• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku masyarakat dalam melakukan swamedikasi untuk sakit influenza di Dusun Krodan, Maguwoharjo tahun 2012 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Perilaku masyarakat dalam melakukan swamedikasi untuk sakit influenza di Dusun Krodan, Maguwoharjo tahun 2012 - USD Repository"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERILAKU MASYARAKAT DALAM MELAKUKAN SWAMEDIKASI UNTUK SAKIT INFLUENZA DI DUSUN KRODAN, MAGUWOHARJO,

TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Franciska Williasari

NIM : 088114037

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena hanya karena segala berkat dan limpahan kasih sayang-Nya, penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Survei Perilaku Masyarakat terhadap

Penggunaan dan Pemilihan Obat Bebas dan Bebas Terbatas untuk Sakit Influenza

di Dusun Krodan, Maguwoharjo Tahun 2012” dengan baik dan tepat waktu.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma.

2. Bapak Yosef Wijoyo, M.Si., Apt selaku dosen pembimbing utama yang telah

menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis sehingga

penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

3. Ibu Dra. Th. B. Titien Siwi Hartayu M.Kes., Apt. selaku dosen penguji yang

telah memberikan bantuan, bimbingan serta masukan yang membangun.

4. Ibu Maria Wisnu Donowati selaku dosen penguji yang juga telah memberikan

bantuan, bimbingan serta masukan yang membangun.

5. Seluruh keluarga besar Somo Pawiro atas doa dan dukungan yang telah

diberikan kepada Penulis.

6. Irawan Candra Kusuma atas segala doa, dukungan, kasih sayang, semangat

(7)

vii

7. Teman-teman Sinta, Linda, Monica, Hanum, Putri, Lucia, Vicka, Andrea, TH.

Sinta, atas berbagai keceriaan, kebersamaan, dukungan dan semangat kepada

penulis dalam menyusun skripsi ini.

8. Teman-teman Fakultas Farmasi angkatan 2008 kelas A dan FKK A atas

kebersamaan, keceriaan, dukungan selama ini.

9. Teman-Teman OMK Hyeronimus atas keceriaan dan kebersamaan, dukungan

selama ini. Maz Arfi, Pina, Arum, Ino, Mas Encis, Galih, Leo, Rian, Vinda,

Silvi, Ning, Ninik, Dimas, Intan, Hanung, Bayu, Budha, Anna, Robert, Anis,

Risa, Zita, Clara.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak

membantu penulis dari awal hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan pada skripsi

ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

semua pihak untuk mencapai kesempurnaan. Semoga skripsi ini dapat berguna

bagi semua lapisan masyarakat dan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan,

terutama di bidang kefarmasian dan kesehatan.

Yogyakarta, 17 Maret 2012

(8)
(9)

ix

INTISARI

Kemajuan teknologi dan perubahan pola hidup yang kurang memperhatikan kesehatan menyebabkan perkembangan penyakit. Influenza merupakan penyakit yang sering dialami oleh manusia. Masyarakat menganggap bahwa influenza tergolong penyakit ringan sehingga mendorong masyarakat untuk melakukan swamedikasi. Terdapat faktor sosioekonomi (tingkat pendidikan dan penghasilan) yang berpengaruh pada peningkatan swamedikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku masyarakat serta mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan terhadap perilaku swamedikasi sakit influenza.

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional bersifat deskriptif analitik yang pengumpulan datanya dilakukan dengan kuesioner. Kuisioner terdiri karakteristik demografi responden, pengetahuan, sikap serta tindakan dalam melakukan swamedikasi. Digunakan pendekatan kuantitatif dan denganmethod of summated rating, dimana setiap jawaban responden diberi nilai, kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan nilai bagian, selanjutnya digunakan uji

Kruskal Wallisuntuk melihat ada tidaknya hubungan antara pendidikan, pekerjaan dan pendapatan terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan dalam swamedikasi iInfluenza.

Karakteristik demografi responden secara mayoritas yaitu pendidikan terakhir SMA, pekerjaan pegawai swasta, dengan penghasilan >Rp. 2.400.000 per bulan. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan pendapatan terhadap pengetahuan tentang swamedikasi influenza, pengetahuan responden pada tingkat tertinggi (91,67%), pengetahuan sedang (8,33%), pengetahuan rendah (0%). Sikap responden pada tingkat tertingi (77,38%), sikap sedang (22,62%), sikap rendah (0%).

(10)

x

ABSTRACT

Swamedication is the choosing and using of medicine to heal the self-complaint of an illness. Influenza is an illness that often occurs on human. The society considers influenza as a usual illness so they prefer to heal themselves. Social-economy factor (education and income level) influence the increasing of swamedication’s importance. This research was aimed to find out the influence of education and income level toward the choosing and using of influenza medicine.

This research used descriptive analysis non-experimental with cross sectional research planning. It observed the society attitude towards the choosing and using of free and limited-free influenza medicine. This research used quantitative approach and questionnaire to collect the data. The quantitative data was analyzed by relating level of education, type of work, level of income to the level of knowledge and attitude. The swamedication action was analyzed using data tabulation and descriptive. The analysis used Kruskal Wallis and Mann Whitney statistic method.

The result showed that the highest respondents’ knowledge was 91.67%, the highest attitude was 77.38%. The respondents’ action had been related to how to use the medicine, dosage, information gathering, and the place of buying the medicine. The level of education and income influence the influenza swamedication

(11)

xi

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v

PRAKATA ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... viii

INTISARI ... ix

ABSTRACT ...x

DAFTAR ISI ...xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ...xviii

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang ... 1

1. Permasalahan ... 3

2. Manfaat Penelitian ... 3

3. Keaslian Penelitian ... 4

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum ... 5

(12)

xii

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA

A. Swamedikasi atau Pengobatan Sendiri ... 7

1. Definisi Swamedikasi ... 7

2. Faktor-Faktor Dalam Pengobatan Mandiri ... 7

B. Perilaku Masyarakat ...8

1. Definisi Perilaku ... 8

2. Faktor-Faktor yang Berpengaruh dalam Perilaku Masyarakat ... 9

C. Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas... 15

1. Penggolongan Obat ... 15

2. Obat Wajib Apotek (O. W. A) ... 17

3. Informasi Kemasan, Etiket dan Brosur ... 18

D. Influenza ... 24

1. Definisi Influenza ... 24

2. Epidemologi dan Etiologi ... 24

3. Patofisiologi ... 25

4. Gejala dan Tanda ... 26

5. Penatalaksanaan Terapi ... 27

E. Landasan Teori ... 33

F. Hipotesis ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Dan Rancangan Penelitian ... 36

(13)

xiii

C. Definisi Operasional ... 36

D. Kriteria Inklusi Penelitian ... 38

E. Populasi Dan Besar Sampel ... 38

1. Populasi ... 38

2. Besar Sampel ... 38

F. Waktu Dan Tempat Penelitian ... .39

G. Instrumen Penelitian ... 39

H. Tahapan Penelitian ... 42

1. Penentuan lokasi penelitian ... 42

2. Pengurusan izin penelitian ... 42

3. Pembuatan kuisioner ... 43

4. Pengujian validasi dan reabilitas ... 43

5. Pengambilan data ... 44

I. Analisis Hasil ... 43

1. Analisis kuantitatif ... 45

2. Pengujian normalitas data... 46

3. Analisis hasil kuesioner ... 46

4. Pengujian hasil data...47

J. Kelemahan Penelitian ... 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Demografi Responden ... 49

B. Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Swamedikasi Influenza ... 53

(14)

xiv

D. Tindakan Swamedikasi Influenza ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75

LAMPIRAN ... 75

(15)

xv

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel I. Kategori Item Pernyataan pada Bagian Pengetahuan

Responden dengan Jenis Pertanyaan Favourable dan

Unfavourable... 41

Tabel II. Kategori Item Pernyataan pada Bagian Sikap Responden dengan Jenis Pertanyaan Favourable dan Unfavourable... 41

Tabel III. Distribusi Jumlah Responden(%) Berdasarkan Pengetahuan

dengan Tingkat Pendidikan ... 55

Tabel IV. Distribusi Jumlah Responden(%) Berdasarkan Pengetahuan

dengan Jenis Pekerjaan ... 56

Tabel V. Distribusi Jumlah Responden(%) Berdasarkan Pengetahuan dengan Tingkat Pendapatan ... 56

Tabel VI. Distribusi Jumlah Responden(%) Berdasarkan Sikap dengan

Tingkat Pendidikan ... 58

Tabel VII. Distribusi Jumlah Responden(%) Berdasarkan Sikap dengan

Jenis Pekerjaan ... 61

Tabel VIII. Distribusi Jumlah Responden(%) Berdasarkan Sikap dengan

Tingkat Pendapatan ... 62

Tabel IX. Jumlah Responden (%) Berdasarkan Item Pertanyaan

Responden Mengalami Sakit Influenza... 63

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar1 . Proses Terbentuknya Sikap Dan Reaksi ... 12

