• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Berpengaruh Nyata dan Tidak Berpengaruh Nyata dengan Menggunakan Model Double log Nyata dengan Menggunakan Model Double log

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

3 Jarak Lahan ke GSE LnX2 0.00510 0.09472 0.957 1.2 4 Jarak Lahan ke

6.2.2 Faktor-Faktor yang Berpengaruh Nyata dan Tidak Berpengaruh Nyata dengan Menggunakan Model Double log Nyata dengan Menggunakan Model Double log

6.2.2.1 Luas Lahan

Luas lahan mempunyai pengaruh nyata terhadap harga lahan pada model double-log. P-value pada model double log didapat p-value sebesar 0,010. Hasil yang diperoleh lebih kecil jika dibanding dengan taraf nyata yang digunakan

sebesar 5 persen (α = 0,05).

Koefisien yang didapat dengan menggunakan Minitab 16 adalah sebesar -0,15392. Nilai tersebut menunjukkan hubungan yang negatif. Koefisien yang dihasilkan oleh model double log menunjukkan hasil yang negatif. Maka dapat dikatakan bahwa setiap kenaikan 1 persen luas lahan yang dijual maka diduga akan menurunkan harga lahan sebesar Rp. 7.748,59 per meter persegi.

Berdasarkan hipotesis yang dibangun sebelumnya bahwa luas lahan diduga mempunyai hubungan negatif terhadap harga lahan, jika lahan semakin

luas, maka harga lahan per meter persegi akan semakin rendah. Hal ini sesuai dengan hasil estimasi model yang diperoleh pada penelitian ini.

6.2.2.2 Jarak Lahan ke GSE

Hasil yang didapat dengan menggunakan model double-log, variabel jarak lahan ke jalan tidak berpengaruh nyata. P-value pada model double-log sebesar 0.957 dengan taraf nyata yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebesar 5

persen (α = 0.05). Koefisien yang didapat pada model double log tersebut adalah

0.00510. Koefisien menunjukkan hubungan yang positif dengan harga lahan.Hal ini dikarenakan daerah wilayah tersebut banyak dilalui kendaraan. Baik roda empat maupun roda dua.

Dilihat dari hasil estimasi model dengan menggunakan model double log maka dapat disimpulkan bahwa setiap kenaikan jarak lahan ke GSE sebesar 1 persen akan terjadi peningkatan harga lahan sebesar Rp. 256,74 per meter. Apabila dilihat dari hipotesis yang dibangun sebelumnya maka jarak bidang tanah ke kawasan wisata Gunung Salak Endah (GSE) diduga mempunyai hubungan negatif dengan harga lahan, semakin dekat maka akan meningkatkan harga lahan dan hasil yang didapat pada penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis yang dibangun. Pada umumnya masyarakat menjual lahan hanya karena kebutuhan dan tidak memperhatikan jarak terhadap suatu tempat, sehingga harga yang masyarakat tawarkan berdasarkan kesepakatan saja dan yang berlaku di sekitar tempat mereka tinggal saja.

6.2.2.3 Jarak Lahan ke Jalan Raya Terdekat

Hasil pengolahan data ternyata jarak lahan ke jalan raya terdekat mempunyai pengaruh nyata terhadap harga lahan pada model double log. P-value pada model double-log didapat p-value sebesar 0.000 dibanding dengan taraf

nyata yang digunakan sebesar 5 persen (α = 0,05). Dilihat dari hasil estimasi

model dengan menggunakan model double log maka dapat disimpulkan bahwa setiap penurunan jarak lahan ke jalan raya terdekat sebesar 1 persen akan terjadi peningkatan harga lahan sebesar Rp. 10,571,22 per meter.

Berdasarkan hipotesis yang dibangun sebelumnya bahwa jarak bidang tanah ke jalan raya terdekat diduga mempunyai hubungan negatif dengan harga

lahan. Jarak lahan yang semakin dekat dengan jalan raya akan meningkatkan harga. Hasil yang didapat dari hasil estimasi model ini sesuai dengan hipotesis yang dibangun. Dari hasil penelitian ini jarak lahan ke jalan raya terdekat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi harga lahan di Desa Gunung Bunder 1 dan Desa Gunung Bunder 2.

6.2.2.4 Produktivitas Pertanian

Hasil yang didapat dengan menggunakan model double-log, variabel produktivitas pertanian tidak berpengaruh nyata. P-value pada model double log sebesar 0.430 dengan taraf nyata yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

sebesar 5 persen (α = 0.05). Koefisien yang didapat pada model double log

tersebut adalah -0,1303.

