• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENGANTAR

B. Perilaku Masyarakat

2. Faktor-Faktor yang Berpengaruh dalam Perilaku Masyarakat

Faktor-faktor dalam perilaku yang mempengaruhi individu dalam

mengambil keputusan yaitu faktor internal yang berasal dari individu itu sendiri

dan faktor eksternal yang berasal dari luar individu. Faktor internal terdiri dari

motivasi, pengamatan, belajar, kepribadian, konsep diri serta sikap. Faktor

eksternal terdiri atas kebudayaan, adanya perbedaan tingkat sosial, keluarga dan

individu itu sendiri (Dhammesta dan Handoko, 2000).

Faktor-Faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku masyarakat

menurut Dhamesta dan Handoko (2000) adalah sebagai berikut.

a. Faktor budaya. Perilaku manusia sangat ditentukan oleh kebudayaan yang

melingkupi dan pengaruhnya akan selalu berubah setiap waktu sesuai dengan

kemajuan atau perkembangan zaman dari masyarakat tersebut.

b. Faktor kelas sosial. Masyarakat Indonesia pada dasarnya dapat

dikelompokkan dalam tiga kelas sosial, yaitu golongan atas, golongan

menengah dan golongan menengah ke bawah. Perilaku konsumen atas kelas

sosial yang satu akan berbeda dengan kelas lain karena menyangkut

aspek-aspek sikap yang berbeda-beda.

c. Faktor kelompok sosial. Kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang menjadi

tempat individu-individu untuk berinteraksi satu sama lain. Ada 3 bentuk

kelompok sosial yang terjadi dalam masyarakat yaitu primer, sekunder,

formal, dan informal. Kelompok primer adalah keluarga, kelompok teman

dekat dan kelompok teman sekerja yang selalu melibatkan individu dalam

dan hubungan diantara anggota yang tidak perlu mengenal secara pribadi.

Kelompok formal adalah kelompok yang mempunyai peraturan yang tegas

dan dengan sengaja diciptakan untuk mengatur hubungan antar anggota,

sedangkan kelompok informal adalah kelompok yang tidak mempunyai

struktur dan organisasi tertentu.

d. Faktor kelompok referensi. Kelompok referensi adalah kelompok sosial yang

menjadi ukuran seseorang untuk membentuk kepribadian dan perilakunya.

e. Faktor keluarga. Keluarga mempunyai peran terbesar dan terlama dalam

pembentukan sikap dan perilaku manusia. Keluarga adalah organisasi

pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat.

Faktor-faktor internal yang mempengaruhi perilaku masyarakat menurut

Dhammesta dan Handoko (2000) adalah sebagai berikut.

a. Faktor motivasi. Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang

mendorong individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk

mencapai suatu tujuan. Motivasi seseorang akan mewujudkan suatu tingkah

laku yang diarahkan pada tujuan guna mencapai sasaran kepuasan.

b. Faktor pengalaman. Pengalaman merupakan proses ketika manusia menyadari

dan menginterprestasikan aspek lingkungannya. Hasil dari pengamatan

individu akan membentuk suatu pandangan tertentu terhadap suatu produk

yang akan menciptakan proses pengamatan dan perilaku pembelian yang

c. Faktor belajar. Belajar didefinisikan sebagai perubahan-perubahan perilaku

yang terjadi sebagai hasil akibat adanya pengalaman. Proses belajar terjadi

karena adanya interaksi antara manusia yang bersifat individual dengan

lingkungan tertentu. Proses belajar pada suatu pembelian terjadi apabila

konsumen menanggapi dan memperoleh suatu kepuasan atau sebaliknya, tidak

terjadi apabila konsumen merasa dikecewakan oleh produk yang kurang baik.

d. Faktor kepribadian dan konsep diri. Setiap orang memiliki kepribadian yang

berbeda yang dapat mempengaruhi perilaku pembelinya. Kepribadian

merupakan karakteristik psikologis yang berbeda dari seseorang yang

menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten atau bertahan lama terhadap

lingkungannya. Kepribadian berkaitan dengan konsep diri atau citra pribadi.

Konsep pribadi konsumen berhubungan dengan menyukai merk sesuatu yang

digunakan.

e. Faktor sikap. Sikap memberikan suatu penilaian (menerima atau menolak)

terhadap obyek atau produk yang dihadapinya. Sikap merupakan evaluasi,

perasan emosional, dan kecenderungan tindakan yang menggantung atau tidak

diuntungkan yang bertahan lama dari seseoranng terhadap obyek atau gagasan

tertentu.

Bloom seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu

ke dalam 3 domain, ranah atau kawasan yakni : a) kognitif (cognitive), b) afektif (affective), c) psikomotor (pschyomotor). Dalam perkembangannya teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni:

1. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang

(overt behavior). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoadmojo, 2007).

Penelitian RogercitNotoadmojo (2007) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yag

berurutan yakni:

a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

b. Interest,yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya).

d. Trial,orang telah mulai mencoba perilaku baru.

e. Adoption,subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Roger menyimpulkan

bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap diatas (Notoadmojo,

2. Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau

aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu

masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah

laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di

lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoadmojo,

2007).

Gambar 1. Proses terbentuknya sikap dan reaksi (Notoadmojo, 2007)

3. Praktik atau tindakan (practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas.

Menurut Notoadmojo (2007), praktik ini mempunyai beberapa tingkatan:

Stimulus Rangsangan Proses Stimulus Reaksi Tingkah Laku (terbuka) Sikap (tertutup) Stimulus Rangsangan Reaksi Tingkah Laku (terbuka) Proses Stimulus Stimulus Rangsangan Reaksi Tingkah Laku (terbuka) Stimulus Rangsangan Reaksi Tingkah Laku (terbuka) Sikap (tertutup) Proses Stimulus Stimulus Rangsangan Reaksi Tingkah Laku (terbuka)

a. Persepsi (perception). Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat

pertama.

b. Respon terpimpin (guided response). Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator

praktek tingkat dua.

c. Mekanisme (mechanism). Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan,

maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.

d. Adopsi (adoption). Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa

mengurangi

Teori Perilaku

a. Teori Weber

Max Weber seorang ahli sosiologi dan ekonomi yang ternama

mengembangkan teori aksi yang dikenal sebagai teori bertindak (action theory).

Weber berpendapat bahwa individu melakukan suatu tindakan berdasarkan atas

pengalaman, persepsi, pemahaman dan penafsirannya atas suatu objek stimulus

atau situasi tertentu. Tindakan individu ini merupakan tindakan sosial yang

rasional, yaitu mencapai tujuan atau sasaran dengan sarana yang paling tepat

(Ritzer, 1983,cit, Sarwono,2007).

b. Teori Weber dikembangkan lebih lanjut oleh Talcott Parsons, yang

mekanis terhadap suatu stimulus sedangkan perilaku adalah suatu proses mental

yang aktif dan kreatif. Menurut Parsons yang utama bukanlah tindakan individual

melainkan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang menuntun dan mengatur

perilaku (Poloma, 1987, cit, Sarwono, 2007). Parsons melihat bahwa tindakan individu dan kelompok dipengaruhi oleh tiga sistem yaitu sistem sosial, sistem

budaya dan sistem kepribadian masing-masing individu. Dalam setiap sistem

sosial individu menduduki suatu tempat (status) tertentu dan bertindak (berperan)

sesuai dengan norma atau aturan yang dibuat oleh sistem tersebut dan perilaku

individu ditentukan pula oleh tipe kepribadiannya (Sarwono, 2007).

C. Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas

Dokumen terkait