Gambar 2. Logo Obat Bebas Berwarna Hijau ... 15

Gambar 3. Logo Obat Bebas Terbatas Berwarna Biru ... 15

Gambar 4. Logo Obat Keras Berwarna Merah ... 16

Gambar 5 . Logo Obat Narkotika ... 16

Gambar 6. Tanda Dan Peringatan Obat Bebas Terbatas ...18

Gambar 7. Skema Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan dan Sikap... 33

Gambar 8. Skema Hubungan Antara Jenis Pekerjaan dengan Pengetahuan dan Sikap... 34

Gambar 9. Skema Hubungan Antara Tingkat Pendapatan dengan Pengetahuan dan Sikap... 34

Gambar 10. Distribusi Jumlah Responden (%) Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 50

Gambar 11. Distribusi Jumlah Responden (%) Berdasarkan Jenis Pekerjaan ...51

Gambar 12. Distribusi Jumlah Responden (%) Berdasarkan Tingkat Pendapatan ... 53

Gambar 13. Distribusi Jumlah Responden (%) Berdasarkan Item Pertanyaan Hal Pertama yang Dilakukan Ketika Mengalami Flu ... 64

Gambar 14. Distribusi Jumlah Responden (%) Berdasarkan Item Pertanyaan Jumlah Tablet yang Dikonsumsi Sekali Minum... 67

(17)

xvii

Gambar 16. Distribusi Jumlah Responden (%) Berdasarkan Item Pertanyaan Waktu Mengkonsumsi Obat Influenza...69

Gambar 17. Distribusi Jumlah Responden (%) Berdasarkan Item Pertanyaan Sumber Informasi Obat Influenza... 70

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian Fakultas Farmasi

Sanata Dharma... 77

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian Bapeda ...

78

Lampiran 3. Surat Izin Lanjutan Penelitian Bapeda ...

79

Lampiran 4. Peta Pedukuhan Krodan ... 80

Lampiran 5. Peta Pedukuhan Krodan ... 81

Lampiran 6 Validitas, Reliabilitas Pengetahuan dan

Sikap... 82

Lampiran 7. Uji Normalitas Variabel Tingkat Pengetahuan ...

83

Lampiran 8. Uji Normalitas Variabel Sikap ...

83

Lampiran 9. Lembar Kuesioner ...

84

Lampiran 10 Hasil Karakteristik Demografi dan Pengetahuan

Responden ... 89

Lampiran 11. Hasil Karakteristik Demografi dan Sikap

Responden... 92

Lampiran 12. Tindakan yang Dilakukan Saat Mengalami Flu

... 95

Lampiran 13. Statistik Deskriptif Tingkat Pendidikan Responden...

110

Lampiran 14 Statistik Deskriptif Jenis Pekerjaan Responden ...

111

Lampiran 15. Hasil Uji Statistika Pengetahuan dengan

Pendidikan... 112

Lampiran 16. Hasil Uji Statistika Pengetahuan dengan Pendidikan

(19)

xix

Lampiran 17. Hasil Uji Statistika Pengetahuan dengan

Penghasilan... 114

Lampiran 18. Hasil Uji Statistika Sikap dengan

Pendidikan... 115

Lampiran 19. Hasil Uji Statistika Sikap dengan Pekerjaan...

116

Lampiran 20. Hasil Uji Statistika Sikap dengan Penghasilan...

(20)

1

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Berkembangnya kemajuan teknologi di bidang farmasi dan perubahan

pola hidup masyarakat yang cenderung kurang memperhatikan kesehatan maka

perkembangan penyakit di masyarakat sangat banyak sekali jenisnya. Seiring

berkembangnya kemajuan di bidang farmasi, hal ini mendorong pertumbuhan dan

perkembangan industri farmasi terutama di bidang produksi. Penyediaan dan

pelayanan obat di Indonesia boleh dikatakan sudah cukup memuaskan. Hal ini

dilihat dari banyaknya apotek, toko obat yang didirikan. Beberapa jenis obat

yang dulu hanya dapat diperoleh di kota-kota besar kini dapat diperoleh secara

luas di apotek dan pelosok desa.

Banyak masyarakat yang melakukan pengobatan sendiri tidak terlepas

dari informasi mengenai iklan obat bebas dan obat bebas terbatas. Tersedianya

obat-obat yang dijual dipasaran memudahkan seseorang untuk melakukan

pengobatan sendiri terhadap keluhan penyakit yang dialami, karena relatif lebih

cepat, hemat biaya, dan praktis tanpa perlu periksa ke dokter. Namun untuk

melakukan pengobatan sendiri di perlukan informasi yang benar dan tepat agar

dicapai mutu pengobatan sendiri yang baik.

Swamedikasi didefinisikan sebagai pemilihan dan penggunaan obat

untuk mengobati segala keluhan pada dirinya sendiri, dengan obat-obat yang

(21)

Swamedikasi dapat dilakukan dengan menggunakan obat modern yaitu yang

termasuk dalam obat bebas dan obat bebas terbatas. Perilaku masyarakat dalam

menghadapi penyakit dalam berbagai macam cara yang sebagian besar

masyarakat melakukan swamedikasi (Notoadmojo, 2007).

Salah satu penyakit yang pengobatanya dapat dilakukan sendiri adalah

influenza. Influenza merupakan suatu infeksi virus saluran pernafasan yang

menyerang saluran nafas bagian atas. Biasanya gejala pertama adalah menggigil

atau perasaan dingin, namun demam juga sering terjadi pada awal infeksi, dengan

temperatur tubuh berkisar 38,9-39,4°C, sakit kepala, hidung tersumbat, batuk

kering, sakit tulang sendi dan otot, dan malaise. Masyarakat akan melakukan

pengobatan sendiri apabila terserang influenza karena mudah dan praktis dalam

pemilihan dan penggunaan obatnya.

Untuk menentukan pengambilan keputusan perawatan dan pengobatan

mandiri dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu, jenis kelamin, usia, status

sosial ekonomi, dan tingkat pendidikan. Semakin tinggi pengetahuan memahami

dan mengobati suatu penyakit, maka kecenderungan untuk melakukan pengobatan

mandiri semakin meningkat (Covington, 2000).

Penyakit influenza merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi

pada musim pancaroba. Sebagian besar masyarakatnya mengatasi penyakit

influenza dengan cara pengobatan sendiri, baik secara non farmakologis ataupun

membeli obat bebas dan obat bebas terbatas dipasaran karena mudah diperoleh,

(22)

Hal inilah yang menarik penulis untuk meneliti Perilaku Masyarakat

dalam Melakukan Swamedikasi untuk Influenza di Dusun Krodan,

Maguwoharjo, Tahun 2012.

1. Permasalahan

a. Seperti apakah karakteristik demografi masyarakat di Dusun Krodan yang

meliputi pendidikan, pekerjaan dan pendapatan?

b. Apakah pendidikan, pekerjaan dan pendapatan mempengaruhi pengetahuan

masyarakat dalam melakukan swamedikasi untuk sakit influenza?

c. Apakah pendidikan, pekerjaan dan pendapatan mempengaruhi sikap

masyarakat dalam melakukan swamedikasi untuk sakit influenza?

d. Apa saja tindakan yang dilakukan masyarakat dalam melakukan

swamedikasi untuk sakit influenza?

2. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

Digunakan sebagai acuan metode pengukuran tingkat pengetahuan, sikap

serta tindakan yang dibutuhkan oleh peneliti lain yang akan melakukan

penelitian serupa.

b. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai sumber informasi untuk para

tenaga kesehatan agar dapat menentukan kebijakan di bidang kesehatan

terutama dalam hal swamedikasi untuk sakit influenza di Dusun Krodan,

(23)

3. Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang sudah dilakukan:

a. Dasar Pertimbangan Masyarakat Pedukuhan Krodan Dalam Pemilihan dan

Penggunaan Produk Obat Influenza” oleh Agatha (1999). Hasilnya bahwa

kecenderungan masyarakat melakukan swamedikasi dengan menggunakan

OTR dipengaruhi oleh faktor pengalaman sebelumnya. Perbedaan dalam

penelitian ini adalah metode yang digunakan bersifat non eksperimental

dengan rancangan penelitian cross sectional. Penelitian sebelumnya

menggunakan metode yang bersifat non eksperimental dengan rancangan

penelitian eksploratif deskriptif.

b. Penelitian yang berjudul ” Pola Pemilihan dan Penggunaan Obat Influenza

pada Mahasiswa Fakultas Farmasi dan Fakultas Teknik Universitas Sanata

Dharma” oleh Artanti (2000). Hasilnya bahwa tidak perbedaan pola

pemilihan dan penggunaan obat influenza pada mahasiswa farmasi dan

mahasiswa teknik. Perbedaan dalam penelitian ini yaitu responden

khususnya bapak atau ibu di Dusun Krodan dalam swamedikasi influenza,

metode yang digunakan bersifat non eksperimental dengan rancangan

penelitian cross sectional. Penelitian sebelumnya menggunakan metode

yang bersifat non eksperimental dengan rancangan penelitian eksploratif

deskriptif.

c. Penelitian yang berjudul “Pola Pengobatan Mandiri pada Penyakit

Influenza di Kalangan Perawat Bagian Anak Rawat Inap Rumah Sakit

(24)

sangat diperlukan dalam pemberian informasi dalam pemilihan obat.

