight adalah suatu pemahaman atau penilaian yang beralasan mengenai

reaksi-reaksi pengetahuan atau kecerdasan dan kemampuan yang dimiliki seseorang. Pemahaman didefinisikan indivindu menerima dan memahami informasi yang diperoleh dari pembelajaran, pemahaman diperoleh melalui perhatian. (Robert M.Gagne), Bentuk soal yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan ini adalah pilihan ganda dan uraian.

a. Indikator Pemahaman. Nana Syaodih Sukmadinata, (2003:222). 1) Pemusatan perhatian pada pelajaran.

2) Aktivitas bertanya. 3) Isi pertanyaan.

4) Aktivitas menjawab pertanyaan. 5) Isi jawaban.

6) Logika berfikir.

G. Metode Penelitian

1. Rancangan penelitian

Penelitian yang dilakukan mengunakan penelitian tindakan kelas, istilah dalam bahasa inggrisnya adalah Classroom Action Research ( CAR ). Kalau di Indonesia di kenal dengan sebutan PTK, penelitian ini dikemas dalam penelitian

(28)

tindakan kelas yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperbaiki mutu praktik dalam pembelajaran dikelasnya, ( Suharsimi, Arikunto, 2007:58 ). Karakteristik yang khas dari penelitian tindakan kelas adanya aksi tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar dikelasnya, (Suharsimi Arikunto, 2007:107 ). Sedangkan penelitian tindakan kelas Menurut ( Rustam Mudilarto, 2004:1). Adalah sebuah penelitian yang dilakuakan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai guru sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan terdiri atas empat rangkaian yang dilakukan secara berulang-ulang yakni berupa tahapan-tahapan sebagai berikut. a. Perencanaan.

b. Tindakan. c. Pengamatan. d. Refleksi.

Adapun siklus atau tahap-tahap penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:

Pelaksanaan

SIKLUS I

Refleksi

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan Perencanaan

(29)

Gambar 1.1 Tahapan dalam siklus penelitian tindakan kelas. (Sumber: Arikunto, 2007: 236)

2. Subjek penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah:

a. Siswa kelas v MI Ma’arif Karangasem dengan jumlah siswa 15 orang dengan siswa Laki-laki 7 orang dan siswi perempuan 8 orang serta guru kelas v, alasan penelitian subjek kelas v karena peneliti sebagai guru kelas v menemukan berbagai hambatan dalam pencapaian pengajaran mata pelajaran IPS.

b. Tempat penelitian, di MI Ma’arif Karangasem Kec. Wonosegoro, Kab. Boyolali.

c. Waktu pelaksanaan penelitian, 06 februari 2013 sampai 5 maret 2013.

3. Langkah-langkah/penelitian

a. Tahap Perencanaan

1) Membuat skenario pembelajaran dengan model mind mapping, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

2) Mempersiapkan sumber belajar yang relevan. 3) Menyusun daftar pertayaan untuk tanya jawab.

4) Mempersiapkan perlengkapan mind mapping yang dibutuhkan.

5) Menyusun lembar pengamatan pembelajaran untuk penilaian pemahaman siswa.

6) Menyusun lembar pengamatan aktivitas guru selama dalam pembelajaran.

(30)

8) Target yang diharapkan dalam penerapan model mind mapping ini keberhasilan minimal memenuhi kriteria KKM.

b. Tahap Tindakan

Merupakan pelaksanaan yang telah dibuat yang serupa penerapan pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran yang tertulis pada RPP dan tahap perencanaan kegiatan pembelajaran terdiri dari tiga kegiatan yaitu, pendahuluan, inti, dan penutup dan pada RPP kegiatan inti meliputi elaborasi, eksplorasi, dan konfirmasi.

c. Tahap Pengamatan

Pada tahap ini segala aktivitas Siswa dalam proses pembelajaran diamati, dicatat, dan di nilai kemudian dianalisis untuk dijadikan umpan balik. Pengamatan tersebut meliputi keaktifan dan insiatif Siswa selama kegiatan pembelajaran. Pantauan guru saat pembelajaran berlangsung, kondisi Siswa mampu menyerap konsentrasi secara maksimal atau tidak. d. Tahap Refleksi

1) Mencatat hasil observasi dan pelaksanaan pembelajaran. 2) Evaluasi hasil observasi.

3) Analisis hasil pembelajaran memperbaiki kelemahan siklus 1 dan siklus II.

4. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data pada penelitian ini, bentuk instrumen penelitian adalah:

a. Pedoman/lembar pengamatan (observasi) digunakan untuk mengamati kegiatan dalam proses belajar dengan menggunakan penerapan model

(31)

b. Tes / soal digunakan untuk mengetahui berhasil tidaknya Siswa dalam menguasai materi setelah menggunakan penerapan model mind mapping. c. Dokumentasi digunakan untuk mengetahui keadaan sekolah sebagai

tempat penelitian. Yang berisi tentang profil, data sekolah, foto keadaan sekolah).

d. Wawancara digunakan untuk mengetahui keadaan sekolah sebagai tempat penelitian secara lebih rinci.

5. Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini menggunakan: a. Observasi

Menurut Arikunto dkk (2008:127), observasi adalah kegiatan pengamatan atau pengalihan data untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran.

Observasi atau pengamatan dilakukan peneliti adalah mengamati dan mencatat kegiatan yang dilakukan siswa dan guru pada saat proses pembelajaran. Observasi Siswa diambil untuk mengetahui data pemahaman Siswa terhadap proses pembelajaran. Adapun observai guru diambil untuk mengetahui penguasaan guru dalam kegiatan proses pembelajaran.

b. Tes/soal

Tes merupakan seperangkat rangsangan (stimulus) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang dijadikan skor angka (Hamdani dan Dodi dkk, 2008:77)

Peneliti menggunakan tes objektif yaitu pilihan ganda (multiple choice test), dan uraian.

(32)

Dokumentasi terdiri dari atas tulisan pribadi seperti buku harian, surat-surat, dan dokumentasi resmi. (Hamdani dan Dodi dkk 2008:76). Dalam penelitian ini data yang diambil dari dokumentasi adalah data mengenai keadaan sekolah baik dari sisi sistem pendidikan maupun dari segi organisasi sekolah.

d. Wawancara

Wawancara adalah salah satu cara untuk mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada subjek (Hamdani dan Dodi dkk 2008:76).

Pada penelitian ini hasil wawancara yang didapatkan adalah data tentang kelengkapan profil sekolah.

6. Analisis Data

Menurut Arikunto (2008:131), dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ada dua jenis data yang digunakan yaitu:

a. Data Kuantitatif (Nilai Hasil Belajar Siswa) yang dapat dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan analisa statistika deskriptif.

b. Data Kualitatif, yaitu data yang berupa informasi dalam bentuk kalimat yang memberi gambaran ekspresi siswa tentang peningkatan pemahaman terhadap suatu mata pelajaran (kognitif), pandangan atau sikap siswa terhadap metode belajar yang baru atau efektif.

1) Langkah-langkah analisa data dalam penelitian ini: a) Mengumpulkan data dari hasil observasi dan test.

b) Menentukan kriteria nilai dengan menggunakan kriteria ketuntasan belajar, kriteria tuntas (65-100) dan kriteria tidak tuntas (0-65).

(33)

c) Menentukan kriteria dari keaktifan siswa dengan kriteria, baik ( 80-100), cukup baik (60-70), kurang baik (< 60)

d) Data keaktifan siswa diperoleh dari hasil pengamatan para siswa tiap siklus, ketika pembelajaran berlangsung dengan memperhatikan kriteria-kriteria yang ditentukan. Yang kemudian dianalisis dan dicari rata-ratanya dengan menggunakan rumus.

e) Hasil belajar dianalisis dengan membandingkan tes antar siklus maupun indikator kinerja. Nilai pre tes dan post tes dibandingkan maka dapat dirumuskan:mengetahui seberapa kuat tingkat pemahaman siswa dalam mata untuk pelajaran IPS. Untuk memperolah nilai rata-rata tes formatif

M = ∑ Keterangan :

M = Nilai rata-rata

∑ = Jumlah semua nilai siswa

N = Jumlah siswa (Djamarah, 2006:64)

Sedangkan untuk memperoleh atau menghitung presentase ketuntasan belajar siswa, digunakan rumus sebagai berikut:

P = x 100% Keterangan :

P = nilai dalam persen F = Frekuensi

N = Jumlah keseluruhan (Djamarah, 2006:225-226

f) Setelah diketahui hasil prosentase kemudian mengambil kesimpulan dalam bentuk kalimat.

(34)

H. Sistematika Pembahasan

Bab I Berisi Pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, Penegasan istilah, metode penelitian, sistematika pembahasan.

Bab II Berisi Kajian Puataka yang mencakup hasil belajar, pemahaman belajar, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, dan model pembelajaran.