Dilihat dari hasil estimasi model dengan menggunakan model double log maka dapat disimpulkan bahwa setiap peningkatan produktivitas pertanian sebesar 1 persen akan meningkatkan harga lahan sebesar Rp. 6.559,52 per meter persegi. Apabila dilihat dari hipotesis yang dibangun sebelumnya maka produktivitas pertanian mempunyai hubungan yang positif terhadap peningkatan harga lahan. Semakin besar jumlah produktivitas pertanian yang dihasilakan maka harga lahan tersebut juga mengalami peningkatan.

Dilihat dari estimasi model diperoleh parameter maka produktivitas pertanian tidak berpengaruh terhadap harga lahan, sedangkan berdasarkan teori hal tersebut berpengaruh. Hal ini dikarenakan pada umumya masyarakat tidak begitu memperhatikan hasil yang diperoleh dari suatu lahan. Selain itu juga karena rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai produkivitas pertanian menurut teori, mereka hanya mengerti berdasarkan pengalaman saja.

6.2.2.5 Bentuk Lahan

Dari hasil estimasi model bentuk lahan tidak berpengaruh nyata terhadap harga lahan dalam penelitian ini dengan menggunakan model double log. P-value yang didapat pada model adalah sebesar 0.201 jika dibandingkan dengan taraf

nyatan yang digunakan sebesar 5 persen (α = 0.05). Dengan demikian bentuk

Hasil estimasi model dengan menggunakan model double log pada koefisien adalah sebesar -0,31380 yang artinya bernilai negatif. Hasil tersebut menunjukkan bahwa apabila bentuk lahan tidak beraturan (bukan bentuk segi empat) maka akan menurunkan harga lahan sebesar Rp. 15.777,22 per meter persegi. Berdasarkan hipotesis yang dibangun sebelumnya bahwa bentuk lahan diduga mempunyai hubungan positif dengan harga lahan. Jika lahan berbentuk segi empat, maka harga lahan akan semakin tinggi dibandingkan harga lahan dengan bentuk lainnya. Dari penelitian ini hasil yang didapatkan bernilai negatif yang artinya tidak sesuai dengan harapan dari hipotesis yang dibangun.

Hasil yang didapatkan di lapangan rata-rata lahan yang masyarakat miliki adalah lahan yang tidak beraturan atau berupa tegalan, sehingga apabila ditanyakan ke masyarakat apakah bentuk lahan berpengaruh terhadap harga lahan maka mereka rata-rata menjawab tidak berpengaruh. Selain itu pada umumnya masyarakat menjual lahan hanya karena kebutuhan untuk keperluan sehari-hari saja sehingga hal tersebut tidak begitu diperhatikan.

6.2.2.6 Topografi

Hasil regresi dengan Minitab 16 dengan menggunakan model double log menunjukan bahwa pada topografi jika dilihat dari p-value adalah sebesar 0.385 tidak menunjukan hasil yang lebih besar dengan taraf nyata yang digunakan 5

persen (α = 0.05). Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa antara hubungan

topografi lahan dengan harga lahan tidak berpengaruh atau bernilai negatif. Koefisien yang didapat dari hasil estimasi model adalah sebesar 0,26270. Hal ini menujukkan hasil yang positif. Apabila topografi tanah yang baik maka akan meningkatkan harga lahan sebesar Rp. 13.224,76 per meter persegi.

Apabila dilihat dari hipotesis yang dibangun sebelumnya maka topografi lahan diduga mempunyai hubungan positif terhadap harga lahan. Semakin datar topografi lahan, maka harga lahan akan semakin tinggi pula. Dari hasil uji statistik yang didapat pada penelitian ini maka hasil yang diperoleh bernilai positif. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang dibangun sebelumnya, namun topografi bukan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi harga lahan di sekitar kawasan wisata Gunung Salak Endah karena tidak berpengaruh nyata dengan taraf 5 persen

Topografi tidak berpengaruh dalam penelitian ini karena pada umumnya lahan yang masyarakat miliki berupa tegalan yang curam, lahan-lahan yang tidak beraturan bentuknya dan berupa lahan terjal. Topografi kurang begitu begitu berpengaruh terhadap harga lahan di daerah Desa Gunung Bunder 1 dan 2 itu, karena daerah tempat saya melakukan penelitian itu berupa pegunungan.

Dokumen terkait