Perbedaan dalam penelitian ini yaitu rancangan penelitian yang bersifat

non eksperimental dengan rancangan penelitian cross sectional dan

pengolahan data secara kuantitatif. Penelitian sebelumnya menggunakan

jenis dan rancangan penelitian survei epidemologi (non eksperimental)

deskriptif non analitik.

Sejauh pengetahuan peneliti penelitian tentang Perilaku Masyarakat dalam

Melakukan Swamedikasi untuk Influenza di Dusun Krodan, Maguwoharjo, Tahun

2012 belum pernah dilakukan oleh peneliti lain.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Mengukur tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat dalam

melakukan swamedikasi untuk sakit influenza di Dusun Krodan, Maguwoharjo.

2. Tujuan khusus

a. Mendapatkan gambaran mengenai profil karakteristik demografi

responden di Dusun Krodan, Maguwoharjo.

b. Mengukur hubungan tingkat pendidikan , pekerjaan dan pendapatan

terhadap pengetahuan masyarakat dalam melakukan swamedikasi untuk

(25)

c. Mengukur hubungan tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan

terhadap sikap masyarakat dalam melakukan swamedikasi untuk sakit

influenza di Dusun Krodan, Maguwoharjo

d. Melakukan identifikasi tindakan apa saja yang dilakukan masyarakat

dalam melakukan swamedikasi untuk sakit influenza di Dusun Krodan,

(26)

7 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Swamedikasi atau Pengobatan Sendiri 1. Definisi swamedikasi

Swamedikasi didefinisikan sebagai pemilihan dan penggunaan obat

untuk mengobati segala keluhan pada dirinya sendiri, dengan obat-obat yang

dibeli bebas di apotek atau di toko obat atas inisiatif sendiri tanpa resep dokter.

Penderita mediagnosis jenis penyakitnya sendiri dan bebas untuk memilih produk

obat tanpa resep yang akan digunakan untuk mengatasi penyakitnya sendiri. Pada

umumnya, perawatan sendiri tidak hanya ditujukan untuk diri sendiri, tetapi juga

ditujukan kepada orang lain, misalnya keluarga dan teman. Tindakan perawatan

sendiri, termasuk tindakan pengobatan sendiri tidak mendapatkan pengawasan

dari tenaga medis (Tjay dan Raharja, 2010).

2. Faktor-faktor dalam pengobatan mandiri

Perawatan dan pengobatan mandiri menurut Covington (2000)

dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut.

a. Perilaku konsumen, antara lain penghargaan terhadap nilai kesehatan,

motivasi dan tanggungjawab untuk mempelajari penyakit yang diderita dan

cara perawatannya, keseriusan menerima penyakit yang berpengaruh pada

keputusan perawatan kesehatan yang akan dipilih dan dipengaruhi dari orang

(27)

b. Karakter demografi yang meliputi usia, jumlah keluarga, jenis kelamin, dan

status sosial dan ekonomi dari masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah

atau daerah tertentu.

c. Keadaan ekonomi yang meliputi status ekonomi seseorang, biaya perawatan

kesehatan (produk dan pelayanan) ketersedian dan kemudahan mendapatkan

produk perawatan kesehatan.

d. Pendidikan dan pengetahuan konsumen yang meliputi ketersediaan informasi

yang berguna dari farmasi atau tenaga kesehatan lainnya maupun dari media

informasi dan lebel dalam kemasan obat, serta adanya alternatif perawatan

kesehatan akupungtur dan herbal.

B. Perilaku Masyarakat 1. Definisi perilaku

Perilaku masyarakat dalam pengobatan mandiri dapat disebut sebagai

perilaku konsumen. Perilaku konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu yang

secara langsung terlibat dalam memperoleh dan menggunakan barang-barang dan

jasa-jasa termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan

penentuan kegiatan-kegiatan tersebut (Dhammesta dan Handoko, 2000).

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organism) terhadap

stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan

(28)

2. Faktor-Faktor yang berpengaruh dalam perilaku masyarakat

Faktor-faktor dalam perilaku yang mempengaruhi individu dalam

mengambil keputusan yaitu faktor internal yang berasal dari individu itu sendiri

dan faktor eksternal yang berasal dari luar individu. Faktor internal terdiri dari

motivasi, pengamatan, belajar, kepribadian, konsep diri serta sikap. Faktor

eksternal terdiri atas kebudayaan, adanya perbedaan tingkat sosial, keluarga dan

individu itu sendiri (Dhammesta dan Handoko, 2000).

Faktor-Faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku masyarakat

menurut Dhamesta dan Handoko (2000) adalah sebagai berikut.

a. Faktor budaya. Perilaku manusia sangat ditentukan oleh kebudayaan yang

melingkupi dan pengaruhnya akan selalu berubah setiap waktu sesuai dengan

kemajuan atau perkembangan zaman dari masyarakat tersebut.

b. Faktor kelas sosial. Masyarakat Indonesia pada dasarnya dapat

dikelompokkan dalam tiga kelas sosial, yaitu golongan atas, golongan

menengah dan golongan menengah ke bawah. Perilaku konsumen atas kelas

sosial yang satu akan berbeda dengan kelas lain karena menyangkut

aspek-aspek sikap yang berbeda-beda.

c. Faktor kelompok sosial. Kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang menjadi

tempat individu-individu untuk berinteraksi satu sama lain. Ada 3 bentuk

kelompok sosial yang terjadi dalam masyarakat yaitu primer, sekunder,

formal, dan informal. Kelompok primer adalah keluarga, kelompok teman

dekat dan kelompok teman sekerja yang selalu melibatkan individu dalam

(29)

dan hubungan diantara anggota yang tidak perlu mengenal secara pribadi.

Kelompok formal adalah kelompok yang mempunyai peraturan yang tegas

dan dengan sengaja diciptakan untuk mengatur hubungan antar anggota,

sedangkan kelompok informal adalah kelompok yang tidak mempunyai

struktur dan organisasi tertentu.

d. Faktor kelompok referensi. Kelompok referensi adalah kelompok sosial yang

menjadi ukuran seseorang untuk membentuk kepribadian dan perilakunya.

e. Faktor keluarga. Keluarga mempunyai peran terbesar dan terlama dalam

pembentukan sikap dan perilaku manusia. Keluarga adalah organisasi

pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat.

Faktor-faktor internal yang mempengaruhi perilaku masyarakat menurut

Dhammesta dan Handoko (2000) adalah sebagai berikut.

a. Faktor motivasi. Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang

mendorong individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk

mencapai suatu tujuan. Motivasi seseorang akan mewujudkan suatu tingkah

laku yang diarahkan pada tujuan guna mencapai sasaran kepuasan.

b. Faktor pengalaman. Pengalaman merupakan proses ketika manusia menyadari

dan menginterprestasikan aspek lingkungannya. Hasil dari pengamatan

individu akan membentuk suatu pandangan tertentu terhadap suatu produk

yang akan menciptakan proses pengamatan dan perilaku pembelian yang

(30)

c. Faktor belajar. Belajar didefinisikan sebagai perubahan-perubahan perilaku

yang terjadi sebagai hasil akibat adanya pengalaman. Proses belajar terjadi

karena adanya interaksi antara manusia yang bersifat individual dengan

lingkungan tertentu. Proses belajar pada suatu pembelian terjadi apabila

konsumen menanggapi dan memperoleh suatu kepuasan atau sebaliknya, tidak

terjadi apabila konsumen merasa dikecewakan oleh produk yang kurang baik.

d. Faktor kepribadian dan konsep diri. Setiap orang memiliki kepribadian yang

berbeda yang dapat mempengaruhi perilaku pembelinya. Kepribadian

merupakan karakteristik psikologis yang berbeda dari seseorang yang

menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten atau bertahan lama terhadap

lingkungannya. Kepribadian berkaitan dengan konsep diri atau citra pribadi.

Konsep pribadi konsumen berhubungan dengan menyukai merk sesuatu yang

digunakan.

e. Faktor sikap. Sikap memberikan suatu penilaian (menerima atau menolak)

terhadap obyek atau produk yang dihadapinya. Sikap merupakan evaluasi,

perasan emosional, dan kecenderungan tindakan yang menggantung atau tidak

diuntungkan yang bertahan lama dari seseoranng terhadap obyek atau gagasan

tertentu.