Bab III Berisi deskripsi Penelitian yang mencakup pelaksanaan penelitian: subjek penelitian, diskripsi pelaksanaan siklus I, diskripsi pelaksanaan siklus II dan diskripsi pelaksanaan siklus III.

Bab IV Berisi Hasil Penelitian yang mencakup pembahasan hasil penelitian, diskripsi paparan per siklus meliputi, deskripsi paparan siklus I, deskripsi paparan siklus II, deskripsi paparan siklus III dan pembahasan.

Bab V Berisi Penutup yang mencakup dua sub pokok yaitu kesimpulan dan saran.

(35)

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar

1. Definisi Belajar

Lingkungan. Menurut Sriyanti (2009:5) banyak aktivitas yang tergolong kegiatan belajar. Hal ini karena belajar Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsiran tentang belajar. Sering kali pula perumusan dan tafsiran ini berbeda satu sama lain. Dalam uraian ini kita akan berkenalan dengan beberapa perumusan saja, guna melengkapi dan memperluas pandangan kita tentang mengajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan (Hamalik, 2008:36).

Pengertian ini sangat berbeda dengan pengertian lain tentang belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh pengetahuan, belajar adalah latihan-latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis. Sejalan dengan pengertian diatas, ada pula tafsiran lain tentang belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi aktivitas yang sangat luas, universal, tidak mengenal tempat dan waktu aktivitas belajar bisa terjadi dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja. Kita mengenal pepatah long life education, atau ajaran Islam mengungkap bahwa belajar terjadi sejak dalam buaian ibu hingga keliang lahat, aktivitas belajar sudah diawali sejak lahir ke dunia hingga ajal menjemput.

(36)

Kewajiban mencari ilmu itu tidak memandang batasan usia, melainkan seumur hidup. Sabda Nabi SAW

ِﺪْْﺤﱠﻠﻟا ﻰَﻟِإ ِﺪْﮭَﻤْﻟا َﻦِﻣ َﻢْﻠِﻌْﻟا ُﺐُﻠْﻃُأ )

هاور ﻢﻠﺴﻣ (

Artinya,“Carilah ilmu dari buaian sampai liang lahat”(HR. Muslim).

Belajar tidak hanya milik anak sekolah, pelajar atau mahasiswa, tetapi milik semua orang. Bayi, orang dewasa dan orang lanjut usia akan melakukan aktifitas yang tergolong aktifitas belajar ini.

Menurut Purwanto (1999:79) belajar adalah merupakan proses psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif manusia dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, nilai sikap yang bersifat konstan/menetap. Berdasarkan berbagai pengertian belajar menurut beberapa ahli di atas dapat dikatakan bahwa pengertian belajar adalah terjadinya perubahan pada orang yang belajar, perubahan tampak dari belum mampu menjadi mampu. Perubahan-perubahan dapat berupa sesuatu yang baru, yang segera nampak dalam perilaku nyata atau yang masih tersembunyi, mungkin juga perubahan hanya berupa penyempurnaan terhadap hal yang sudah dipelajari. Dalam islam juga menganjurkan untuk belajar atau kewajiban memperdalam ilmu itu sebagai petunjuk bagi sesama manusia seperti, Dalam Al Quran juga dijelaskan pada ayat:

* $tBur šc %x. tb qãZÏB÷sßJø9$# (#rãÏÿYuŠÏ9 Zp©ù!$Ÿ2 4 Ÿw öqn=sù txÿtR `ÏB Èe@ ä. 7ps%öÏù öNåk÷]ÏiB ×pxÿͬ!$sÛ (#qßg¤)xÿtGuŠÏj9 ’Îû Ç`ƒÏe$!$# (#râ‘É‹ YãŠÏ9ur óO ßgtBöqs% #sŒÎ) (#þqãèy_ u‘ öNÍköŽs9Î) óO ßg¯=yès9 šc râ‘x‹ øts† ÇÊËËÈ

(37)

Artinya,” Tidak sepatutnya kaum mukminin itu pergi semua ke medan perang, mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya supaya mereka dapat menjaga dirinya”(QS At Taubah: 122).

