• Tidak ada hasil yang ditemukan

VWcX Terjemahnya :

C. Faktor faktor terjadinya Perkawinan Pattongko' Siri'

Perkawinan Pottongko' Siri merupakan sebuah perkawinan yang

didalamnya mempunyai tendensi khusus bagi para keluarga yang

mempraktekkan perkawinan Pattongko' Siri' tersebut. Tendensi tersebut tiada

lain adalah sebagai penutup malu (aib), menjaga nama baik dan keharmonisan ditengah masyarakat dalam waktu sesaat.

Bahkan perkawinan ini dijadikan jalan keluar yang ditempuh oleh setiap calon mempelai baik laki laki maupun perempuan yang telah melakukan prilaku menyimpang terhadap adat Istiadat, Agama, dan hukum positif .

Adapun faktor faktor yang mempegaruhi terjadi perkawinan ini yaitu:

1. Adanya hubungan seks (intim) diluar nikah

2. Desakan pihak keluarga

3. Penyelamatan status anak

4. Laki-Laki Yang Menikahi Bukan Yang Menghamili

5. Perbedaan status sosial

Kesemua penyebab ini merupakan suatu kesatuan variable dimana diantaranya satu mempengaruhi yang lain.

1. Adanya hubungan seks di luar nikah

Di tengah-tenagah peradaban masyarakat yang serba modern, pergaulan antara pria dan wanita terlihat sangat bebas.

Hal semacam ini telah merasuki pola hidup laki-laki dan perempuan

ditengah masyarakat lebih cenderung pada pergaulan yang serba iku-ikutan.6

Kecenderungan inilah yang menghalangi dan melunturkan nilai-nilai keagarnaan, moral, etika dan budaya, sehingga pada akhirnya berbuntut terhadap perilaku seksual yang memimpang.

6

Haeruddin., Kepala KUA Kecamatan Pallangga Wanwancara di Binamu pada tanggal 15 Oktober

Hubungan seks yang terjadi diluar nikah bagi para remaja makin besar pengaruhnya terhadap perkembangan kepribadian setiap calon suami maupun istri. Sementara dampak dari prilaku seks diluar nikah ini mengakibatkan terjadinya retakan dalam bangunan rumah tangga sebagaimana perkara cerai talak Nomor 299 tahun 2012 antara Safaruddin dengan Sulmiati. yang berakhir dengan putusan pada Pengadila Agama Sungguminasa. Sisi lain dambaan untuk membangun hubungan rumah tangga (suami istri) yang tentram, damai dan sejahterah tidak akan tercapai oleh karena beban psikologis yang mereka merasa ada keganjalan dan kekurangan yang mereka bawah kedalarn pintu perkawinan.

Hal ini dapat dilihat dalam putusan pengadilan Agama Sungguminasa: "Bahwa oleh karena selama masa pacaran tersebut antara pemohon dan termohon telah pernah melakukan 'hubungan intim atau seks, namun termohon tidak hamil, dan pada saat hubungan pacaran tersebut putus, pemohon kemudian merencanakan akan menikah dengan orang lain, namun pada saat keluarga termohon mengetahui rencana itu maka keluarga termohon pun mendesak pemohon untuk mengawini termohon dengan alasan telah menodai termohon sehingga pemohon, dipaksa untuk

bertanggung jawab atas diri termohon" .7

2. Desakan pihak keluarga

Dari sudut sosiologi orang tua yang putrinya hamil di luar nikah akan menanggung rasa malu terhadap keluarga dan masyarakat. Untuk itu mereka berusaha agar anak yang dikandung itu tidak lahir tanpa seorang ayah. Salah satu cara yang mereka tempuh yaitu mendesak dan menuntut agar pria yang menghamilinya bertanggung jawab atas perbuatannya. Hal ini di ungkapkan Basri, bahwa perkawinannya terjadi oleh karena desakan orang tua si perempuan yang dianggap hamil tersebut untuk mengakhiri dan menghindari desakan yang

7

terus menerus, namun setelah pernikahannya dilaksanakan ternyata si perempuan itu tidaklah hamil, maka secara spontan ia tinggalkan istrinya untuk

selamaya.8

Akan tetapi, secara faktual terkadang lelaki yang bersangkutan enggan bertanggung jawab atau bahkan menyangkal perbuatannya, tetapi dengan kondisi terdesak seperti itu maka laki-laki tadi bersedia mengawini perempuan tersebut (pemohon) tetapi dengan niat akan meninggalkan setelah akad nikah selesai sebagaimana terlihat dalam salinan putusan:

"Bahwa perkawinan antara pemohon dan termohon dilaksanakan secara paksa,disebabkan keluarga termohon memaksa untuk mengawini termohon dengan alasan bahwa termohon telah menghamili. Dan ternyata alasan keluarga tersebut tidak benar sehingga setelah melangsungkan perkawinan

pemohon langsung meninggalkan termohon".9

Seorang laki-laki yang terpaksa melangsungkan perkawinan karna desakan keluarga ternyata sangat disayangkan, dimana setelah perkawainan itu dilaksanakan dan setelah laki-laki mengetahui bahwa ternyata tuduhan dari keluarga perempuan tidak terbukti, maka laki-laki tersebut langsung

meniggalkan istrinya dan tidak ingin berumah tangga lagi.10

3. Laki laki yang menikahi bukan yang menghamili

Kita tidak bisa pungkiri bahwa sesungguhnya untuk membina rumah tangga yang baik tentu harus dilandasi dengan cinta dan kasih sayang tetapi dengan kondisi masyarakat Sungguminasa yang lebih terfokus pada nama baik

8Basri, pelaku Kawin Pattongko' Siri' wawancara pada tanggal 23 Oktober 2012 di Bonto Lempangan Kabupaten Gowa

9Salinan Putusan Perkara Cerai Talak No 209 Pengadilan Agama Sungguminasa 2012.

