• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Underpricing

BAB II URAIAN TEORITIS

2.5 Faktor-Faktor Underpricing

2.5.1 Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga atas unjuk dalam Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dan diperjualbelikan dengan diskonto (Siamat, 2001). Untuk pertama kalinya SBI terbit tahun 1997 dengan tujuan menciptakan suatu instrument pasar uang yang hanya diperdagangkan antara perbankan. Sebagai salah satu instrument Operasi Pasar Terbuka (OPT) , SBI diterbitkan dan ditawarkan dalam sistem lelang. Secara tidak langsung BI mempengaruhi tingkat suku bunga di pasar uang melalui SBI dengan mengumumkan Stop Out Rate (SOR), yakni tingkat suku bunga yang diterima oleh BI atas penawaran tingkat suku bunga dari peserta lelang. Biasanya SOR digunakan sebagai indikator tingkat suku bunga transaksi di pasar uang.

Tingkat diskonto menjadi dasar transaksi jual beli SBI. Sedangkan faktor yang mempengaruhi harga SBI itu sendiri adalah besarnya discount rate dan jumlah hari jatuh tempo SBI. Adapun rumus perhitungan nilai tunai (prececks) atau true discount SBI sebagia berikut:

SBI dianggap terbatas, pasarnya luas dan tingkat diskontonya tidak dapat dipengaruhi oleh bank manapun yang ikut lelang. Bahkan penempatan dana dalam SBI tersebut dapat memberikan pendapatan kepada bank yang setiap saat dapat dijadikan uang tunai tanpa mengakibatkan kerugian pada bank sehingga bank memperoleh dua manfaat sekaligus yakni untuk menjaga likuiditas dan meningkatkan profitabilitas bank.

2.5.1.a Tujuan penerbitan SBI

Bank Indonesia sebagai otoritas moneter memiliki wewenang dalam menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Dalam hal ini laju inflasi menjadi dasar arah kebijakan moneter dengan memperhatikan berbagai sasaran ekonomi makro lainnya baik dalam jangka panjang, menengah maupun panjang. Implementasi kebijakan moneter dilakukan dengan menetapkan sasaran operasional, yaitu uang primer (base money). Maksudnya jumlah uang primer yang berlebihan di BI dapat mengurangi kestabilan nilai Rupiah. SBI diterbitkan dan dijual oleh BI dengan tujuan mengurangi kelebihan uang primer yang dimaksud.

Dasar hukum penerbitan SBI tercantum pada Surat Keputusan Direksi BI Noor 31/67/KEP/DIR tanggal 23 Juli 1998 yang memuat tentang penerbitan dan perdagangan BI serta mengenai intervensi BI terhadap Rupiah.

2.5.1.b Karakteristik SBI

• Jangka waktu maksimal 12 bulan dan sementara waktu hanya diterbitkan untuk jangka waktu 1 bulan dan 3 bulan.

• Denominasi dari yang terendah Rp.50 juta hingga yang tertingi Rp.100 miliar

• Pembelian SBI oleh masyarakat minimal Rp.100 juta dengan kenaikan kelipatan Rp.50 juta

• Pembelian SBI didasarkan pada jangka waktu maksimalnya

• Pembelian SBI memperoleh hasil berupa tingkat diskonto yang dibayar di muka

• Pajak Penghasilan (PPH) atas diskonto dikenakan 15%

2.5.1.c Tata Cara Perdagangan SBI

Transaksi SBI dilakukan dengan tata cara perdagangan sebagai berikut:

• Penjualan SBI dilakukan melalui lelang

• Jumlah SBI yang akan dilelang diumumkan setiap hari selasa

• Lelang SBI dilakukan setiap hari Rabu dan dapat diikuti oleh seluruh bank umum, pialang pasar uang dan pialang pasar modal dengan penyelesaian transaksi hari kamis

• Dalam pelaksanaan lelang SBI, masing-masing peserta mengajukan penawaran tingkat diskonto yang terendah sampai dengan jumlah SBI lelang yang diumumkan tercapai.

• Untuk menjaga keamanan dari kehilangan atau pencurian serta menghindari pemalsuan, maka pihak pembeli SBI memperoleh Bilyet Depot Simpanan sebagai bukti atas penyimpanan fisik warkat atas SBI pada BI tanpa dipungut biaya penyimpanan

Tingkat suku bunga SBI merupakan tingkat suku bunga dalam bentuk persen yang ditentukan oleh BI sebagai pemegang otoritas moneter dalam upaya mengendaliakan jumlah uang beredar.