2. Tipe Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana (1988; 49), tujuan pendidikan yang ingin dicapai dalam suatu pengajaran terdiri dari 3 macam yaitu: bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga aspek tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan yang harus nampak sebagai hasil belajar. Nana Sudjana (1988;50-54) juga mengemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga aspek pengajaran adalah sebagai berikut :

1) Tipe hasil belajar bidang kognitif

Tipe ini terbagi menjadi 6 poin, yaitu tipe hasil belajar :

a) Pengetahuan hafalan (Knowledge), yaitu pengetahuan yang sifatnya faktual. Merupakan jembatan untuk menguasai tipe hasil belajar lainnya.

b) Pemahaman (konprehention), kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep

c) Penerapan (aplikasi), yaitu kesanggupan menerapkan dan mengabtraksikan suatu konsep, ide, rumus, hukum dalam situasi yang baru, misalnya memecahkan persoalan dengan menggunakan rumus tertentu.

(38)

d) Analisis, yaitu kesanggupan memecahkan, menguasai suatu intergritas (kesatuan yang utuh) menjadi unsur atau bagian yang mempunyai arti.

e) Sintesis, yaitu kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi satu integritas.

f) Evaluasi, yaitu kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan pendapat yang dimilikinya dan kriteria yang dipakainya.

2) Tipe hasil belajar afektif

Bidang afektif disini berkenaan dengan sikap. Bidang ini kurang diperhatikan oleh guru, tetapi lebih menekankan bidang kognitif. Hal ini didasarkan pada pendapat beberapa ahli yang mengatakan, bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah menguasai bidang kognitif tingkat tinggi.

Beberapa tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe hasil belajar dari yang sederhana ke yang lebih komplek yaitu :

a) Receiving atau attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan dari luar yang datang pada siswa, baik dalam bentuk masalah situasi dan gejala.

b) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulus dari luar .

c) Valuing atau penilaian, yakni berhubungan dengan nilai dan kepercayaan terhadap stimulus.

(39)

d) Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam system organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai lainnya dan kemantapan prioritas yang dimilikinya.

e) Karakteristik nilai atau internalisasi, yakni keterpaduan dari semua nilai yang dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

3) Tipe hasil belajar bidang psikomotor

Hasil belajar bidang psikomotorik tampak dalam bentuk ketrampilan, kemampuan bertindak individu. Ada 6 tingkatan ketrampilan yaitu :

a) Gerakan refleks yaitu ketrampilan pada gerakan tidak sadar. b) Ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar.

c) Kemampuan perseptual termasuk di dalamnya membedakan visual, adaptif, motorik, dan lain-lain.

d) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan keharmonisan dan ketetapan.

e) Gerakan-gerakan skill, mulai dari ketrampilan sederhana sampai pada ketrampilan yang kompleks.

f) Kemampuan yang berkenaan dan komunikasi non decorsive seperti

gerakan ekspresif, interpretative.

3. Prinsip Belajar

Menurut William Burton seperti yang dikutip oleh Agus Suprijono, (2009:6).

(40)

a. Pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku. perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri:

1) Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu, perubahan yang disadari.

2) Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainya. 3) Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup.

4) Positif atau berakumulasi.

5) Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan.

6) Permanaen atau tetap.

7) Bertujuan dan terarah.

8) Mencakup keseluruhan potensi kemanusian.

b. Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistematik yang dinamis, konstruktrif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar.

c. ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara perserta didik dengan lingkungannya.

4. Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Menurut (Usman dan Setiawati,1993:112), Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu:

1. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang di sebut faktor individu (Intern), yang meliputi: a. Faktor biologis, meliputi: kesehatan, gizi, pendengaran dan penglihatan. Jika salah satu dari faktor biologis terganggu akan mempengaruhi hasil prestasi belajar. b. Faktor Psikologis, meliputi: intelegensi, minat dan motivasi serta perhatian ingatan berfikir. c. Faktor

(41)

kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar dan haus serta mengantuk. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk mengahsilkan sesuatu akan hilang.

2. Faktor yang ada pada luar individu yang di sebut dengan faktor Ekstern, yang meliputi: a. Faktor keluarga. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan terutama. Merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran kecil tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar. b. Faktor Sekolah, meliputi : metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan berdisiplin di sekolah. c. Faktor Masyarakat, meliputi: bentuk kehidupan masyarakat sekitar dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Jika lingkungan siswa adalah lingkungan terpelajar maka siswa akan terpengaruh dan mendorong untuk lebih giat belajar.

5. Teori Belajar IPS

Teori belajar disesuaikan dengan teori belajar Piaget dan teori belajar bruner, berikut akan dijelaskan.