Bloom seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu

ke dalam 3 domain, ranah atau kawasan yakni : a) kognitif (cognitive), b) afektif

(affective), c) psikomotor (pschyomotor). Dalam perkembangannya teori Bloom

(31)

1. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang

(overt behavior). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng

daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoadmojo, 2007).

Penelitian RogercitNotoadmojo (2007) mengungkapkan bahwa sebelum

orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yag

berurutan yakni:

a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

b. Interest,yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya).

d. Trial,orang telah mulai mencoba perilaku baru.

e. Adoption,subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran

dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Roger menyimpulkan

bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap diatas (Notoadmojo,

(32)

2. Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau

aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu

masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah

laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di

lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoadmojo,

2007).

Gambar 1. Proses terbentuknya sikap dan reaksi (Notoadmojo, 2007)

3. Praktik atau tindakan (practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt

behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan

faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas.

Menurut Notoadmojo (2007), praktik ini mempunyai beberapa tingkatan:

(33)

a. Persepsi (perception). Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan

dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat

pertama.

b. Respon terpimpin (guided response). Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan

urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator

praktek tingkat dua.

c. Mekanisme (mechanism). Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu

dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan,

maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.

d. Adopsi (adoption). Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa

mengurangi

Teori Perilaku

a. Teori Weber

Max Weber seorang ahli sosiologi dan ekonomi yang ternama

mengembangkan teori aksi yang dikenal sebagai teori bertindak (action theory).

Weber berpendapat bahwa individu melakukan suatu tindakan berdasarkan atas

pengalaman, persepsi, pemahaman dan penafsirannya atas suatu objek stimulus

atau situasi tertentu. Tindakan individu ini merupakan tindakan sosial yang

rasional, yaitu mencapai tujuan atau sasaran dengan sarana yang paling tepat

(Ritzer, 1983,cit, Sarwono,2007).

b. Teori Weber dikembangkan lebih lanjut oleh Talcott Parsons, yang

(34)

mekanis terhadap suatu stimulus sedangkan perilaku adalah suatu proses mental

yang aktif dan kreatif. Menurut Parsons yang utama bukanlah tindakan individual

melainkan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang menuntun dan mengatur

perilaku (Poloma, 1987, cit, Sarwono, 2007). Parsons melihat bahwa tindakan

individu dan kelompok dipengaruhi oleh tiga sistem yaitu sistem sosial, sistem

budaya dan sistem kepribadian masing-masing individu. Dalam setiap sistem

sosial individu menduduki suatu tempat (status) tertentu dan bertindak (berperan)

sesuai dengan norma atau aturan yang dibuat oleh sistem tersebut dan perilaku

individu ditentukan pula oleh tipe kepribadiannya (Sarwono, 2007).

C. Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas 1. Penggolongan obat

Obat adalah bahan atau paduan bahan yang digunakan untuk

mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam

rangka penetapan diagnosis, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit,

pemulihan dan peningkatan kesehatan, termasuk kontrasepsi dan sediaan biologis

(Tjay & Rahardja, 2002). Obat dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu:

a. Obat Bebas

Salah satu jenis obat yang beredar dipasaran adalah obat tanpa resep.

Obat tanpa resep atau sering dikenal sebagai bebas adalah obat yang telah

ditegaskan aman dan manjur bagi pengguna bila digunakan mengikuti petunjuk

(35)

Tanda khusus untuk obat bebas adalah lingkaran berwarna hijau dengan

garis tepi berwarna hitam. Contoh: Paracetamol (Tjay & Rahardja, 2002).

Gambar 2. Logo obat bebas berwarna hijau

b. Obat Bebas Terbatas

Pada jaman Belanda, kelompok ini juga disebut daftar W (W:

Waarschuwing= peringatan). Dalam golongan ini dimaksudkan obat-obatan yang

diperuntukkan jenis penyakit yang pengobatannya dianggap telah dapat ditetapkan

sendiri oleh masyarakat. Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya

termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter,

dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus untuk obat bebas adalah

lingkaran berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh: CTM (Tjay &

Rahardja, 2002).

Gambar 3. Logo obat bebas terbatas berwarna biru

c. Obat Keras

Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep

dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran

(36)

Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan

narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf

pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Contoh : Phenobarbital, Diazepam (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian, 2006).

Gambar 4. Logo obat keras berwarna merah

d. Obat Narkotika

Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan

atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan

rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin (Direktorat

Jendral Bina Kefarmasian, 2006).

Gambar 5 . Logo obat narkotika

2. Obat Wajib Apotek (O. W. A)

Obat-obat wajib apotek termuat dalam S.K. Menkes yang telah

(37)

dapat dibeli di apotek tanpa resep dokter dalam jumlah dan potensi terbatas.

Pasien harus memberikan nama dan alamatnya, yang didaftarkan oleh apoteker

bersama nama obat yang diserahkan. Daftar tersebut meliputi, antara lain pil anti

hamil, salep sariawan triamsinolon, sejumlah antihistaminika (antara lain

klorfeniramin, astemizol) dan obat cacing mebendazol (Tjay & Rahardja, 2010).

3. Informasi kemasan, etiket dan brosur

Sebelum menggunakan obat, termasuk obat bebas dan bebas terbatas

harus diketahui sifat dan cara pemakaiannya agar penggunaannya tepat dan aman.

Informasi tersebut dapat diperbolehkan dari etiket atau brosur pada kemasan obat

bebas dan bebas terbatas. Pada setiap brosur atau kemasan obat selalu

dicantumkan:

• Nama obat

• Komposisi

• Indikasi

• Informasi cara kerja obat

• Aturan pakai

• Peringatan (khusus untuk obat bebas terbatas)

• Perhatian

• Nama produsen

• Nomor batch/lot

• Nomor registrasi

(38)

Nomor registrasi dicantumkan sebagai tanda ijin edar absah yang diberikan oleh

pemerintah pada setiap kemasan obat (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian,

2006).

4. Tanda peringatan

Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas,

berupa empat persegi panjang berwarna hitam berukuran panjang 5 (lima)

centimeter, lebar 2 (dua) centimeter dan memuat pemberitahuan putih sebagai

berikut :

Gambar 6. Tanda dan peringatan obat bebas terbatas (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian, 2006).

5. Cara pemilihan obat

Untuk menetapkan jenis obat yang dibutuhkan perlu diperhatikan :

(39)

b. Kondisi khusus misalnya hamil, menyusui, bayi, lanjut usia, diabetes mellitus

dan lain-lain.

c. Pengalaman alergi atau reaksi yang tidak diinginkan terhadap obat tertentu.

d. Nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek samping dan

interaksi obat yang dapat dibaca pada etiket atau brosur obat.

e. Pilihlah obat yang sesuai dengan gejala penyakit dan tidak ada interaksi obat

dengan obat yang sedang diminum.

Untuk pemilihan obat yang tepat dan informasi yang lengkap, tanyakan

kepada apoteker di apotek (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian, 2006).

6. Cara Penggunaan Obat

a. Penggunaan obat tidak untuk pemakaian secara terus menerus

b. Gunakan obat sesuai dengan anjuran yang tertera pada etiket atau brosur

c. Bila obat yang digunakan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan

hentikan penggunaan dan tanyakan kepada apoteker dan dokter

d. Hindarkan menggunakan obat orang lain walaupun gejala penyakit sama

e. Untuk mendapatkan informasi penggunaan obat yang lebih lengkap tanyakan

kepada apoteker

Cara Pemakaian Obat Yang Tepat. Obat digunakan sesuai dengan

petunjuk penggunaan, pada saat yang tepat dan dalam jangka waktu terapi sesuai

dengan anjuran.

 Minum obat sesuai waktunya

(40)

 Gunakan obat sesuai dengan cara penggunaannya (Direktorat Jendral Bina

Kefarmasian, 2006).

7. Efek samping

Efek samping obat adalah setiap respons obat yang merugikan dan tidak

diharapkan yang terjadi karena penggunaan obat dengan dosis atau takaran normal

pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi. Yang perlu diketahui

tentang efek samping adalah :

a. Baca dengan seksama kemasan atau brosur obat, efek samping yang

mungkin timbul.

b. Untuk mendapatkan informasi tentang efek samping yang lebih lengkap

dan apa yang harus dilakukan bila mengalaminya, tanyakan pada

apoteker.

c. Efek samping yang mungkin timbul antara lain reaksi alergi gatal-gatal,

ruam, mengantuk, mual dan lain-lain.

d. Menggunakan obat pada kondisi tertentu seperti pada ibu hamil, menyusui,

lanjut usia, gagal ginjal dan lain-lain dapat menimbulkan efek samping

yang fatal, penggunaan obat harus di bawah pengawasan dokter dan

(41)

8. Cara penyimpanan obat

a. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.

b. Simpan obat pada suhu kamar dan terhindar dari sinar matahari langsung

seperti yang tertera pada kemasan

c. Simpan obat di tempat yang tidak panas atau tidak lembab karena dapat

menimbulkan kerusakan

d. Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar tidak beku,

kecuali jika tertulis pada etiket obat

e. Jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa atau rusak

f. Jauhkan dari jangkauan anak-anak (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian,

2006).