Gambar 2.2 Prosedur Pembelian SBI

Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan bahwa masyarakat baik perusahan maupun perorangan tidak dapat secara langsung membeli SBI. Mereka

Pialang Pasar Uang/ Pialang Pasar Modal

Bank

Indonesia Perusahaan/

perorangan

harus melalui pialang pasar uang ataupun pialang pasar modal yang ditunjuk oleh BI untuk membeli SBI.

Suku bunga yang tinggi disatu sisi akan meningkatkan hasrat masyarakat untuk menabung sehingga jumlah dana perbankan akan meningkat. Sementara itu di sisi lain suku bunga yang tinggi akan meningkatkan biaya yang dikeluarkan oleh dunia usaha sehingga mengakibatkan penurunan kegiatan produksi di dalam negeri dan menyebabkan penurunan kebutuhan dana oleh dunia usaha. Hal ini berakibat permintaan terhadap kredit perbankan juga menurun. Di sisi perbankan, dengan bunga yang tinggi, bank mampu menghimpun dana untuk disalurkan dalam bentuk kredit kepada dunia usaha. Namun disisi dunia usaha, walaupun dana kredit perbankan tersedia, beban bunga yang harus mereka tanggung lebih tinggi sehingga dunia usaha cenderung mencari alternatif pendanaan yang lebih murah (Pohan,2008).

2.5.2 Inflasi

2.5.2.a Pengertian inflasi

Menurut Putong dan Andjaswati (2008) inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus-menerus selama suatu periode tertentu. Kenaikan harga tersebut diukur dengan menggunakan indeks harga, diantaranya:

- Indeks biaya hidup untuk mengukur biaya/ pengeluaran untuk membeli sejumlah barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga untuk keperluan hidup. Angka penimbang biasanya didasarkan atas besarnya persentase pengeluaran untuk barang tertentu terhadap pengeluaran keseluruhan dan

besarnya persentase ini dapat berubah dari tahun ke tahun. Laju inflasi dapat diperoleh dengan cara menghitung persentase kenaikan / penurunan indeks harga suatu komoditi dari tahun ke tahun.

- Indeks perdagangan besar yakni menitikberatkan pada sejumlah barang pada tingkat perdagangan besar. Yang termasuk dalam indeks ini adalah harga bahan mentah, bahan baku atau setengah jadi.

- GNP deflator adalah jenis indeks yang mencakup jumlah barang dan jasa yang masuk dalam perhitungan GNP, sehingga jumlahnya lebih banyak bila dibandingkan dengan dua indeks sebelumnya. GNP deflator diperoleh dengan membagi GNP nominal (atas dasar harga berlaku) dengan GNP riil (atas dasar harga konstan).

2.5.2.b Jenis- Jenis Inflasi

■ Jenis Inflasi Menurut Sifatnya

Inflasi dapat dibagi ke dalam tiga kategori berdasarkan besarnya laju inflasi, yakni: 1) Inflasi merayap (creeping inflation)

Yakni inflasi dengan laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun). Kenaikan harga berjalan secara lambat dengan persentase yang kecil serta dalam jangka waktu yang panjang.

2) Inflasi menengah (Galloping Inflation)

Yakni inflasi dengan kenaikan harga yang cukup besar (dua digit atau tiga digit), kenaikan harga berjalan secara singkat serta mempunyai sifat akselerasi.

Yakni inflasi yang akibatnya paling parah dimana harga-harga naik sampai 5 atau 6 kali. Sehingga masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang. Dalam keadaan ini nilai uang merosot dengan tajam sehingga masyarakat lebih ingin ditukarkan dengan barang. Perputaran uang makin cepat dan harga naik secara akselerasi. Keadaan ini biasanya timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja (misal adanya perang) yang dibelanjai atau ditutup dengan mencetak uang.