1. Teori Piaget

Piaget berpendapat yang dikutip oleh, (Hamid Hasan,1996) berpendapat bahwa proses belajar terjadi apabila terjadi proses pengalaman data yang aktif di pihak belajar, yang dilanjutkan dengan kegiatan penemuan-penemuan (discovery), berdasarkan pandangan ini siswa dianggap sebagai subjek belajar aktif ( Signel, 1977), menimbulkan

(42)

stimulus bagi dirinya. mencari jawaban terhadap stimulasi tersebut serta mengembangkan stimulasi baru untuk hal-hal yang baru.

Dalam prose perubahan skema terjadi proses awal berkenaan dengan apa yang disebut piaget dengan istilah asimilasi dan akomodasi (Hilgard dan Bower,1975), asimilasi adalah proses penyesuian informasi yang akan di terima sehingga menjadi sesuatu yang di kenal siswa. Yang di pengaruhi oleh kemantangan bio-psikologis dan mengalami tingkatan-tingkatan tertentu.

Menurut, (Ratna Wilis Dahar, 1996). Tingkat perkembangan tersebut adalah sensorikmotor, (0-2 tahun), praoperasional, (2-7 tahun), operasional konkrit (7-11 tahun), dan operasional formal, ( 11 tahun keatas).

Berdasarkan tingkat perkembangan tersebut penulis berpendapat bahwa siswa kelas v SD/MI berada pada tingkat operasional konkrit yang berarti anak memiliki operasi-operasi yang dapat di terapkan pada masalah-masalah konkrit.

2. Teori Bruner

Perkembangan kemampuan belajar (intelektual) siswa ada tiga tahapan berfikir yang dialami oleh seseorang, yaitu: enative, iconic dan

simbolik. (good dan Bropy).

a. Tahap enative, terjadi pada masa kanak-kanak apa yang dipelajari, diteliti, atau pun diketahui hanya sebatas ingatan.

b. Tahap iconic anak sudah dapat mengembangkan kemampuan berfikir yang lebih jauh.

(43)

c. Tahap simbolik, siswa sudah mampu berfikir abstrak, symbol-simbol bahasa, matematika, atau pun disiplin ilmu lainnya sudah dapat mereka pahami sebagai mana mestinya.

Bruner dalam bukunya “the process of education“ mengatakan bahwa tugas mengajar adalah memperkenalkan stuktur keilmuan mata pelajaran yang sesuai dengan cara anak didik berfikir, agar terjadi proses pendidikan yang dinamakan specific transfer training “ latihan pemindahan yang tidak khusus.

Dari kedua teori diatas, (dalam Yoger, 1993), menyebutkan karakteristik belajar sesuai dengan pandangan kontruktivisme sebagai berikut.

a. Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif, melainkan memiliki tujuan serta dapat merespon situasi pembelajaran dengan membawa konsep awal kedalamnya.

b. Belajar diarahkan untuk melibatkan proses aktif siswa dalam menyusun negoisasi interpersonal.

c. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang datang dari luar melainkan di konstruksikan secara personal dan sosial.

d. Guru membawa konsep awal dalam situasi pembelajaran.

e. Pengajaran bukanlah pemilihan pengetahuan melainkan pengetahuan situasi kelas sebagai wahana bagi siswa agar dapat memahami cara pandang masyarakat ilmiah.

f. Kurikulum bukanlah perangkat yang sekedar dipelajari tetapi seperangkat program pembelajaran, materi, sumber dan pembahasan sehingga siswa dapat menyusun pengetahuan.

(44)

6. Standar kompetensi dan kompetensi dasar SD/MI Semester I

Tabel 1.1 SK dan KD IPS SD/MI Standar

Kompetensi

Kompetensi Dasar

1. Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa serta kegiatan ekonomi di Indonesia

1.1. Mengenal makna

peningga-lan-pening-galan sejarah yang berskala nasional dari masa Hindu- Budha, dan Islam di Indonesia

1.2. Menceritakan tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu-Budha, dan Islam di Indonesia

1.3. Mengenal keragaman kenampa-kan alam dan buatan serta pembagi-an wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/globe dan media lainnya

(45)

dan budaya di Indonesia

1.5.Mengenal jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia

JUMLAH Semester II Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia

2.1.Mendeskripsikan perjuangan para toKoh pejuang pada pada penjajah Belanda dan Jepang

2.2.Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia

2.3.Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam

mem-proklamasikan kemerdekaan Indonesia

(46)

2.4.Menghargai perjuangan para tokoh dalam mem-pertahankan kemerdekaan

JUMLAH

B. Pemahaman Siswa

1. Pengertian Pemahaman

Kemampuan-kemampuan menyerap arti dari materi atau bahan yang di pelajari (Usman dan Setiawati,1993:112),

Pemahaman, (konprehention), kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep, (Nana Sudjana, 1988;50-54).

2. Pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori, Menurut Nana

Sudjana (1988; 49).

a) Tingkat terendah adalah: Pemahaman terjemah, mulai dari terjemahan dalam arti yang sebenarnya, misalnya dari bahasa inggris ke bahasa Indonesia, mengartikan bhineka tunggal ika, mengartikan merah putih, menerapkan prinsip-prinsip listrik dalam memasang sakelar.

b) Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, adalah: menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok.

c) Tingkat ketiga adalah pemahaman ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat di balik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas presepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, atau pun masalahnya.

(47)

a. Ranah kognitif yang meliputi pembelajaran yang mengunakan pengetahuan di definisikan sebagai ingatan terhadap materi-materi atau bahan yang telah dipelajari sebelumnya.

b. Ranah afektif yang meliputi tingkah laku atau sikap perserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran.

c. Ranah psikomotorik yang meliputi skill atau keterangan perserta didik dalam pembelajaran. Jadi ketiga hal tersebut sebagai alat atau cara untuk membantu keberhasilan dari pembelajaran. (Sam’2010:35).

C. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

2. Definisi Pembelajaran IPS di SD/MI

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD sampai perguruan tinggi. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah dan Ekonomi. Pembelajaran tersebut disajikan di sekolah mulai dari kelas rendah sampai kelas atas.

Bisa diartikan bahwa pembelajaran IPS adalah serangkaian kegiatan pembelajaran di sekolah yang mempelajari isu-isu sosial yang berkembang di masyarakat yang memuat keadaan geografis, perkembang sejarah dan kegiatan ekonomi masyarakat. Pembelajaran IPS akan terus berkembang karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan. Oleh karena itu pembelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman

(48)

dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.

Pembelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Pembelajaran di SD/MI merupakan suatu proses pembelajaran yang dapat memahami serta mengembangkan ilmu sosial yang dapat dipelajari di jenjang berikutnya. Pembelajaran IPS di SD/MI diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan lebih mendalam pada ilmu yang berkaitan (Wahidmurni, 2010:216).

3. Tujuan Pembelajaran IPS di SD/MI

Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut (Wahidmurni, 2010:217):

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. 4. Ruang lingkup Pembelajaran IPS di SD/MI

Secara umum, ruang lingkup pembelajaran IPS untuk SD/MI mencakup aspek-aspek sebagai berikut (Departemen Agama, 2004:78):

(49)

a. Manusia, tempat dan lingkungan. b. Waktu keberlanjutan dan perubahan. c. Sistem sosial dan budaya.

d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. e. Sikap berbangsa dan bernegara.

Lima aspek tersebut merupakan unsur-unsur yang terdapat dalam ruang lingkup pada pembelajaran IPS secara umum. Unsur-unsur tersebut berlaku dalam setiap pembelajaran IPS SD/MI atau jenjang di atasnya. Sedangkan pada kelas IV SD/MI ruang lingkup pembelajaran IPS mencakup (Departemen Agama, 2004:80) :

a. Keragaman suku bangsa dan budaya serta perkembangan teknologi b. Persebaran sumber daya alam, sosial dan aktivitasnya dalam jual beli c. Menghargai berbagai peninggalan di lingkungan setempat

d. Sikap kepahlawanan dan patriotisme serta hak dan kewajiban warga negara.

Keempat aspek tersebut dipelajari siswa kelas IV SD/MI selama dua semester yang akan dikaji dan dipelajari oleh siswa yang nantinya akan dijabarkan oleh guru masing-masing submateri yang akan dipelajari.

5. Karakteristik Pembelajaran IPS di SD/MI

Pembelajaran IPS di SD/MI memiliki karateristik masing-masing sesuai dengan aspek yang menjadi pembelajaran, akan tetapi satu hal yang menjadi kesamaan yaitu ruang lingkup yang dipelajarinya adalah manusia dalam kontak sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat. Pembelajaran IPS pada umumnya memiliki karakteristik, antara lain (Departemen Agama, 2004:77):

(50)

a. Kerangka kerja IPS lebih menekankan pada bidang praktis tentang peristiwa gejala dan masalah sosial daripada teoritis keilmuan.

b. Dalam pembelajaran objek studinya, IPS menekankan pada keterpaduan aspek-aspek yang terpisah satu sama lain.

c. Kerangka kerja IPS berlandaskan ilmu-ilmu sosial sebagai induknya dan menjadikan ilmu-ilmu sosial tersebut sebagai sumber materinya.

d. Pada pengajaran IPS masyarakat menjadi sumber materi, objek studi, dan sekaligus menjadi ruang lingkup pembelajarannya.

e. Dalam melaksanakan kerjanya pembelajaran IPS menerapkan pendekatan terhadap kehidupan sosial masyarakat.

f. Pembelajaran IPS dapat dilaksanakan mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.