10 Basri., Hakim Pengadilan Agama Sungguminasa, Wawancara di Sungguminasa Pada Tanggal 1 November 2012

dan rasa malu yang takut menghilangkan kharismatik keluarga sehingga mayoritas perempuan yang hamil diluar nikah dicarikan jalan penyelesaian dengan menikahkan perempuan kepada laki-laki yang bukan menghamilinya.

Oleh karna itu ketika perempuan (wanita) hamil kawin dengan laki-laki yang bukan menghamilinya maka resiko harus diterimanya setelah keadaan tersebut diketahuinya ia harus siap ditinggalkan selamanya dan ternyata begitu

laki laki segera mengetahui hal itu langsung meninggalkan istrinya.11 Dalam ini

dapat dilihat dalam salinan putusan Pengadilan Agama Sungguminasa :

"Setelah selesai akad dilaksanakan maka pada malam harinya setelah pemohon dengan termohon berbaring bersama ditempat tidur, maka termohon sendiri langsung mengakui kepada pemohon bahwa aib yang ada dalam kandungannya itu bukan hasil dari hubungan termohon dengan pemohon, melainkan hasil dari hubungan termohon dengan pacarnya yang lain sehingga mengakibatkan pemohon pada saat itu menjadi benci terhadap termohon dan telah bertekad untuk tidak melanjutkan hidup berumah tangga

dengan termohon".12

4. Penyelamatan status anak

Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) secara nyata dirumuskan bahwa anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau akibat suatu perkawinan yang sah. Maksudnya adalah anak atau keturunan yang dilahirkan di luar perkawinan pernikahan (sebelum akad nikah), akan dinyatakan oleh aturan yang berlaku sebagai anak tidak sah atau dalam pandangan masyarakat sering dianggap sebagai anak zina. Dalam menyelamatkan status yang lahir tanpa ayah, maka Nurdin dengan Hasmawai terpaksa dinikahkan sebagaimana dalam

11Hakim Pengadilan Agama Sungguminasa Wawancar di Sungguminasa Pada Tanggal 5 November 2012

perkara cerai talak nomor 228 tahun 2012 Pada Pengadilan Agama Sungguminasa.

Untuk menghindari akibat negatif dari status anak tersebut supaya masa depannya tidak suram dan penuh cemooh dari cibiran masyarakat, akibat ulah orang tuanya, maka jalan penyelamatan yang harus dilakukan ialah memaksa

kedua belah pihak itu untuk melangsungkan perkawinan secara sah (Pattongko'

Siri’) di hadapan pegawai pencatat nikah, meskipun kesediaan melakukan

perkawinan itu hanya memenuhi akad nikah sebagai proses penyelamatan anak

5. Status Sosial

Masyarakat Sungguminasa merupakan salah satu komunitas masyarakat yang mempunyai budaya yang sangat kental sepeti juga masyarakat lainnya di sulawesi selatan ini. Salah satu budaya yang sampai hari masih di agung-agungkan oleh masyarakat Gowa Sungguminasa adalah budaya bangsawan atau kekaraengan (bahasa lokal masyarakat Sungguminasa). Budaya tersebut masih menjadi tolak ukur dalam pergaulan masyarakat terutama pada pertalian. keturunan.

Hal ini dapat dilihat ketika seorang laki-laki pacaran dengan seorang perempuan yang kemudian diketahui oleh masing-masing keluarganya apalagi jika perempuan tersebut berasal dari.keturunan bangsawan (karaeng) dan laki-laki itu bukan dari keturunan bangsawan maka mereka tidak mendapat restu dari keluarga perempuan terhadap hubungan yang mereka bangun pada hal laki-laki dan perempuan itu telah pernah melakukan hubungan seks. Oleh karena laki-laki dan perempuan tersebut telah saling mencintai dan sukar untuk di pisahkan

sehingga mereka nekat melaksanakan kawin lari.

Mengingat prilaku tersebut merupakan tindakan yang sangat memalukan bagi keturunan bangsawan, maka dengan sangat terpaksa perempuan yang melaksanakan kawin lari itu di pisahkan oleh prang tuanya dan dinikahkannya dengan laki-laki lain dan berasal dari keturunan bangsawan (karaeng) yang tidak ia cintai sehingga hal demikian sangat mempengaruhi keharmonisan rumah

tangga dan bahkan lebih mengarah pada perceraian.13

Dokumen terkait