9. Kadaluarsa dan obat rusak

Tanggal kadaluarsa menunjukkan bahwa sampai dengan tanggal yang

dimaksud, mutu dan kemurnian obat dijamin masih tetap memenuhi syarat.

Tanggal kadaluarsa biasanya dinyatakan dalam bulan dan tahun. Obat rusak

merupakan obat yang mengalami perubahan mutu, seperti :

a. Tablet

 Terjadinya perubahan warna, bau atau rasa

 Kerusakan berupa noda, berbintik-bintik, lubang, sumbing, pecah

 Retak, menjadi bubuk

 Kaleng atau botol rusak

(42)

 Perubahan warna isi kapsul

 Kapsul terbuka, kosong, rusak atau melekat satu sama lain

c. Tablet salut

 Pecah-pecah, terjadi perubahan warna

 Basah dan lengket satu dengan lainnya

 Kaleng atau botol rusak sehingga menimbulkan kelainan fisik

d. Cairan

 Menjadi keruh atau timbul endapan

 Konsistensi berubah

 Warna atau rasa berubah

 Botol plastik rusak atau bocor

e. Salep

 Warna berubah

 Pot atau tube rusak atau bocor

 Bau berubah (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian, 2006).

10. Hal-hal yang harus diperhatikan

a. Kemasan/wadah

Harus tersegel dengan baik, tidak rusak, tidak berlubang, tanggal kadaluarsa

jelas terbaca.

b. Penandaan pada wadah

 Baca zat berkhasiat dan manfaatnya

(43)

 Untuk pencegahan overdosis, jangan minum obat 2 kali dosis bila

sebelumnya lupa minum obat

 Baca kontraindikasinya, misalnya: tidak boleh diminum oleh ibu

hamil/menyusui, tidak boleh diminum oleh penderita gagal ginjal

 Baca efek samping yang mungkin timbul

 Baca cara penyimpanannya

c. Bila ragu tanyakan pada apoteker

d. Bila sakit berlanjut hubungi dokter (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian,

2006).

D. Influenza 1. Definisi influenza

Influenza merupakan suatu infeksi virus saluran pernafasan yang

menyerang saluran nafas bagian atas. Orang dengan daya tahan tubuh yang tinggi

biasanya sembuh sendiri tanpa obat. Pada anak-anak, lanjut usia dan orang yang

memiliki daya tahan tubuh rendah lebih cenderung menderita komplikasi seperti

infeksi bakteri sekunder. Flu ditularkan melalui percikan udara pada saat batuk,

bersin, dan tangan yang tidak dicuci setelah kontak dengan cairan hidung/mulut

(Dipiro, 2008).

2. Epidemologi dan Etiologi

Infeksi influenza dapat terjadi setiap saat dalam kurun waktu satu tahun.

(44)

tertinggi terjadi pada anak-anak, tetapi tingkat tertinggi pada penyakit yang parah

dan menyebabkan kematian terjadi pada pada usia lebih dari 65 tahun, pada

anak kurang dari 2 tahun, pada kondisi kesehatan yang menurun, pada saat hamil

dan gangguan kardiopulmoner. Epidemi Influenza dari tahun 1979 hingga tahun

2000 dengan sekitar rata-rata 226.000 rawat inap per tahun atau sekitar lebih dari

63% terjadi di RS dengan dengan usia lebih dari 65 tahun. Lebih dari 90%

imfluenza dapat menyebabkan kematian terjadi pada pasien dengan usia lebih dari

65 tahun. Dengan demikian populasi umur akan berkontribusi dalam peningkatan

keparahan penyakit. Kematian yang terkait influenza disebabkan karena

pneumonia bakteri sekunder, radang paru-paru primer atau penyakit yang

mendasari eksaserbasi. Jenis virus influenza A, B, C adalah anggota keluarga

orthomyxoviridae dan mempengaruhi banyak spesies, termasuk manusia, babi,

kuda, burung. Virus influenza A dan B adalah dua jenis virus yang menyebabkan

penyakit pada manusia. Virus influenza A bersifat epidemi atau flu musiman.

Virus influenza B bisanya menyebabkan penyakit yang lebih ringan daripada tipe

A dan kadang-kadang sampai menyebabkan epidemi. Tipe C hanya menyebabkan

ganngguan ringan saja. Virus influenza A dikategorikan ke dalam sub tipe yang

berbeda berdasarkan perubahan dalam antigen-hemagglutinin dan neuraminidase.

Virus influenza B tidak dikategorikan ke dalam subtipe (Dipiro, 2008).

3. Patofisiologi

Penularan penyakit influenza dapat melalui udara (yang disebarkan oleh

(45)

Masa inkubasi untuk influenza antara 1 sampai 4 hari, degan rata-rata inkubasi 2

hari. Penularan dapat terjadi sepanjang orang yang terinfeksi virus dari saluran

pernafasan. Penularan pada orang dewasa terjadi 1-5 hari, pada anak-anak lebih

dari 10 hari. Patogenesis influenza pada manusia belum dipahami dengan baik,

keparahan penyakit merupakan hasil dari kemampuan yang kurang dari

mekanisme defisiensi sel semang (host) dalam menghambat replikasi virus dan

kelebihan produksi sitokin yang menyebabkan kerusakan jaringan pada sel

semang (host) (Dipiro, 2008).

Virus yang menyebabkan influenza adalah orthomyxovirus. Mekanisme

penetrasi virus influenza meliputi tiga tahap yaitu, yang pertama virus masuk ke

dalam sel semang (host) dan mengeluarkan asam nukleat, yang kedua terjadi

replikasi genom dan sintesis protein virus, yang ketiga yaitu penyusunan partikel

virus baru kemudian dilepaskan dan akan menginvasi sel semang yang lain (Butel

& Morse, 2001).

4. Gejala dan tanda

Gejala influenza dapat dimulai dengan cepat, satu sampai dua hari setelah

infeksi dan bisa timbul secara tiba-tiba. Biasanya gejala pertama adalah menggigil

atau perasaan dingin, namun demam juga sering terjadi pada awal infeksi, dengan

temperatur tubuh berkisar 38,9-39,4°C. Untuk influenza gejalanya yaitu sakit

kepala, demam, hidung tersumbat, batuk kering, sakit tulang sendi dan otot, dan

(46)

Setelah 2-3 hari sebagian besar gejala akan menghilang dengan segera

dan demam biasanya mereda, meskipun kadang demam berlangsung sampai 5

hari (Dipiro, 2008).

5. Penatalaksanaan terapi

 Anjuran istirahat dan banyak minum sangat penting pada influenza ini.

Pengobatan simtomatis diperlukan untuk menghilangkan gejala yang

terasa berat atau mengganggu.

 Dosis parasetamol 500 mg 3 x sehari atau asetosal 300 – 500 mg 3 x

sehari baik untuk menghilangkan nyeri dan demam.

 Untuk anak, dosis parasetamol adalah: 10 mg/kgBB/kali, 3-4 kali

sehari Antibiotik hanjya diberikan bila terjadi infeksi sekunder

(Direktorat Jendral Bina Kefarmasian, 2007).

1. Terapi non farmakologis

Pasien yang menderita influenza harus tidur atau istirahat yang cukup,

jika terdapat demam atau gejala yang berat maka penderita harus banyak istirahat

di rumah, tidak boleh beraktivitas yang terlalu berat, makan secara teratur,

meningkatkan gizi makanan dengan protein dan kalori yang tinggi, minum air

yang banyak dan makan buah segar yang banyak mengandung vitamin

(47)

2. Terapi farmakologis

Untuk menghadapi penyakit influenza, telah dibuat vaksin dengan

maksud sebagai upaya pencegahan. Oleh karena virus penyebab penyakit

influenza terdiri atas lebih 100 tipe, maka upaya tersebut mengalami kesukaran

dan belum memberikan hasil yang memuaskan (Dipiro, 2008)

Menurut “Pedoman Pengobatan Dasar Puskesmas” influenza tergolong

infeksi saluran napas akut (ISPA) yang biasanya terjadi dalam bentuk epidemi.

Disebut common cold atau selesma bila gejala di hidung lebih menonjol,

sementara “influenza” dimaksudkan untuk kelainan yang disertai faringitis dengan

tanda demam dan lesu yang lebih nyata (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian,

2007).

Pada umumnya, obat-obat antara lain antihistaminika dan dekongestan,

ditambah obat-obat analgetika-antiperitika.

a. Obat Antihistaminika

Obat antihistaminika dimaksudkan untuk menghilangkan atau

menguranngi gejala yang diakibatkan oleh sekresi kelenjar lendir yang berlebihan,

yang menyebabkan hidung tersumbat oleh cairan lendir dan mata terasa gatal.