Karakteristik pembelajaran IPS tersebut menjadi pedoman setiap guru dalam pembelajan IPS. Meskipun pada umumnya pembelajaran IPS berkaitan dengan isu-isu sosial terus berkembang sesuai arus globalisasi akan tetapi karateristik-karakteristik pembelajaran IPS tersebut tidak lepas dari kontak yang dipelajari dalam pembelajaran IPS.

6. Problematika Pembelajaran IPS di SD/MI

Kenyataan di lapangan pembelajaran IPS di SD/MI banyak sekali ditemukan pembelajaran yang tidak efektif dan kondusif. Hal tersebut banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari metode media atau sumber belajarnya itu sendiri. Dari segi metode, pada umumnya guru seringkali menggunakan metode ceramah sebagai salah satu metode dalam pembelajaran IPS. Metode ceramah dalam pembelajaran IPS dianggap metode paling efektif.

(51)

Akan tetapi kenyataanya pembelajaran IPS dengan menggunakan metode ceramah membuat siswa jenuh dalam mengikuti pelajaran.

Problematika seperti ini harus ditindak lanjuti agar pembelajaran IPS tersebut berlangsung secara efektif. Guru harus bisa mengembangkan dan menyesuaikan metode dalam setiap materi pembelajaran IPS. Variasi metode dalam pembelajaran tersebut diharapkan mampu meningkatkan pemahaman tentang konsep-konsep IPS atau minat dan hasil belajar siswa.

D. Model Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran

Pengertian model pembelajaran: sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni model, dan pembelajaran. Antara kata model dan pembelajaran mempunyai arti yang berbeda. Oleh karena itu, sebelum pengertian model pembelajarann di bicarakan ada baiknya pembahasan ini diarahkn pada masalah pertama untuk mendapatkan pemahaman lebih jauh mengenai makna kata model dan pembelajaran. Hal ini untuk memudahkan memahami lebih mendalam tentang pengertian model pembelajaran itu sendiri.

Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran, (Uno, B. Hamzah.2007).

Mills ( Agus suprijono, 2007:45) berpendapat bahwa, Model adalah bentuk Representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu, model merupakan interprestasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem, model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum

(52)

dan implikasinya pada tingkat operasional dikelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi pentunjuk kepada guru dikelas.

Menurut Arends (2001 : 24), model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasud pada pendekatan yang akan digunakan, termasud didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematika dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. ( Agus suprijono, 2007:46).

Menurut Loyce fungsi model adalah “each model guides us as we

design instruction to help stundents achieve varius adjectives”,(artinya

melalui model pembelajaran memandu atau membimbing guru disaat membuat atau merancang instruksi atau perintah untuk membantu siswa mencapai berbagai macam keterangan). Atau dengan kata lain dapat membantu perserta didik mendapatkan informasi, ide, ketrampilan, cara berfikir dan mengekpresikan ide. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode atau prosedur. ( Agus suprijono, 2007:46).

Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah :

a. Rasional teoritik tentang apa dan bagaimana siswa atau pengembangnya. b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan

belajar yang akan dicapai).

c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil.

(53)

d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Sofan dan ahmadi, 2011).

2. Mind mapping

a. Pengertian mind mapping

Mind mapping adalah merupakan cara mencatat yang menyenangkan, cara mudah menyerap dan mengeluarkan informasi dan ide baru dalam otak. Mind mapping adalah cara mencatat yang kreatif dan efektif, cara mudah memasukkan dan mengeluarkan informasi dalam otak, mind mapping menggunakan warna, simbol, kata, garis lengkung dan gambar yang sesuai dengan cara kerja otak. (tony buzan, 2007 ).