■ Jenis Inflasi Menurut Sebabnya 1) Demand pull Inflation

Inflasi ini diawali dengan adanya kenaikan jumlah permintaan sedangkan produksi telah berada pada kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati kesempatan kerja penuh. Dalam keadaan kesempatan kerja, kenaikan permintaan total juga menaikkan hasil produksi (output) selain menaikkan harga. Sedangkan apabila produksi dalam keadan kesempatan kerja penuh telah tercapai, maka kenaikan permintaan tidak lagi mendorong kenaikan output, tetapi hanya mendorong kenaikan harga-harga yang biasa akibatnya sesuai dengan hukum permintaan, bila permintaan banyak sementara penawaran tetap maka harga akan naik. Jika hal ini berlangsung terus-menerus akan mengakibatkan inflasi yang berkepanjangan. Sehingga perlu dilakukan pembukaan kapasitas produksi baru dengan penambahan tenaga kerja yang baru.

2) Cost Push Inflation

Cost Push Inflation adalah inflasi yang terjadi akibat pergeseran kurva penawaran agregat. Dalam kondisi ini, tingkat penawaran lebih rendah jika

dibandingkan dengan tingkat permintaan karena terjadinya kenaikan harga faktor produksi sehingga produsen terpaksa mengurangi produksinya sampai pada jumlah tertentu. Jumlah penawaran terus menurun karena semakin mahalnya biaya produksi. Apabila kondisi tersebut berlangsung dalam jangka panjang akan mengakibatkan inflasi. Ada beberapa faktor yang meningkatkan biaya produksi sehingga terjadinya cost push inflation, yaitu:

a. Para pekerja yang menuntut kenaikan upah yang biasanya dikoordinir oleh organisasi serikat buruh

b. Adanya industri monopolis yang membuat para pengusaha dapat menguasai pasar dan menetapkan harga yang tinggi.

c. Kenaikan harga bahan baku industri

■ Jenis Inflasi Berdasarkan Asal Terjadinya

1) Domestc inflation

Inflasi domestik adalah inflasi yang berasal dari dalam negeri karena terjadinya kenaikan harga yang disebabkan adanya kejutan dari dalam negeri, baik karena perilaku masyarakat maupun perilaku pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan-kebijakan. Terjadinya kenaikan harga yang absolute menyebabkan terjadinya inflasi bahkan meningkatkan angka inflasi.

Imported Inflation adalah inflasi yang terjadi di dalam negeri karena adanya pengaruh harga dari luar negeri terutama barang-barang impor atau bahan baku industri yang masih belum dapat diproduksi di dalam negeri.

■ Jenis Inflasi Berdasarkan Sudut Bobotya 1) Inflasi Ringan

Yaitu inflasi yg bercirikan dengan kenaikan harga-harga yang berjalan lambat dengan persentase yang kecil serta dalam jangka waktu yang relatif lama.

2) Inflasi Sedang

Yaitu inflasi yang bercirikan dengan kenaikan harga yang lebih cepat dan perlu diwaspdai dampaknya bagi perekonomian.

3) inflasi Berat

Yaitu inflasi yang bercirikan dengan kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan dalam waktu yang relatif singkat.

4) Inflasi Sangat Berat

Yaitu inflasi dengan laju pertumbuhan melampaui 100% pertahun.

2.5.2.c Penyebab Terjadinya Inflasi dan Dampaknya

Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya inflasi, diantaranya sebagai berikut:

• Berbagai usaha yang dilakukan para golongan dan pelaku ekonomi untuk memperoleh tambahan pendapatan yang lebih besar dengan cara menaikkan tingkat produktivitas mereka

• Tindakan pemerintah yang sangat berambisi dalam menguasai sumber-sumber ekonomi dalam jumlah besar yang seharusnya diserahkan pada pihak swasta. • Efek psikologis yang timbul di kalangan masyarakat misalnya isu devaluasi yang

menyebabkan permintaan masyarakat terhadap produk tertentu melonjak drastis. •. Kebijakan pemerintah baik yang bersifat ekonomi maupun non ekonomi yang dapat

mendorong kenaikan harga seperti kenaikan tarif angkutan umum, kenaikan tarif listrik, kenaikan gaji pegawai negeri dan sebagainya

Inflasi berdampak luas dan beranekaragam, tidak hanya di bidang ekonomi tetapi juga mempengaruhi sosial politik suatu Negara. Pertumbuhan inflasi yang tinggi akan melemahkan kinerja perekonomian suatu Negara. Berikut adalah dampak terjadinya inflasi yakni:

1) Equity Effect

Maksudnya terjadinya berpengaruh terhadap pendapatan yang sifatnya tidak merata karena ada pihak yang dirugikan yakni orang-orang yang berpenghasilan tetap dan ada pula yang diuntungkan yakni mereka yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan tingkat persentase yang lebih besar daripada tingkat inflasi. Selain itu inflasi juga mengakibatkan terjadinya perubahan pada distribusi pendapatan dan kekayaan masyarakat dimana inflasi berfungsi sebagai pajak bagi seserorang dan merupakan subsidi bagi orang yang berpenghasilan rendah. Dan bila keadaan tersebut tidak diatasi, dalam jangka panjang akan memperlebar kesenjangan antara masyarkat yang berpenghasilan tinggi dan masyarkat yang berpenghasilan menengah kebawah.

Inflasi juga berpengaruh terhadap biaya produksi. Peningkatan pada harga-harga faktor produksi akan mengubah pola alokasi faktor produksi. Perubahan tersebut diawali dengan terjadinya kenaikan permintaan akan berbagai jenis barang sehingga mendorong peningkatan produksi terhadap barang-barang tersebut dan akhirnya lebh efisien.

2.5.2.d Model Teori Inflasi ■ Teori Kuantitas

Teori ini dikembangkan oleh kelompok monetaris (sekelompok ekonomi dari Chicago University) dan merupakan teori yang paling tua dan mendekati inflasi dari segi permintaan. Menurut teori kuantitas ada dua faktor yang mempengaruhi terjadinya inflasi, yakni:

1) Jumlah Uang Beredar (JUB)

Peningkatan JUB baik uang kartal maupun uang giral akan menyebabkan terjadinya inflasi. Misalnya ketika terjadi kegagalan panen akan meningkatkan harga pertanian dan harga kebutuhan pokok lainya. Hal ini akan menyebabkan inflasi. Oleh karena itu Pemerintah perlu meningkat JUB agar inflasi dapat dihentikan.

2) Harapan masyarkat berhubungan dengan kenaikan harga-harga pada masa yang akan datang

Ada empat kemungkinan harapan masyarakat pada masa yang akan datang, yakni:

> Jika masyarakat belum mengharapkan kenaikan harga-harga pada bulan mendatang maka sebagian besar dari penambahan jumlah uang beredar akan diterima masyarakat untuk menambah uang kas yang disimpannya. Kondisi ini tidak akan meningkatkan permintaan masyarakat terhadap barang sehingga harganya tidak naik.

> Jika masyarakat mengharapkan adanya kenaikan harga pada masa yang akan datang akan mengakibatkan adanya pertambahan uang kas yang dipegang tetapi dipergunakan untuk membeli barang-barang yang diperkirakan akan naik pada masa yang akan datang dengan demikian masyarakat terhindar dari kerugian.

> Masyarakat yang tidak ingin memegang uang kas atau berkeinginan untuk mengurangi uang kas yang dipegang untuk dibelanjakan sehingga harga-harga barang akan menjadi lebih tinggi lagi.

■ Teori Keynes

Menurut pendekatan ini inflasi terjadi karena suatu kelompok masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya, sehingga proses inflasi merupakan proses tarik-menarik antar golongan masyarakat untuk memperoleh bagian dana masyarakat yang lebih besar daripada yang mampu disediakan oleh masyarakat sendiri sehingga akan menimbulkan kesenjangan inflasi (inflationary gap) . tekanan dari golongan ini akan mengakibatkan kenaikan biaya.

Pemerintah melalui bank sentral perlu mengambil tindakan untuk memperbaiki kondisi ekonomi yang hancur yang disebabkan inflasi dengan kebijakan moneter maupun kebijakan fiskal. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing kebijakan, yakni:

■ Kebijakan Moneter 1) Tight money policy

Merupakan kebijakan dari Bank untuk menjual surat-surat berharga seperti obligasi negara kepada masyarakat untuk mengurangi jumlah uang beredar. Berkurangnya uang yang dipegang masyarakat menyebabkan permintaan terhadap barang berkurang dan penjualan barang dipasar hanya dapat dilakukan apabila harga diturunkan. Apabila hal ini dapat dilaksanakan maka inflasi pun dapat diatasi.