Antihistaminika menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus, dan

bermacam-macam otot polos. Selain itu Antihistaminika bermanfaat untuk

mengobati reaksi hipersensitivitas atau keadaan lain yang disertai pelepasan

histamin endogen berlebihan. Efek samping dari obat ini ialah mengantuk, dan

penggunaannya merupakan kontraindikasi bagi penderita penyakit glaucoma,

(48)

sering digunakan antara lain klorfeniramin maleat, difenhidramin HCl (Tjay &

Rahardja, 2002).

Hal yang harus diperhatikan :

• Hindari dosis melebihi yang dianjurkan.

• Hindari penggunaan bersama minuman beralkohol atau obat tidur

• Hati-hati pada penderita glaukoma dan hipertropi prostat atau minta

saran dokter

• Jangan minum obat ini bila akan mengemudikan kendaraan dan

menjalankan mesin

Aturan pemakaian

Klorfenon / klorfeniramin maleat (CTM)

• Dewasa : 1 tablet (2 mg) setiap 6-8 jam

• Anak : < 12 tahun ½ tablet (12,5 mg) setiap 6-8 jam

Difenhidramin HCl

• Dewasa : 1-2 kapsul (25-50 mg) setiap 8 jam

• Anak : ½ tablet (12,5 mg) setiap 6-8 jam

b. Obat Dekongestan

Obat dekongestan termasuk dalam golongan simpatomimetikamin. Daya

kerjanya sebagai vasokonstriktor, yaitu mengecilkan pembuluh darah yang

membengkak pada lapisan mukosa hidung. Dengan demikian, obat dekongestan

melapangkan saluran napas dan mengurangi hidung tersumbat. Obat dekongestan

merupakan kontraindikasi bagi penyakit glaucoma, tekanan darah tinggi, penyakit

(49)

Efek samping yang tidak dikehendaki adalah gelisah gugup, perut terasa tidak

enak dan sukar tidur. Efek samping yang berhubungan dengan efek sistemik

nampak lebih jelas antara lain menaikkan tekanan darah, aritmia, terutama pada

penderita dengan penyakit jantung dan pembuluh darah. Obat dekongestan bisa

digunakan antara lain Fenilpropanolamin, Fenilefrin, Pseudoefedrin dan Efedrin.

Obat tersebut pada umumnya merupakan salah satu komponen dalam obat flu

(Anonim, 2012).

Aturan pemakaian

 Fenilpropanolamina

Dewasa : maksimal 15 mg per takaran 3-4 kali sehari

Anak-anak 6-12 tahun : maksimal 7,5 mg per takaran 3-4 kali sehari.

 Fenilefrin

Dewasa : 10 mg, 3 kali sehari

Anak- anak 6 – 12 tahun : 5 mg, 3 kali sehari

 Pseudoefedrin

Dewasa : 60 mg, 3 – 4 kali sehari

Anak-anak 2-5 tahun : 15 mg, 3 - 4 kali sehari

6-12 tahun : 30 mg, 3 - 4 kali sehari

 Efedrin

Dewasa : 25 – 30 mg, setiap 3 – 4 jam

Anak-anak : sehari 3 mg/kg berat badan, dibagi dalam 4 – 6 dosis yang

(50)

c. Oksimetazolin (tetes hidung)

Kegunaan obat ini untuk mengurangi sekret hidung yang menyumbat. Hal

yang harus diperhatikan:

 Hindari dosis melebihi yang dianjurkan

 Hati-hati sewaktu meneteskan ke hidung, dosis tepat dan masuknya

ke lubang hidung harus tepat, jangan mengalir keluar atau tertahan.

 Tidak boleh digunakan lebih dari 7-10 hari

 Segera minum setelah menggunakan obat, karena air dapat

mengencerkan obat yang tertelan.

 Ujung botol obat dibilas dengan air panas setiap kali dipakai.

Efek samping

 Merusak mukosa hidung karena hidung tersumbat makin parah

 Rasa terbakar, kering, bersin, sakit kepala, sukar tidur, berdebar.

Kontra Indikasi, obat tidak boleh digunakan pada:

 Anak berumur di bawah 6 tahun, karena efek samping yang timbul

lebih parah.

 Ibu hamil muda

Aturan pemakaian

 Dewasa dan anak diatas 6 tahun : 2-3 tetes/semprot oksimetazolin

0,05% setiap lubang hidung

 Anak : 2-5 tahun : 2-3 tetes/semprot oksimetazolin 0,025% setiap

(51)

 Obat digunakan pada pagi dan menjelang tidur malam, tidak boleh lebih

dari 2 kali dalam 24 jam (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian, 2006).

d. Antitusive/ ekspetoran

 Contoh obat antitusive: dekstrometorfan HBr, difenhidramin HCL. Contoh

ekspetoran: glyseril guayacoalat, bromhexin, OBH (Obat Batuk Hitam)

(Direktorat Jendral Bina Kefarmasian, 2006).

e. Antipiretik dan Analgesik

 Contoh obat: parasetamol untuk menurunkan demam dan mengurangi rasa

sakit, asetosal untuk menurunkan demam, mengurangi rasa sakit dan

antiradang, ibuprofen untuk mengurangi nyeri dan radang, misalnnya

dismenorea primer (nyeri haid), sakit gigi, sakit kepala, paska operasi,

nyeri tulang, nyeri sendi, pegal linu dan terkilir (Direktorat Jendral Bina

(52)

E. Landasan Teori

Tingkat pendidikan mempengaruhi seseorang dalam menentukan

pengambilan keputusan swamedikasi. Semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang akan meningkatkan moral dan dasar pengertian mereka sehingga

meningkatkan daya tangkap responden terhadap informasi yang diberikan

(Notoatmojo,2007).

Gambar 7. Skema Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan dan Sikap

Jenis pekerjaan seseorang berpengaruh terhadap perilaku masyarakat,

dalam hal ini adalah perilaku pengobatan mandiri. Pada responden yang bekerja,

banyak melakukan aktivitas di luar rumah yang kemungkinan besar melakukan

kontak dengan orang lain lebih banyak, biasanya lebih mudah untuk menerima ide

baru (Sarwono, 2007).

Pendidikan Pengetahuan

(53)

Gambar 8. Skema Hubungan Antara Jenis Pekerjaan dengan Pengetahuan dan Sikap

Faktor ekonomi meliputi status ekonomi seseorang, biaya perawatan

kesehatan, kemudahan untuk mendapatkan produk kesehatan, dan ketersediaan

produk maupun pelayanan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap

swamedikasi. Tingkat pendapatan akan berpengaruh terhadap upaya seseorang

untuk mewujudkan kesehatan lebih baik bagi keluarga (Covington, 2000).

Gambar 9. Skema Hubungan Antara Tingkat Pendapatan dengan Pengetahuan dan Sikap

Pekerjaan Pengetahuan

Pekerjaan Sikap

Pendapatan

Pendapatan

Pengetahuan

(54)

F. Hipotesis

Terdapat hubungan antara pendidikan, pekerjaan dan pendapatan

terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan yang dimiliki oleh masyarakat di Dusun

(55)

36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan

menggunakan rancangan penelitian cross sectional bersifat deskriptif analitik

karena mengamati perilaku masyarakat dalam melakukan swamedikasi untuk

sakit influenza. Penelitian ini tidak memberikan perlakuan kepada responden, jadi

hanya memotret perilaku responden.

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah segala penelitian yang dapat menjadi obyek penelitian

atau gejala yang diteliti. Variabel yang akan diteliti meliputi:

a. Variabel bebas yaitu tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan pendapatan bapak

atau ibu di Dusun Krodan.

b. Variabel tergantung yaitu nilai pengetahuan, sikap serta tindakan bapak atau

ibu di Dusun Krodan yang didapatkan melalui kuesioner.

c. Variabel pengacau yaitu informasi yang didapat selain dari pendidikan formal

terkait dengan swamedikasi untuk sakit influenza.

C. Definisi operasional

1. Swamedikasi merupakan pemilihan dan penggunaan obat untuk mengobati

segala keluhan pada dirinya sendiri, dengan obat-obat yang dibeli bebas di

(56)

2. Influenza merupakan suatu infeksi virus yang menyerang saluran nafas bagian

atas dengan gejala sakit kepala, demam, hidung tersumbat, batuk kering, sakit

tulang sendi dan otot, malaise, dengan temperatur suhu berkisar 38,9°C –

39,4°C

3. Pengetahuan adalah tingkat pemahaman dari responden mengenai penyakit

influenza yang tergambar dalam kuisioner pada pernyataan bagian kedua

nomor 1-13.

4. Sikap adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang mengenai penyakit

influenza yang tergambar dalam kuisioner pada pernyataan bagian ketiga

nomor 1-9.

5. Tindakan swamedikasi adalah pelaksaan swamedikasi yang dilakukan

seseorang untuk mengobati sakit influenza serta pencegahannya, yang

tergambar dalam kusioner pada pernyataan bagian keempat nomor 1-8.

6. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal terakhir serta tingkatan tertinggi

yang ditempuh oleh responden hingga dinyatakan lulus.

7. Jenis pekerjaan adalah kegiatan responden dalam upaya untuk mencari

pendapatan.

8. Tingkatan pendapatan adalah jumlah total pendapatan keluarga dalam satu

bulan.

9. Responden adalah Bapak atau Ibu Dusun Krodan RT 11, RT 12, RT 13,

(57)

D. Kriteria Inklusi Penelitian

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah warga yang terutama pernah

mengalami sakit influenza (baik dirinya sendiri ataupun salah satu anggota

keluarganya), bertempat tinggal di Dusun Krodan, bersedia mengikuti penelitian,

bisa membaca dan menulis, berusia 17 sampai 65 tahun. Penelitian ini tidak ada

kriteria eksklusi karena semua sampelnya diambil untuk memenuhi jumlah

minimal sampel.

E. Populasi dan Besar Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat

khususnya bapak atau ibu di Dusun Krodan, Maguwoharjo, Sleman, Daerah

Istimewa Yogyakarta.

2. Besar sampel

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang menjadi sumber data

sebenarnya dalam penelitian (Sugiyono, 2008).

Sampel dalam penelitian ini adalah Bapak atau Ibu di Dusun Krodan RT

11, RT 12, RT 13 dan RT 14, yang terutama pernah mengalami sakit influenza

baik dirinya sendiri ataupun salah satu anggota keluarganya. Total populasi yang

(58)

sebanyak 20 kepala keluarga, RT 12 sebanyak 19 kepala keluarga, RT 13

sebanyak 24 kepala keluarga dan RT 14 sebanyak 21 kepala keluarga.

Dalam penelitian ini tidak ada teknik pengambilan sampel karena untuk

memenuhi jumlah minimal sampel maka semua sampel diambil.

F. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian mengenai “Survei Perilaku Masyarakat terhadap Penggunaan

dan Pemilihan Obat Sakit Influenza Bebas dan Bebas Terbatas Untuk Sakit

Influenza di Dusun Krodan, Maguwoharjo Tahun 2012” ini dilaksanakan di

Dusun Krodan, Maguwoharjo dan dimulai pada bulan Oktober 2011 sampai

dengan bulan Juni 2012. Sedangkan untuk pengambilan data dilaksanakan pada

bulan Februari 2012 sampai dengan bulan Mei 2012.

G. Instrumen Penelitian

Pendekatan dari penelitian ini dilakukan secara kuantitatif yang

pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Kuesioner adalah usaha

mengumpulkan informasi dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis,

untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden (Nawawi, 2007).

Pembuatan kuesioner digunakan untuk memperoleh data dari responden,

pembuatannya didasarkan atas permasalahan yang akan di teliti. Kuesioner

disusun menjadi empat bagian besar yaitu:

a. Bagian pertama memuat pertanyaan mengenai karakteristik demografi

(59)

1) Pendidikan terakhir

Dalam kuisioner terdapat lima tingkatan pendidikan yakni tidak sekolah,

tamat SD, tamat SMP, tamat SMA dan tamat Perguruan Tinggi.

2) Pekerjaan

Jenis pekerjaan dibagi menjadi lima bagian besar yaitu yang berprofesi

sebagai PNS/TNI/POLRI, pegawai swasta, wiraswasta/pedagang,

buruh/petani dan ibu rumah tangga.

3) Pendapatan

Pada penelitian ini digunakan tiga tingkat pendapatan, yaitu pendapatan

rendah jika kurang dari Rp800.000,00, pendapatan sedang jika berada di

antara Rp800.000,00 sampai Rp2.400.000,00 dan pendapatan tinggi jika

berada di atas atau lebih dari Rp2.400.000,00. Pengelompokan ini

didasarkan pada UMR (Upah Minimum Regional) khususnya Yogyakarta.

b. Bagian kedua memuat pernyataan tentang pengetahuan mengenai sakit

influenza yang menggunakan skalaGuttmandengan tipe pernyataanyes and no

questions, yaitu sebanyak 13 pernyataan.

Pernyataan yang disusun bersifat favourable dan unfavourable untuk melihat

konsistensi jawaban responden. Pernyataan favourable merupakan pernyataan

yang isinya mendukung, memihak, atau menunjukkan ciri adanya atribut yang

akan diukur. Pernyataan unfavorable merupakan pernyataan yang tidak

mendukung, berlawanan tidak memihak ataupun tidak menunjukkan ciri atribut

(60)

Tabel 1. Kategori Item Pernyataan pada Bagian Pengetahuan Responden dengan Jenis Pertanyaan Favourable dan Unfavourable

Pernyataan Nomor Favourable Unfavourable.

Definisi 1, 3, 9, 10, 11, 12 1, 3, 9, 10, 12 11

Gejala 2, 5 2 5

Komposisi 4, 13 4 13

Dosis 6 6

Cara pemakaian 7 7

Efek samping 8 8

c. Bagian ketiga memuat pernyataan tentang sikap dalam melakukan

swamedikasi untuk sakit influenza. Bagian ini menggunakan skala likert yang

dimodifikasi menjadi empat skala yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak

setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS), jumlah pernyataan sebanyak 9 buah

pernyataan.

Tabel 2. Kategori Item Pernyataan pada Bagian Sikap Responden dengan Jenis Pertanyaan Favourable dan Unfavourable

Pernyataan Nomor Favourable Unfavourable.

Pemilihan obat dan tindakan 2,1 2 1

Cara pemakaian 3, 6, 9 3 6, 9

Informasi 5, 7, 8 5 7, 8

(61)

d. Bagian keempat memuat pernyataan tentang tindakan dalam melakukan

swamedikasi untuk sakit influenza, dengan menggunakan tipe pernyataan

terbuka. Setiap jawaban yang diberikan responden akan diterima dan

ditabulasi. Jumlah pernyataan pada bagian ini sebanyak 8 buah pernyataan.

Pernyataan yang disusun meliputi saat terakhir mengalami sakit influenza,

tindakan swamedikasi yang dilakukan, obat yang digunakan, dosis dan aturan

pemakaian obat sakit influenza, sumber informasi obat serta tempat pembelian

obat sakit influenza.

H. Tahapan Penelitian 1. Penentuan lokasi penelitian

Lokasi pada penelitian ini dipilih di Dusun Krodan karena terletak di

dekat Universitas Sanata Dharma, dimana hal ini akan menyebabkan jumlah

pendatang yang cukup banyak yang secara langsung maupun tidak langsung akan

berpengaruh terhadap pendapatan, pekerjaan serta pengetahuan masyarakat yang

tinggal di sekitarnya dan letak Dusun Krodan yang dekat dengan Apotek Sanata

Dharma, sehingga dipilihlah Dusun Krodan sebagai lokasi pada penelitian ini.

2. Pengurusan izin penelitian

Pengurusan izin penelitian ini dilakukan pertama-tama dari tingkat

Fakultas Farmasi yang memberikan surat pengantar untuk ditujukan kepada

BAPEDA Kabupaten Sleman. Kemudian dari BAPEDA Kabupaten Sleman akan

(62)

instansi pemerintahan yang bersangkutan salah satunya Pemerintah Desa

Kecamatan Depok. Dari Pemerintah Desa Kecamatan Depok kemudian

memberikan surat keterangan untuk dibawa kepada ketua RT masing-masing

tempat yang akan digunakan sebagai tempat pengambilan data.

3. Pembuatan kuesioner

Pernyataan pada bagian kedua dan ketiga bersifat favourable dan

unfavourable untuk melihat konsistensi jawaban responden. Pernyataan

favourable merupakan pernyataan yang isinya mendukung, memihak, atau

menunjukkan ciri adanya atribut yang akan diukur. Pernyataan unfavorable

merupakan pernyataan yang tidak mendukung, berlawanan, tidak memihak

ataupun tidak menunjukkan ciri atribut yang akan diukur.

4. Pengujian validasi dan reabilitas

Kuesioner dilakukan validitas dan reabilitas supaya hasil pengukuran

tepat sehingga tidak terjadi bias.

e. Validitas

Validitas adalah suatu konsep yang berkaitan dengan sejauh mana tes

telah mengukur apa yang seharusnya diukur, untuk mengetahui kualitas tes. Dua

unsur dari prinsip validitas adalah kejituan dan ketelitian. Uji validitas ini

menggunakan metode Delphi (profesional judgement) dimana kuisioner yang

telah disusun akan divalidasi isinya (content validity) oleh dokter atau tenaga

kesehatan yang ahli di bidangnya masing-masing.