mind mapping dapat digunakan sebagai salah satu cara yang tepat

untuk menguasai materi pelajaran, merangkum materi pelajaran, membuat catatan dengan mind mapping. pada dasarnya memanfaatkan potensi otak agar berkerja, karena otak dituntut membuat asosiasi atau hubungan antara satu konsep dengan konsep lain, membuat kaitan antara fakta dengan fakta lainnya. melalui mind mapping pemahaman siswa terhadap materi dapat lebih komprehensif, siswa tidak hanya mengetahui bagian-bagian dari isi materi namun menyusun secara holistik materi yang dipelajari. Menyusun

mind mapping diawali dengan menemukan kata kunci dari materi atau

konsep yang dipelajari, kemudian menentukan sub kata tersebut masuk pada kelompok apa sehingga membuat hubungan satu sama lain, (tony buzan, 2007 ).

b. Fungsi Mind Mapping

(54)

2) Mempermudah memperoleh ide. 3) Belajar menjadi efektif dan efisien. 4) Menjadikan hidup lebih kreatif. 5) Dapat megatur kehidupan sehari-hari.

c. Tujuh Langkah Dalam Membuat Mind Mapping

1) Siapkan kertas kosong, mulai dari bagian tengah.

2) Pada bagian tengah tulis topik utama, biasanya juga menggunakan gambar atau foto.

3) Hubungkan cabang-cabang utama ke topik utama dan hubungkan cabang-cabang utama pada ranting-ranting yang merupakan sub topik utama.

4) Gunakan garis hubung yang melengkung. 5) Gunakan warna.

6) Gunakan kata kunci pada setiap garis hubung. 7) Gunakan gambar.

Contoh bentuk mind mapping dengan tema utama dan cabangnya Dan kemudian diikuti dengan sub-sub cabang.

(55)

d. Langkah-langkah Sebelum Membuat Mind Maping

Langkah-langkah yang harus diperhatikan ketika akan membuat Mind

Mapping, bahan bacaan yang berasal dari buku teks, Yaitu:

a) Membaca teks secara keseluruhan, dengan membaca teks secara menyeluruh maka akan mengetahui isi cerita. Sewaktu membaca teks beri tanda pada kata-kata yang dianggap penting untuk mencatat di Mind Mapping.

b) Mengenali tipe teks Sebelum membuat Mind Mapping, maka harus menemukan desain yang cocok untuk masing-masing teks yang spesifik. Setelah membaca teks maka akan mengetahui desain yang sesuai untuk Mind Mapping yang akan dibuat. Secara sederhana sebuah teks dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok.

1) Komparasi (perbandingan) Sebuah teks dikategorikan komparasi apabila teks tersebut terdapat perbandingan antara A dan B, antara yang baik dan yang jelek dan sebagainya.

2) Kronologi atau rangkaian peristiwa teks tersebut mempunyai sebuah awal dan akhir yang jelas, misalnya biografi, sejarah, proses dan sebagainya. Desain ini biasanya sesuai dengan arah jarum jam.

3) Presentasi (paparan) Apabila cerita tanpa permulaan atau ahir yang jelas, apabila kata-kata dipaparkan tanpa urutan yang khusus, maka bisa di desain sesuai dengan keinginan.

e. Manfaat Mind Mapping

Gambar

Tabel 1.1 SK dan KD IPS SD/MI  Standar
Tabel 2.1 Hasil Tes Formatif pada Pra-Siklus
Tabel 2.2 Hasil Tes Formatif pada Siklus I
Tabel 3.1 Hasil Pemusatan Perhatian Siswa  pada Pelajaran.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan amanat Rapat Komite Konsultatif pada pertengahan tahun 2015 dan High Level Meeting pada bulan April 2016, pada tahun 2016 ini KSAP memfokuskan penyusunan

Kegiatan Praktek Lapangan Konseling Pendidikan Luar Sekolah (PLKP-LS) yang dilaksanakan di Pengadilan Agama Koto Baru Solok adalah observasi layanan mediasi dan

The tendency of big cities in South East Asia, who experienced population growth so fast, make the citizen mobility increases, and if the public transportation

Siswa cenderung kepada mata pelajaran yang di-UN kan, metode yang digunakan guru dalam mengajar pada umumnya lebih banyak menggunakan metode ceramah dan tanya jawab,

Apabila teman-teman bertanya kepada saya : “Mengapa kita harus berbakti kepada orang tua ?”.. Kata pak ustadz, kita harus berbakti kepada orang tua karena Allah

[r]

mengungkapkan / operasi pasar yang dilakukan disesuaikan dengan hari pasaran / sehingga masyarakat dapat langsung membeli beras dari bulog tersebut // Dari data bulog menurut Murino

Kisi-kisi penelitian yang dilihat dari aspek ini adalah sejauhmana kondisi penurunan kunjungan wisatawan ke Tana Toraja berdasarkan persepsi pelaku wisata di Tana Toraja