2) Menaikkan suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia)

Terdapat kaitan erat investasi yang akan dijalankan dan nilai bunga yang harus dibayar dari modal yang dpinjam dengan keinginan orang atau badan usaha untuk mengadakan pinjaman kepada badan-badan kredit. Apabila bunga pinjaman semakin besar maka ada kecendrungan tertahannya aktiva yang besar yang pembiayaannya didasarkan atas peminjaman dari badan kredit. Sehingga kenaikan tingkat bunga dari bank akan mengurangi keinginan badan-badan kredit untuk mengadakan peminjaman dalam memenuhi permintaan pinjaman masyarakat dan hal ini dapat mengatasi tekanan inflasi.

Pemerintah melakukan intervensi terhadap mata uang asing untuk mengatur nilai tukar dan mempermudah biaya impor barang-barang material sehingga inflasi dapat diatasi.

■ Kebijakan Fiskal 1) Meningkatkan pajak

Dengan menaikkan pajak berarti penghasilan seseorang akan berkurang dan tenaga pembelanjaan berkurang sehingga kenaikan harga barang-barang tidak mungkin terjadi lagi tetapi harga barang akan turun seimbang dengan jumlah uang yang ada di masyarakat.

2) Menurunkan pengeluaran pemerintah

Salah satu cara untuk menurunkan pengeluaran pemerintah adalah dengan menetralisisr kenaikan pengeluaran swasta sehingga pengeluaran dalam perekonomian dapat dikendalikan. Selain itu pemerintah juga dapat menaikkan pajak dan mengadakan pinjaman pemerintah

3) Mengurangi biaya ekonomi tinggi

Agar perekonomian dapat keluar dari keadaan inflasi maka pemerintah melakukan deregulasi-deregulasi dalam perizinan serta kemudahan dalam pendistribusian barang agar harga barang menjadi turun atau paling tidak tetap.

2.5.3 Nilai Tukar Rp terhadap USD (Kurs Rp/ USD) 2.5.3.a Pengertian Nilai Tukar

Di dalam perdagangan internasional proses transaksi jual beli barang yang terjadi antar masyarakat suatu Negara dengan masyarakat negara lain yang menghendaki pembayaran dalam mata uang masing-masing, yang satu sama lain saling berbeda dan dalam mata uang tertentu dapat diterima secara internasional sepert Dollar AS, Poundsterling, Yen dan lain-lain. Namun dalam berbagai transaksi internasional, Dollar AS paling sering digunakan sehingga menjadi mata uang terkemuka yang secara luas digunakan sebagai suatu nilai kontrak internasional antara pihak-pihak yang bukan merupakan penduduk dari Negara pencetak uang tersebut. Oleh karena itu untuk mempermudah proses transaksi jual beli barang dan jasa sangatlah penting dilakukan pertukaran antara satu mata uang dengan mata uang Negara lain di dalam perdagangan internasional. Sehingga dapat diperoleh perbandingan nilai uang antara harga atau kedua mata uang tersebut dan inilah yang disebut dengan nilai tukar atau kurs. Jadi secara umum kurs dapat diartikan sebagai harga suatu mata uang suatu negara terhadap mata uang asing atau harga mata uang negara asing dalam satuan mata uang domestik. (Samuelson,2001).

Dalam mekanisme pasar, kurs dari suatu mata uang akan selalu mengalami fluktuasi (perubahan-perubahan) yang berdampak langsung pada harga barang-barang ekspor dan impor.

Perubahan yang dimaksud adalah:

a) Revaluasi yaitu peningkatan nilai resmi mata uang suatu negara dibanding mata uang lainnya atau emas oleh pemerintah dengan sengaja.

b) Devaluasi yaitu penurunan nilai resmi mata uang suatu negara dibanding mata uang lainnya atau dibanding emas oleh pemerintah dengan sengaja.

c) Apresiasi yaitu peristiwa menguatnya nilai tukar mata uang secara otomatis akibat bekerjanya kekuatan-kekuatan penawaran dan permintaan atas mata uang yang bersangkutan dalam sistem pasar bebas. Sebagai akibat dari perubahan kurs adalah harga produk negara itu bagi pihak luar negeri semakin mahal sedangkan harga impor bagi penduduk domestik menjadi lebih murah.

d) Depresiasi yaitu peistiwa penurunan nilai tukar mata uang secara otomatis akibat bekerjanya kekuatan permintaan dan penawaran atas mata uang yang bersangkutan dalam sistem pasar bebas. Sebagai akibat dari perubahan kurs adalah harga produk negara itu bagi pihak luar negeri semakin murah sedangkan harga impor bagi penduduk domestik menjadi lebih mahal.