Uji validitas dari setiap butir pertanyaan dalam penelitian diukur dengan

(63)

95%. Semakin tinggi koefisien yang ditunjukkan dengan angka yang mendekati

angka 1,00 maka semakin baik konsistensinya (Budi,2006). Valid tidaknya

kuesioner dilihat daripearson correlation (nilai r), valid bila korelasi nilai r lebih

dari r tabel, dan signifikasi korelasi (p) sebesar 0,05.

b. Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat keajegan atau kemantapan hasil dari hasil dua

pengukuran terhadap hal yang sama. Hasil pengukuran ini diharapkan sama

apabila pengukuran itu diulang. Penelitian ini menggunakan statistik dengan

menggunakan koefisien Cronbach Alpha. Dalam penelitian ini uji reliabilitas

dapat dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh pertanyaan. Pertanyaan

dikatakan reliabel bila nilai Alpha > 0,65 (Mario,2006).

5. Pengambilan data

Pengambilan data kelompok perlakuan dilakukan satu kali pengambilan

data setelah sebelumnya dilakukan orientasi untuk validasi instrument penelitian.

Pengambilan data dilakukan dengan mendatangi warga di tempat kediamannya.

Pada kesempatan tersebut, dilakukan penelitian dengan memberikan kuesioner

yang berisi pertanyaan-pertanyaan terkait penelitian yang sebelumnya telah

(64)

I. . Analisis Hasil 1. Analisis kuantitatif

a. Pendidikan

Dalam kuesioner terdapat lima tingkatan pendidikan yakni tidak sekolah,

tamat SD, tamat SMP, tamat SMA dan tamat Perguruan Tinggi. Pengelompokan

awal dilakukan dengan perhitungan frekuensi masing-masing tingkat pendidikan.

Guna kepentingan analisis hubungan antara tingkat pendidikan dengan

perilaku pengobatan mandiri, tingkat hubungan ini dibagi menjadi 2 bagian. Batas

yang digunakan adalah nilai mean. Setiap tingkat pendidikan diterjemahkan ke

dalam bentuk angka dan dihitung nilai mean. Setelah itu dikembalikan lagi ke

tingkat pendidikan dan dibedakan menjadi tingkat pendidikan tinggi dan tingkat

pendidikan rendah. Dikatakan berpendidikan tinggi jika berada di atas nilaimean,

sedangkan dikatakan berpendidikan rendah jika berada di bawah nilaimean.

b. Pekerjaan

Pada kuesioner penelitian ini, jenis pekerjaan dibagi menjadi lima bagian

besar antara lain responden yang berprofesi sebagai PNS/TNI/POLRI, pegawai

swasta, wiraswasta/pedagang, buruh/petani dan ibu rumah tangga. Cara

pengelompokan pekerjaan dilakukan dengan menghitung frekuensi dan

perhitungan persentasenya. Guna kepentingan analisis hubungan antara jenis

pekerjaan dengan perilaku pengobatan mandiri, tingkat hubungan ini dibagi

menjadi 2 bagian. Batas yang digunakan adalah nilaimean. Setiap jenis pekerjaan

diterjemahkan ke dalam bentuk angka dan dihitung nilai mean. Setelah itu

(65)

dengan tingkat tinggi dan jenis pekerjaan dengan tingkat rendah. Dikatakan jenis

pekerjaan dengan tingkat tinggi jika berada di atas nilai mean, sedangkan

dikatakan jenis pekerjaan dengan tingkat rendah jika berada di bawah nilaimean.

c. Pendapatan

Pada penelitian ini digunakan tiga tingkat pendapatan, yaitu pendapatan

rendah jika kurang dari Rp800.000,00, pendapatan sedang jika berada di antara

Rp800.000,00 sampai Rp2.400.000,00 dan pendapatan tinggi jika berada di atas

atau lebih dari Rp2.400.000,00. Pengelompokan ini didasarkan pada UMR (Upah

Minimum Regional) khususnya Yogyakarta.

2. Pengujian normalitas data

Pengujian normalitas data dilakukan untuk melihat apakah distribusi data

normal atau tidak. Untuk pengujian normalitas data digunakan uji Kolmogrov

Smirnov karena jumlah responden yang digunakan pada penelitian ini lebih besar

dari 50 responden. Berdasarkan hasil uji Kolmogrov-Smirnov diketahui bahwa

data hasil penelitian mempunyai sebaran yang tidak normal sehingga uji hipotesis

disesuaikan dengan hasil uji normalitas. Untuk uji hipotesis, jika sebaran data

tidak normal maka digunakan uji non parametrik (Dahlan, 2006), dalam penelitian

ini digunakan uji non paramaetrik dengan metodeKruskal Wallis.

3. Analisis hasil kuesioner

Analisis hasil kuesioner dilakukan dengan metode rating yang

dijumlahkan (method of summated rating). Setiap pernyataan untuk

masing-masing bagian dijumlahkan untuk mendapatkan nilai bagian. Sehingga nilai total

(66)

pernyataan sikap disebut sebagai nilai sikap. Sedangkan untuk bagian tindakan

hanya akan dihitung frekuensi pilihan jawaban responden, ditabulasi dan

kemudian dideskripsikan dan hasilnya disajikan dalam bentuk presentase diagram

batang dan diagrampie.

Penilaian untuk pernyataan yang bersifat favourable pada skala Guttman

adalah ya = 1 dan tidak = 0. Sedangkan pada bagian skala Likert penilaiannya

yaitu sangat setuju = 4, setuju = 3, tidak setuju = 2, sangat tidak setuju = 1.

Penilaian untuk pernyataan yang bersifat unfavourable pada skala Guttman

adalah ya = 0 dan tidak = 1. Sedangkan pada bagian skala Likert penilaiannya

yaitu sangat setuju = 1, setuju = 2, tidak setuju = 3 dan sangat tidak setuju = 4

Setiap nilai dihitung mediannya. Nilai median digunakan untuk membagi

masing-masing nilai menjadi tinggi dan rendah. Nilai yang berada dibawah nilai

median dikategorikan sebagai rendah, sedangkan nilai yang berada sama atau di

atas median dikategorikan sebagai tinggi.

Seseorang dapat dikatakan berperilaku baik apabila mempunyai

pengetahuan yang baik, sikap yang baik, serta tindakan yang baik.

4. Analisis hasil

Sebaran data yang tidak normal menggunakan uji non parametrik

Kruskal Wallisdengan taraf kepercayaan 95%. Apabila nilai p yang terdapat pada

kolom Asymp.Sig (2-sided) lebih besar dari 5% atau 0,05 maka H0 diterima atau

tidak akan memberikan pengaruh (berbeda tidak bermakna). Sedangkan jika nilai

p yang terdapat pada kolom Asymp.Sig (2-sided) lebih kecil dari 5% atau 0,05

(67)

bermakna). Setelah didapatkan nilai p ini maka dapat ditentukan dan dilihat

apakah variabel bebas dapat memberikan pengaruh atau tidak terhadap variabel

tergantung dalam penelitian ini.

J. Kelemahan Penelitian

1. Kelemahan dalam penelitian ini adalah tidak ada kriteria eksklusi karena

semua sampelnya diambil untuk memenuhi jumlah minimal sampel.

2. Instrumen penelitian yang digunakan kurang mendalam dalam mencari

Gambar

Gambar 18. Distribusi Jumlah Responden (%) Berdasarkan Item PertanyaanTempat Pembelian Obat Influenza...................................................
Gambar 1. Proses terbentuknya sikap dan reaksi (Notoadmojo, 2007)
Gambar 2. Logo obat bebas berwarna hijau
Gambar 4. Logo obat keras berwarna merah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Petugas pemberi bantuan hukum memberikan layanan bantuan hukum kepada pemohon bantuan hukum setelah pemohon tersebut mengisi formulir permohonan bantuan hukum dan

Anak-anak juga, secara hukum menerima akibat/ kerugian yang banyak, antara lain: tidak mempunyai bukti untuk menuntut hak mencatumkan nama ayah dibelakang namanya,

Akan tetapi jika setelah upaya untuk menyelesaikan masalah tersebut tidak dapat dicapai melalui pendekatan langsung antara para pihak yang bersengketa, maka hal tersebut dapat

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b membentuk Peraturan Daerah tentang Penyertaan Modal Pemerintah Provinsi Kalimantan

Hal ini dilakukan mengingat penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan strategi tindak tutur direktif guru (selanjutnya disingkat STTDG) dalam pembelajaran dan respons

k adalah konstanta dielektrikum dari air dan k udara adalah konstanta dielektrikum udara, Atas dasar uraian tersebut dalam penelitian ini akan dilakukan fabrikasi

Dimana, biaya awal adalah biaya perencanaan dan pelaksanaan bangunan, biaya penggunaan adalah biaya yang dikeluarkan selama bangunan beroperasi, dan biaya pembongkaran

Perihal : Daftar Rincian Lokasi dan Alokasi Dana Bantuan Langsung Masyarakat PNPM Mandiri Perkotaan TA 2013. DAFTAR LOKASI DAN ALOKASI PNPM MANDIRI PERKOTAAN T,A,2013 PROVINSI