2.5.3.b Pasar Valuta Asing

Dalam melakukan transaksi perdagangan internasional yang abanyak menggunakan mata uang asing diperlukan suatu pasar valuta asing (valas). Pasar valas merupakan tempat berlangsungnya perdagangan berbagai mata uang yang berbeda atau mata uang asing diperjualbelikan dan ditentukan nilai tukarnya (Manurung, 2004). Secara umum ada 4 (empat) pelaku utama dalam pasar valuta asing, yaitu:

• Para pelaku transaksi tradisional seperti para wisatawan, importir, eksportir dan investor yang merupakan pengguna valas yang bersifat langsung

• Bank-bank komersial yang bertindak sebagai perantara atau lembaga kliring antara pemakai (sumber permintaan) dan penghimpun (sumber penawaran) valuta asing

yang merupakan inti (pusat) pasar valas, karena hampir semua transaksi internasional bernilai besar melibatkan kegiatan pencatatan debet dan kredit pada rekening bank-bank komersial di berbagai pusat keuangan dunia.

• Para pialang valas yang bertindak sebagai perantara bagi bank-bank komersial di suatu negara untuk melakukan berbagai jenis mata uang di kalangan perbankan itu sendiri

• Bank sentral yang bertindak sebagai pembeli dan penjual terakhir dari keseluruhan valas yang ada di suatu negara serta merupakan aktor utama yang menyamakan pendapatan dan pengeluaran valas di suatu negara dengan mengurangi atau menambah cadangan devisa.

Ada beberapa tindakan atau alasan para pelaku pasar devisa dalam melakukan perdagangan internasional, yakni:

• Clearing

Dalam kondisi ini para pelaku pasar terlibat dalam pertukaran barang dan jasa dan ingin memperoleh atau menyerahkan mata uang mereka yang lebih menarik bagi pihak lain yang berurusan dagang dengan mereka. Atau dengan kata lain, ekspor barang dan jasa yang dilakukan menyebabkan mata uang negara lain akan dijual untuk dapat membeli mata uang negara itu. Sebaliknya mengimpor barang dan jasa satu sama lain cenderung menyebabkan mata uang dalam negeri akan dijual untuk dapat membeli mata uang negara lain.

• Hedging

Yakni suatu tindakan untuk menyamakan aset dan tanggung gugat dalam bentuk nilai tukar mata uang asing, agar dengan demikian kebal terhadap resiko

yang akan terjadi akibat dari perubahan-perubahan di masa mendatang dalam nilai mata uang luar negeri. Atau sebagai tindakan untuk memastikan bahwa kita tidak memilki (menghapuskan) aset atau tidak memiliki posisi tanggung gugat sehubungan dengan mata uang yang tidak ingin kita miliki atau pinjam dari negara lain.

• Spekulasi

Merupakan suatu tindakan mengambil posisi aset (posisi lama) atau posisi tanggung gugat (posisi pendek) terhadap mata uang Negara lain yang mengacu pada pembelian dan penjualan properti yang secara murni dilakukan demi memperoleh keuntungan dari adanya perubahan harga yaitu keuntungan dari mata uang Negara lain yang didasarkan atas kesadaran. Dimana tindakan ini didorong oleh suku bunga mata uang dalam negeri dan mata uang asing yang dimilikinya dan juga harapan-harapan terhadap gerakan masa depan dari nilai tukar mata uang yang mau diperdagangkan.

2.5.3.c Teori- Teori Kurs

■ Pendekatan perdagangan/ pendekatan elastisitas terhadap pembentukan kurs. Yakni nilai tukar dari dua negara ditentukan oleh besar kecilnya perdagangan

barang dan jasa yang berlangsung diantara kedua negara tersebut. Menurut pendekatan ini, kurs equilibrium adalah kurs yang akan menyeimbangkan nilai impor dan ekspor dari suatu Negara. Jika nilai impor Negara tersebut lebih besar daripada nilai ekspornya (Negara mengalami defisit anggaran) maka kurs mata uangnya akan mengalami peningkatan ( berarti mata uang mengalami depresiasi

Dokumen terkait